ABNORMALITAS
Prof. DR,Dr R.M. Suryadi Tjekyan DTM&H,MPH
Dr. Achmad Ridwan MO, M.Sc
Achmad.ridwanmo@yahoo.com
08127134097
Pokok Bahasan
1.PENGANTAR EBM
• Definisi, Tujuan, mengapa perlu EBM,
Langkah-Langkah EBM, Ringkasan.
2.NORMAL & ABNORMALITAS
• Definisi, Pengukuran,Variasi, Distribusi, kriteria
abnormalitas, Regresi terhadap Rerata,
Ringkasan
Bawang putih
(garlic) dan
tekanan darah
tinggi (hipertensi)
Gangguan Telinga Membuat Anak Hiperaktif?
Vaksinasi MMR
Evidence Based Medicine atau Kedokteran
berbasis bukti
• Dikembangkan para pakar epidemiologi klinis awal
1990-an. Tahun 1992 ada 2 artikel, tahun 2000
lebih1000 artikel.
• Semua jurnal telah mengadopsi konsep EBM, semua
FK dan RS besar telah menerapkan praktik EBM.
• Banyak program kes menggunakan paradigma EBM
termasuk pembuatan Panduan Praktik Klinik (PPK),
health technology assessement, audit klnis,
keselamatan pasien, dan menjadi baku dlm
penetapan kebijakan kes di banyak negara.
Pengambilan keputusan di klinik
Dalam Praktik 3 hal yg rutin ditemukan dalam
Praktik klinis:
• Penegakan Diagnosis
• Tata laksana (Terapi)
• Prognosis (untuk memprediksi perjalanan
penyakit utk dijelaskan ke pasien dan
keluarganya)
LINGKUP PERTANYAAN KLINIS
• 75 % /lebih pertanyaan pasien pada dokter praktik
menyangkut DIAGNOSIS DAN TERAPI.
• Lingkup Pertanyaan Klinis:
1. Diagnosis
2. TerapI
3. Prognosis
4. Etiologi/Harm
5. Prevensi
6. Cost Analysis
EBM DAN EPID KLINIS
• Epid klinis :penerapan prinsip prinsip epidemiologi dalam
masalah yg ditemukan dalam kedokteran klinis (Fletcher dan
Fletcher).
• Epid klinis: sebagai ilmu dasar bagi kedokteran klinis (Sacket)
• Awal tahun 1990an Sacket dkk mengembangkan EBM , yg tdk
lain adalah penerapan ilmu epidemiologi klinis dalam praktik.
• Secara umum epid klinis merupakan ilmunya sedangkan EBM
penerapan ilmu tsb. Epid klinis berbicara ttg konsep, teori, dan
pelaksanaan penelitian klinis. EBM menerapkan hasil penelitian
tsb dalam praktik klinis.
• Konsep EBM ditujukan pada tata laksana pasien secara
individu, sekarang telah merambah ke ranah Kesehatan
masyarakat
EVIDENCE BASED MEDICINE
Normalitas/Abnormalitas
Diagnosis
Kekerapan (Frekuensi)
Risiko
Prognosis
EPIDEMILOGI Pengobatan CRITICAL
KLINIK Pencegahan APPRAISAL
SEBAGAI Kausa
METODA
Perjalanan/Riwayat alami
IMPORTANCY
1.PREVALEN, 2.INSIDEN
3.PREVALEN KLINIK
4.DAN LAIN LAIN
ETIOLOGI/HARM/RISK
Peneliti (doers)
Telaah Kritis
Science Valid Art
• Logics • Beliefs
• Knowledge • Judgements
• Experience Kuantifikasi Dx, Tx, Px • Intuition
* +
• komplikasi
Dx • cacad
• mati
Risk factors Diagnostic Prognostic
Screening Factors
(Causation) test
Clinical Trials
Therapy Diagnostic
Clinical Trials
Clinical Trials test
Prevention I
Prevention II
BATASAN EPIDEMIOLOGI KLINIS
Therefore
Dr. AT is on call Therefore:
All residents are neat
PREVIOUS PRACTICE:
Perilaku selama ini
Konsultan, sejawat
Praktik kedokteran Buku teks
20-30 tahun Buku panduan/pedoman
Catatan kuliah
Panduan praktik klinis
P2KB, seminar, dll
Jurnal
Relative $
% of
remaining
knowledge
2 4 6 8 10 12
5,000?
