Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jalan sebagai salah satu penunjang transportasi nasional mempunyai peranan penting
terutama dalam mendukung bidang ekonomi, dengan ini pemerintah Provinsi Sumatera Barat
mengaplikasikannya melalui Kegiatan Pelaksanaan Pekerjaan Paket DED Jalan Abai Sangir -
Sungai Dareh (P.056.3) yang berlokasi di Kab. Solok Selatan - Kab. Dharmasraya Tahun
Anggran 2019.
1.2 Maksud Dan Tujuan
Perencanaan teknis jalan ini dimaksudkan agar didapat hasil perencanaan jalan yang
mencakup perencanaan teknik konstruksi, rincian dan dan rencana anggaran biaya, serta waktu
pelaksanaan yang sesuai peraturan telah ditetapkan. Serta tujuanya mendapatkan hasil
perencanaan (DED) yang dapat diaplikasikan dengan baik di lapangan, sesuai yang diharapkan
1.3 Batasan Masalah
Pada pembahasan ini penulis membatasi pada perencanaan geometric jalan,
1.4 TAHAPAN KEGIATAN
a. Persiapan
b. Pra reconnaisance survey
c. Reconnaisance survey
d. Pengumpulan data lapangan
e. Kompilasi data.
f. Perhitungan dan analisis data.
g. Perencanaan geometrik dan tebal perkerasan jalan.
h. Pelaporan
i. Diskusi dan Presentasi.

1.5 Data Pekerjaan

Kegiatan : Perencanaan Pembangunan Jalan Propinsi


Paket DED Jalan Abai Sangir – Sungai Dareh (P.056.3)
Tanggal 14 Juni 2019
Sumber Dana APBD
Tahun Anggaran 2019
Jangka Waktu Pelaksanaan 180 Hari Kalender
1.6 Lokasi Kegiatan

Lokasi pekerjaan perencanaan ini dimulai dari Kabupaten Kabupaten Solok Selatan menuju kabupaten Dharmasraya dan
BAB II
METODOLOGI

2.1. Umum

Pada setiap perencanaan konsultan berkewajiban untuk menyusun metodologi perencanaan dan
rencana kerja. Sehingga hasil akhir perencanaan sesuai dengan kaedah-kaedah dan
peraturan/standar yang berlaku serta tepat waktu. Khususnya pada penentuan geometric jalan.

2.2 Geometrik Jalan

Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan
pada perencanaan bentuk fisik, sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan, yaitu
memberikan pelayanan yang optimum pada arus pemakai lalu lintas Geometric jalan harus harus
berdasarkan kepada rencana pemanfaatan dan kecepatan jalan, dan harus didukung dengan data
pengukuran existing yang benar lengkap dan detail
2.3 SKEMA PERENCANAAN TEKNIK JALAN

Mulai

Studi Awal Koordinas i

Survei
Pendahuluan

Ya
Standar & Pedom an
Survei Lapangan
Survei

Ditambah

Tidak Kebutuhan data Chek dengan kebutuhan


s udah cukup ?? dis ain

Rekom endas i As pek-


As pek Lingkungan Ya
Standar & Pedom an
Engineering Des ign
Perencanaan

Revisi
Chek Dengan Standar &
Tidak Pedom an Perencanaan
Apakah Dis ain
s udah Ses uai ??
Chek Dengan Kondis i
Lapangan
Ya
Chek Dengan Standar &
Skala Prioritas Es tim as i Biaya Pedom an Perencanaan

Disesuaikan Perhitungan Volum e

Tidak Biaya Sudah Chek Dengan Alokas i


Ses uai Alokas i Anggaran

Ya
Peraturan-Peraturan
Dokum en Lelang
Penjadwalan Lelang
Revisi

Tidak Dokum en Lelang Ya


Seles ai
Sdh Ses uai ??

Pros es
Mas ukan/Input
2.2.1 Alinamen Horizontal
Alinemen horizontal merupakan proyeksi sumbu jalan pada bidang
horizontal, yang terdiri dari trase lurus (tangent) dan trase lengkung yang
biasa dinamakan tikungan. Lengkung horizontal biasanya merupakan
busur dari lingkaran dan lengkung peralihan,
Pada alinemen horisontal dapat ditunjukkan letak dari suatu titik atau
bagian-bagian yang penting dari jalan
a. Jari – Jari Lengkung Minimum
Untuk setiap kecepatan rencana yang ada dalam standar perencanaan
geometrik, jari-jari lengkung minimum ditentukan berdasarkan
kemiringan tikungan maksimum dan koefisien gesekan melintang
maksimum
Jari-jari minimum merupakan nilai kritis untuk memberikan kenyamanan mengemudi dan
keselamatan. Dalam perencanaan diusahakan jari-jari yang diambil lebih besar dari jari-jari
minimum.
Jari –jari minimum berdasarkan kecepatan rencana

VR (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20

Rmin (meter) 600 370 210 110 80 50 30 15

b. Lengkung Peralihan
adalah lengkung-lengkung yang ada di antara bagian lurus dan bagian lengkung jalan berjari-jari R, berfungsi
untuk mengantisipasi perubahan alinemen jalan dari bentuk lurus (R tak terhingga) sampai bagian lengkung
berjari-jari tetap R sehingga gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan saat di tikungan berubah secara
berangsur-angsur, baik ketika kendaraan mendekati tikungan maupun ketika meninggalkan tikungan
Jari-jari tikungan yang tidak memerlukan lengkung peralihan :
c. Tikungan Dengan Lengkung Penuh (Full Circle)
Tikungan jenis ini digunakan jika jari-jari lengkung yang
digunakan cukup besar, lengkung ini tidak menggunakan lengkung spiral
sebagai lengkung peralihan. Pada lengkung lingkaran penuh yang tidak
mempunyai lengkung peralihan, untuk mengantisipasi perubahan gaya
sentrifugal secara mendadak digunakan lengkung peralihan fiktif dalam
penggambaran diagram super elevasinya

d. Spiral Circle Spiral (lengkung spiral – lingkaran - spiral)


