Anda di halaman 1dari 3

BOTULISMUS

Botulisme ialah suatu penyakit yang disebabkan oleh peracunan makanan atau mabuk
makanan oleh bakteri. Organisme penyebabnya ilah Clostridium botulinum, yang
menghasilkan neuroksin yang tidak tahan panas. Penyakit ini terjadi karena makan Botulinum
toxin yang terdapat dalam makanan yang diawetkan dengan cara yang kurang sempurna
seperti yang dijumpai dalam makanan yang dikalengkan di rumah. Tetapi botulisme dapat
juga disebabkan karena kontaminasi toksin seraya tumbuh pada jaringan mati.
Gejala penyakit ini biasnya mulai timbul sekitar 12 - 48 jam setelah makan makanan
tercemar. Gejala tersebut meliputi kesulitan berbicara, biji mata melebar, penglihatan ganda,
mulut terasa kering, mual, muntah, dan tidak dapat menelan. Kelumpuhan dapat terjadi pada
kandung kemih dan semua otot yang bekerja di daerah tersebut. Kematian mungkin terjadi
beberapa hari setelah timbulnya gejala karena tidak dapat bernapas atau jantung tidak bekerja
lagi. Kesembuhan lambat terjadi, tetapi akibat sampingan peracunan yang disebabkan
penyakit ini tidak ada.

Biologi Clostridium Botulinum


Clostridium botulinum adalah basilus anaerobik gram positif yang menghasilkan
spora tahan panas. Baktei ini dapat tumbuh baik pada media biakan biasa. Pertumbuhan
paling subur terjadi pada 25C, tetapi juga tumbuh baik pada 20C -35C. Organisme ini yang
terdapat tunggal atau kadang kadang berpasangan atau dalam rantai, berukuran 0,5-0,8 x 3-8
mikron m dengan sisi sejajar dan ujung membulat. Sporanya berbentuk bulat telur dan
letaknya subterminal (dekat ujung) dan sedikit membengkak sehingga memberikan bentuk
menggelembung pada sel. Clostridium botulium dapat bergerak dengan flagela penetricha
dan tidak membentuk kapsul.
Ada 7 tipe Clostridium botulinum yang dikenali karena perbedaan antigenik di antara
taratoksin yang dihasilkannya. Yang menyebabkan pada manusia ialah tipe A, B, E dan tipe
F. Tpe C dan D menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia. Tipe G belum diketahui
apakah menyebabkan penyakit. Toksin-toksin tersebut sangat khas tipe (type spesific) :
antioksin hanya menetralkan toksinnya sendiri yang spesifik.
Sifat Patogenitas pada Botulism
Botulinum toxin adalah racun paling ampuh yang dikenal orang. Sebagau contoh dosis
letal (yang mematikan) bagi toksin tipe A pada tikus diperkirakan 0,000000033 mg : berarti 1
g dapat membunuh 33 milyar tikus. Racun ini menyerang urat saraf, menyebabkan
kelumpuhan pada faring dan diafragma. Bila terjadi kelumpuhan pada pernapasan, maka
dapat dilakukan trakeotomi (bedah batang tenggorek) dan diberikan pernapasan buatan. Cara
kerja toksin ini ialah menghambat pembebasan asetilkolin oleh serabut saraf ketika impul
saraf lewat disepanjang saraf perifer, ini merupakan akibat terikatnya toksin pada bagian
ujung saraf eferen (yang membwa implus dari susunan saraf pusat membawa implus dari
susunan saraf pusat ke suatu efektor )
Karena antioksidan tidak dapat menetralkan toksin bila sudah terikat, maka
pengobatan dengan antioksin harus diberikan segera mungkin bila penyakit tersebut diduga
Botulism. Pada umumnya digunakan antitoksin polivalen yang terdiri dari tipe A, B, dan E.
Orang yang diduga telah mengonsumsi makanan yang mengandung Botulinum toxin harus
dirangsang agar muntah, atau dikuras perutnya. Dapat juga diberi suntikan urus-urus.
Penderita yang terserang sarafnya diberi antitoksin trivalen (ABE) untuk menetralkan toksin
yang beredar. Pada kasus-kasus Botulism luka. Maka luka tersebut harus dikorek hingga
bersih, dikeringkan, dan dicuci Antitoksin. Antitoksin harus diberikan sebelum luka tersebut
dikorek.

Diagnosis laboratoris Botulism


Cara utama untuk memperkuat diagnosis Botulism di laboratorium ialah menunjukkan
adanya Botulinium toxin dalam serum atau fese penderita atau pada makanan yang dimakan.
Suntikan intraperitoneal (dalam perut) serum atau ekstrak cairan feses penderita atau
makanan tersebut pada mencit akan mengakibatkan kematian hewan tersebut, karena mencit
santa peka terhadap toksin ini. Juga harus spesimen feses dan makanan itu harus dikulturkan
untuk mengisolasi organisme tersebut.

Epideminologi Botulism
Clostridinium botulinum tersebar luas di lingkuan darat dan marin. Jika sporanya
mencemari bebrbagai makanan yang sudah diolah atau situs anaerobik pada suata luka, maka
dapat berkecambah menjadi sel vegetatif dan menghasilakn toksin. Kini telah dilaporkan
infeksi sejati pada saluran pencernaan bayi ; pada penyakit baru ini yang disebut botulisme
bayi, toksinnya dihasilkan dalam usus bayi, menyebabkan badan lemah, tidak dapat buang
air besar dan lumpuh. Infeksi semacam ini mungkin disebabkan karena pemberian madu yang
mengandung Clostridium botulinum pada bayi.
Kata latin botulus berarti susis. Penyakit ini diberi nama demikian, karena selama
bertahun tahun susis yang tidak dimasak dihubungkan dengan penyakit ini. Kini, makanan
yang dikaitkan dengan botulism biasanya ilah yang telah mengalami proses pengolahan untuk
tujuan pengawetan seperti pengalengan, pembuatan acar, atau pengasapan, tetapi tidak dapat
mematikan spora bakteri tersebut. Beberapa contoh ialah buah-bauahan dan sayuran yang
dikalengkan dirumah tangga, ikan asapan serta daging dan ikan yang dibumbu.
Untungnya, toksin tersebut dapat dibuat tidak aktif secara sempuran dengan
pemanasan pada 100C selama 10 menit atau pada 80C selama 30 menit. Inilah yang
menyebabkan rendahnya insiden penyakit tersebut, di Amerika Serikat, pada tahun 1976 ada
23 perjangkitan penyakit ini yang menyangkut banyak kasus, dengan 5 kematian. Botulisme
masih merupakan penyebab utama kematian karena peracunan makanan.

Penecegahan botulisme
Cara pengawasan kualitan yang ketat oleh industri pengolahan makanan telah banyak
mengurangi terjadinya penyakit ini karena makanan yang diperdagangkan. Bahaya terbesar
berasal dari orang yang melakukan pengalengan di rumah yang tidak mempergunakan
metode yang semestinya untuk mensterilkan wadah serta makanannya. Sayangnya, makanan
yang mengandung toksin tidak selalu kelihatan atau menimbulkan bau yang berbeda dari
yang tidak tercemar. Pencegahan yang terbaik ialah dengan memasak cukup lama semua
bahan yang diawetkan sebelum dihidangkan.

Anda mungkin juga menyukai