M a t a K u l i a h U m u m
Kuliah II
Pengetahuan Kebencanaan dan Lingkungan (MKS 106)
Tujuan Hasil
Memahami definisi dan ruang lingkup Memahami definisi dan ruang
Ancaman, Kerentanan, dan Kapasitas, lingkup Ancaman, Kerentanan,
sehingga mempunyai cara pandang yang dan Kapasitas, sehingga
sama guna mengidentifikasi tingkat Risiko mempunyai cara pandang yang
terhadap suatu ancaman/bahaya tertentu sama guna mengidentifikasi tingkat
di lingkungan tempat tinggalnya. Risiko terhadap suatu
ancaman/bahaya tertentu di
lingkungan tempat tinggalnya.
Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu
tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan,
hilangnya harta benda, dan gangguan kegiatan masyarakat (Pasal 1 ayat 17 UU PB)
Pengkajian risiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk memperlihatkan potensi dampak negatif yang
mungkin timbul, akibat suatu potensi bencana yang melanda. Potensi dampak negatif timbul dihitung berdasarkan
tingkat kerentanan dan kapasitas daerah. Potensi dampak negatif dilihat dari potensi jumlah jiwa terpapar, kerugian
harta benda, dan kerusakan lingkungan (PERKA BNPB No.2, 2012)
Pengkajian risiko bencana partisipatif merupakan suatu cara menilai potensi dampak negatif pada aset penghidupan
suatu komunitas yang mungkin timbul akibat kejadian ancaman. Pengkajian partisipatif dilaksanakan secara mandiri
oleh komunitas masyarakat
• Mempertimbangkan kebutuhan kelompok rentan
• Keterlibatan Laki-laki dan Perempuan secara Equal (Prosedur dan Substantif)
Dilakukan secara BERKALA (Pembaharuan)
1. Mengenali Bahaya/Ancaman
2. Mengenali Kerentanan dan Kapasitas
3. Menilai Risiko Bencana
4. Membuat Peta Risiko Bahaya/Bencana
secara partisipatif, yang meliputi
penjelasan tentang peta, cara membuat
peta, dan alasan mengapa perlu
melakukan pemetaan risiko bencnaa
partisipatif
V
• V = Vurnerability (Kerentanan)
R ≈ H C
• C = Capacity (Kapasitas )
Note: Rumusan matematis diatas hanya
merupakan ilustrasi dalam menggambarkan
pola hubungan tiga faktor risiko bencana
Ancaman Bencana
Kekeringan Kekeringan ditandai Penyebab kekeringan adalah Sekolah tidak mempunyai Terjadi setiap tahun pada saat
dengan mengeringnya musim kemarau yang air bersih untuk keperluan musim kemarau
sumur di permukiman berkepanjangan setiap tahun, sanitasi di sekolah.
penduduk dan di sekolah. diperparah dengan tidak
adanya cadangan persediaan Anak-anak terlambat ke
Penduduk atau warga air. sekolah karena harus
sekolah harus mengambil membantu orang tua
air dari sungai atau bukit mengambil air di
yang lokasinya jauh. sungai/bukit di pagi hari.
Pandemi COVID-19,
Wabah penyakit;
diare, penyakit kulit
PROBABILITAS DAMPAK
ASPEK-ASPEK KERENTANAN
Manusia
Sosial/Politik
Alam/Lingkungan
Fisik/Infrastruktur
Finansial
Konflik mendapatkan bantuan Rendah Pengelolaan bantuan telah dikelola oleh tim
siaga bencana
Keamanan Terjadinya penjarahan Rendah Kepolisian bersama warga melakukan
pengamanan
Pelayanan Kantor kelurahan tidak berfungsi Tinggi Kantor kelurahan tergenang dan seluruh
publik pelayanan tidak dapat berjalan
Puskesmas Sedang Jalan menuju puskesmas tergenang namun
masih dapat dilalui. Pelayanan masih berjalan.
