Anda di halaman 1dari 19

kolonisasi, de-kolonisasi dan

kebijakan pembangunan:
modernisasi dan
ketergantungan
Kelas Antropologi Kebijakan pekan ke - 6
yunarti
Dari fase kolonisasi ke fase de-kolonisasi
 Sejarah kolonisasi bangsa-bangsa Eropa di Afrika, Amerika dan Asia abad 15-19
 Dekolonisasi ---- > gagasan tentang “penentuan nasib sendiri” mengubah imaji negara terjajah
tentang kebebasan, kedaulatan, dan menuntut persamaan hak dengan bangsa penjajah Eropa
 Perjuangan untuk pembebasan nasional terjadi dalam fase secara hampir bersamaan di Afrika,
Amerika, dan Asia : nasionalis baru seperti Jomo Kenyatta (Kenya), Kwame Nkurumah (Ghana),
Julius Nyerere (Tanzania), Leopold Sedar Senghor (Senegal), Nnamdi Azikiwe (Nigeria), Felix
Houphouet-Boigny (Pantai Gading).
 Konferensi Asia-Afrika: polarisasi dua kekuatan (Amerika Serikat dan Uni Soviet) yang dianggap
dapat melahirkan neokolonialisme, KAA sebagai penengah blok Barat dan Timur, gagasan ttg
HAM, klaim kemerdekaan
 Puncak dekolonisasi: pertengahan abad 19 (setelah perang dunia II)
 Lebih dari 100 negara-bangsa baru telah memproklamirkan kedaulatan di wilayah dan kawasan-
kawasan jajahan.
 Perjuangan bersenjata untuk kemerdekaan
 Pergerakan kemerdekaan berdasarkan pembangkangan sipil
 Kemerdekaan politik berdasarkan kedaulatan negara-bangsa
 Tuntutan kemerdekaan ekonomi

Tujuan Dekolonisasi:
 kedaulatan nasional, kewarganegaraan, pembangunan ekonomi
 Gerakan dekolonisasi mengadopsi ideologi nasionalisme liberal Eropa
 Amerika Serikat menetapkan model teladan (tapi mungkin tidak realistis):
pertumbuhan nasional, dan saling melengkapi antara ekonomi
pedesaan dan perkotaan
Pidato Presiden AS Truman pada tahun 1949 :
 pertumbuhan daerah terbelakang
 Dunia dibagi menjadi “maju” dan “terbelakang” (1952)
 Dunia non-barat didefinisikan dalam hal rendahnya GNP dan minimnya industrialisasi
----------------------------------
 Dunia Pertama; Dunia Kedua; Dunia Ketiga, Dunia Keempat
 Dunia pertama : negara industrialis Blok Barat yang cenderung beraliran kapitalis (Amerika
Serikat, Britania Raya, Kanada, Jepang, Korsel dan sekutunya)
 Dunia kedua : negara yang muncul sebagai negara industri baru dan berideologi sosialis, yaitu
negara negara yang menyerap perkembangan teknologi dari negara negara industry (Uni Soviet,
Tiongkok, Kuba dan sekutunya)
 Dunia ketiga : negara-negara yang tidak memihak dengan NATO atau Blok Komunis. (negara
netral dan non-blok, Afrika, Asia Tenggara)
 Dunia keempat : satu atau beberapa kaum suku bangsa yang terkadang tidak diakui baik itu
secara etnis, agama, maupun terasingkan dalam hal sistem percaturan politik dan ekonomi dunia.

----------------------------------
 Terminologi PBB: Negara maju; Negara berkembang; Negara terbelakang
Proyek pembangunan (dari siapa, oleh siapa, untuk siapa)
 Baik AS maupun nasionalis “dunia ketiga” berbagi tujuan kedaulatan
ekonomi dan pembangunan
 Dekolonisasi: kedaulatan politik
 Pembangunan (pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi): kedaulatan
ekonomi
 Proyek pembangunan-- Sebuah cetak biru (rencana) untuk negara-
bangsa yang baru merdeka-- Sebuah strategi untuk tatanan dunia

Proyek pengembangan Dua dimensi:


 Negara-bangsa sebagai kerangka pembangunan (contoh negara-bangsa
Afrika)
 Pertumbuhan ekonomi (diukur dalam GNP/per orang)
Kritik terhadap konsep Proyek Pembangunan?
 Apakah ada alternatif lain?
 Apakah pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan GNP/per kapita selalu tepat
dan sesuai ?
 Apakah pembangunan tidak dapat dihindari..? Apakah negara-bangsa satu-
satunya unit yang mungkin?

