KEBANGSAAN
• Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang
mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan,
dengan itu masyarakat suatu bangsa akan merasakan adanya kesetiaan yang
mendalam kepada bangsa itu sendiri.
• Nasionalisme merupakan perwujudan kesadaran nasional bagi individu atau
kelompok sebagai suatu bangsa
• Nasionalisme merupakan perwujudan dari imajinasi sebagai bagian atau anggota
suatu bangsa
• Nasionalisme mensyaratkan adanya solidaritas individu atau kelompok atau
masyarakat terhadap bangsa
• Nasionalisme terkait dengan kewarganegaraan di dalam suatu bangsa
Paham nasionalisme yang awalnya lahir di Barat (Eropa) sekitar abad ke15
Masehi, lalu berkembang dan menjalar ke dunia lain, terutama di Timur (Asia danAfrika) pada
sekitar abad ke-20Masehi,. Ternyata paham nasionalisme ini memiliki dampak yang luas bagi
negara-negara bangsa, baik di dunia Barat maupun di dunia Timur.. Namun sebenarnya jauh
sebelum paham nasionalisme tersebut masuk dan mempengaruhi masyarakat suatu bangsa,
pada bangsa-bangsa tersebut telah ada nilai-nilai universal yang berlaku, dianut oleh
masyarakat dan menjadi unsur pemersatu di antara mereka. Nilai-nilai itu adalah agama dan
keyakinan. Nilai-nilai agama telah mempengaruhi dan membentuk umat pemeluknya merasa
senasib sepenanggungan dan memiliki kedekatan emosional dalam persaudaraan dengan
mengabaikan perbedaan suku dan keturunan. Persatuan yang dilandasi oleh semangat
kesamaan agamaini sangat kentara, terutama dalam agama Islam. Akibatnya bagi kaum
muslimin, kehadiran paham nasionalisme ini mau tidak mau harus bersentuhan dengan
nilai-nilai agama Islam yang telah lebih lama berada di tengah-tengah masyarakat muslim saat
itu.
Sehingga banyak kalangan umat Islam yang senyikapi nasionalisme ini beragam. Ditinjau dari
perspektif historis, penetrasi(masuknya) paham nasionalisme ke dalam politik umat Islam
disinyalir 0pada abad ke-20 M. Pada masa itu banyak negara-negara Islam atau negara-negara
yang mayoritas penduduknya beragama Islam masih di bawah kekuasaan imperialisme Eropa
(Barat). Kemudian pada abad itu juga negara-negara Islam ini mengalami gerakan nasionalisme
yang bertujuan untuk menghapus pengaruh kekaisaran Eropa dan memerdekakan diri atau
mendirikan dan mengatur negara sendiri secara otonom.Di beberapa negara, paham
nasionalisme mampu menjadi alat pemersatu dan sekaligus alat perjuangan untuk merebut
kemerdekaan. Namun berbeda halnya di negara-negara kawasan Timur Tengah (yang notebene
Muslim, termasuk negara Mesir), masuknya isme baru ini mendapat respon dari masyarakat. Di
antara mereka ada yang menerima namun ada juga yang menolak. Karena saat itu telah ada
nilai-nilai Islam yang sudah dianut dalam masyarakat. Dari sinilah kemudian diskursus antara
nasionalisme dan agama Islam dimulai
1.Prinsip Kebersamaan
Prinsip kebersamaan menuntut setiap warga negara untuk menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
3.Prinsip Demokrasi
Prinsip demokrasi memandang: bahwa setaip warga negara mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama, karena hakikatnya kebangsaan adalah
adanya tekad untuk hidup bersama mengutamakan kepentingan bangsa dan negara
yang tumbuh dan berkembang dari bawah untuk bersedia hidup sebagai bangsa
yang bebas, merdeka, berdaulat, adil, dan makmur.
Sikap nasionalisme memang penting, jauh dari itu wajib bagi umat Islam mengikuti
petunjuk alquran adalah mutlak. Maka dari itu Islam mempunyai pandangan sendiri
tentang nasionalisme. Mungkinkah kita menjadi muslim taat, sekaligus nasionalis
sejati pada saat yang bersamaan ?
Dalam ayat tersebut umat Islam perlu memperhatikan agama seorang yang akan
memimpinnya dan sebagai warga negara Indonesia dengan sistem demokrasi hal tersebut
tidak menjadi masalah maka keika umat Islam lebih mementingkan atau mendahulukan dalil
alquran itu bukanlah suatu sikap antinasionalis. Tetapi itu adalah suatu prinsip yang berhak
dipegang oleh pemeluknya , sama halnya ketika di Bali masyarakatnya mayoritas hindu jika
warganya ingin memilih pemimpin yang beragama hindu maka itu adalah prinsip mereka.
Hal itu bukan hal antinasionalis atau contoh lain Papua yang warganya mayoritas kristen
maka ketika warganya ingen memilih pemimpin yang beragama kristen maka itu juga hak
dan prinsip mereka dan bukan sikap antinasionalis.
KESIMPULAN