Anda di halaman 1dari 77

MULTIPLE TRAUMA

THORAKS VASKULER
ABDOMEN
PEMBAGIAN REGIONAL
ANATOMI ABDOMEN

Anatomi Luar
Abdomen
 Abdomen depan
 Abdomen depan adalah
bidang yang dibatasi:
 Superior: garis
intermammaria
 Inferior: kedua ligamentum
inguinal dan simfisis pubis
 Lateral: kedua linea aksilaris
anterior
Anatomi Dalam Abdomen
 Rongga Peritoneal
 Rongga peritoneal atas dilindungi oleh bagian bawah dari dinding
toraks yang mencakup diafragma, hepar, lien, gaster dan colon
transversum.
 Rongga peritoneal bawah berisikan usus halus, bagian colon
ascendens dan colon descendens, colon sigmoid dan pada wanita
ada organ reproduksi internal.
 Rongga Retroperitoneal
 Rongga yang potensial ini
adalah rongga yang berada
dibelakang dinding
peritoneum yang melapisi
abdomen, dan didalamnya
terdapat aorta abdominalis,
vena cava inferior, sebagian
besar duodenum, pancreas,
ginjal dan ureter serta
sebagian posterior dari colon
ascendens dan colon
descendens, dan juga bagian
rongga pelvis yang
retroperitoneal.
 Rongga Pelvis
 Rongga pelvis merupakan
bagian bawah dari rongga
intraperitoneal dan bagian
bawah dari rongga
retroperitoneal.
 Didalamnya terdapat
rectum, vesica urinaria,
pembuluh – pembuluh
iliaca, dan pada wanita
terdapat organ reproduksi
internal.
DEFINISI
 Trauma abdomen -> kerusakan terhadap struktur yang
terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan
oleh luka tumpul atau yang menusuk

 83% dari cedera abdomen disebabkan karena mekanisme


trauma tumpul.
 59% dari trauma tumpul tersebut berhubungan dengan
kecelakaan mobil.
ETIOLOGI

Tusuk

Trauma Penetrasi/
Tajam

Tembak

Trauma non-penetrasi/ Benturan


Tumpul Deselerasi
Kompresi
Organ pada abdomen yang terkena kerusakan terbagi atas
dua, yaitu :
 Organ padat /solid yaitu: hati, limpa dan pancreas
 Organ berongga (hollow) yaitu: lambung, usus dan
kandung kemih
ORGAN YANG TERKENA TRAUMA

INTRA PERITONEUM RETRO PERITONEUM


 HEPAR/SISTEM BILIAR  GINJAL -> hematuri
 GASTER  PANKREAS
 DUODENUM  SAL. CERNA BAGIAN RETRO
 ILEUM (Duodenum, colon ascendens
 COLON dan descendens posterior)
 LIEN  PECAHNYA PEMBULUH DARAH
Rongga Pelvis

 Rectum
 Vesica urinaria
 Pembuluh-pembuluh iliaca
 Organ reproduksi Internal (wanita)
Trauma Dinding Abdomen
Kontusio Laserasi
Terdapat eksimosis atau Terdapat luka pada dinding
penimbunan darah dalam abdomen yang
jaringan lunak dan masa menembus rongga
darah dapat menyerupai abdomen, harus di
tumor eksplorasi
Trauma Hepar
 Karena trauma tajam atau tumpul
 Adanya fraktur costa kanan bawah
 Gejala:
 Tanda sistemik: gejala hipovolemi, pucat, oliguri, takikardi,
hipotensi, kesadaran menurun
 Tanda lokal: nyeri perut difus, defans muskular, nyeri
tekan, peristaltik menurun
 Terapi:
 Konservatif
 Operatif: kontrol perdarahan dengan ligasi, tampon
sementara, drainase
Indikasi operasi

 Syok yang belum teratasi dengan tindakan konservatif


 Bile leakage/asites -> distensi abdomen, febris, ikterik
 USG: intraperitoneal fluid