Namun tenaga kesehatan kurang
Mata pencaharian Seluruh mata pencaharian terhenti (perlu didetailkan, mata Tinggi Tidak ada alternatif mata pencaharian selama banjir dan setelah
pendacaharian apa saja yang berhenti total. Data dapat banjir
diambil dari data sekunder)
4 Fisik/infrastruktur Jalan tidak berfungsi Tinggi Jalan utama tidak dapat dilalui seluruh kendaran kecuali truk besar
atau kendaraan khusus (off road)
Jembatan tidak dapat dilalui Tinggi Selain tergenang, arus sungai dibawah jembatan memiliki arus yang
kuat
Rumah rusak/hlang Tinggi Rumah tidak dapat ditempati Karena gempa, rumah hilang
akibat erosi badan sungai
5 Lingkungan Pencemaran; tempat penampungan limbah pabrik sekitar Tinggi
kelurahan tergenang banjir
1 Kebijakan Kebijakan satuan tugas penanggulangan bencana Rendah Kurang berjalan maksimal. Belum mampu terkonsolidasi di tingkat RW/desa.
2 Kesiapsiagaan Peringatan dini banjir Tinggi Telah ada peringatan dini yang dipahami dan menjangkau seluruh warga ketika banjir
datang
Tim siaga bencana Tinggi Tim siaga bencana terdiri telah dilatih cara-cara evakuasi dini saat terjadi banjir
Sarana dan prasana evakuasi Sedang Masih kurang memadai dengan jumlah yang dibutuhkan
Jalur evakuasi Tinggi Jalur evakuasi telah dilengkapi dengan papan informasi dan sarana pengaman berupa tali
pengaman
3 Peran Serta Penyiapan kebutuhan dasar yang dimobilisasi Tinggi Kebutuhan dasar sementara pengungsi telah disiapkan oleh masing-masing RW
Masyarakat dari warga masyarakat dan sektor bisnis dan dikelola oleh tim di komunitas
Proses evakuasi Tinggi Warga saling membantu melakukan proses evakuasi dengan sarana dan prasana
yang dimiliki secara individual
*Semakin tinggi skor/ nilai frekuensi dan dampak, maka semakin tinggi tingkat risiko
**Semakin rendah skor/ nilai kapasitas, maka semakin tinggi tingkat risiko
Banjir
5 3 3 2 3 16 Sedang Skor/ Nilai Tingkat
Risiko
Kekeringan
1 2 2 1 2 8 Rendah
0-8 Rendah
Gempa
bumi 9-16 Sedang
Tsunami 17-25 Tinggi
Pandemi
COVID-19
* Semakin tinggi skor/ nilai frekuensi dan dampak, maka semakin tinggi tingkat risiko
**Semakin rendah skor/ nilai kapasitas, maka semakin tinggi tingkat risiko
Secara umum,
metode
penyusunan
kajian risiko
seperti Gambar
berikut ini
(Penyusaian
Perka BNPB no
2/2012).
Contoh Sketsa
pengukuran lapangan, hanya didasarkan perspektif
sudut pandang, ini adalah peta yang paling mudah
dibuat dan digunakan kominitas
• Peta dasar: digunakan untuk membuat peta turunan
dan perencanaan umum maupun pengembangan suatu
wilayah. Peta dasar umumnya menggunakan peta
topografi, batas administrasi dll. Memerlukan
Sebaliknya,
100 meter di lapangan =
10.000 cm di bagi 100.000 = 10 cm di peta
= 0.1 m di peta
RENCANA EVAKUASI: Kegiatan dan langkah-langkah yang disusun oleh masyarakat atau
sekolah untuk menjamin pelaksanaan evakuasi dapat berjalan dengan lancar
Meliputi identifikasi daerah rawan, daerah aman, tempat perlindungan, rute
evakuasi dan pilihan evakuasi vertikal yang aman dari potensi kerusakan
Serta pengidentifikasian infrastruktur kritis (rumah sakit, sekolah, stasiun bis, kereta,
komunikasi dan penerangan dll)
Perlakuan khusus untuk anggota masyarakat yang lebih rentan (lansia, anak anak,
orang cacat, ibu hamil)