Anda di halaman 1dari 45

AHLI MADYA K3 KONSTRUKSI

MENYUSUN PRO-
Modul
04 GRAM
PELATIHAN
Oleh:

TUGIMIN
Instruktur/Narasumber

Asosiasi Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (AK3L)


CURRICULUM VITAE
N ama : TUGIMIN

Tempat/Tgl. Lahir : YOGYAKARTA, 14 AGUSTUS 1958


Alamat rumah :
JL. MAKMUR I RT 03 RW 10 NO. 320
RAWA SAPI JATI MULYA - BEKASI TIMUR

No. HP : 081 310 375 323


Pekerjaan :  PUPR : 1980 sd 2016
 Pelaksana LSP K3 : 2021 sd sekarang
Pelatihan :
 Workplace Asesor IASPD 2005
 TOT Bidang Jasa Konstruksi 2009
 Asesor BNSP Bidang Jasa Konstruksi 2009
 Asesor AKTK LPJKN 2013
 Asesor ASKOM BNSP 2022
Unit Kompetensi

SKKNI No.350 Tahun 2014


Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi
Elemen & KUK (Unit Kompetensi)

SKKNI No.350 Tahun 2014


Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi
Tujuan Pembelajaran

Peserta Mampu Menyusun jenis


01 pelatihan K3 yang sesuai dengan jenis
pekerjaan

Peserta Mampu Menetapkan program


02 pelatihan K3
Alur Pikir : Penyusunan Program Pelatihan K3
Identifikasi Jenis Kebutuhan Pelatihan K3

Inventarisasi Jenis Pelatihan K3 yang


Penyusunan Jenis
pernah diikuti pekerja
Pelatihan K3
Penentuan Jenis Pelatihan K3 yang akan
dilaksanakan
Penetapan Kelompok Pekerja berdasarkan
Jenis Pelatihan K3

Penentuan Lembaga/Unit Penyelenggara


Penetapan Program Penyusunan Rencana Biaya Jenis
Pelatihan K3 Kebutuhan Pelatihan K3

Penyusunan Jadwal Pelatihan SKKNI No.350 Tahun 2014


Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi
TUJUAN & MANFAAT PELATIHAN K3
• Meningkatkan pengetahuan dan • Meningkatkan kepuasan kerja
keterampilan pekerja • Meningkatkan produktivitas kerja
• Membantu pekerja melaksanakan • Membangun komunikasi jadi lebih
pekerjaannya dengan aman, tanpa baik
menimbulkan risiko bagi kesehatannya • Menciptakan kerja sama yang baik
• Mengurangi kecelakaan kerja dan cara • Mengembangkan budaya K3 yang
pencegahannya positif dengan lingkungan kerja yang
• Mengurangi absensi dan penggantian aman dan sehat
pekerja • Memenuhi kewajiban hukum bagi
• Mengurangi biaya kompensasi akibat pengusaha untuk melindungi
kecelakaan kerja dan PAK kesehatan dan keselamatan
• Mengurangi biaya pemeliharaan mesin pekerja.
dan kerusakan alat kerja
PELATIHAN K3 KONSTRUKSI
Dengan mengikuti Diklat K3 Konstruksi, para pekerja di
bidang jasa konstruksi akan mendapatkan informasi dan
pengetahuan tentang cara bekerja yang lebih aman.

Dengan menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja


(K3) yang benar, para pekerja dapat mengurangi risiko
terkena bahaya dan meningkatkan produktivitas serta
mengurangi biaya pengobatan karena kecelakaan.
Oleh karena itu, pelatihan K3 konstruksi merupakan
aktifitas yang bermanfaat untuk mewujudkan lingkungan
kerja yang aman.
MATERI PELATIHAN K3 KONSTRUKSI

a. Latar Belakang, Peraturan dan Perundangan K3


b. Pengetahuan Audit K3
c. Manajemen Risiko
d. Pelatihan dan Kompetensi Kerja
e. Tanggung Jawab Manajemen
f. Mengelola Pelatihan
A. LATAR BELAKANG & PERATURAN PERUNDANGAN

