Anda di halaman 1dari 56

Kontrasepsi

Mantab
Pengertian
• Kontrasepsi mantap =>>>terjemahan
dari bahasa Inggris, “secure contra-
ception”, nama lain dari kontrasepsi
mantap adalah sterilisasi.

• Sterilisasi merupakan suatu tindakan


atau metode yang menyebabkan se-
orang wanita tidak dapat hamil lagi.
• Sterilisasi dapat diartikan sebagai metode
pemandulan pria dan wanita dengan jalan
operasi agar tidak dapat menghasilkan ketu-
runan.

• Secara teori orang yang disterilisasi masih


bisa dipulihkan lagi, tetapi harapannya tipis
sekali untuk dapat berhasil.
“Kontrasepsi mantap adalah suatu metode kontrasepsi
yang pada pria disebut vasektomi dan pada wanita
disebut tubektomi”
Sejarah
• Sterilisasi pada abad ke-19 dilakukan dengan mengangkat uterus
atau kedua ovarium.
• Pada akhir abad ke-19 dilakukan dengan mengikat tuba uterina na-
mun mengalami banyak kegagalan sehingga dilakukan pemotongan
dan pengikatan tuba uterina.
• Pada awalnya, sterilisasi dibantu oleh anestesi umum dengan mem-
buat sayatan atau insisi yang lebar dan harus dirawat di rumah sakit.
Kini operasi tanpa dibantu anestesi umum dengan hanya membuat
insisi kecil dan tidak perlu dirawat di rumah sakit.
• Vasektomi dalam sejarah medis pertama kali dilakukan
pada tahun 1893 di Inggris.
• Pada mulanya, bertujuan untuk menanggulangi ke-
lainan kelainan yang terjadi pada kelenjar prostat. Ke-
mudian vasektomi sering digunakan sebagai hukuman
bagi pelaku kejahatan seksual, atau untuk mencegah
onani.
• Pada saat masa perang dunia kedua usai, vasektomi
menjadi alat untuk ber-KB.
Pengertian
• Vasektomi merupakan suatu tin-
dakan operasi pemotongan salu-
ran vas deferens (saluran yang
membawa sel sperma dari buah
zakar ke penis).

