MENGANGKAT
IMAMAH
Ridwan/211006075
َي ا َأُّي َه ا اَّلِذيَن آَم ُنوا َأِط يُعوا َهَّللا َو َأِط يُعوا الَّر ُسوَل َو ُأوِلي اَأْلْم ِر ِم ْنُك ْم ۖ َفِإْن
ْل
َتَن اَز ْع ُتْم ِفي َش ْي ٍء َفُر ُّد وُه ِإَلى ِهَّللا َو الَّر ُسوِل ِإْن ُكْنُتْم ُتْؤ ِم ُنوَن ِباِهَّلل َو ا َي ْو ِم
اآْل ِخِر ۚ َٰذ ِلَك َخ ْيٌر َو َأْح َس ُن َت ْأِو ياًل
Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi
Muhammad) serta ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Jika kamu
berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan
Rasul (sunnahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan Hari Akhir. Yang demikian
itu lebih baik (bagimu) dan lebih bagus akibatnya (di dunia dan di akhirat).“ (Q.S
An-Nisa’ : 59)
“Ath-Thabari meriwayatkan dari Abu Hurairah as, bahwa ulil amri adalah para
amir." Setelah itu, Ath-Thabari menyatakan, "Pendapat paling tepat terkait makna
ulil amri adalah pendapat kalangan yang menyatakan bahwa mereka adalah para
amir dan pemimpin yang wajib ditaati karena Allah, dan dapat memberikan
maslahat bagi kaum muslimin." Ibnu Katsir menjelaskan, "Secara tekstual-wallahu
a'lam-ayat ini berlaku secara umum untuk seluruh ulim amri dari kalangan amir dan
ulama." Inilah pendapat yang rajih.Wajhul istidlal dari ayat ini adalah Allah
mewajibkan kaum muslimin untuk taat kepada ulil amir dari kalangan mereka. Uli
amri adalah para pemimpin. Perintah untuk taat kepada pemimpin menunjukkan
wajibnya mengangkat seorang pemimpin. Karena Allah tidak akan memerintahkan
taat kepada seseorang yang tidak ada wujudnya, dan juga tidak mewajibkan taat
kepada orang yang keberadaannya mandub(sunah). Maka, perintah untuk taat
kepada ulil amri menuntut perintah untuk mewujudkan ulil amri. Jadi, hal ini
menunjukkan bahwa mengangkat seorang imam bagi kaum muslimin adalah
kewajiban bagi mereka.”
Dalil dari As-
Sunnah
َم ْن َم اَت َو َلْي َس ِفي ُع ُنِقِه َب ْي َع ًة َم اَت
ِم يَت ًة َج اِه ِلَّية
Siapa saja yang meninggal dunia sementara di lehernya
tidak ada baiat, maka ia mati seperti mati jahiliyah.“
Dalil lainnya tentang wajibnya imamah adalah kaidah syar`i yang menyatakan bahwa ketika suatu
kewajiban tidak terlaksana tanpa sesuatu. Sudah maklum bahwa Allah telah memerintahkan banyak hal
yang tidak akan mampu dilaksanakan oleh individu. Misalnya, menegakkan hudud, mempersiapkan
pasukan mujahidin untuk menyebarkan Islam, meninggikan kalimat Allah, menarik dan membagikan zakat
kepada golongan-golongan yang telah ditentukan. mencegah kezaliman, memutuskan pertikaian di antara
sesama manusia, dan kewajiban-kewajiban lain yang tidak dapat dilaksanakan oleh individu dari manusia.
Semua kewajiban tersebut (agar terlaksana) mengharuskan adanya kekuasaan dan kekuatan yang berhak
ditaati oleh semua individu Sebuah kekuasaan yang berwenang melaksanakan kewajiban-kewajiban
tersebut. Oleh sebab itu, wajib hukumnya menunjuk seorang imam yang dipatuhi dan ditaati. Imam yang
memiliki wewenang untuk mengatur segala persoalan agar ia dapat melaksanakan kewajiban-kewajiban
tersebut. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata, ‘‘Umat manusia harus memiliki emirat
(pemerintahan) entah itu baik ataupun jahat. Tentang pemerintahan yang baik bisa kami maklumi.
‘‘‘‘ Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, ‘‘Wajib diketahui bahwa memimpin urusan umat termasuk
salah satu kewajiban agama yang terbesar bahkan agama tidak bisa ditegakkan tanpanya. Sesunggunya,
maslahat seluruh umat manusia tidak dapat terlaksana kecuali dengan berkumpul, karena satu sama lain
saling membutuhkan. Perintah ini tidak dapat terlaksana tanpa adanya kekuatan dan kekuasaan. Semua itu
tidak bisa dilaksanakan tanpa adanya kekuatan dan kekuasaan. ‘‘ Ibnu Hazm mengatakan, ‘‘Dengan logika
akal dan intuisi, kita dapat mengetahui bahwa hukum-hukum yang diwajibkan Allah untuk dilaksanakan
kaum muslimin terkait harta benda, pidana, darah, nikah, talak, dan seluruh hukum lainnya, mencegah
kezaliman, memberikan keadilan kepada pihak teraniaya, dan menuntut qishas dengan wilayah yang
berjauhan, kesibukan masing-masing, dan perbedaan pendapat, ini semua tidak mungkin dapat
dilaksanakan,‘‘ dan seterusnya sampai pada penjelasan berikut, ‘‘Inilah yang terjadi di negeri yang tidak
memiliki pemimpin. Untuk itu, penegakan agama hanya bisa disandarkan pada satu orang atau lebih.