• Ada 3 istilah dalam hal ini yaitu K3


(keselamatan dan kesehatan kerja), K4
(standar keamanan, keselamatan,
kesehatan dan keberlanjutan), dan KK
(keselamatan konstruksi).
• Istilah K3 lebih populer secara
internasional occupational safety and
health. Sedangkan istilah keselamatan
konstruksi baru muncul thn 2017 ketika
banyak kecelakaan kerja pada proyek
proyek elevated dll.
• Gambaran KK, K4, K3
PERBEDAAN SMK3 DAN SMKK

• SMK3 berdasarkan PP 50/2012 • SMKK berdasarkan PP 14/2021


tentang Penerapan SMK3 Permen dan PERMEN PUPR 10/2021
PUPR 02/2018 Perubahan • Memuat Sistem Manajemen Mutu
Permen PUPR 05/2014 (SMM).
• BERLAKU UNTUK SEMUA • DOKUMEN SMKK: RKK,RMPK,
PERUSAHAAN RKPPL, RMLLLP.
• MIRIP OHSAS 18001:2007, PDCA • MEMUAT BIAYA PENERAPAN
SMKK
SMK3: Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja
• DEFINISI SMK3: PP 50/12: bagian dari • SMK3 wajib diterapkan oleh semua
sistem manajemen perusahaan secara perusahaan di Indonesia baik kecil,
keseluruhan dalam rangka pengendalian menengah dan besar.
risiko yang berkaitan dengan kerja guna • Dasar hukum penerapan SMK3 :
terciptanya tempat kerja yang aman efisien 1. UU No 1/70 Tentang Keselamatan
dan produktif.
Kerja, UU No. 13/2003 Tentang
• DEFINISI SMK3 : ILO: adalah ilmu yang
Ketenagakerjaan.
bertujuan untuk mengantisipasi
mengevaluasi & sebagai pengendalian
2. UU No 2/2017 Tentang Jasa
bahaya yang timbul ditempat kerja serta Konstruksi, dan PP 14 Tahun 2021.
dapat mengganggu kesehatan & 3. PP 50/2012 Tentang SMK3
kesejahteraan pekerja dengan 4. Permen PUPR 05/2014 Pedoman
mempertimbangkan kemungkinan dampak SMK3.
pada masyarakat & lingkungan.
PENGATURAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI

UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI


Pasal 4 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), dan Pasal 59 ayat (4)
UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA
Pasal 52

1 2 3 4
Permen PUPR Peraturan Pemerintah Permen PUPR Peraturan LKPP
No. 28/PRT/M/2016 No. 14 Tahun 2021 No. 10 Tahun 2021 No. 12 Tahun 2021
(SEDANG PROSES Perubahan atas PP Mencabut Permen PUPR Amanat Perpres
REVISI) No. 22 Tahun 2020 No. 21/PRT/M/2019 No. 12 Tahun 2021

Tentang Perubahan atas


Tentang Pedoman Standar dan
Pedoman Analisis Harga PP No. 22 Tahun 2020
Sistem Manajemen Pedoman
Satuan tentang Peraturan
Keselamatan Pengadaan Jasa
Pekerjaan (AHSP) Bidang Pelaksanaan
Konstruksi Konstruksi
Pekerjaan Umum UU No. 2 Tahun 2017
(SMKK) Melalui Penyedia
tentang Jasa Konstruksi

1
STANDAR KEAMANAN, KESELAMATAN, KESEHATAN, KEBERLANJUTAN
PP Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan PP Nomor 22 Tahun 2020

