Instrumentasi, Analisis
Kualitatif dan
Kuantitatif dengan
HPLC dan LC-MS
beserta Aplikasinya
A Hafizh Arif Arafi (M0318001)
Annisa Rochmah Watika (M0318019)
Hudzaifah Anafifi (M0318031)
Millenia Anggie Wangsa Putri (M0318041)
Priscilla Inez Gerard (M0318051)
Tara Amelia Pratiwi (M0318063)
PENDAHULUAN (Mangunara dkk., 2019)
( Ardianingsih, 2009) Selain menggunakan metode HPLC,
pemisahan komponen senyawa juga dapat
Prinsip pemisahan kromatografi yaitu menggunakan LC-MS. Liquid
adanya distribusi komponen-komponen Chromatography Mass Spectrometry
dalam fase diam dan fase gerak (LC/MS-MS) adalah teknik analisis yang
berdasarkan perbedaan sifat fisik menggabungkan kemampuan pemisahan
komponen yang akan dipisahkan. fisik dari kromatografi cair dengan
Kromatografi dapat digunakan untuk spesifisitas deteksi spektrometri massa.
01 analisa kualitatif dan kuantitatif. 03
01
HPLC
(High Perfomance Liquid Chromatograhy)
Prinsip
● Berdasarkan pemisahan dengan menggunakan teknik kromatografi.
● Kromatografi berasal dari kata Yunani yaitu, chromos (warna) dan
graphein (menulis).
● Kromatografi merupakan cara pemisahan yang mendasarkan partisi
cuplikan (sampel) antara fase bergerak dan fasa diam.
● Pada HPLC sistem kromatografi yang digunakan adalah cair-padat,
fasa bergerak (mobile phase) berupa cairan yaitu pelarut dan fasa
diam (stationary phase) berupa padatan yaitu adsorben yang
terdapat dalam kolom analitik.
● Dengan demikian, kromatografi dapat didefinisikan sebagai suatu
proses migrasi diferensial di mana komponen-komponen cuplikan
(sampel) ditahan secara selektif oleh fase diam (adsorben).
Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
HPLC
Analisis Kualitatif
1) Microprocessor control
Bagian ini merupakan mikro komputer, suatu bagian yang sangat penting untuk
mengontrol atau membuat program mengatur kecepatan aliran pelarut (flow rate)
sebagaimana yang diinginkan, mengatur tekanan (pressure), mengatur komposisi
(perbandingan) pelarut, mengatur suhu injektor dan jumlah sampel yang akan
diinjeksikan bila menggunakan "automatic injection", mengatur suhu oven
termasuk suhu kolom, mengatur panjang gelombang pada detektor dan
memprogram waktu analisa yang diperlukan apabila menggunakan HPLC sistem
gradien.
2) Pompa
Alat ini dibutuhkan untuk memompakan pelarut dari reservoir ke kolom dengan
tekanan paling sedikit 100 arm (1500 psi, pound per square inch) dan paling
tinggi 400 arm (6000 psi) sesuai dengan besar aliran ("flow rate" berkisar antara
0,5-2 ml/min), tipe dari kolom, ukuran partikel adsorben dalam kolom (mesh) dan
panjang kolom yang digunakan. Pompa akan bekerja memompakan pelarut
secara terus menerus dengan kecepatan aliran yang tetap, sambil membawa
sampel dari injektor melewati kolom analitik terus ke detektor dan akhirnya ke
pembuangan.
3) Injektor
Injektor adalah alat untuk memasukkan sampel ke dalam kolom yang dapat
dilakukan secara otomatis maupun manual. Bila alat HPLC dilengkapi dengan
"automatic sample injector" maka pemasukan sampel dapat dilakukan secara
otomatis yaitu dengan memprogram pada "microprocessor control" jumlah sampel
(uL) dan jumlah macam sampel (misalnya ada 10 macam sampel yang berbeda)
yang akan dianalisa. Bisa juga dilakukan secara manual dengan cara
menggunakan jarum suntik khusus, diukur volume tertentu biasanya antara 10- 20
uL. Injektor harus mampu bekerja pada tekanan 470 arm dengan kesalahan (error)
kurang dari 0,2 % dan dapat ditempatkan dalam suatu oven agar temperatur
injektor dapat terkontrol. Untuk sistem ini biasanya temperatur yang dipergunakan
lebih kurang 150 °C.
