Anda di halaman 1dari 11

1

EMBOLI AIR KETUBAN


NAMA ANDA
NAMA PEMBIMBING
2
PENDAHULUAN

Komplikasi kehamilan, tidak dapat diprediksi/dicegah,


penyebab penting mortalitas maternal-fetal. 1,2,3 Kunci keberhasilan
terapi

Kasus jarang, dapat terjadi pada ibu sehat. 2,3,4 Pemahaman


patofisiologi,
kemampuan
diagnosis dini. 3,5
Prognosis jelek resiko selamat dengan
kerusakan neurologis permanen. 1,6
3
DEFINISI & EPIDEMIOLOGI

• Cairan amnion, sel janin, rambut, atau debris lainnya masuk ke dalam
sirkulasi pulmoner maternal  kolaps kardiovaskular. 6, 7
• Terjadi selama/setelah persalinan (80%), sebelum persalinan (20%). 2
• Angka kejadian sekitar 1:8000–1:80.000 kehamilan. 7
• Insidensi dilaporkan lebih tinggi pada pasien yang menjalani operasi
sesar (22/100.000 kelahiran) vs pervaginam (8/100.000 kelahiran). 6
• Negara berkembang  rasio mortalitas maternal antara 1,8-5,9 per
100.000 persalinan. 10
4
FAKTOR RESIKO

Tabel 1. Faktor resiko yang berhubungan dengan emboli air ketuban


Faktor resiko yang berhubungan dengan emboli air ketuban 1,6
 Usia > 35 tahun*
 Multiparitas*
 Janin laki-laki
 Induksi persalinan*
 Penggunaan alat bantu untuk persalinan
 Seksio sesaria*
 Trauma cervix
 Hiperstimulasi uterus
 Preeklamsia
 Eklamsia
 Plasenta previa
 Solusio plasenta
 Etnik minoritas
* Berdasarkan penelitian yang meninjau kasus EAK dalam database register UKOSS (UK Obstetric Surveillance System)
5
PATOFISIOLOGI

Gambar 1. Patofisiologi emboli air ketuban


Dikutip dari Girendra Sodera, 2015. 4
6
GAMBARAN KLINIS

Hipertensi Depresi Gagal jantung,


pulmoner dan fungsi acute respiratory
sistemik 1,5 ventrikel kiri distress, dan

FASE DUA
FASE AWAL

FASE AKHIR
dengan koagulopati 1,5,10
normalisasi
tekanan
arterial
pulmoner 1,10
7
DIAGNOSIS

Kriteria AS (Kriteria Entri Register US AFE) 13 Kriteria Inggris (UK Obs. Surveillance System) 13 Kriteria Jepang 13

1. Hipotensi akut atau henti jantung Untuk definisi kasus emboli air ketuban jika tidak 1. Jika gejala muncul selama kehamilan atau
2. Hipoksia akut, didefinisikan sebagai ada penyebab jelas lain dalam 12 jam setelah persalinan
dispnea, sianosis atau henti pernapasan 1. Kolaps maternal akut dengan salah satu atau 2. Jika intervensi medis intensif dilakukan
3. Koagulopati, didefinisikan sebagai bukti beberapa fitur berikut: gangguan fetal akut, untuk menangani salah satu atau beberapa
laborat konsumsi intravaskular atau aritmia atau henti jantung, koagulopati, gejala/penyakit berikut: henti jantung,
fibrinolisis atau perdarahan klinis berat yang konvulsi, hipotensi, perdarahan maternal, perdarahan hebat tanpa sumber jelas dalam
tidak ada penjelasan lain gejala premonitorik seperti kelelahan, kebas, 2 jam setelah persalinan (≥ 1500mL), DIC,
4. Onset gejala di atas selama persalinan, SC agitasi, tingling, sesak atau henti napas. gagal napas
atau dilatasi dan evakuasi atau dalam 30 2. Eksklusi pasien dengan perdarahan 3. Jika temuan atau gejala yang ada tidak bisa
menit post partum maternal sebagai gejala awal jika tidak ada dijelaskan oleh penyakit lain
5. Tidak ada kondisi signifikan lain atau bukti koagulasi awal atau gangguan 4. Untuk EAK, koagulopati konsumtif/DIC
kemungkinan penjelasan lain terhadap kardiorespiratorik, atau karena etiologi jelas seperti plasentasi
gejala dan tanda yang ditemukan 3. Pasien dimana diagnosis ditegakkan dengan abnormal, trauma selama persalinan dan
*Pasien yang memenuhi semua kriteria lain pemeriksaan post mortem berdasarkan kelahiran dan preeklampsia berat/
termasuk cardiorespiratory arrest yang temuan skuamosa atau rambut janin di paru eklampsia, harus dieksklusi
meninggal sebelum koagulopati bisa
diidentifikasi, dimasukkan ke dalam analisis
primer
8
DIAGNOSIS BANDING