14
TRANSFORMASI SUBSTANSI 15
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI (SMKK)

Permen PUPR Permen PUPR


No. 21 Tahun 2019 No. 10 Tahun 2021

 Mengatur keselamatan konstruksi  Mengatur keselamatan konstruksi yang


yang meliputi standar keamanan, meliputi standar keamanan, keselamatan,
keselamatan, Kesehatan, dan Kesehatan, dan keberlanjutan termasuk
keberlanjutan termasuk penjaminan mutu dan pengendalian mutu
penjaminan mutu dan pekerjaan konstruksi, termasuk pengelolaan
pengendalian mutu pekerjaan lingkungan dan lalu lintas.
konstruksi  Mengatur pekerjaan konstruksi dan
 Mengatur pekerjaan konstruksi konsultansi konstruksi, dengan
dan konsultansi konstruksi mendetailkan pekerjaan konsultansi
konstruksi dan pekerjaan sederhana
 K/L/Pemda dan swasta dapat  Berlaku untuk seluruh penyelenggara
mengacu pada aturan ini kegiatan usaha jasa konstruksi

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2021
D I R E K T O R AT JENDERAL BINA tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
03 BIAYA PENERAPAN SMKK Pasal 40 & 41 & Sublampiran K
16

PELAKSANA KONSTRUKSI KONSULTANSI KONSTRUKSI


1) Biaya Penerapan SMKK dalam Pekerjaan Konstruksi mencakup rincian: 1) Biaya Penerapan SMKK dalam pekerjaan Konsultansi
a. Penyiapan RKK, RKPPL, dan RMLLP; Konstruksi paling sedikit mencakup rincian:
b. sosialisasi, promosi, dan pelatihan; a. penyiapan RKK dan/atau rancangan konseptual
c. alat pelindung kerja dan alat pelindung diri*; SMKK;
d. asuransi dan perizinan; b. fasilitas sarana, prasarana, dan alat kesehatan;
e. personel Keselamatan Konstruksi; dan
f. fasilitas sarana, prasarana, dan alat Kesehatan*; c. kegiatan dan peralatan terkait pengendalian risiko
g. rambu dan perlengkapan lalu lintas yang diperlukan atau manajemen Keselamatan Konstruksi.
lalu lintas*; 2) Biaya Penerapan SMKK dalam pekerjaan Konsultansi
h. konsultasi dengan ahli terkait Keselamatan Konstruksi; dan Konstruksi terkait biaya asuransi kesehatan, asuransi
i. kegiatan dan peralatan terkait dengan pengendalian Risiko profesi, biaya pendidikan, pelatihan, asuransi, dan
Keselamatan Konstruksi, termasuk biaya pengujian/pemeriksaan biaya keselamatan dan kesehatan kerja dalam
lingkungan*. pekerjaan Konsultansi Konstruksi sudah termasuk
2) Huruf c,f,g,dan i merupakan barang habis pakai dalam komponen remunerasi tenaga ahli sesuai
3) Huruf h tidak wajib untuk pekerjaan dengan risiko keselamatan konstruksi dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
kecil
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2021
D I R E K T O R AT JENDERAL BINA tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
STANDAR KEAMANAN, KESELAMATAN, KESEHATAN, KEBERLANJUTAN 17

“ Keselamatan Konstruksi adalah segala kegiatan keteknikan


untuk mendukung Pekerjaan Konstruksi dalam mewujudkan
pemenuhan standar keamanan, keselamatan, kesehatan
“ Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi merupakan
pemenuhan terhadap Standar Keamanan, Keselamatan,


Kesehatan, dan Keberlanjutan dengan menjamin keselamatan


dan keberlanjutan (K4) yang menjamin keselamatan
keteknikan konstruksi, keselamatan dan kesehatan tenaga keteknikan konstruksi, keselamatan dan Kesehatan kerja,
kerja, keselamatan publik dan lingkungan. keselamatan publik, dan keselamatan lingkungan