Angka kematian: 10-20%


Ruptur Limpa
 Karena trauma tumpul
 Tanda dan gejala:
 Nyeri perut atas
 Hipovolemi
 Jejas pinggang kiri/perut kiri atas
 Patah iga kiri bawah
 Hipotensi, takikardi, anemia
 Cairan bebas dalam rongga perut
 Kehr sign (+)
Pemeriksaan penunjang
 PDL-> anemia, leukositosis
 USG ABDOMEN
 CT SCAN
 Foto abdomen -> peninggian diafragma kiri, bayangan limpa
membesar, adanya desakan terhadap lambung ke arah garis
tengah
Penanganan
 Transfusi
 Splenorafi
 splenektomi
Trauma usus halus
 Robekan usus, perforasi, kontusio, terlepasnya usus dari
mesenterium, hematom/udem mesenterium, hematom
dinding usus
 Gejala dan tanda:
 Nyeri
 Defans muskular
 Ileus paralitik
 Lab: leukositosis
 Foto polos abdomen: udara bebas subdiafragma
 Terapi: pembedahan (anastomosis)
Trauma diafragma
 Robekan diafragma (kanan maupun kiri)
 Cedera: 5-10 cm panjangnya, lokasi di posterolateral
diafragma kiri
 Foto thoraks:
 Diafragma lebih tinggi, lebih kabur,
Trauma gaster
 Luka tembus -> korosif asam klorida, enzim, dan dan
mucin dapat bocor ke dalam rongga perut dan
menyebabkan peritonitis

 Pada pemeriksaan penderita akan mengeluh nyeri


seluruh abdomen.
 Pada auskultasi bising akan menurun.
 Pada palpasi akan ditemukan defance muscular, nyeri
tekan, nyeri tekan lepas.
 Pada perkusi akan ditemukan nyeri pula (nyeri ketok)
Patofisiologi
Trauma (penetrasi & non-penetrasi)

kontusio, laserasi, jejas, hematom


(Merusak jaringan, saraf, dan vaskuler)

pembuluh darah robek

Penurunan volume darah sirkulasi efektif

Syok hipovolemik
Patofisiologi berhubungan dengan terjadinya
trauma abdomen
 Perpindahan cairan akibat kerusakan pada jaringan,
kehilangan darah dan shock.
 Inflamasi dan infeksi disebabkan sekresi saluran pencernaan
dan bakteri ke peritoneum
 Perubahan nutrisi dan elektrolit akibat kerusakan integritas
rongga saluran pencernaan.
 ABC
 Nasogastric tube (dekompresi & mencegah
aspirasi)
 Pengambilan contoh darah
 Pemeriksaan Rontgen
NASOGASTRIK TUBE :
 Mengeluarkan udara & cairan
 Adanya perdarahan
 Mengurangi aspirasi

KATETER URETRA :
 Genital / rectal evaluasi sebelumnya
 Dekompressi buli
 Diagnostic hematuria
 Monitor produksi urine
PEMERIKSAAN PEMBANTU :

- Darah
 Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan
terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit.
 Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi
menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura
lienalis.
 Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma
pankreas atau perforasi usus halus.
 Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.

RONTGEN :
- Status awal
- Free air
- Hilangnya bayangan psoas
- Injury pada tulang
Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)

 Dapat membantu menemukan adanya darah atau


cairan usus dalam rongga perut. Hasilnya dapat amat
membantu. Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik. Bila
ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard)

 Diagnostic peritoneal lavage ada 2 tehnik, yaitu :


MODALITAS DIAGNOSTIK

I. FAST
II. DIAGNOSTIC PERITONEAL LAVAGE (DPL)

III. ABDOMINAL CT - SCAN


Anatomi Thoraks.
I. Identitas

Nama : TN LFT
Umur : 46 th
No. RM : 1782838
Alamat : Bantul
Pekerjaan : Penambang Pasir
Pendidikan : SMA
Tgl. masuk RS : 15 Agustus 2016
II. Pemeriksaan klinis

 Primary survey:
A: bicara jelas, snooring (-), gurling (-)  Clear
B: Nafas spontan, RR 30 x/mnt, KG (+/-)  Unclear 
dipasang WSD hemithorak dekstra
C: akral hangat, CRT < 2 detik, Nadi 78 x/mnt, TD 115/80
mmHg  Clear
D: GCS E4M6V5, pupil isokor 3mm/3mm. RC (+)  Clear

Initial Assessment : No Life threatening


EVALUASI DAN PENGELOLAAN KELAINAN2 AKIBAT TRAUMA
THORAKS YANG BERPOTENSIAL MENGANCAM JIWA.