Bagaimana Proyek Pembangunan beroperasi?


Industrialisasi ---- melalui Model import substituting industrialization (ISI):
 Penggantian masyarakat pertanian dengan masyarakat industri perkotaan
 Arah linier pembangunan
 Nasionalisme ekonomi, dan "negara pembangunan"
 Baik blok Barat AS maupun Blok Timur Soviet berorientasi developmentalisme
Menuju Industrialisasi nasional

Alternatif Model import substituting industrialization (ISI):


 Mengganti impor industri dengan barang industri produksi dalam negeri
 Melindungi industri dalam negeri

Bagaimana caranya?

Konsekuensi industrialisasi nasional


 cita-cita nasional, dan pertumbuhan internal
 internasionalisasi ekonomi "nasional" melalui :
 investasi asing langsung
 bantuan luar negeri
Industrialisasi/modernisasi:
mekanisasi vs manufaktur lokal
 Modernisasi sebagai gejala sosial

 Peralihan tekhnik produksi dari cara-cara tradisional ke cara-cara canggih


yang mumpuni.

 Proses transformasi dalam masyarakat dengan segala aspek-aspeknya.


 bidang ekonomi: tumbuhnya kompleks industri dengan produksi barang
konsumsi massal.
 Berimplikasi pada tumbuhnya organisasi yang kompleks --- produksi,
distribusi dan konsumsi.
Proses dan ciri-ciri modernisasi:

Industri, jasa dan


Mekanisasi agraria
sektor pendukung
(5%) pddk (95%) pddk

* inovasi tekhnologi
* lembaga pemerintahan
* Pengembangan or-sos *
institut ilmiah / pendidikan

* pemeliharaan kesehatan

* fasilitas rekreasi

* ekspresi kesenian....dst

Secara politik kesemuanya ini memerlukan integrasi dan dukungan hukum positif serta tekhnologi
yang memungkinkan komunikasi , orang dan barang melintasi daerah-daerah
Aspek-aspek modernisasi tercermin dalam struktur sosial:

 Munculnya kehidupan dan kompleksitas kota


 Kelas-kelas sosial dengan kepentingan sama (birokrat, intelektual, buruh
industri...dstnya) --- differensiasi sosial
 Pola konsumsi dan pola pemakaian jasa sebagai wujud kemantapan jaminan sosial.
 Perubahan sistim nilai (agama, tradisi, ilmu...dst)
 Sekularisasi dan otonomisasi
 Media massa, UU, pendidikan
 Munculnya tipe kepribadian khusus
 Pertumbuhan ekonomi
Modernisasi: perbedaannya di Negara Maju dan Negara
Berkembang

1. Modernisasi mengandung ciri budaya barat, yang membuat negara


non barat mengalami pengikisan identitas asli (sistim nilai lokal
yang bertentangan dengan kehendak modernisasi).
2. Sulit bagi negara berkembang untuk bersaing secara setara dengan
negara maju dalam perdagangan.
3. Tingkat pertumbuhan penduduk negara berkembang lebih tinggi
dari tingkat pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja.
4. Sistim politik negara maju lebih mapan sehingga memberi
stabilitas bagi pertumbuhan ekonomi
Modernisasi dan paradox pembangunan
Teori hubungan negara maju dan negara berkembang

1. Teori stratifikasi sosial ---- meletakkan hubungan negara maju dan berkembang yang
tidak seimbang yang didasarkan pada perbedaan di bidang penguasaan tekhnologi dan
ekonomi.
hubungan hirarkis ini memberi efek: upaya negara berkembang untuk setara dengan
negara maju, negara2 “sekelas” akan bergabung untuk mempertahankan posisinya,
munculnya hubungan patron klien.
2. Teori metropol – satelit ---- hubungan yang tidak berimbang dan terampasnya surplus
ekonomi negara berkembang (monopoli)

3. Teori struktural Galtung (sentrum-periperi) ----tidak hanya menjelaskan


ketidakseimbangan dalam hubungan ekonomi, tapi juga kekuatan militer
Highlight kebijakan pembangunan Nasional : Nawacita 2014 - 2019

