Pewarna Bibir
KELOMPOK IV (B)
Narti Dewi Solihat (01022194)
Neni Nurmayani (01022196)
Okeu Nur Cahyawaty (01022204)
Restu Mareta (01022212)
Rosa Nur Fadilah (01022218)
BAB I
PENDAHULUAN
Kosmetik telah dikenal oleh manusia khususnya para kaum wanita
pada zaman mesir kuno yaitu 5 abad sebelum masehi untuk berbagai
tujuan, seperti ritual acara keagamaan, menghiasi mayat, dan untuk
meningkatkan penampilan agar lebih cantik dan menarik.
01 05
diperiksa homogenitasnya dengan cara mengoleskan lipstik pada permukaan kaca datar
dioleskan pada kulit punggung tangan dengan 5 (lima) kali pengolesan. Uji dilakukan
yang transparant. Hasil pengolesannya homogen karena tidak terlihat adanya butiranbutiran
pada 25 orang panelis tidak terlatih, hasil pengujian pada panelis di olah didalam SPSS
kasar pada kaca yang telah dioleskan dapat dilihat pada. Hal ini menunjukkan bahwa
versi 16 dengan uji Kruskal-Wallis. Uji Kruskal-Wallis digunakan dikarenakan pengujian
sediaan telah menunjukkan bahwa susunannya homogen.
lebih dari dua kelompok dan tidak berpasangan selain itu hasil uji normalitas < 0,05
sehingga dikatakan tidak normal.
08
minyak zaitun (Olive oil) sebagai emolien ini dianalisis dan diperhatikan diperhatikan
04 Uji pH bertujuan untuk mengetahui sediaan pewarna bibir apakah telah sesuai dengan
pH 6 Pharmasipha, Vol.2, No.1, Maret 2018 fisiologis kulit bibir. Lipstik yang baik
dalam segi kehalalannya. Dengan memanaskan larutan pada suhu rentang 78-100ºC akan
mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi akan bisa
mempunyai nilai keasaman mendekati nilai pH fisiologis kulit bibir yaitu 3,8 – 4,7. dihasilkan etanol dengan konsentrasi 95% volume.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan
kesimpulan bahwa ekstrak bunga rosella dapat dijadikan sebagai pewarna
BAB V dan minyak zaitun dapat digunakan sebagai emolien dalam sediaan lipstik.