Tipe tikungan ini digunakan jika jari-jari lengkung yang digunakan tidak
memenuhi atau kurang dari jari-jari minimum yang diperkenankan
untuk tipe Full Circle.
e. Spiral Spiral (lengkung spiral)
Tipe ini digunakan sebagai alternatif lain jika dalam perhitungan diperoleh
nilai Lc < Lc min. Selain dengan menggunakan tikungan tipe spiral-spiral
ini, untuk mengatasi nilai Lc < Lc min dapat dengan menggunakan cara
membesarkan jari-jari kelengkungan asalkan syarat landai relatif terpenuhi.

f. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan trase jalan


• Menghindarkan tikungan searah yang hanya dipisahkan oleh tangen yang pendek
• Pada bagian yang relatif lurus dan panjang, jangan sampai langsung diikuti oleh tikungan
yang tajam
• Menghindarkan penggunaan R minimum, karena jalan tersebut akan sulit mengikuti
perkembangan yang akan datang.
• Penyediaan drainase yang cukup baik.
• Memperkecil pekerjaan tanah.
g. Kebebasan Samping Pada Tikungan
Pada tikungan, jarak pandang dibatasi oleh adanya
penghalang seperti pohon, tebing atau bangunan pada
tikungan, dan permukaan jalan pada lengkung vertikal
cembung. Untuk keamanan maka harus disediakan
jarak pandang yang cukup, sehingga penglihatan
pengemudi dapat lebih leluasa terhadap kendaraan dari
arah yang berlawanan.
h. Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan

Pelebaran perkerasan ditikungan diperlukan untuk memberi keleluasaan bagi kendaraan yang berbelok.
Semakin panjang kendaraan, semakin banyak ruang yang diperlukan oleh kendaraan tersebut pada saat
menikung

Pelebaran di tikungan sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal di bawah ini :

• Kesulitan pengemudi untuk menempatkan kendaraan tetap pada lajurnya.

• Penambahan lebar lajur yang dipakai saat kendaraan melakukan gerakan melingkar.

• Dalam segala hal pelebaran di tikungan harus memenuhi gerak perputaran kendaraan rencana sedemikian
sehingga proyeksi kendaraan tetap pada lajurnya.

• Pelebaran di tikungan ditentukan oleh radius belok kendaraan rencana, nilainya seperti pada tabel pada
lampiran, dengan ketentuan untuk jalan 1 jalur 3 lajur nilai tabel dikalikan dengan 1,5 sedangkan
untuk jalan 1 jalur 4 lajur dikalikan 2.

• Pelebaran yang lebih kecil dari 0,6 meter dapat diabaikan


2.2.2 Alinemen Vertikal
Alinemen vertikal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang vertikal. Alinemen ini melukiskan tinggi rendahnya jalan
terhadap muka tanah asli, sehingga memberikan gambaran kendaraan dalam keadaan naik atau bermuatan penuh
dengan truk sebagai kendaraan standar. Alinemen vertikal juga terdiri dari bagian lurus dan bagian lengkung, yang
merupakan peralihan antara kedua macam kelandaian

a. Kelandaian
Batas kriteria yang digunakan adalah kelandaian maksimum. Landai maksimum dimaksudkan untuk memungkinkan
kendaraan bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan yang berarti. Nilainya didasarkan pada kecepatan truk yang
bermuatan penuh yang mampu bergerak dengan penurunan kecepatan tidak lebih dari separuh kecepatan semula
tanpa harus menggunakan gigi rendah
Batas Kelandaian Maksimum
b. Panjang Kelandaian Kritis

Panjang kritis adalah panjang landai maksimum yang harus disediakan agar kendaraan dapat
mempertahankan kecepatannya sedemikian rupa sehingga penurunan kecepatan tidak lebih dari
separuh VR. Lama perjalanan tersebut ditetapkan tidak lebih dari satu menit, Lama perjalanan
tersebut ditetapkan tidak lebih dari satu menit. Bila pertimbangan biaya memaksa, maka panjang
kritis dapat dilampaui dengan syarat ada penambahan lajur khusus untuk kendaraan berat

Panjang Kelandaian Kritis :


c. Panjang Lengkung Vertikal
Panjang minimum lengkung vertikal dibatasi oleh
kebutuhan untuk menyerap guncangan dan jarak
pandangan henti.
Terdapat dua jenis lengkung vertikal, yaitu lengkung
vertikal cembung dan lengkung vertikal cekung

Panjang minimum lengkung vertikal


d. Jarak Pandang
Jarak pandang adalah panjang bagian jalan di depan pengendara yang masih dapat dilihat dengan jelas, yang diukur dari kedudukan pengendara tersebut. Panjang jarak pandangan yang
diperlukan tergantung dari pengendara dan kendaraan yang bersangkutan
Faktor-faktor yang terkait dengan jarak pandang adalah :
- Waktu sadar dan reaksi pengendara:
- Waktu yang digunakan untuk menghindari keadaan yang dianggap bahaya.
- Kecepatan kendaraan
Jarak pandang dapat dibedakan menjadi dua macam:
1. Jarak pandang henti adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman ketika melihat ada halangan di
depan
Jarak pandang henti minimum :

b. Jarak Pandang Mendahului


adalah Jarak yang memungkinkan suatu kendaraan untuk mendahului kendaraan lain di depannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali ke lajur
semula. Pengukuran didasarkan pada asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan 105 cm

Anda mungkin juga menyukai