3 idealisme:

• Negara Hadir
• Membangun dari
Pinggiran, dan
• Revolusi Mental

Kritik: nawacita
pembangunan manusia
yang berkelanjutan,
namun dalam
operasionalisasinya
menghadapi kendala
aparat, budaya kerja dan
birokrasi
 Highlight kebijakan pembangunan Nasional : Lima Visi 2019 - 2024
 Relokasi investor asing dari
Indonesia ke negara Asia
Tenggara lain, terutama
Vietnam, Malaysia, dan
Thailand ---- pengangguran
dan turunnya daya beli
 Kompetitor : Vietnam dan
Malaysia ---- di Indonesia
kebijakan dan iklim investasi
dianggap tidak kompetitif
 Koordinasi kebijakan pusat –
daerah yang lemah
 easy of doing business
 Pembangunan infrastruktur
meningkatkan utang negara
 Kualitas SDM: pendidikan,
kesehatan dan birokrasi.
paradigma pembangunan adalah cara pandang dan metode seseorang
penyelenggaraan pembangunan ----- proses dan metode dan cara
melakukannya untuk mencapai tujuan pembangunan:

 peningkatan standar hidup (levels of living),


 penciptaan berbagai kondisi yang memungkinkan tumbuhnya rasa
percaya diri (self-esteem)
 dan peningkatan kebebasan (freedom/democracy)
 paradigma partumbuhan masih merupakan paradigma mainstream ----
GNP, IPM, tingkat pengangguran, tingkat/kedalaman kemiskinan,
ketercapaian tujuan MDGs dan SDgs (tolak ukur yang digunakan dalam
mengukur performa suatu negara dalam pencapaian pembangunannya,
serta perbandingan terhadap negara- negara lain )
tiga faktor utama yang mengubah paradigma pembangunan di suatu negara, yaitu:
 perubahan ideologi,
 revolusi dan inovasi teknologi dan
 perubahan lingkungan internasional

Diskusikan:
 tokoh Amartya Sen
 Konsep paradigma pembangunan manusia
 Etika pembangunan
Highlight kritik Amartya Sen ttg Kebijakan Pembangunan
(teori kesejahteraan)
1. Fokus pada Pendapatan Ekonomi: Sen berpendapat bahwa fokus terlalu banyak pada pengukuran pendapatan
ekonomi, seperti Produk Domestik Bruto (PDB), dalam kebijakan pembangunan dapat menyebabkan kesalahan.
Menurutnya, kebijakan pembangunan seharusnya lebih berorientasi pada peningkatan kesejahteraan dan
pemberian kemampuan (capability) kepada masyarakat, bukan hanya pada pertumbuhan ekonomi.
2. Ketidaksetaraan Sosial: Sen sangat peduli dengan ketidaksetaraan sosial. Dia menekankan bahwa kebijakan
pembangunan seharusnya memperhatikan ketidaksetaraan dalam akses terhadap sumber daya, pendidikan,
kesehatan, dan peluang ekonomi. Ketidaksetaraan ini dapat menghambat perkembangan masyarakat dan
menciptakan ketidakadilan.
3. Ketidaksetaraan Gender: Sen juga sangat menyoroti ketidaksetaraan gender dalam pembangunan. Dia
berpendapat bahwa diskriminasi terhadap perempuan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan. Oleh karena itu, kebijakan pembangunan seharusnya mencakup upaya untuk mengurangi
ketidaksetaraan gender.
4. Partisipasi dan Kebebasan Politik: Sen menekankan pentingnya partisipasi politik dan kebebasan dalam
proses pembangunan. Menurutnya, pemberian kebebasan berpendapat, hak asasi manusia, dan partisipasi politik
yang lebih besar bagi masyarakat merupakan elemen kunci dalam pembangunan yang berkelanjutan dan adil.
5. Krisis Kelaparan: Amartya Sen terkenal karena penelitiannya tentang kelaparan. Dia mengatakan bahwa
kelaparan bukan hanya akibat kurangnya produksi pangan, tetapi juga masalah distribusi dan akses masyarakat
terhadap pangan. Kritiknya adalah bahwa pemerintah seringkali tidak merespons kelaparan dengan cukup cepat
dan efektif.

Anda mungkin juga menyukai