Anda di halaman 1dari 22

Kelompok 3

ETIKA BIROKRASI
PUBLIK DAN
NETRALITAS
BIROKRASI
Dosen Pengampu: Zulfah Harirah MS, ,S.IP.,MA
Anggota Kelompok

Muhamad Nelwan 2201112363 Arsilia Intan Syahrani 2201135482


Ramzilas Akza 2201110967 Fitri Nova Rahmadani 2201126015
Sigit Mulyono 2201113982 Puja Audyna 2201110978
Indra Syaputra 2201110974 Larasita Iffatun Nisa 2201135381
Bayu Darma Habib 2201113980 Shabrina 2201112352
M Shilhan Zulfa 2201113376 Syafiqah Suud Helmi 2201113981
Sinta Anzella 2201112339 Vida Adelia 2201119075
menyebabkan penyelenggaraan
penyakit pemerintahan tidak berjalan
birokrasi yg dengan baik dan mengurangi
tidak diatasi tingkat kepercayaan masyarakat

Salah satu melalui etika birokrasi atau


upaya dalam administrasi publik. Dengan adanya
reformasi etika dan netralitas birokrasi akan
birokrasi menghasilkan pemerintahan yang baik
atau biasa disebut *Good
Governance*
Etika
Etika berasal dari Bahasa Yunani yaitu ethos yang artinya
kebiasaan atau watak.
Bertens dalam (Pasolong, 2007 : 190) mengartikan etika:
• Etika diartikan sebagai nilai-nilai dan norma-norma moral
yang menjadi pegangan bagi seorang atau sekelompok
orang dalam megatur tingkah lakunya.
• Etika diartikan sebagai kumpulan asas atau niali moral, atau
biasa disebut kode etik.
• Etika diartikan sebagai ilmu tentang tingkah laku yang baik
buruk.
Untuk Penyelenggaraan Good
Budaya Etika Governance perlu etika
pemerintah.
Good Governance merupakan tuntutan yang terus
menerus diajukan oleh public dalam perjalankan
Etika merupakan suatu ajaran
roda pemerintahan. yang berasal dari filsafat
Good Governance mengandung 2 arti: mencakup 3 hal:
• Menjujung tinggi nilai-nilai luhur yang hidup • Logika,mengenai benar &
dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan salah
bernegara berhubungan dengan nilai-nilai
• Etika,mengenai prilaku
kepemimpinan good governance mengarah
kepada asas demokrasi dalam kehidupan baik & buruk
berbangsa dan bernegara. • Ekstetika,mengenai
2. pencapaian visi dan misi secara efektif dan keindahan & kejelekan
efisien.
ETIKA
BIROKRASI/ADMINISTRA
SI PUBLIK
Sebagai pedoman dan acuan
bagi administrator publik dalam
Menurut Widodo menjalankan tugas dan
(2001:252) etika dalam kewenanganya.
administrasi publik
memiliki 2 fungsi yaitu :
Sebagai standar
penilaian perilaku dan
tindakan administrator
publik.
Dengan kata lain
etika administrasi publik dapat
di dalam etika
dijadikan petunjuk tentang apa yang administrasi juga

harus dilakukan oleh administrator ada namanya


“kode etik”
publik dalam menjalankan kebijakan
politik. Kode etik sendiri merupakan persetujuan bersama yang
timbul dari diri para anggota itu sendiri untuk lebih
mengarahkan perkembangan mereka sesuai dengan
nilai-nilai ideal yang diharapkan.
Menurut Sahya Anggara
(2016:405) penyusunan kode etik
minimal didasari oleh empat
pertimbangan yaitu:

Menjaga kerahasiaan
01 Profesionalisme 03
Independence
Akuntabilitas 04
02
05 Sikap netral
Fungsi kode etik
se ba g a i pa toka n-pa toka n sika p m e nta l
y a n g i d e a l ba gi se ge na p unsur orga nisa si
se l a i n it u juga a ga r pa ra a pa ra t a ka n
m e m iliki ke sa da ra n m ora l a ta s
k e d u d u k a n ya ng di pe rol e hnya da ri ne ga ra
a t a s na m a ra kya t.
Dalam pelaksanaan tugas kedinasan dan
kehidupan seharihari setiap PNS wajib bersikap
dan berpedoman pada etika :
1. Etika dalam 4. Etika terhadap diri
bernegara sendiri
2. Etika dalam 5. Etika terhadap
berorganisasi sesama pns
3. Etika dalam
bermasyarakat
ARTI PENTING ETIKA
BIROKRASI/ADMINISTRASI PUBLIK

Adanya publik Interest Pemerintah


Pentingnya etika bertanggung jawab untuk memenuhi
administrasi publik kepentingan publik, dengan
menurut Henry (1974) memberikan pelayanan yang
profesional dan tepat.