• Kini muncul istilah vasektomi


tanpa pisau (non-scalpel vasec-
tomy) yakni vasektomi yang
menggunakan klemp khusus
yang ujungnya dibuat tajam.
• Vasektomi adalah kontrasepsi
operatif minor pada pria dengan
mengeksisi bilateral vas defer-
ens.
• Prosedurnya sangat aman,
sederhana dan efektif.
• Memakan waktu operasi yang
singkat dan hanya menggunakan
anastesi lokal
Jenis vasektomi
1. Vasektomi Tanpa Pisau (VTP atau No-scalpel Vasectomy)
• Vasektomi tanpa pisau (Key-Hole), menggunakan hemostat
tajam, untuk menusuk skrotum, sehingga mengurangi waktu
penyembuhan serta menurunkan kesempatan infeksi (sayatan).
• Proses tindakan waktu sekitar 10-15 menit
• Tindakan vasektomi tidak perlu dirawat inap, dapat kembali
bekarja seperti biasa.
• Luka operasi akan sembuh /kering dalam waktu 3-5 hari.
b. Vasektomi dengan insisi skrotum
(tradisional/konvensional/standart)
 Vasektomi dengan insisi skrotum, dimana dilakukan pembeda-
han kecil pada vas deferensia yakni diputus dan diikat / ditutup
untuk mencegah aliran sperma (ejakulasi).
 Prosesnya kira-kira 20 menit untuk kedua sisi buah zakar.
Gambar Vasektomi dengan insisi skrotum
(tradisional/konvensional/standart)
c. Teknik pembakaran (cauterisasi)
•Teknik yang lebih baru dilakukan
dengan cara pembakaran (cauterisasi)
pada pipa sel benih. Tidak perlu insisi
terlebih dahulu (no scalpel vesectomy)
melainkan dengan jarum khusus lang-
sung menembus kulit kantong buah
zakar pada lokasi pipa sel benih be-
rada dan setelah pipanya ketemu, di-
lakukan cauterisasi. Hasilnya sama-
sama membuat buntu pipa penyalur
sel benih.
Syarat Metode Operasi Pria
 Syarat sukarela
 Syarat bahagia
yaitu perkawinan sah dan harmonis, memiliki anak hidup dua
orang, umur anak terkecil > 2 tahun, keadaan fisik dan men-
tal anak sehat, mendapat persetujuan istri dan umur istri 25-
45 th
 Syarat sehat yaitu dilakukan melalui pemeriksaan pra-be-
dah oleh dokter.
Efektivitas
1. Angka keberhasilan amat tinggi (99%), angka kegagalan 0-
22%, umumnya <1%.
2. Kegagalan vasektomi pria umumnya disebabkan oleh:
a. Senggama yang tidak terlindung sebelum semen/ejakulat
beban sama sekali dari spermatozoa.
b. Rekanalisasi spontan dari vas deferens, umumnya terjadi
pembentukan granuloma spermatozoa.
c. Pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama op-
erasi.
d. Jarang: duplikasi congenital dari vas deferens (terdapat >1
vas deferens pada satu sisi).
3. Vasektomi dianggap gagal bila:
a.Analisis sperma setelah 3 bulan
pasca-vasektomi atau setelah 10-12
kali ejakulasi masih dijumpai sperma-
tozoa.
b.Dijumpai spermatozoa setelah se-
belumnya azoosperma.
c.Istri hamil.
4 Infertilitas yang tertunda setelah
vasektomi
a. Vasektomi pria tidak langsung
menyebabkan infertilitas. Sperma-
tozoa yang ada didalam sistem
reproduksi pria pada bagian urethal
dari obstruksi, harus dikeluarkan
semuanya sebelum pasangan
suami istri terlindung dari kehami-
lan.
b. Menurut penelitian, 95% akseptor vasektomi pria menjadi
azoospermik 10 minggu setelah operasinya.
c. Diperlukan pemeriksaan analisa sperma post-operatif,
sampai 2 pemeriksaan berturut-turut menunjukkan hasil
negatif.
d. Bila setelah 10-15 ejakulasi, semen masih mengandung
beberapa spermatozoa yang tidak motil lagi, maka pria
sudah dianggap steril.
Indikasi