4) Kolom
Kolom terbuat dari logam berat, kaca dan logam stainless berbentuk
tabung yang mampu menahan tekanan (setinggi 680 atm) dan tidak
bereaksi dengan pelarut (fase bergerak). Fase diam (adsorben) dalam
kolom harus halus dengan keseragaman diameter yang sama (uniform
bore diameter). Kolom berbentuk tabung harus lurus dan diletakkan
pada posisi vertikal serta diperlengkapi dengan fitting dan konektor
yang didesain sedemikian rupa agar tidak memberikan kehampaan pada
ujung kolom.
5) Detektor
Recorder adalah alat yang paling sederhana untuk mencatat setiap sinyal yang
muncul pada detektor untuk diubah dalam bentuk kurva atau lebih dikenal
dengan kromatogram. Tinggi rendahnya kurva didasarkan pada pulsa listrik yang
diterima rekorder dari detektor dan tergantung pada sensitivitas detektor yang
digunakan. Terkadang recorder digabungkan dengan suatu sistem komputer
untuk analisa data atau data prosesor dalam bentuk yang kompak dan dikenal
sebagai "data processor". Ini memudahkan bagi sipemakai untuk menganalisa
data hasil pekerjaannya. Informasi yang disajikan dari hasil proses data antara
lain, waktu retensi, peak area, persentase (%) dan jumlah total dari setiap kurva
yang dihasilkan.
Tahapan Analisis Dengan HPLC
01 Kromatografi 02 Kromatografi
Partisi pertukaran ion
03 Kromatografi 04 Kromatografi
adsorbsi ekslusi
Kromatografi Partisi
Kromatografi partisi dapat dibedakan ke dalam dua
kategori yaitu kromatografi partisi cair-cair dan
kromatografi fase terikat. Perbedaan kedua teknik ini
terletak pada metode pengikatan fase diam pada
partikel penyangga kemasan kolom. Kromatografi
partisi cair-cair, fase diam diikatkan pada permukaan
kemasan secara fisika, sedangkan pada kromatografi
partisi fase terikat (bonded phase) fase diam terikat
secara kimia. Berdasarkan kepolaran relatif fase diam
dan fase geraknya, kromatografi partisi dibagi menjadi
2 yaitu fase normal dan fase terbalik.
a. Fase Normal
Pada masa awal, penggunaan kromatografi cair menggunakan fase diam yang sangat polar seperti air
atau trietilen glikol yang terikat pada partikel silika atau alumina; fase gerak adalah pelarut yang
relatif kurang polar seperti heksan atau isopropil eter. Tipe kromatografi ini dikenal sebagai
kromatografi fase normal. Pada kromatografi fase normal, senyawa yang kurang polar dielusi lebih
awal karena senyawa non polar paling baik kelarutannya dalam fase gerak. Peningkatan kepolaran
fase gerak dapat memperpendek waktu elusi.
b. Fase terbalik
Pada kromatografi fase terbalik, fase diam adalah senyawa non polar (biasanya suatu hidrokarbon)
dan fase gerak pelarut yang relatif lebih polar seperti air, metanol atau asetonitril. Pada kromatografi
fase terbalik senyawa-senyawa polar akan terelusi lebih awal, dan peningkatan kepolaran fase gerak
akan memperbesar waktu elusi. Sebagian besar penggunaan kromatografi fase terbalik menggunakan
fase gerak sangat polar seperti larutan air yang mengandung beberapa pelarut organic dengan
konsentrasi tertentu seperti metanol, asetonitril, atau tetrahydrofuran.
Kromatografi Adsorpsi
Kromatografi adsorpsi telah diadaptasi dan menjadi bagian yang
penting dari metode HPLC. Fase diam yang digunakan pada HPLC cair-
padat adalah silika dan alumina. Pada silika dan alumina terdapat gugus
hidroksil yang akan berinteraksi dengan solut. Gugus silanol pada silika
mempunyai reaktivitas yang berbeda, karenanya solute dapat terikat
secara kuat sehingga dapat menyebabkan puncak yang berekor. Fase
gerak yang digunakan untuk fase diam silika atau alumina berupa pelarut
non polar yang ditambah dengan pelarut polar seperti air atau alkohol
rantai pendek untuk meningkatkan kemampuan elusinya sehingga tidak
timbul pengekoran puncak. Secara umum, kromatografi adsorpsi sangat
cocok digunakan untuk pemisahan sampel yang larut dalam pelarut non
polar dan sukar larut dalam pelarut air. Suatu kelebihan utama dari
kromatografi adsorpsi yang tidak diberikan oleh metoda lainnya adalah
kemampuannya membedakan antara campuran isomer struktur dan analit
dengan gugus fungsi berbeda.
