Clostridium Botulinum adalah bakteri yang memproduksi
racun botulin, penyebab terjadinya botulisme. Bakteri ini masuk kedalam genus Clostridium. Bakteri ini pertama kali ditemukan pada tahun 1896 oleh Emile van Ermengem dan umumnya dapat ditemukan di tanah. C. botulinum termasuk bakteri gram positif, anaerob obligat (tidak bisa hidup bila terdapat oksigen), motil (dapat bergerak), dan menghasilkan spora. Clostridium Botullinum banyak ditemukan pada makanan yang kurang diproses, sosis, produk daging, sayuran kaleng, produk makanan laut, makanan kaleng. C. botulinum dapat membentuk spora, dimana spora ini dapat ditemukan di tanah, tanaman, isi usus hewan mamalia, unggas, dan ikan, sehingga dapat dikatakan penyebarannya ini sangat luas. Botulismus penyakit yang diakibatkan oleh bakteri Clostridium Botulinum merupakan kejadian yang cepat mematikan, sehingga diagnosis cepat perlu dilakukan untuk keberhasilan pengobatan atau penyelesaian masalah penyakit. Untuk mendeteksi C. botulinum dapat diambil pada sampel seperti feses, isi lambung, isi usus, swab luka dan jaringan akan membantu penegakkan diagnosis. Terkadang adanya beberapa galur C. botulinum penghasil beberapa macam toksin cukup menyulitkan. Diagnosis botulisme Cara paling efektif untuk memastikan diagnosis klinis botulisme di dalam labotarorium adalah dengan memeriksa adanya racun dalam serum atau kotoran pasien atau dalam makanan yang dikonsumsi oleh pasien. Saat ini, metode deteksi toksin yang paling sensitif dan digunakan secara luas adalah uji netralisasi tikus ( mouse neutralization test ). Uji ini memerlukan waktu 48 jam dengan pembiakan sample memerlukan waktu 5-7 hari. Botulisme pada bayi didiagnosis dengan memeriksa adanya racun botulinal dan C. botulinum di dalam kotoran bayi.