• menunda kehamilan
• mengakhiri kesuburan
• membatasi kehamilan
• tidak ingin menambah anak
(Saifudin,2010).
Kontra indikasi
1. Infeksi kulit lokal, misalnya Scabies.
2. Infeksi traktus genitalia.
3. Kelainan skrotum dan sekitarnya: Varicocele,
Hydrocele besar, Filariasis, Hernia Inguinalis,
Orchiopexy, luka parut bekas luka operasi her-
nia, skrotum yang sangat tebal.
4. Penyakit sistematik: penyakit-penyakit
perdarahan, Diabetes Miellitus, penyakit jantung
koroner yang baru.
5. Riwayat perkawinan, psikologis atau seksu-
alyang tidak stabil.
Keuntungan
• efektif dan aman ,sederhana,
• waktu cepat hanya memerlukan waktu
5-10 menit,
• menggunakan anestesi lokal,
• Tidak mengganggu hubungan seksual
selanjutnya.
• biaya rendah hingga gratis,
• secara budaya sangat dianjurkan untuk
negara yang penduduk wanitanya malu
ditangani tenaga medis pria.
Kerugian
1. Harus dengan tindakan operatif.
2. Kemungkinan ada komplikasi seperti perdarahan
dan infeksi.
3. Tidak seperti sterilisasi wanita yang langsung meng-
hasilkan steril permanen, pada vasektomi masih
harus menunggu beberapa hari, minggu atau bulan
sampai sel mani menjadi negatif.
4. Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin
mempunyai anak lagi (reversibilitas tidak dijamin).
5. Pada orang-orang yang mempunyai problem-prob-
lem psikologis yang mempengaruhi seks, dapat men-
jadikan keadaan semakin parah.
Kerugian
• diperlukan suatu tindakan operatif,
• kadang-kadang menyebabkan komplikasi
seperti rasa nyeri dan tidak nyaman,
bengkak, perdarahan atau infeksi dan
• tidak memberikan perlindungan terhadap
infeksi menular seksual dan HIV (Mulyani
dan Rinawati, 2013)
• Belum memberikan perlindungan total
sampai semua spermatozoa yang su-
dah ada di dalam system reproduksi
distal dari tempat oklusi vas deferens
dikeluarkan, sehingga pasien diminta
untuk memakai kondom terlebih
dahulu untuk membersihkan tabung
dari sisa sperma yang ada.
• Mengetahui yang steril atau tidak, pe-
meriksaan mikroskopis biasanya di-
lakukan 16 minggu setelah operasi
dengan 24 kali ejakulasi menurut Han-
cock dalam Ramasamy dan Schlegel
(2011).
Efek Samping
• tidak memiliki efek yang bersifat merugikan,
• sperma yang diproduksi akan kembali diserap
tubuh tanpa menyebab gangguan metabolisme,
• rasa nyeri atau ketidaknyamanan akibat pembe-
dahan yang biasanya hanya berlangsung be-
berapi hari,
• infeksi akibat perawat bekas operasi yang tidak
bagus atau disebabkan karena dari lingkungan
luar bukan dari vasektomi
• tidak berpengaruh terhadap kemampuan laki-
laki untuk melakukan hubungan seksual
(Mulyani dan Rinawati, 2013).
Komplikasi
a. Komplikasi minor :
• 5% dan 10% pria mengalami masalah lokal minor sete-
lah prosedur. Setelah efek anestesia lokal hilang (sekitar
dua jam), pasien akan merasa sedikit tidak nyaman
yang biasanya dibantu dengan mengkonsumsi penghi-
lang rasa sakit ringan (paracetamol atau aspirin).
• Sebagian besar pria menyadari adanya pembengkakan
dan memar ringan di sekitar area operasi yang berlang-
sung selama beberapa hari. Terkadang terjadi infeksi
dan membutuhkan antibiotik. Apabila merasakan adanya
nyeri, bengkak atau kemerahan yang menetap, segera
hubungi dokter umum (Glasier, 2012).
b. Komplikasi mayor :
•Hematoma (masa bekuan darah dalam kantong skrotum berasal
dari pembuluh darah yang pecah)
terapi
hematoma kecil : kompres es dan istirahat beberapa hari,
hematoma besar : skrotum kembali dibuka, ikat pembuluh
darah dan lakukan drainase.
•Infeksi
•Sperm granuloma (bocornya spermatozoa kedalam jaringan
sekitarnya).
terapi :
Granuloma kecil : kompres es, istirahat cukup, pemberian
NSAID,
Granuloma besar : harus dilakukan eksisi
Perawatan post operasi vasektomi
1) Istirahat 1-2 jam di klinik
2) Menghindari pekerjaan berat selama 2-3 hari
3) Kompres es / dingin pada skrotum
4) Beri analgetik
5) Memakai penunjang skrotum selama 7-8 hari
6) Luka operasi jangan kena air selama 24 jam
7) Senggama dapat dilakukan secepatnya saat pria
sudah menghendaki dan tidak terasa terganggu
Tempat mendapatkan pelayanan vasektomi