Kromatografi pertukaran ion
Kromatografi Pertukaran ion adalah suatu metode
pemurnian menggunakan fase diam yang dapat menukar
kation atau anion dengan suatu fase gerak. Fase diam
tersebut merupakan suatu matriks yang kuat (rigid), yang
permukaannya mempunyai muatan, dapat berupa muatan
positif maupun negatif.
Pemisahan ion sederhana berdasarkan pada perbedaan
kekuatan interaksi ion terlarut dengan resin. Jika senyawa
terlarut berinteraksi lemah dengan adanya ion fasa gerak,
ion terlarut keluar lebih awal pada kromatogram, sedangkan
senyawa terlarut yang berinteraksi kuat dengan resin, akan
keluar berikutnya pada kromatogram.
Kromatografi Eksklusi
Kromatografi eksklusi adalah suatu kromatografi kolom yang proses
pemisahannya didasarkan atas ukuran partikel solute. Kromatografi
eksklusi dapat digunakan untuk memisahkan suatu senyawa dari
senyawa lain yang mempunyai berat molekul lebih rendah atau tinggi,
atau untuk memisahkan molekul-molekul yang mempunyai berat
molekul sama tetapi diameter berbeda. Kromatografi eksklusi dapat
dibedakan menjadi dua berdasarkan pada fase geraknya yaitu
kromatografi gel filtrasi (bila fase gerak air) dan kromatografi
permeasi gel (bila fase gerak adalah pelarut organik). Sedangkan fase
diam pada kromatografi eksklusi digunakan partikel-partikel yang
mempunyai pori dengan berbagai macam ukuran. Dua tipe bahan
sebagai fase diam yang digunakan dalam kromatografi ini ialah gel
dari senyawa organik (polimer, dan silika gel yang mudah berinteraksi
dengan polimer). Berikut adalah beberapa fase diam yang dapat
digunakan pada kromatografi eksklusi, antara lain Sephadex, Bio-Gel,
Agarosa, dan Stiragel.
Kelebihan dan Kekurangan HPLC
Dengan adanya HPLC tentunya sangat membantu dalam proses kromatografi. Berikut merupakan kelebihan
dari alat HPLC antara lain:
a. Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran dengan daya memisah yang tinggi.
f. HPLC dapat digunakan untuk isolasi zat yang tidak mudah menguap dan zat yang tidak stabil.
04. Detektor
Detektor merupakan bagian terpenting dari LC. Terdapat berbagai jenis
detektor yang digunakan yaitu detektor UV-Visible, Detektor PDA, Detektor
Indeks Refraktif (RI), Detektor Elektrokimia, Detektor Fluoresensi dan
Detektor Konduktivitas. Sinyal yang diterima oleh detektor direkam sebagai
puncak dan data masing-masing dapat disimpan dalam perangkat lunak.
Instrumentasi LC-MS
Instrumentasi Spektrometri Massa
Sumber dan Antarmuka Ionisasi
01.
Campuran komponen yang mengandung cairan ini dipindahkan ke sumber ion
spektrometer massa. Karena sumber ion berada di bawah vakum tinggi,
perbedaan tekanan massa sulit untuk menguapkan tetesan cairan tanpa
kehilangan campuran komponen. Oleh karena itu, antarmuka digunakan untuk
menyelesaikan masalah ini.
Analisis massa quadrupole terdiri dari empat batang paralel diatur dalam persegi. Ion
analit diarahkan ke bagian tengah persegi. Tegangan yang dialirkan pada batang
menghasilkan bidang elektromagnetik. Bidang ini menentukan rasio massa yang dapat
melewati filter pada waktu tertentu. Quadrupoles cenderung merupakan analisis massa
yang paling sederhana dan paling murah.
Analisis massa FT-ICR merupakan jenis lain dari analisis massa perangkap ion. Ion
memasuki ruangan dan terjebak dalam lingkaran orbit oleh medan listrik dan medan
magnet yang kuat. Ketika terjadi eksitasi oleh frekuensi radio (RF) pada medan listrik, ion
menghasilkan arus yang bergantung pada waktu. Arus ini dikonversi oleh fourier menjadi
frekuensi orbital dari ion yang sesuai dengan rasio muatan massa senyawa.
Ardianingsih, R. 2010. Penggunaan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) dalam Proses Analisa Deteksi Ion. Berita
Dirgantara, 10(4): 101-104.