Berkenaan dengan lingkungan di


Memberi perlakuan sesuai dalam birokrasi sebagai penyedia
dengan karakteristik masyarakat pelayanan
yang variatif
Peluang untuk melakukan
tindakan tidak sesuai kode etik.
alasan etika birokrasi itu penting
agus dwiyanto (2006) :

1 2
Menuntut kemampuan birokrat untuk
Hadirnya pilihan pilihan yang sulit melakukan penyesuaian diri agar tetap
(kehidupan semakin kedepan tanggap terhadap perubahan yang ada
di lingkungannya
semakin kompleks)
netralisasi birokrasi
kajian netralisasi birokrasi
suripro (2003)
Pembuatan peraturan
perundang-undangan
Adanya Reformasi pembuatan peraturan legislatif bersama
kesepakatan perundang-undangan dimana eksekutif harus:
kebijakan yang bersifat politis harus
yang diselesaikan tuntas oleh
kehadirannya lembaga legislatif bukan diserahkan
mengharuskan penjabaran nya pada eksekutif a. Didasarkan atas
kajian ilmiah.
untuk didesak b. Dibahas secara
terbuka dan
melibatkan unsur dari
masyarakat.
Menurut Wilson, Hegel, dan Weber dalam Thoha
(1993)
menyatakan ada beberapa hal yang berpengaruh
terhadap netralitas birokrasi, yaitu :

Kepentingan khusus yang


termasuk dia ataranya partai
Kepentingan
politik,elit ekonomi dan birokrasi
masyarakat
profesional.
Jenis jenis netralisasi birokrasi
• Netralitas anggota DPR RI/DPRD, anggota DPD, dan anggota
MPR RI terhadap tugas yudikatif dan eksekutif dalam
pemerintahan.
• Netralitas hakim dan jaksa terhadap tugas eksekutif,
legislatif, dan yudikatif dalam pemerintahan.
• Netralitas anggota TNI dan POLRI terhadap tugas yudikatif.
• Netralitas Presiden, Wakil Presiden, dan para Menteri
terhadap tugas eksekutif dalam pemerintahan.
• Netralitas Gubernur terhadap tugas eksekutif dalam
pemerintahan.
• Ne t r a l i t a s B upa t i / Wa l i kot a t e rha da p t uga s e kse kut i f da l a m
pe m e ri nt a ha n.
• Ne t r a l i t a s PNS t e rha da p t uga s e kse kut i f da l a m
pe m e ri nt a ha n.
• Ne t r a l i t a s pe ga wa i da n a nggot a kom i si t e rha da p t uga s
e kse kut i f d a l a m pe m e ri nt a ha n.
• Ne t r a l i t a s pe ga wa i l a i nnya ya ng m e ne ri m a ga j i t e t a p/ rut i n
da ri n e g a r a l e wa t APBN/ APBD t e rha da p t uga s e kse kut i f
da l a m pe m e ri nt a ha n
studi kasus
Kasus-kasus Politisasi Birokrasi pada Pemilu 2009
:
Merupakan pemilu ketiga di era reformasi dan
para birokrasi telah mendapatkan sosialisasi
tentang keharusan untuk menjunjung 324 ada 3
kategori pelanggaran pemilu :
Pelanggaran Tindak
2
1 Pelanggaran Administrasi Pidana Pemilu

Pelanggaran Tidak
3 Melaporkan Pelaksanaan
Kampanye
Ada beberapa kasus yang ditemukan oleh Bawalsu diantaranya
adalah:

Panitia Pengawas Pemilihan Umum


Sumatera Utara
menemukan sedikitnya tujuh Di Kabupaten Tapanuli Tengah
kepala daerah memobilisasi aparat Panwaslu menemukan bukti rekaman
pemerintahannya untuk kepala desa dan camat yang dengan sengaja
memenangkan caleg dan parpol menyerukan masyarakat memilih Partai
tertentu. Demokrat. Hal yang sama juga terjadi di
Pematang Siantar
Kasus-kasus di samping
memperlihatkan bahwa kecenderungan
menjadikan birokrasi sebagai mesin Selain itu tidak bisa dipungkiri juga
politik dan mesin uang untuk momen pemilu dijadikan sebagai ajang
memenangkan parpol tertentu menguat balas budi bagi kader partai yang telah
di daerah.
terpilih menjadi pejabat eksekutif untuk
menunjukkan loyalitas dan
pengabdian kepada partainya dengan
jalan berupaya semaksimal mungkin
memenangkan parpolnya di daerahnya.
stud i k a s u s l a i n :

Etika pejabat negara salah satu


moral penting yang dapat
digunakan sebagai upaya
dalam menciptakan
pemerintahan yang bersih dan
tertib. Jika terjadi tindakan
yang melanggar hukum dan
moral, maka ini adalah tidak
adanya etika pejabat negara
dalam mengemban amanah.
Kasus hambalang sesungguh merupakan
penyimpangan dan proses pengadaan barang dan
jasa pemerintah yaitu penyimpangan terhadap
prinsip bahwa pengadaan barang dan jasa
merupakan
upaya pemenuhan kebutuhan publik yang
bermanfaat bagi masyarakat luas, tersedia dan
dapat diakses oleh semua anggota
masyarakat tanpa terkecuali.

Penyimpangan tersebut muncul karena


adanya kekuasaan dan kemampuan anggota
masyarakat tertentu dalam mencari keuntungan bagi
dirinya sendiri dengan memanfaatkan sumber daya
yang ada di masyarakat.
-Terima kasih -

Anda mungkin juga menyukai