2500000 per hari
Medical Articles per tahun
2000000
1500000
1,400
1000000
55 per per hari
500000 hari
0
Trials MEDLINE BioMedical
5 Langkah dalam Praktik EBM
1. Memformulasikan pertanyaan ilmiah terkait masalah penyakit
yg diderita oleh pasien
2. Penelusuran informasi ilmiah (evidence) berkaitan dg masalah
yg dihadapi
3. Penelaahan terhadap bukti-bukti ilmiah yg ada dengan cara VIA
(Validity, Importancy, Aplicability)
4. Menerapkan hasil penelaahan bukti-bukti ilmiah kedalam praktik
pengambilan keputusan
5. Melakukan evaluasi terhadap efikasi dan efektifitas intervensi.
Tahap ini harus dilakukan untuk mengetahui current best evidence
yg digunakan untuk pengambilan keputusan terapi bermanfaat
secara optimal bagi pasien dan memberikan risiko yg minimal.
5)Masalah pada
pasien
1)Formulasi
4)Penerapan Siklus pertanyaan
bukti EBM klinis
8) Integration of
1) Patient current evidence
into practice
FIRST STEP
PATIENT
BACKGROUND QUESTION
CLINICAL SCENARIO
BACKGROUND QUESTION
• 1. GENERAL KNOWLEDGE OF
DISORDER
• 2.ROOT QUESTION:
WHO,WHAT,WHERE,WHEN,HOW,
WHY
• 3.DISORDER OR ASPECT DISORDER
FOREGROUND QUESTION
• PICO
1. PATIENT AND/OR PROBLEM
2. INTERVENTION
3. COMPARISON INTERVENTION ( IF
RELEVANT)
4. OUTCOME
SECOND STEP
CLINICAL SCENARIO
DOWNLOADING
THE RELEVANT ARTICLE
SEVENTH STEP
CRITICALLY APPRAISED
THE RELEVANT ARTICLE
USING CRITICAL APPRAISAL
WORKSHEET
EIGHTH STEP
Treatment
(Intervention necessary to help the patient)
Prognosis
(Prediction of the outcome of the disease)
Others:
Meta-analysis
Clinical guidelines
Economic analysis
Clinical decision making
Cost-effectiveness analysis
Qualitative research
MENGAPA SEBAGIAN DOKTER ENGGAN MEMPELAJARI
DAN MENERAPKAN EBM
4
Frequency
0 N = 50.00
100.0 120.0 140.0 160.0 180.0 200.0 220.0 240.0
110.0 130.0 150.0 170.0 190.0 210.0 230.0
KOLESTER
RELIABLE/TERANDAL
DAN
AKURAT
VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Keterandalan Keseksamaan
(Reliability, Reproducibility, (Accuracy, Validity)
Precision)
Batasan : Derajat kesamaan dari nilai Derajat dari hasil pengukuran sesuai
variable apabila dilakukan dengan keadaan sebenarnya dari
pengukuran beberapa kali. fenomena yang diukur.
Cara terbaik : untuk Membandingkan hasil pengukuran yang Membandingkan dengan standar baku
menilai dilakukan berulang kali.
Terancam oleh Kesalahan acak yang berasal dari Kesalahan sistematik (bias) yang berasal
pengamatan, subyek, alat pengukur daripengamatan subyek, alat pengukur.