PEMENUHAN STANDAR KEAMANAN, PENYELENGGARAAN USAHA


Rancangan Konseptual SMKK
KESELAMATAN, KESEHATAN, DAN JASA KONSTRUKSI
KEBERLANJUTAN (Standar K4) Rencana Keselamatan
PENGKAJIAN; Konstruksi (RKK)
Keselamatan Keselamatan &
PERENCANAAN; Rencana Mutu Pekerjaan
PENERAPAN SISTEM Keteknikan Konstruksi Kesehatan Kerja
MANAJEMEN PERANCANGAN; Konstruksi (RMPK)
 Bangunan/aset  Pemilik pekerjaan
KESELAMATAN  Tenaga kerja konstruksi MANAJEMEN Program Mutu
konstruksi
KONSTRUKSI (SMKK)  Peralatan, material  Pemasok, tamu, PENYELENGGARAAN
KONSTRUKSI; Rencana Kerja Pengelolaan
subpenyedia
dan Pemantauan Lingkungan
Keselamatan SUPERVISI/PENGAWASAN;
Keselamatan Publik (RKPPL)
Lingkungan PEKERJAAN KONSTRUKSI;
 Lingkungan kerja  Masyarakat sekitar Rencana Manajemen Lalu
PEKERJAAN KONSTRUKSI
 Lingkungan terdampak proyek Lintas Pekerjaan (RMLLP)
TERINTEGRASI
proyek  Masyarakat terpapar
 Lingkungan alam dan TERINTEGRASI
Pasal 1–2 terbangun

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2021
D I R E K T O R AT JENDERAL BINA tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
KETENTUAN LAIN BIAYA PENERAPAN SMKK 18
03 Pasal 39 dan 40

Penyedia Jasa tidak dapat mengusulkan perubahan anggaran Untuk pekerjaan dengan Risiko Keselamatan Konstruksi
Biaya Penerapan SMKK yang tertuang dalam penyesuaian kecil melalui pengadaan langsung dan/atau padat karya,
dokumen SMKK dalam hal terjadi:
Biaya Penerapan SMKK paling sedikit meliputi:
a. perubahan pekerjaan atau pekerjaan baru serta perubahan
a. pengadaan APD/APK
lingkup pekerjaan pada kontrak, termasuk pekerjaan
b. sarana dan prasarana kesehatan terkait protokol
tambah/kurang; dan
kesehatan, dan
b. kecelakaan Konstruksi yang mengakibatkan kehilangan harta
c. rambu keselamatan sesuai kebutuhan.
benda, waktu kerja, kematian, cacat tetap, dan/atau
kerusakan lingkungan.

Penyedia Jasa pengawasan, manajemen konstruksi, dan


pelaksana Pekerjaan Konstruksi dapat mengusulkan
perubahan anggaran Biaya Penerapan SMKK dalam hal Usulan perubahan Biaya Penerapan SMKK merupakan
terjadi penyebaran epidemi dan pandemi yang belum biaya terkait pemenuhan protokol kesehatan untuk
diperkirakan sebelumnya, sehingga membutuhkan mengatasi epidemi dan pandemi.
penanganan kesehatan pada pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi.

