Hanafi, pemikir Islam asal Mesir menyatakan, bahwa Islam Indonesia bisa menjadi “jembatan peradaban” antara dunia Islam dan Barat. Alasannya, karena Islam di negeri ini memiliki budaya dan sejarah yang kaya dan kuat, yang membentuk pola keislaman moderat. Moderatisme inilah yang mampu menghadapkan Islam dan Barat secara setara. MENDISKUSIKAN ISLAM VS TERORISME
Istilah terrorisme tidak datang dari dunia Timur
melainkan dari dunia Barat sendiri. Kritik terhadap dunia Barat adalah bahwa issue terrorisme baru berkembang di paruh kedua abad dua puluh, sedangkan penjajahan dunia Barat terhadap dunia ketiga selama berabad-abad kemudian luput dari issue terrorisme. Bisa diteorikan, jika sebuah negara berpenduduk mayoritas Muslim maka non-Muslim di negara tersebut pasti aman, terlindungi dan dijamin kedamaian kehidupan sosio-relijius mereka. Hal ini bisa difahami karena Nabi Muhammad saw., sebagai role model memilih jalan peace dari kekerasan. Dengan kata lain ajaran dasar Islam menawarkan kedamaian dari peperangan. MEMBUKA LEMBARAN BARU DIALOG ISLAM-BARAT
Dialog pada era globalisasi abad 21 ini
adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari karena dialog merupakan kemauan menerima the others, mendengar dengan tulus, dan berakhir dengan mutual learning. Dalam proses dialog ini, dunia Islam-Barat harus diposisikan sejajar, tidak ada yang merasa lebih dimuliakan sebagai sebuah peradaban. Stereotyping, bias, apriori juga harus dihindari. Sebaliknya dialog harus lebih menekankan deskripsi dan interpretasi kritis sebuah fenomena secara objektif dengan dilandasi spirit of learning, semangat saling belajar. Islam Moderat/Wasathiyah
• Islam yang diwariskan Nabi Saw. adalah Islam mu’tadil
(moderat) • Karakteristik moderat: - Tidak ekstrim - Toleran, Rukun, dan Cinta Sesama manusia - Cinta Tanah Air, budaya bangsa sendiri. Radikal atau Ektrim • Strong tekstual/ teocentris • Fideisme • Rigid • Kebenaran tunggal mutlak (absolutisme) • Eksklusif, kultus tokoh dan kelompok • Orientasi pada simbol dan formalitas • Politis • Arabis • Ikonoklasme dan demonisasi • Romantisme masa lalu Dayuts atau Apatis • Strong rasional/ antroposentris • Longgar dalam beragama (nyaris abai) • Relatifisme bahkan nihilisme • Eksklusif, kultus tokoh dan kelompok • Lentur, tidak peduli simbol, nyaris kehilangan identitas • Apolitis • Kebarat-baratan • Mengagungkan humanisme, Tuhan istirahat • Romantisme masa kini Moderat / Wasathiyah (Toleran) • Teks rasionalis (distingsi profan dan sakral) • Takdir Tuhan dan tanggung jawab manusia • Pluralitas pemaknaan (ushul dan furu’) • Simbol dan konten dinamis (tathuwuriyah) • Inklusif berorientasi pada ishlah dan mashlahah • Beragama yang murni tanpa tendensi politis • Menghormati Tuhan melalui penghormatan kepada kemanusiaan (teo antroposentris) • Inspirasi masa lalu, menggeluti realita kekinian, proyeksi masa depan Mencintai Indonesia • Kita orang Indonesia yang beragama Islam • Cinta tanah air dicontohkan Nabi • Universalitas Islam harus diartikulasikan dalam budaya manusia yang beragam • Merawat karunia Tuhan berupa NKRI yang ber-Bhineka Tunggal Ika • Toleran, Humanis, dan Cinta Damai. Keberagaman adalah Karunia • Untuk berpasangan ‘ langit dan bumi, hujan dan panas, siang dan malam, pria dan wanita, kaya dan miskin. (Q.S 15 : 85) • Untuk saling mengenal (Q.S. 49 :13) • Membentuk sikap toleran antar satu dan yang lain ( Q.S. 64 :2, Q.S. 109 :6) • Perlunya kerjasama dalam kebajikan dan takwa untuk mencapai kekuatan maksimal (Q.S. 5 : 3). Keberagaman Budaya? • Ribuan Pulau • Bahasa • Budaya • Agama • Suku Pemersatu Keberagaman
• Pancasila sebagai Dasar Negara Bangsa Indonesia
• UUD 1945 sebagai Landasan Konstitusional • NKRI Sumpah Pemuda Perekat Bangsa • Janji Suci Para Pemuda kita • Satu Tanah Air • Satu Bangsa • Satu Bahasa • Indonesia...kita bersaudara tidak perlu menonjolkan perbedaan tetapi pupuk persamaan. Tantangan Umat Di Era 4,0 • Pengaruh IT yang Kian Global • Self disruption Suatu Keniscayaan (al-Ra’du : 11) • Spiritual Education Makin Menipis • Ingin Serba Cepat • Budaya Pragmatis • Egoistis Pemimpin Di Era 4.0? • Memahami Prinsip Keberagaman • Mampu Mengkomunikasikan Gagasan dan Menghargai Gagasan Orang Lain • Bersikap Toleran • Keberanian Bersikap dan Bertanggung Jawab • Amanah dan Integritas • Bersikap Adil dan Bijaksana • Tidak Mempunyai Karakrer Otoriter • Menguasai Sains dan Teknologi Kekinian DIALOG KEMANUSIAAN • Kritik utama terhadap tesis Huntington adalah ia telah melakukan overgeneralisasi. Bahkan kritik Donald K. Emmerson, (1993) sesama ilmuwan AS sendiri, Huntington tidak mengakui heteroginitas peradaban Barat. • Huntington dan Bush, teoritisi dan pelaksana, adalah gejala hegemoni kapitalis yang selalu memandang orang lain sebagai “enemy others”. Musuh-musuhnya diberi label terroris, violence, padahal Bush sendiri adalah sponsor terbesar terorisme dan kekerasan di atas bumi ini. • Layak dipertimbangkan ulang ajaran-ajaran Nabi Muhammad saw tentang urgensi perdaiaman serta tokoh perdamaian dunia lainnya seperti Mahatma Gandhi, juga Mother Teresia, peraih hadiah nobel kedamaian 1979. Ajaran ketiganya harus lebih banyak dicermati dan disosialisasi dalam melihat dunia yang penuh dengan kebencian, kemarahan, kekerasan, terrorisme serta ketidakadilan. (Mas’ud : 2019) Penutup Visi ajaran Islam adalah Rahmatan Lil'alamin (QS. Al- Anbiya :107) NKRI merupakan komunitas bangsa yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. keberagaman merupakan suatu keniscayaan yang harus direkatkan dengan Bhineka Tunggal Ika,syarat mutlak seorang pemimpin ideal di Era 4.0 adalah sosok yang memahami IT,menjadikan keberagaman menjadi rahmat dalam membangun masyarakat modern.