Sumber Definisi
Pengukuran:
Alat Alat-alat untuk melakukan pengukuran
Pengamat Adalah orang melakukan pengukuran
Biologik: Kumulatif
- Di dalam individu- Perubahan dalam masyarakat dengan waktu
individu dan situasi
- Diantara individu- Perbedaan biologik dari satu orang dengan
individu orang lain
Untuk pengukuran fenomena kedokteran klinik
dan kedokteran dasar,biasanya sudah tersedia
peralatan dan metode pengukuran yang biasa
digunakan
SEMAKIN TEPAT
DEFINISI OPERASIONAL
PENELITIAN
SEMAKIN TINGGI VALIDITAS ISI
Validitas kriterium (criterion related
validity, validitas prediksi
1) validitas pengukuran,
(2) adekuat tidaknya rancangan
penelitian
(3) analisis data.
Peningkatan validitas dalam suatu penelitian dilakukan
pula dengan cara mengendalikan varian
– Distribusi actual
• Data dikemukakan sebagai suatu gambar
(figure), menunjukkan banyaknya proporsi
dari kelompok orang tertentu yang
mempunyai nilai pengukuran yang berbeda.
– Distribusi normal (distribusi Gaussian)
• Menggambarkan distribusi dari pengukuran
berulang dari obyek fisik yang sama dan
instrumen yang sama.
DISTRIBUSI AKTUAL (Yg sebenarnya)
DISTRIBUSI NORMAL (Kurva Normal)
Kriteria Dari Abnormalitas
• Abnormal sebagai hal yang tidak
wajar
• Abnormal sebagai asosiasi dengan
penyakit
• Abnormal sebagai hal yang dapat
diobati
Kriteria Abnormal
• Apabila tidak ada garis pemisah yg tegas antara
normal dan abnormal, klinisi bisa menentukan
dimana titik batas diletakkan, lalu aturan dasar dasar
apakah yg harus dipergunakan?
• Ada 3 kriteria yg berguna: sedang tidak wajar,
sedang sakit, atau sedang diobati.
• Untuk masing –masing pengukruan, cara pendekatan
ini tidak perlu saling berhubungan dengan yg lainnya,
shg bila kita menganggap abnormal menurut kriteria
yg satu akan dianggap normal oleh kriteria lainnya.
Abnormal sbg sesuatu yg tidak wajar
• Dalam klinik, normal biasanya dianggap sebagai sesuatu yang paling
banyak muncul atau dalam kondisi biasa. Apa saja yang sering muncul
dinyatakan normal, dan apa yang jarang muncul disebut abnormal. Ini
adalah istilah statistik, yang berdasar pada frekuensi karakteristik
tertentu, biasanya adalah populasi yang tidak sakit.
• Sebagai contoh, kita dapat mengatakan normal bila merasa nyeri
sehabis tindakan bedah atau kadar kolesterol lebih dari 200 mg/dl.
Untuk orang-orang Amerika usia pertengahan.
• Batasan lbh spesifik yg disebut tdk wajar dlm istilah matematik. Salah
satunya titik batas (Cut off point) antara normal dan abnormal, agak
kabur, yaitu semua harga yg lebih dari 2 deviasi standar dianggap
abnormal. Dg asumsi distribusi data yg diselidiki mendekati distribusi
normal, mk 2,.5 % dari observasi akan tampak pd masing masing ekor
distribusi dan hal ini dianggap abnormal.