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2021
D I R E K T O R AT JENDERAL BINA tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
B. PENGETAHUAN AUDIT K3
Jenis Audit SMK3
1. Audit Internal
Audit internal merupakan proses penilaian yg diadakan oleh internal perusahaan. Tujuannya untuk
menilai sejauh mana efektivitas penerapan SMK3 di perusahaan. Kegiatan audit ini dilakukan oleh
personil kompeten dan terlatih yg telah ditugaskan. Petugas audit juga harus independen dari bagian
yg akan diaudit. Jadi tidak bisa dilakukan oleh personil yg masih memiliki hubungan kerja dengan
bagian yg hendak diperiksa. Sehingga setiap bagian di perusahaan bisa memperoleh hasil
pemeriksaan yg objektif dan relevan.
Audit SMK3 internal dikerjakan oleh tim audit yg terdiri dari ketua tim, sekretaris, anggota tetap &
anggota tidak tetap. Untuk anggota tetap perusahaan dapat menunjuk pegawai yg bekerja dan
memiliki keahlian dalam bidang engineering, maintenance, operasi, dan K3.
Jumlah keseluruhan tim audit ini harus ganjil dan tidak lebih dari 7 orang. Pembatasan jumlah
anggota dan harus dibuat ganjil ini bertujuan agar proses kerja tim lebih efektif. Nantinya hasil dari
audit akan menjadi masukan kepada pihak manajemen, untuk meningkatkan kinerja program K3.
Audit internal ini perlu dilakukan secara berkala. Idealnya dilakukan sebanyak 2 kali/ tahun. Namun
frekuensi audit sebaiknya tetap disesuaikan dengan peninjauan ulang dari hasil audit internal
sebelumnya. Serta mempertimbangkan penanganan risiko kecelakaan kerja yg perlu segera ditindak
lanjuti.
PENGETAHUAN AUDIT K3
2. Audit Eksternal
Sedangkan audit eksternal untuk sistem manajemen K3,
merupakan audit SMK3 yg dilakukan oleh lembaga audit di luar
perusahaan.
Lembaga audit akan melakukan penilaian terkait penerapan SMK3
secara menyeluruh. Nantinya perusahaan bisa mendapatkan
pengakuan pemerintah yg dibuktikan dengan sertifikat SMK3.
Audit eksternal ini wajib dilaksanakan oleh setiap perusahaan.
Khususnya bagi perusahaan yg memiliki risiko bahaya kecelakaan
kerja yg tinggi.
Hasil dari audit menjadi bahan evaluasi untuk melakukan upaya
peningkatan program K3. Sehingga perusahaan dapat meminimalisir
risiko kecelakaan kerja terhadap pegawai.
ELEMEN AUDIT SMK3
1. Pembangunan dan pemeliharaan 7. Standar pemantauan
komitmen, 8. Pelaporan dan perbaikan kekurangan
2. Strategi pendokumentasian
9. Pengelolaan material & perpindahannya
3. Peninjauan ulang perancangan
10. Pengumpulan dan penggunaan data
(design) dan kontrak.
11. Audit Sistem Manajemen K3.
4. Pengendalian dokumen Perusahaan memiliki suatu sistem yang
5. Pembelian. memastikan seluruh karyawan dan
6. Keamanan bekerja berdasarkan manajemen yg ada di tempat kerja telah
sistem manajemen K3. memperoleh pelatihan untuk setiap jenis
tugas yg dilakukan.
12. Pengembangan keterampilan dan
kemampuan
Mekanisme Audit SMK3

Bagi perusahaan :
- Mempekerjakan Pekerja/buruh lebih dari 100 org
- < 100 org dgn potensi bahaya tinggi
Penerapannya dibuktikan dgn
Pengawasan oleh Instansi Audit
Ketenagakerjaan pada
Pem.Prop, Pem.Kab/Kota

Eksternal Internal
(3 th sekali)