Mencegah Bahaya Kekacauan
Dalil lain yang menunjukkan wajibnya imamah adalah mencegah bahaya kekacauan, karena ketika tidak ada
pengangkatan seorang imam akan menimbulkan bahaya dan kekacauan yang hanya diketahui oleh Allah.
Mencegah bahaya, menjaga lima kepentingan: agama, jiwa, kehormatan. harta, dan akal, merupakan kewajiban
syar'i dan salah satu tujuan syariat Semua itu tidak akan terlaksana tanpa mengangkat seorang imam bagi kaum
muslimin. Dengan demikian, mengangkat seorang imam adalah wajib. Imam Ahmad berkata dalam riwayat
Muhammad bin Auf bin Sufyan Al-Himshi. "Fitnah (musibah) akan terjadi apabila tidak ada imam yang
mengatur urusan umat.“Kehinaan yang kini mendera kaum muslimin sehingga menjadikan mereka hidup dalam
keadaan marginal di dunia, mengekor bangsa-bangsa lain dan berada di bagian belakang sejarah, penyebabnya
tidak lain adalah karena kaum muslimin enggan berusaha untuk menegakkan khilafah dan tidak segera
mengangkat seorang khalifah sebagai bentuk komitmen terhadap hukum syariat yang telah menjadi perkara
ma'lum minad din bidharurah (perkara agama yang sudah dikenal luas), seperti halnya shalat, puasa, dan haji.
Malas dan enggan meneruskan kehidupan Islami termasuk kemaksiatan terbesar. Oleh karena itu, mengangkat
seorang khalifah untuk (memimpin) umat ini merupakan kewajiban yang diperlukan untuk menerapkan hukum-
hukum atas kaum muslimin dan menyebarkan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia."Intinya, umat ini tidak
akan terlepas dari kehinaan yang dialami hari ini kecuali dengan kembali kepada Allah dan menegakkan hukum
Allah di muka bumi ini sesuai yang diridai Rabb
Imamah Termasuk Salah Satu Tuntutan
Fitrah dan Tradisi
Dalil lain tentang kewajiban imamah adalah bahwa kecenderungan untuk mengangkat
seorang pemimpin jamaah merupakan perkara fitrah, di mana Allah menciptakan
manusia sesuai dengan fitrah tersebut. Manusia adalah makhluk madani (beradab),
maka jelas ia tidak dapat hidup sendirian. terpisah dari manusia lainnya. Bahkan, ia
harus hidup bersama dengan manusia yang lain agar persoalan-persoalan hidup dapat
berjalan dengan baik dan segala kepentingannya terlaksana. Dan dampak dari hidup
berbaur dengan sesama ialah terjadi benturan kepentingan dan menyebabkan gesekan
antara satu sama lain sehingga menimbulkan pertikaian.Untuk itu, diperlukan seorang
pemimpin sebagai rujukan ketika terjadi perselisihan di antara sesama manusia.
Seorang pemimpin yang diterima semua kalangan untuk memutuskan perselisihan
dan sengketa yang terjadi. Karena itu, mengangkat seorang imam adalah perkara yang
sangat pentinguntuk menjaga hak-hak sesama dan menjamin stabilitas hidup.
kecenderungan mengikuti seorang pemimpin bukan hanya fitrah yang Allah
tanamkan di dalam diri manusia semata. Bahkan, hewan pun memiliki kecenderungan
ini, dan bahkan serangga pun memilikinya. Kawanan unta misalnya, umumnya
kawanan ini mengikuti pemimpinnya. Semuanya mengikuti ke mana pun si
pemimpin-unta jantan-pergi. Karena itu. pengembala hanya perlu mengarahkan si
unta pemimpin ini. Dengan begitu. unta-unta yang lain akan mengikutinya.Dalam
dunia serangga, tidak ada yang lebih menonjolkan fitrah mengikuti pemimpin
melebihi lebah yang memiliki raja dari keturunan tertentu. Raja ini dijaga oleh koloni,
segala keperluannya dipenuhi, dan koloni selalu mengikuti ke mana pun raja pergi.
Lantas bagaimana halnya dengan manusia yang diberi Allah akal sehingga
membuatnya dapat membedakan mana yang keliru dan mana yang benar, dan dapat
pula membedakan antara manfaat dan mudarat.
Kesimpulan