Abnormal yg ada hubungannya dg Penyakit
• Suatu pendekatan yang baik untuk membedakan bentuk normal
dari bentuk abnormal adalah dengan menyatakan abnormal
untuk observasi- observasi yang biasanya berkaitan dengan
penyakit, ketidak mampuan (disability) atau mati-yakni setiap
cara klinik yang berpangkal pada kesehatan yang baik. Penyakit itu
bisa dinyatakan langsung dengan melihat gejala-gejalanya atau diduga
dengan melihat karakteristiknya yang biasanya berhubungan kuat
dengan kesehatan yang buruk, misalnya seperti "factor risiko" atau
gejala-gejala fisik yang penting secara klinik
• Penentuan tentang risiko yg penting bervariasi, bahkan walau risiko
itu telah diketahui (Gb.2.12) Sebagian besar tentu akan sependapat
bahwa risiko untuk timbulnya penyakit gout masih bisa diabaikan
pada kadar asam urat < 7,0 mg/100 ml. (kadar ini meliputi 95,2% dari
populasi). Setelah itu risiko mulai meningkat hingga pada kadar > 9,0
mg/100 ml banyak orang menderita gout
Abnormal yg ada hubungannya dg Penyakit
Penentuan ttg kapan kelainan tsb terjadi akan sgt tergantung pd penentuan
timbulnya penyakit yg perlu dicegah dg metode-metode terbaru. Utk kadar asam
urat dlm serum ditentukan 8,0 atau 9,0 mg/100 ml.
Abnormal sebagai hal yang bisa diobati
• Untuk beberapa keadaan, terutama pada mereka yang tidak
menimbulkan kesulitan (asimptomatik) akan lebih baik kalau
penentuan abnormal itu hanya dilakukan bila tindkan pengonatan
akan memprbaiki keadaan. Hal ini disebabkan tdks emua pertanda
risiko itu bisa diobati dg baik.
• Menghilangkan fak risiko belum tentu menghilangkan risikonya
sendiri, karena mungkin faktior itu sendiri bukan penyabeb
penyakitnya, tetap hanya ada hubungan dg penyebab , atau karena
keruskan irreversible tekah timbul,
• Selain itu , memberi tanda seseorang sbg abnormal bs
menyebabkan efek spikologis yg burk yg sulit dipastikan bhw
pengobatannya bisa menghialngkan kelainan yg terjadi itu,.
Abnormal sebagai hal yang bisa diobati
• Apa yg disebut sebagai bisa dobati berubah dg perjalanan
waktu. Karena itu keputusan ttg pengobatan hendaklah
didasarkan bukti bukti penelitian klinik yg dilakukan dg
metode yg benar.
• Tingkatan pengobatan yg dinyatakan bermanfaat akan
mengalami perubahan, sesuai dg temuan perocobaan
klinik.
• Gb 2.13. menunjukan bagaimana akumulasi bukti-bukti
pengobatan hipertensi telah mengubah definsi pada tk
mana hipertensi bisa diobati. Keberhasilan penurunan tek
darah diastolic telah menunjukan keberhasilan pengobatan.
Abnormal sebagai hal yang bisa diobati
Regresi Kearah Rerata
(Regression To The Mean)
• Apabila para klinisi menghadapi hasil uji abnormal
yang tidak terduga. Mereka cenderung untuk
mengulanginya. Mengapoa bisa terjadi demikian?
Apakah hal itu bisa diopastikan terjadi?
• Apabila pasien-pasien dengan nilai ekstrim
diseleksi dan uji di ulangi, hasil nilai kedua yang
didapatkan cenderung mendekati bagian sentral
dari distribusi kekerapan (normal secara statitik).
• Nilai-nilai uji berikutnya condong lebih cermat
dalam memperkirakan nilai sebenarnya, dan hal
ini dapat dihasilkan bila dilakukan pengukuran
berulang kali pada pasien tersebut.
• Hal ini dapat disebabkan karena
adanya fluktuasi acak dari variabilitas
intrapersonal dan disebut “regresi
terhadap rerata” dan nilai-nilai ini
dapat diharapkan kembali kearah
harga normal pada pengukuran
berikutnya tanpa adanya perubahan
yang terjadi pada individu
bersangkutan.
Regresi Kearah Rerata (Regression To The
Mean)
Kunjungan TD diastolic rerata (mmHg)
1 99,2
2 91,2
3 90,7