Badan Audit Pengusaha/


(Auditor) Pengurus
C. MANAJEMEN RISIKO
• Manajemen Risiko adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari
Manajemen Proses;
• Manajemen Risiko adalah bagian
dari proses kegiatan di dalam
organisasi dan pelaksananya
terdiri dari multi disiplin keilmuan
dan latar belakang;
• Manajemen Risiko adalah proses
yang berjalan terus menerus.
Proses Manajemen Risiko
ELEMEN UTAMA MANAJEMEN RISIKO
• Penetapan Tujuan; • Analisis Risiko; Dilakukan dengan menentukan
Menetapkan strategi, tingkatan probabilitas & konsekuensi yg akan
kebijakan organisasi dan terjadi. Kemudian ditentukan tingkatan risiko yg ada
ruang lingkup manajemen dgn mengalikan kedua variabel tersebut
risiko yang akan dilakukan. (Probabilitas x Konsekuensi) atau (Peluang x
• Identifkasi Bahaya; Akibat).
Mengidentifikasi apa, • Evaluasi Risiko; Membandingkan tingkat risiko yg
mengapa dan bagaimana ada dengan kriteria standar. Setelah itu tingkatan
faktor-faktor yang risiko yang ada untuk beberapa hazards dibuat
mempengaruhi terjadinya tingkatan prioritas manajemennya. Jika tingkat
risiko untuk analisis lebih risiko ditetapkan rendah, maka risiko tersebut
lanjut. masuk ke dalam kategori yang dapat diterima dan
mungkin hanya memerlukan pemantauan saja
tanpa harus melakukan pengendalian.
ELEMEN UTAMA MANAJEMEN RISIKO
• Pengendalian Risiko; Melakukan penurunan derajat
probabilitas dan konsekuensi yang ada dengan
menggunakan berbagai alternatif metode, bisa dengan
transfer risiko, dan lain-lain.
• Monitor dan Review; Monitor dan review terhadap hasil
Sistem Manajemen Risiko yang dilakukan serta
mengidentifikasi perubahan-2 yang perlu dilakukan.
• Komunikasi dan Konsultasi; Komunikasi dan konsultasi
dengan Pengambil Keputusan internal dan eksternal untuk
tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang dilakukan.
KATEGORI TINGKAT RISIKO
• Risiko Tinggi, mencakup pekerjaan konstruksi yang
pelaksanaannya berisiko sangat membahayakan keselamatan
umum, harta benda, jiwa manusia, dan lingkungan serta
terganggunya kegiatan konstruksi.
• Risiko Sedang, Mencakup pekerjaan konstruksi yang
pelaksanaannya dapat berisiko membahayakan keselamatan
umum, harta benda dan jiwa manusia serta terganggunya
kegiatan konstruksi.
• Risiko Kecil, mencakup pekerjaan konstruksi yang
pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan umum dan
harta benda serta terganggunya kegiatan konstruksi.
PENILAIAN RISIKO
PENGENDALIAN RISIKO
1. Eliminasi: adalah Usaha menghilangkan sumber bahaya di
tempat kerja.
2. Substitusi: adalah mengganti dengan metode yang lebih aman
dan/ atau material yang tingkat bahayanya lebih rendah.
3. Rekayasa Teknik: adalah melakukan modifikasi teknologi atau
peralatan guna menghindari terjadinya kecelakaan.
4. Pengendalian Administrasi: adalah pengendalian melalui
pelaksanaan prosedur untuk bekerja secara aman.
5. Alat Pelindung Diri: adalah alat pelindung diri yang memenuhi
standar dan harus dipakai oleh pekerja pada semua pekerjaan
sesuai dengan jenis pekerjaannya.
D. PELATIHAN DAN KOMPETENSI KERJA
• Pelatihan merupakan salah satu alat penting dalam menjamin
kompetensi kerja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan K3.
• Prosedur untuk melakukan identifikasi standar kompetensi kerja
dan penerapannya melalui program pelatihan harus tersedia.
• Program pelatihan yang sudah ada harus dikembangkan sesuai
dengan hasil penilaiannya.
• Prosedur pendokumentasian harus ditetapkan untuk melakukan
evaluasi efektivitas pelatihan yang telah dilaksanakan
E. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN
Pelatihan K3 harus dimulai dengan orientasi karyawan,
ketika seorang karyawan
1. Kebijakan K3 baru atau ditransfer ke pekerjaan baru.
2. Penyediaan Sesi orientasi yang berkaitan dengan K3 biasanya
Sumber Daya harus mencakup:
3. Kebijakan • Prosedur darurat;
• Lokasi pertolongan pertama;
pelatihan K3 • Tanggung jawab K3;
• Pelaporan cedera, kondisi tidak aman dan tindakan
tidak aman;
• Penggunaan peralatan pelindung diri (APD);
• Hak untuk menolak pekerjaan yang berbahaya;
• Bahaya, termasuk di luar area kerja mereka sendiri;
• Alasan untuk setiap aturan K3.
F. PELATIHAN –PELATIHAN K3
• Pelatihan K3 Umum
• Pelatihan K3 Konstruksi
• Pelatihan K3 Listrik
• Pelatihan K3 Kimia
• Pelatihan K3 Migas
• Pelatihan K3 Lingkungan
• Pelatihan K3 Pesawat Uap dan Benjana Tekan
• Pelatihan K3 Pemadaman Kebakaran
• Pelatihan K3 Bekerja di Ketinggian
• Pelatihan K3 Perancah
PELATIHAN PEMADAM & SARANA EVAKUASI
• Melakukan pelatihan penggunaan peralatan pemadam dan sarana evakuasi
• Melakukan pelatihan sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam upaya
penanggulangan kebakaran.
• Pelatihan identifikasi bahaya kebakaran dan penggunaan alat pemadam api
ringan bagi Petugas Peran Kebakaran.
• Pelatihan pemadam api besar (hydrant), evakuasi dan rescue (pertolongan
bagi korban yang terjebak api atau yang mengalami kesulitan dalam
melakukan evakuasi mandiri) kepada Regu Pemadam
• Pelatihan penyusunan perencanaan dan pelaksanaan kordians pemadaman
kebakaran bagi koordinator penanggulangan kebakaran
• Pelatihan bagi pengawas / fire safety supervisor untuk
melakukanpengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program
penanggulangan kebakaran di perusahaannya masing-masing.
PELATIHAN PEMADAM DAN SARANA EVAKUASI