Hal-hal yang potensial mengancam jiwa :


1. Tension pneumothoraks.
2. Hematothoraks massive.
3. Tamponade kordis
4. Flail chest dengan kontusi paru luas.
5. Sucking chest wound lebar.
6. Ruptur trachebronchial
7. Ruptur diafragma
8. Ruptur oesofagus
9. Ruptur aorta
10. Sumbatan jalan nafas.
TENSION PNEUMOTHORAKS
 Adanya udara didalam cavum pleura yang makin lama
makin banyak ,sehingga tekanan didalam cavum
pleura menjadi tinggi, akibatnya jantung akan
terdesak kearah yang sehat dan vena cava
superior/inferior akan tergencet .Hal ini menyebabkan
venus return turun shock.
 Keluhan : sesak nafas makin lama makin berat.
 Tanda-tanda :- ada gejala preshock atau shock.
- tekanan v jugularis meningkat.
- ada ketinggalan gerak dari dinding
dada yang cidera.
Tension pneumothoraks.
Needle decompressi
HEMATOTHORAKS MASSIVE

 Adanya darah didalam cavum pleura sebanyak >20 cc/Kg BB /jam


( >1500 cc ).
 Keluhan : sesak nafas.
 Tanda-tanda :- ada gelaja preshock/shock.
- tekanan v jugularis menurun / kolap
- perkusi : redup
- auskultasi : vesikular menurun/hilang.
 Pemerikasaan penunjang : foto thoraks AP/PA
 Management : - Resusitasi cairan dan pertahankan MAP:60-70 mmHg
- Pasang dren thoraks /WSD disamping untuk drenase
juga untuk evaluasi darah yang keluar lewat dren.
- Bila perdarahan 20 cc/Kg BB/Jam pada jam I atau
10 cc/kgbb/jam selam 2 jam berturut-turut atau
2cc/kgBB/jam selama 4 jam berturut-turut operasi.
Hematothoraks
Tamponade cordis.

 Adanya darah didalam cavum pericard, sehingga mempengaruhi


end diastolic volume jantung. Akibatnya venous return turun
cardiac out put turun shock.
 Keluhan : sesak nafas makin lama makin berat.
 Tanda –tanda :- tekanan v. jugularis meningkat.
- preshock/shock.
- suara jantung jauh ( sayup-sayup ).
 Pemeriksaan penunjang :- echocardiografi.
- thoraks foto AP dan Lateral
 Pengelolaan : perikardiosintesis segera , evaluasi bila tidak
membaik operasi.
Pericardiosintesis
Open pneumothoraks.
( sucking chest wound )

90
80
70
60
50
40 East
30 West
North
20
10
0
1st 3rd
Qtr Qtr
Lanjutan Open pneumothoraks .

 Adanya vulnus didinding dada sehingga udara dapat keluar


masuk lewat vulnus.Hal ini menyebabkan tidak effektivnya fungsi
ventilasi paru.Bila defek luas menyebabkan mediastinal flutter.
 Keluhan : sesak nafas dan makin lama makin berat.
 Tanda-tanda :- luka pada dinding dada dengan udara
pernapasan bisa keluar masuk lewat luka
dan kadang-kandang tampak parenchym paru.
 Pengelolaan: - segera lakukan penutupan luka dengan plastik
bersih dan plester pada sisi atas, samping kanan
dan samping kiri .
- Pasang dren thoraks dan luka dijahit.
Flail Chest
Lanjutan Flail chest .

 Adanya gerakan paradoxical dari sebagian dinding thoraks akibat dari fraktur costae segmental
empat atau lebih yang berurutan .Hal ini menyebabkan berkurangnya vital capasity dan tak
efektivnya fungsi ventilasi.

 Keluhan : sesak nafas dan nyeri sewaktu bernafas.


 Tanda-tanda :- adanya gerakan paradoxical rebreating sianosis.
- nyeri sewaktu tarik nafas.
- biasanya disertai contusi pulmonum dengan
ditandai adanya batuk darah.
 Management :- Oksigenasi , ventilasi dan analgetika.
- Fiksasi dan stabilisasi: non operatif atau operatif
non operatif :- dengan sand bags atau towel clips.
- positive pressure ventilasi.
operatif : wiring, nailing, stapple
- Beri steroid.
- Beri furosemid
- Chest fisiotherapi.
Flail chest dengan contusi pulmonum.
Tehnik pemasangan plester pada Flail Chest.
Ruptur tracheobronchial

3 mekanisme penyebab terjadinya ruptur


tracheobronchial :
1. Perubahan mendadak dari diameter
anteroposterior dinding thoraks.
2. Deselerasi
3. Tekanan intra tracheobronchial
meningkat mendadak.
Lanjutan Ruptur Tracheobronchial.

 Tanda-tanda :- Sesak nafas makin memberat, kadang2 disertai


suara parau.
- Timbul empysema subcutan massive.
- Pneumothoraks, pneumomediastinum, kadang2
timbul hemoptisis.
 Pengelolaan : - Pasang dren thoraks pada area pneumotoraks
- Multiple insisi masih kontroversi.
- Segera lakukan bronchoscopi untuk evaluasi
lokasi dan besarnya cidera, guna menentukan
tindakan lebih lanjut konservatif/operatif.
lanjutan Empysema subcutan

Tak tampak gambaran


subcutis

-Gambaran subcutis tak homogen.


