Nama Kelompok:
1. Intan Ardila (407220007)
2. Ida Affifatul Aini (407220016)
َو الَّساِرُق َو الَّساِرَقُة َفاْقَطُعوا َأْيِدَيُهَم ا َج َز اًء ِبَم ا َك َسَبا َنَك ااًل ِّم َن ِهَّللاۗ َو ُهَّللا َع ِزيٌز َحِكيٌم
َفَم ْن َتاَب ِم ْۢن َبْع ِد ُظْلِم ٖه َو َاْص َلَح َفِاَّن َهّٰللا َيُتْو ُب َع َلْيِهۗ ِاَّن َهّٰللا َغ ُفْو ٌر َّر ِح ْيٌم
Artinya : “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. Maka Barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah
melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, Maka Sesungguhnya Allah menerima taubatnya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [al-Mâidah/5:38-39]
Hukum potong tangan dalam islam
Dalam hukum Islam, pencurian termasuk salah satu jarimah hudud, karena secara tegas
dan teksnisnya sudah diatur dalam nash-nash al-Qur’an dan hadist. Pencurian termasuk
kedalam mengambil hak orang lain secara diam-diam.
Pencurian dalam hukum Islam tidak bisa dihapus dengan adanya pemaafan baik dari
korban maupun dari penguasa. Hukuman ini tidak boleh diganti dengan hukuman lain
atau yang lebih ringan dari padanya. Hal ini sudah dijelaskan dalam al-Qur’an surah Al-
Maidah ayat 38, dalam ayat ini diterangkan bahwa laki-laki maupun perempuan yang
mencuri wajib dipotong tangannya, tanpa terkecuali bagi mereka yang telah tertangkap
basah melakukan perbuatan pencurian. Menurut al-Syayid sabiq syarat-syarat seseorang
yang divonis hukuman potong tangan ada tiga yaitu:
1. Cakap hukum (taklif)
2. Merupakan kehendak sendiri (ikhtiar)
3. Sesuatu yang dicuri tersebut bukan merupakan barang Syubhat
Syarat pemotongan tangan
Pemotongan tangan wajib dilakukan jika telah memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
1. Pencurinya adalah orang yang mukallaf, berakal dan baligh, berdasarkan
sabda Rasulullah SAW, “Pena (pencatat amal) diangkat dari tiga orang,
yaitu; dari anak kecil hingga bermimpi (baligh), dari orang tidur hingga
terjaga dan dari orang gila hingga berakal sehat. Fuqaha sepakat
menetapkan bahwa tangan pencuri tidak dipotong, kecuali bila ia seorang
yang dewasa dan waras.
2. Tidak didapati adanya hubungan kekerabatan, di sini pengertiannya adalah
harta yang dicuri bukan harta anaknya sendiri.
3. Tidak ada subhat dalam melakukan pencurian. Maksudnya adalah tidak
dipaksa dalam melakukannya, misalnya ia lapar, sangat membutuhkan
harta, dan sebagainya.
4. Harta tidak diambil dengan cara merebutnya di depan pemiliknya,
kemudian dibawa lari; atau tidak diambil dengan cara ghashab yaitu
mengambil harta dengan cara paksa serta tidak dengan cara
merampas seperti layaknya ghanimah (harta rampasan perang),
berdasarkan sabda Rasulullah SAW, “Tidak ada potong tangan terhadap
orang yang mengkhianati amanah, atau merampas (sebagaimana
layaknya ghanimah) atau mencopet (di hadapan pemiliknya).”
Di antara syarat yang harus dipenuhi dalam kriteria pencurian hukuman
potong tangan, yang berkaitan dengan barang yang dicuri antara lain:
Adapun hukuman potong tangan ini tidak dapat dimaafkan, jika perkaranya sudah
diserahkan dan ditangani oleh Ulul Amri. Berkenaan dengan anggota badan yang
dipotong dan batas pemotongannya, para ulama berbeda pendapat.
1. Imam Malik dan Imam Syafi'I berpendapat pada pencurian pertama yang
dipotong adalah tangan kanan, pada pencurian kedua yang dipotong adalah kaki
kiri, pada pencurian yang ketiga yang dipotong adalah tangan kiri, pada
pencurian ke empat yang dipotong adalah tangan kanan. Jika pencuri masih
mencuri yang kelima kalinya maka dipenjara sampai dia bertobat.
2. Atha berpendapat bahwa pencurian yang pertama dipotong tangannya dan
mencuri yang kedua kalinya dihukum ta'zir.
3. Mazhab Zhahiri berpendapat bahwa pada pencurian pertama dipotong tangan
kanannya, pada pencurian kedua dipotong tangan kirinya, pada pencurian ketiga
dikenai hukuman ta'zir.
4. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa pada pencurian pertama pencuri dipotong
tangan kanannya, pada pencurian kedua dipotong kaki kirinya, pencurian ketiga
dipenjara sampai tobat.
PENCURIAN YANG TIDAK DIBERLAKUKAN
PEMOTONGAN TANGAN
Potong tangan tidak diperbolehkan pada pencurian harta yang tidak disimpan
ditempat penyimpanan atau harta yang jumlahnya tidak mencapai seperempat
dinar atau buah-buahan yang ada di atas pohon; atau buah kurma yang masih ada
di atas pohon. Rasulullah SAW telah bersabda ketika ditanya mengenai kambing
yang diambil dari tempat penggembalaan, “Di dalamnya terdapat harga duakali
lipat dan sanksi pukulan. Kemudian hukuman atas barang yang dicuri dari tempat
pemberhentian unta adalah potong tangan, jika harta yang diambil mencapai
harga baju besi”.
Rasulullah SAW pun bersabda “Barangsiapa mencuri dengan mulutnya dan ia
tidak menyembunyikannya maka hal itu tidak apa-apa baginya (tidak ada potong
tangan), dan apa yang dibawanya, maka ia wajib membayar harganya dua
kali lipat dan dikenai sanksi pukulan dan peringatan; dan barangsiapa
yang mencuri harta dari tempat pengeringan karma, rnaka di dalamnya terdapat
potong tangan; jika yang dicurinya seharga baju besi”.
FAEDAH HUKUM POTONG TANGAN
Bila hukuman ini dilaksanakan, maka akan menghasilkan empat hal:
1. Keimanan terhadap Islam, baik dalam akidah, syariah atau
manhaj.
2. Terwujudnya syariat Allah Azza wa Jalla pada seluruh hukum-
hukumnya, baik secara politik, ekonomi maupun sosial.
3. Membuktikan akal dan kenyataan dengan faedah yang
dihasilkan dari hukum hudûd.
4. Semangat untuk mewujudkan kemaslahatan bagi orang banyak
daripada kebaikan perorangan.
TERIMA KASIH