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyelenggaraan


latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara
berkala:
• menyusun jadwal latihan dan gladi berkala
• melakukan koordinasi dengan pihak – pihak yang dapat
membantu pelaksaan pelatihan.
• melaksanakan latihan dan gladi penanggulangan
kebakaran
• melakukan evaluasi dan melakukan perbaikan.
PELATIHAN PENERAPAN BUDAYA K3
1. Transformasi Budaya K3
2. Identifikasi Bahaya
3. Risk Assessment & Control Self Asessment (CSA)
4. Komunikasi & Konsultasi: Safety Induction, Safety
Meeting, Safety Talk, Tool Box Meeting , Safety Patrol
5. Safety Awareness & Promosi K3
6. Housekeeping
7. P3K Dasar
8. Damkar Dasar
9. Kesiapan Tanggap Darurat
TUJUAN PEMBELAJARAN BUDAYA K3

• Memahami ilmu Budaya K3 sebagai salah satu dari


multi disiplin ilmu K3
• Memahami pengertian, lingkup dan fungsi budaya K3
• Memahami faktor-faktor budaya K3 yang
berpengaruh dalam pencapaian sasaran kinerja K3
Konstruksi
• Mengetahui berbagai upaya pengembangan budaya
K3 di perusahaan konstruksi
Model Kerangka Kerja
Pengembangan Budaya
Keselamatan Perusahaan
Konstruksi Malaysia:
Tahap 1: Psikologis
Tahap 2: Perilaku &
Situasional
Tahap3 : Komunikasi,
Kepercayaan &
Komitmen di level
garis depan
Tahap 1: Psikologis
Kognitif ke arah keselamatan dikembangkan dengan:
 Keyakinan yang kuat bahwa kecelakaan dapat dicegah
 Adalah sangat menderita jika mendapatkan kecelakaan
 Yakin bahwa kecelakaan adalah keburukan bagi diri seseorang
 Yakin bahwa kecelakaan sangat mengganggu produksi
 Keunggulan dalam keselamatan adalah kompatibel dengan keunggulan parameter
bisnis lainnya seperti mutu, produktivitas dan profitabilitas yang saling mendukung
 Yakin bahwa nilai-nilai yang dianut manajemen puncak sangat mempengaruhi seluruh
elemen perusahaan, dan asumsi dasar bagaimana K3 bekerja dalam perusahaan
Tahap 2: Pembentukan Perilaku
 Nilai-nilai dan keyakinan harus dapat diterjemahkan dalam praktek
perilaku yang dapat diamati yang dicirikan melalui elemen-
elemenkepemimpinan, komitmen organisasi, komitmen manajemen,
pelatihan K3 dan penyediaan sumberdaya Situasional
K3 (Pengembangan sistem dll)
 Faktor Situasional dicirikan melalui faktor- internal
faktor
eksternal. dan
 Faktor-faktor internal misalnya SMK3, dan
 Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi organisasi misalnya
kebijakan pemerintah, penegakan hukum, peraturan perundangan,
dll.
Tahap 3: Pemberdayaan Level
Manajemen, Staf dan Supervisor
Lapangan