1) Rumah sakit
2) Klinik yang tersedia pelayanan KB
vasektomi
Tubektomi (MOW)
• MOW (Medis Operatif Wanita) /
sterilisasi. merupakan tindakan
penutupan terhadap kedua salu-
ran telur kanan dan kiri yang
menyebabkan sel telur tidak da-
pat melewati saluran telur, se-
hingga tidak terjadi kehamilan,
oleh karena itu gairah seks
wanita tidak akan turun (BKKBN,
2006).
Program MOW sendiri dibagi menjadi 2 yaitu

1) Program rumah sakit


a) Pelaksanaan MOW pasca operasi /pasca
melahirkan
b) Mempunyai penyakit ginekologi
2) Reguler: MOW dapat dilakukan pada masa inter-
val
Syarat MOW
1) Syarat Sukarela
•Pengetahuan pasangan tentang cara cara
kontrasepsi lain,
•Resiko dan keuntungan kontrasepsi mantap
•Pengetahuan tentang sifat permanen pada
kontrasepsi ini
2) Syarat Bahagia
•Ikatan perkawinan yang syah dan
harmonis,
•Umur istri sekurang kurangnya 25
•Min 2 orang anak hidup
•Anak terkecil lebih dari 2 tahun
3) Syarat Medik

• Tidak ditemukan hambatan atau kontraindikasi untuk men-


jalani kontrasepsi mantap.
• Pemeriksaan seorang dokter diperlukan untuk dapat
memutuskan apakah seseorang dapat menjalankan kon-
trasepsi mantap. Ibu yang tidak boleh menggunakan
metode kontrasepsi mantap antara lain ibu yang mengala-
mai peradangan dalam rongga panggul, obesitas berlebi-
han dan ibu yang sedang hamil atau dicurigai sedang hamil
(BKKBN.2006)
Teknik melakukan MOW
1) Tahap persiapan pelaksanaan
(a) Informed consent
(b) Riwayat medis/ kesehatan
(c) Pemeriksaan laboratorium
(d) Pengosongan kandung kencing,
asepsis dan antisepsis daerah ab-
domen
(e) anestesi
2) Tindakan pembedahan, teknik yang digunakan
dalam pelayanan MOW antara lain:

a) Minilaparotomi
•Metode ini penyederhanaan laparotomi terdahulu,
hanya sayatan kecil (sekitar 3 cm) baik pada daerah
perut bawah (suprapubik) maupun subumbilikal 13
(pada lingkar pusat bawah).
•Tindakan ini dapat dilakukan terhadap banyak klien,
relative murah, dan dapat dilakukan oleh dokter
yang mendapat pelatihan khusus. Operasi ini juga
lebih aman dan efektif (Syaiffudin,2006).
• Masa interval maupun pasca persali-
nan, pengambilan tuba dilakukan
melalui sayatan kecil. Setelah tuba di-
dapat, kemudian dikeluarkan, diikat dan
dipotong sebagian.
• Dinding perut ditutup kembali, luka
sayatan ditutup dengan kassa yang ker-
ing dan steril serta bila tidak ditemukan
komplikasi, klien dapat dipulangkan
setelah 2 - 4 hari. (Syaiffudin, 2006).
b) Laparoskopi

• Tenaga Spesialis Kebidanan dan Kandungan


yang telah dilatih secara khusus agar pelak-
sanaannya aman dan efektif.
• Teknik ini dapat dilakukan pada 6 – 8 minggu
pasca pesalinan atau setelah abortus (tanpa
komplikasi).
• Laparotomi sebaiknya dipergunakan pada jumlah
klien yang cukup banyak karena peralatan la-
paroskopi dan biaya pemeliharaannya cukup ma-
hal. Seperti halnya minilaparotomi, laparaskopi
dapat digunakan dengan anestesi lokal dan diper-
lakukan sebagai klien rawat jalan setelah
pelayanan. (Syaiffudin,2006).
3) Perawatan post operasi

(a) Istirahat 2-3 jam


(b) Pemberian analgetik dan antibiotik bila perlu
(c) Ambulasi dini
(d) Diet biasa
(e) Luka operasi jangan sampai basah, menghindari
kerja berat selama 1 minggu, cari pertolongan
medis bila demam (>38), rasa sakit pada ab-
domen yang menetap, perdarahan luka insisi
Waktu pelaksanaan MOW
• Menurut Mochtar (1998) dalam Wiknjosastro
(2005) pelaksanaan MOW dapat dilakukan pada
saat :
1) Masa Interval (selama waktu selama siklus
menstruasi)
2) Pasca persalinan (post partum)
• MOW pasca persalinan sebaiknya dilakukan dalam 24
jam, atau selambat lambatnya dalam 48 jam pasca per-
salinan.
• MOW pasca persalinan lewat dari 48 jam akan dipersulit
oleh edema tuba dan infeksi yang akan menyebabkan
kegagalan sterilisasi.
• Edema tuba akan berkurang setelah hari ke-7 sampai
hari ke-10 pasca persalinan. Pada hari tersebut uterus
dan alat alat genetal lainnya telah mengecil dan menciut,
maka operasi akan lebih sulit, mudah berdarah dan in-
feksi.
3)Pasca keguguran
• Sesudah abortus dapat langsung dilakukan
sterilisasi.
4) Waktu operasi membuka perut
• Setiap operasi yang dilakukan dengan membuka dinding pe-
rut hendaknya harus dipikirkan apakah wanita tersebut su-
dah mempunyai indikasi untuk dilakukan sterilisasi.
• Hal ini harus diterangkan kepada pasangan suami istri
karena kesempatan ini dapat dipergunakan sekaligus untuk
melakukan kontrasepsi mantap.
Indikasi MOW

Komperensi Khusus Perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela


Indonesia tahun 1976 di Medan menganjurkan agar MOW
dilakukan pada umur 25 – 40 tahun, dengan jumlah anak se-
bagai berikut:
•umur istri antara 25 – 30 tahun dengan 3 anak atau lebih,
•umur istri antara 30 – 35 tahun dengan 2 anak atau lebih,
•dan umur istri 35 – 40 tahun dengan satu anak atau lebih
•sedangkan umur suami sekurang kurangnya berumur 30
tahun, kecuali apabila jumlah anaknya telah melebihi jumlah
yang diinginkan oleh pasangan tersebut.(Wiknjosastro,2005)
.
indikasi lain dilakukan MOW
1) Indikasi medis umum
Adanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi lebih berat
bila wanita ini hamil lagi.
(a) Gangguan fisik
Gangguan fisik yang dialami seperti :
(1) Tuberculosis pulmonum adalah penyakit yang disebabkan
oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis complex
(2) Penyakit jantung adalah sebuah kondisi yang menyebabkan
Jantung tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal-hal
tersebut antara lain: Otot jantung yang lemah. Adanya celah an-
tara serambi kanan dan serambi kiri, oleh karena tidak sempur-
nanya pembentukan lapisan yang memisahkan antara kedua ser-
ambi saat penderita masih di dalam kandungan.
(b) Gangguan psikis
Gangguan psikis yang dialami yaitu seperti :
(1) skizofrenia (psikosis) adalah suatu kumpulan gang-
guan kepribadian yang terbelah dengan karakteristik
berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),
gangguan persepsi (halusinasi), gangguan suasana
perasaan (afek tumpul, datar, atau tidak serasi), gang-
guan tingkah laku (bizarre, tidak bertujuan, stereotipi
atau inaktivitas) serta gangguan pengertian diri dan
hubungan dengan dunia luar (kehilangan batas ego,
pikiran dereistik, dan penarikan autistik). Kesadaran
yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap
dipertahankan walaupun defisit kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian. (Carlson, 2010)
(2) Sering menderita psikosa nifas yaitu gangguan jiwa yang
berat yang ditandai dengan halusinasi dan kehilangan rasa
kenyataan (sense of reality) yang terjadi kira-kira 3-4
minggu pasca persalinan. Merupakan gangguan jiwa yang
serius, yang timbul akibat penyebab organic maupun emo-
sional ( fungsional ) dan menunjukkan gangguan kemam-
puan berfikir, bereaksi secara emosional, mengingat,
berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan tindakan
sesuai kenyataan itu, sehingga kemampuan untuk
memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu
2) Indikasi medis obstetrik