-Batas jantung dua lapis pneumo
mediastinum.
Ruptur diafragma.

 Adanya jejas didaerah dinding thoraks kiri setinggi kosta VI


kebawah atau setinggi kosta V kanan kebawah harus dicurigai
ruptur diafragma.
 Pasien akan mengeluh sesak nafas makin lama makin memberat
 Ketinggalan gerak, perkusi redup, dan auskultasi ada suara usus
merupakan tanda yang sering didapat.
 Pemeriksaan penunjang : foto thorak AP tanpa/dengan
terpasang NGT, CT scan thoraks, MRI thoraks.
 Pengelolaan : Operasi.
lanjutan Ruptur Diafragma Sinistra.

• Sudut costophrenicus menghilang.


• Tampak pleural effusi.
• Tampak gambaran gaster di hemi
thoraks kiri.
• Tampak jantung bergeser kehemi
thoraks kanan.
Fraktur costa

 70 % dari trauma thoraks mengalami faktur costa.


 Keluhan : nyeri untuk bernafas.
 Tanda 2 :- Palpasi : nyeri, kadang – kadang ada
krepitasi.
- Auskultasi : suara paru normal
 Pemeriksaan penunjang : foto thoraks AP/PA.
 Management: - analgetik.
- chest fisioterapi.
Tehnik pemasangan dren thoraks.
Lanjutan Tehnik pemasangan drain thoraks
Macam-macam WSD
 Secondary survey:
KU:
Anamnesis:
Satu Jam Sebelum Masuk Rumah Sakit,Pasien jatuh ke jurang
saat menambang pasir. Linggis pasien jatuh terlebih dahulu
kemudian dada pasien tertancap linggis. Tidak ada riwayat
benturan kepala,tidak pingsan dan pasien dibawa ke RS
Swasta tipe D di Sleman. Karena keterbatasan alat dan SDM
pasien dirujuk ke RS Sardjito.
Pemeriksaan fisik:
Vital sign: TD 124/84 mmHg Nadi 88x/mnt, RR 26x/mnt
Status lokalis:
- Kepala: t.a.k
- Leher: t.a.k
- Thorax:
I: Tampak linggis tertancap di hemithoraks dekstra.
Terpasang WSD di hemithorak dekstra.
P: VF kanan menurun dibanding kiri
P: Sonor kanan menurun dibanding kiri
A: vesikuler kanan menurun dibanding kiri
Abdomen:
I: Flat(+),distensi(-)
A: peristaltik(+) normal
P: supel(+)
P: tympani (+)

Ekstremitas Superior: dalam batas normal

Ekstremitas Inferior: dalam batas normal


Diagnosis kerja:
 Trauma tembus hemithoraks dekstra ec besi
linggis
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium (15/08/14):
 Hb: 11,3 g/dL
 AL: 9,62 x103 /mm3
 AT: 206 x103 /mm3  AGD :
 PPT: 15,7/14,6 dtk  PH: 7,405
 APTT: 31,8/33,4 dtk  PCO2: 34 mmHg
 BUN: 14,5 mg/dL  PO2: 226 mmHg
 Crea: 0,45 mg/dL cHCO3: 20,5 mmol/L

 GDS: 111 mg/dL
 BE: -3,5 mmol/L
 SGOT: 41 U/L
 SO2: 99,2 %
 SGPT: 42 U/L
 AaDO2: 299,3 mmHg
 Na: 139 mg/dL
 K: 4,1 mg/dL
 Cl: 101 mg/dL
 Radiologi (15/08/14):
Planning

 O2 10 Lpm NRM
 IVFD Ringer laktat 24 tpm
 Pemasangan CVC
 Inj. Ceftriaxone 1 g/ 12 jam
 Inj. Metronidazol 500 mg/8jam
 Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam
 Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
 Pro Thorakotomi Evakuasi Corpal Besi Linggis
Pre operasi
Durante operasi
Tindakan:
 Thorakotomi evakusi corpal linggis
 Segmentectomy
 Debridement
Post Operasi
Post Operasi
 Dirawat di ICU (1 hari )
 Ventilator (1 hari )
 IVFD Ringer laktat 28 tpm
 Inj. Ceftriaxone 1 g/ 12 jam
 Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam
 Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
 Dirawat Bangsal (2 Hari)
 BLPL perawatan hari ke 3
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai