Anda di halaman 1dari 12

PENYUSUNAN MITIGASI RISIKO

UNIT USAHA GULA


PT PERKEBUNAN NUSANTARA X (PERSERO)

Ngadiredjo, 29 April 2009

1
HASIL MAPPING RISIKO
UNIT USAHA GULA
Tahun 2009

Disajikan oleh:

Tim Mapping Risiko


PT Perkebunan Nusantara X (Persero)
Ngadiredjo, 29 April 2009

2
GULA MILIK PG (TON)
• Secara umum, kemungkinan pencapaian produksi gula
milik PG (TS & TR) dibandingkan RKO 2009 adalah
“CUKUP BERAT”, terutama untuk:
1. PG Toelangan
2. PG Kremboong
3. PG Watoetoelis
4. PG Meritjan
5. PG Lestari
6. PG Pesantren Baru
• Penyebab utamanya adalah jumlah tebu & rendemen tidak
tercapai serta terjadinya kehilangan kristal dalam proses
produksi
3
HPP GULA/TON
• Risiko terlampauinya HPP Gula/ton dibandingkan RKO-nya
adalah TINGGI, hal ini terjadi pada sebagian besar PG, sbb:
1. PG Toelangan
2. PG Kremboong
3. PG Watoetoelis
4. PG Meritjan
5. PG Lestari
6. PG Pesantren Baru
7. PG Ngadiredjo
• Penyebab utamanya adalah tingginya biaya fixed cost, kenaikan
harga barang di pasar, pengendalian biaya kurang optimal, serta
di sisi lain produksi gula milik PG (TS & TR) tidak dapat
mencapai target RKO
4
PENCAPAIAN LABA (Rp)

• Secara umum, kemungkinan pencapaian laba dalam


RKO 2009 “TIDAK MENJANJIKAN (SULIT DICAPAI)”
• Penyebab utamanya adalah tingginya HPP & produksi
gula milik PG (TS & TR) tidak dapat mencapai target
RKO

5
KONFIGURASI RISIKO
UNIT USAHA GULA 2009

NAMA PG SHS (TON) SHS (TON) HPP/TON LABA


TS TR
TL 12 16 12 12
KB 6 12 12 16 ?
WT 16 9 9 9
DB 6 4 6 6
MR 10 10 12 12
MP 6 6 6 6
TK 4 9? 8 4
LS 12 6? 9 9
GK 2 6 6 3
PB 16 ? 16 ? 12 8?
NG 8 8 9 9
6
Risiko tidak tercapainya produksi gula
TS & TR tahun 2009 cukup tinggi.
Dengan HPP yang relatif tinggi, maka
perolehan laba unit usaha gula tahun
2009 sulit tercapai

7
• Meneliti & mengkaji kembali hasil mapping risiko dengan
bimbingan dan supervisi dari Tim Mapping Risiko
• Mewaspadai risiko-risiko ekstrim (warna merah) & tinggi
(warna coklat) dengan meningkatkan pengendalian risiko
secara memadai (sesuai SOP)
• Merancang mitigasi risiko secara terstruktur, terarah, &
terukur dengan menggunakan Formulir Mitigasi Risiko untuk
menurunkan level risiko
• Melakukan review secara berkala (bulanan) terhadap hasil
mapping risiko sesuai dengan perkembangan lingkungan
bisnis masing-masing unit usaha

8
Mitigasi Risiko
• Rencana penanganan risiko secara terstruktur, terarah, & terukur
dengan merancang kegiatan-kegiatan konkrit yang bersifat terobosan,
luar biasa, kreatif, & inovatif (tidak klise & tidak normatif)
• Bukan merupakan pengendalian yang bersifat rutin (bukan business
as usual)
• Mitigasi yang dilakukan secara rutin dapat menjadi pengendalian
dalam tahun-tahun berikutnya
• Dituangkan lebih lanjut dalam Formulir Mitigasi Risiko
• Mitigasi risiko pada dasarnya ditujukan untuk menurunkan level risiko
untuk tahun yang bersangkutan, namun dapat pula untuk menurunkan
level risiko untuk tahun berikutnya (misalnya mitigasi untuk kegiatan
bagian tanaman, aktivitas investasi)

9
• USULAN TINDAKAN SECARA KONKRIT
• KEBUTUHAN SUMBER DAYA (tenaga & biaya) - COST
• MANFAAT YANG DIHARAPKAN UNTUK DICAPAI - BENEFIT
• WAKTU & JADWAL
• PIHAK YANG BERTANGGUNG JAWAB MENGUSULKAN ,
MENYETUJUI, DAN MELAKSANAKAN MITIGASI
• PERSYARATAN PELAPORAN & PEMANTAUAN
• UKURAN & BATASAN KINERJA – REWARD & PUNISHMENT

10
• PTPN 10 perlu membentuk unit khusus yang menangani risiko
(urusan/bidang baru) sebagai elemen penting dalam implementasi
good corporate governance (GCG)
• PTPN 10 perlu membuat pedoman kebijakan pengelolaan risiko
sebagai panduan bagi unit kerja dan korporasi dalam menerapkan
manajemen risiko yang sehat dan berkesinambungan
• Mengintegrasikan sistem informasi manajemen risiko dalam
laporan manajemen
• Melakukan monitoring secara periodik (bulanan) atas hasil
mapping risiko serta melakukan evaluasi & menyediakan support
(dana, arahan) atas mitigasi risiko yang diusulkan oleh unit usaha
• Mempertimbangkan kinerja penerapan manajemen risiko sebagai
salah satu indikator dalam penilaian kinerja organisasi serta dalam
perumusan reward & punishment system

11
12

Anda mungkin juga menyukai