(a) toksemia gravidarum yang berulang yaitu


tekanan darah tinggi yang disertai dengan pro-
teinuria (protein dalam air kemih) atau edema
(penimbunan cairan), yang terjadi pada kehami-
lan 20 minggu sampai akhir minggu pertama
setelah persalinan. (Manuaba, 1998)
(b) histerektomi obstetric adalah pengangkatan
rahim atas indikasi obstetrik
3) Indikasi medis ginekologik

• Pada waktu melakukan operasi


ginekologik dapat pula dipertimbangkan
untuk sekaligus melakukan sterilisasi.
4) Indikasi sosial ekonomi
•Indikasi sosial ekonomi adalah indikasi berdasarkan
beban sosial ekonomi yang sekarang ini terasa
bertambah lama bertambah berat.
(a) Mengikuti rumus 120 yaitu perkalian jumlah anak
hidup dan umur ibu, kemudian dapat dilakukan steril-
isasi atas persetujuan suami istri, misalnya umur ibu
30 tahun dengan anak hidup 4, maka hasil
perkaliannya adalah 120.
(b) Mengikuti rumus 100
• Umur ibu 25 tahun ke atas dengan anak hidup 4
orang
• Umur ibu 30 tahun ke atas dengan anak hidup 3
orang
• Umue ibu 35 tahun ke atas dengan anak hidup 2
orang
Kontraindikasi MOW
1) Kontra indikasi mutlak
(a) Peradangan dalam rongga panggul
(b) Peradangan liang senggama aku (vaginitis,
servisitis akut)
(c) Kavum dauglas tidak bebas,ada perlekatan
2) Kontraindikasi relative
(a) Obesitas berlebihan
(b) Bekas laparotomi
Keuntungan
1) Sangat efektif (0.5 kehamilan per 100 perempuan
selama tahun pertama penggunaan).
2) Tidak mengganggu kehidupan suami istri
3) Tidak mempengaruhi kehidupan suami istri
4) Tidak mempengaruhi ASI
5) Lebih aman (keluhan lebih sedikit), praktis (hanya
memerlukan satu kali tindakan), lebih efektif (t-
ingkat kegagalan sangat kecil), lebih ekonomis
Keterbatasan

1) Peluang kecil untuk memiliki anak kembali


2) Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini tidak
dapat dipulihkan kembali.
3) Klien dapat menyesal dikemudian hari
4) Resiko komplikasi kecil meningkat apabila digunakan anestesi umum
5) Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.
6) Dilakukan oleh dokter yang terlatih dibutuhkan dokter spesalis
ginekologi atau dokter spesalis bedah untuk proses laparoskopi.
7) Tidak melindungi dari IMS, HIV/AIDS
Efek Samping
1) Reaksi Alergi
2) Infeksi luka bila terdapat abses
3) Luka pada kandung kemih
4) Perdarahan Dalam
Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada
Wanita dengan Pre dan Post MOW

1) Konseling pra
2) Persiapan untuk calon akseptor KB
MOW
3) Perawatan pre operasi MOW
4) Mobilisasi
5) Perawatan Pasca Operasi MOW
Video tubektomi
• https://www.youtube.com/watch?v=S
QMGNOAPzK0
(pada menit 3.20-sls)
• https://www.youtube.com/watch?v=L
Ray3JtiQaQ
Video Vasektomi
• Terpisah (tdk di link)

Anda mungkin juga menyukai