Tabel 3. Diagnosis banding EAK4


Sebab Non-obstetrik Sebab Obstetrik Sebab Anestetik
 Emboli paru sebab lain  Eklampsia  Total spinal
(udara, lemak, thrombus)  Abrupsio plasenta  Toksisitas anestetika lokal
 Edema pulmonum  Ruptur uteri  Salah obat
 Tension pneumothorax  Perdarahan postpartum
 Kardiak: infark, gagal  Peripartum
jantung, aritmia, cardiomyopathy
tamponade
 Anafilaksis
 Syok septik
 Aspirasi
 Sebab lain: toksin,
hipo/hiperkalemia,
metabolik, hipotermia
9
MANAJEMEN

Dugaan Emboli Air Ketuban14 Pemberitahuan segera ke neonatologi, divisi


kesehatan maternal-fetal dan/atau penyedia
layanan kebidanan, anestesiologi dan ICU
Mulai segera CPR-ACLS yang
berkualitas dan panggil bantuan

Pertimbangkan segera Fase awal umumnya ditandai dengan


persalinan baik secara kegagalan ventrikel kanan (dapat Fase kedua ditandai dengan Koagulopati dapat terjadi
pervaginam maupun dikonfirmasi dengan transtoraks kegagalan ventrikel kiri dan segera atau tertunda sesudah
seksio sesar ekokardiografi) edema paru kardiogenik. kolaps kardiovaskular
Pertahankan hemodinamik terjadi. Lakukan protokol
dengan penggunaan transfusi massif jika
Hindari resusitasi cairan berlebihan. Pertimbangkan pemberian norepinefrin dan inotrop tersedia. Perawatan agresif
norepinefrin untuk menjaga tekanan darah. Gagal ventrikel kanan seperti dobutamin atau terhadap atonia uteri. Cari
diatasi dengan inotropik, misalnya seperti dobutamin atau milrinon. milrinon. Batasi pemberian etiologi anatomi pendarahan
Kurangi afterload paru dengan inhalasi nitrat oksida atau cairan berlebihan seperti laserasi panggul.
inhalasi/intravena prostasiklin jika diindikasikan.
10
PROGNOSIS

Prognosis 1,2,6
• Sekitar 25% pasien akan meninggal dalam onset 1 jam.
• Sekitar 61% pasien yang selamat  sebagian besar mengalami permanent
hypoxia-induced neurological damage
• Mortalitas fetal sekitar 21%  50% dari yang berhasil selamat
mengalami kerusakan neurologis yang permanen.
• Status neurologis bayi terkait langsung dengan jeda waktu antara
maternal arrest dan persalinan.
• Risiko rekurensi masih belum diketahui.
11
Daftar Pustaka

1. Apsari RKF and Suryono B. Emboli Air Ketuban. Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia. 2020; Vol 1 No 1 (2018).

2. Sulistyanti D and Uyun Y. Diagnosis dan Tatalaksana Emboli Air Ketuban. Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia. 2020; Vol 3 No 2 (2020).

3. Toy H. Amniotic Fluid Embolism. Eur J Gen Med. 2009; 6(2):108-115.

4. Sadera G and Vasudevan B. Amniotic fluid embolism. Journal of Obstetric Anaesthesia and Critical Care. 2015; Vol 5. Issue 1.

5. Septica RI and Uyun Y. Henti Jantung pada Seksio Sesarea. Jurnal Komplikasi Anestesi. 2015; Volume 3 Nomor 1.

6. Thongrong C, Kasemsiri P, Hofmann JP, et al. Amniotic fluid embolism. International Journal of Critical Illness and Injury Science. 2013; Vol. 3. Issue 1.

7. Kaur K, Bhardwaj M, Kumar P, Singhal S, Singh T, Hooda S. Amniotic fluid embolism. J Anaesthesiol Clin Pharmacol. 2016;32(2):153.

8. Tsunemi T, Oi H, Sado T, Naruse K, Noguchi T and Kobayashi H. An Overview of Amniotic Fluid Embolism: Past, Present and Future Directions. The Open Women’s Health Journal. 2012; 6, 24-29.

9. Dedhia JD, Mushambi MC. Amniotic fluid embolism. Continuing Education in Anesthesia, Critical Care & Pain, 2007. 7(5):152–56.

10. Conde-Agudelo A, Romero R. Amniotic fluid embolism: an evidence-based review. Am J Obstet Gynecol. 2009 Nov;201(5):445. e1-445.e13.

11. Shamsnajafabadi H, Soheili ZS. Amniotic fluid characteristics and its application in stem cell therapy: A review. Int J Reprod BioMed. 2022; 20: 627–643. https://doi.org/10.18502/ijrm.v20i8.11752.
Volume 20, Issue No. 8.

12. Hacein-Bey L, Varelas PN, Ulmer JL, Mark LP, Raghavan K, Provenzale JM. Imaging of Cerebrovascular Disease in Pregnancy and the Puerperium. Am J Roentgenol. 2016 Jan;206(1):26–38.

13. Hiroshi Kobayashi et al., Comparison of the Different Definition Criteria for the Diagnosis of Amniotic Fluid Embolism. Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2017 Jul, Vol-11(7): QC18-QC21.

14. Pacheco LD, Saade G, Hankins GDV, Clark SL. Amniotic fluid embolism: diagnosis and management. Am J Obstet Gynecol. 2016. Aug;215(2):B16–24.

Anda mungkin juga menyukai