• Mengomunikasikan tanggung-jawab dan kepedulian


secara jelas
• Manciptakan saling percaya (mutual trust)
• Pemenuhan komitmen
• Mekanisme umpan balik, sharing dan pembelajaran
PELATIHAN SAFETY AWARENESS
Tujuan:
untuk memberikan pengertian betapa pentingnya safety dalam kehidupan sehari-
hari, baik dalam lingkungan kerja, di jalan raya, di tempat-tempat umum maupun
di lingkungan rumah.

Target
dapat menciptakan Safety Management System (SMS) bagi peserta, juga
diharapkan dapat menumbuhkan pola pikir, perilaku, habit yang berorientasi
Safety, sehingga mampu menjadi karakter bahkan budaya bagi kehidupan bangsa
Indonesia.

Kemampuan
untuk menduga bahaya, emergency response, mengenal APD, akan di asah
penuh dalam simulasi di program ini.
PELATIHAN SAFETY AWARENESS
Safety Basic Training
- Safety Management System
- Kebijakan Pemerintah Tentang Safety
- Peraturan Perundang-undangan
- Pendekatan Perilaku Dalam K3
- Unsafe Action & Unsafe Condition (UAUC)
- Pengenalan APD dan Implementasi
- Emergency Response
- Simulasi
- Requirement Global Safety (RGS)
F. MENGELOLA PELATIHAN
KOMPONEN DIKLAT PENGELOLAAN KURIKULUM MAKRO
• Kurikulum • Mengidetifikasi kebutuhan Diklat
• SDM • Merumuskan tujuan Diklat (Tujuan
• Sarana dan Prasarana
Kompetensi umum)
• Biaya
• Menentukan Mata Pelatihan
• Waktu
• Merumuskan TujuanTUJUAN
Mata
Pelatihan (Tujuan
Kompetensi Khusus)
• Mengalokasikan waktu yg dibutuhkan
• Menetukan komposisi Teori & Praktek
• Menentukan struktur kurikulum Diklat.
MENGELOLA PELATIHAN

Pengelolaan SDM Pengelolaan


Untuk Penentuan Sarana/Prasarana Agar
Jenis Diklat Kondusif
• Tenaga Pengajar • Akomodasi Peserta
• Peserta Diklat • Sarana Pelatihan
JENIS
DILAT
• Pengelola • Dll.
MENGELOLA PELATIHAN

PENGELOLAAN BIAYA PENYUSUNAN JADWAL


 Jenis Diklat DIKLAT  Efektif dan efisien
• Akomodasi • Struktur mata ajaran
• Administrasi • Komposisi teori JENIS
dan praktek
• Bahan ajar peserta • Waktu yang tersedia
DIKLA
T
• Honorarium • Biaya yang ada
• Dll. • Fasilitas yang tersedia
Terima
Kasih..!
ASOSIASI KESELAMATAN KESEHATAN
KERJA dan LINGKUNGAN (AK3L)
Alamat: Jl. Iskandarsyah Raya No.A8 5,
RT.5/RW.4, Melawai, Kec. Kby. Baru, Kota
Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12160

Anda mungkin juga menyukai