Babu, A. V. S. 2017. HPLC and LCMS - A Review and A Recent Update. International Journal of Pharmacy and Analytical
Research, 6(3): 555-567.
Chen, Y., Yan, Y., Xie, M. Y., Nie, S. P., Liu, W., Gong, X. F., Wang., Y. X. 2008. Development of A Chromatographic Fingerprint
for the Chloroform Extracts of Ganoderma lucidum by HPLC and LC–MS. Journal of Pharmaceutical and Biomedical
Analysis, 47: 469-447.
He, C. M., Cheng, Z. H., dan Chen, D. F.. 2013. Qualitative and Quantitative Analysis of Flavonoids in Sophora tonkinensis by
LC/MS and HPLC. Chinese Journal of Natural Medicines, 11(6): 690-698.
Hendayana, S. 2006. KIMIA PEMISAHAN Metode Kromatografi dan Elektroforesis Modern. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ho, C.S., Lam, C.W.K., Chan, M.H.M., Cheung, R.C.K., Law, L.K., Lit, L.C.W., Ng, K.F., Suen, M.W.M. dan Tai, H.L., 2003.
Electrospray ionisation mass spectrometry: principles and clinical applications. The Clinical Biochemist Reviews, 24(1): 3-
12.
Daftar Pustaka
Lestari, W. S. 2014. Validasi Metode Penetapan Kadar Aliskiren dalam Plasma darah secara In Vitro Menggunakan Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Mangurana, W.O.I., Yusnaini, Y. dan Sahidin, S., 2019. Analisis LC-MS/MS (Liquid Chromatography Mass Spectrometry) dan
Metabolit Sekunder serta Potensi Antibakteri Ekstrak n-Heksana Spons Callyspongia aerizusa yang diambil pada kondisi
tutupan Terumbu Karang yang berbeda di Perairan Teluk Staring. Jurnal Biologi Tropis, 19(2): 131-141.
Murningsih, T. dan Chairul, C. 2000. Di Sela-Sela Laboratorium dan Plot Eksperimen Mengenal HPLC: Peranannya dalam
Analisa dan Proses Isolasi Bahan Kimia Alam. Berita Biologi, 5(2): 261-271.
Na-Bangchang, K., Guirou, E. A., Cheomung, A., dan Karbwang, J. 2014. Determination of Primaquine in Whole Blood and
Finger-Pricked Capillary Blood Dried on Filter Paper Using HPLC and LCMS/MS. Chromatographia, 77: 561-569.
Parasuraman, S., Anish, R., Balamurugan, S., Muralidharan, S., Kumar, K. J., dan Vijayan, V. 2014. Overview of Liquid
Chromatography-Mass Spectroscopy Instrumentation. Pharmaceutical Methods, 5(2): 47-55.
Peng, L., Jayapalan, S., Chankvetadze, B., dan Farkas, T. 2010. Reversed-phase Chiral HPLC and LC/MS Analysis with
Tris(chloromethylphenylcarbamate) Derivatives of Cellulose and Amylose as Chiral Stationary Phases. Journal of
Chromatography A, 1217: 6942-6955.
Pratima, N. A. dan Gadikar, R. 2018. Liquid Chromatography-Mass Spectrometry and Its Applications: A Brief Review. Archives
of Organic and Inorganic Chemical Sciences, 1(1): 26-34.
Daftar Pustaka
Rizalina, H., Cahyono, E., Mursiti, S., Nurcahyo, B., dan Supartono. 2018. Optimasi Penentuan Kadar Metanol Dalam Darah
Menggunakan Gas Chromatography. Indonesian Journal of Chemical Science, 7(3): 254-261.
Susanti, M. dan Dachriyanus. 2017. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Padang: Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (LPTIK) Universitas Andalas.
Syenina, A. 2011. “Validasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Fase Terbalik pada Penetapan Kadar Nikotin
dalam Ekstrak Etanolik Daun Tembakau”. Skripsi. Fakultas Farmasi. Program Studi Farmasi. Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.
Veronika, R. M. 2004. Practical High-Performance Liquid Chromatography FOURTH EDITION. Switzerland: Swiss Federal
Laboratories for Materials Testing and Research (EMPA).
Wahid, R. A. H. 2020. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Tanin Ekstrak Kulit Buah Delima Putih (Punica Granatum L.)
Menggunakan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product,
3(2): 11-21.
Zhao, L., Huang, C., Shan, Z., Xiang, B., dan Mei, L. Fingerprint Analysis of Psoralea coryfolia L. by HPLC and LC-MS. Journal
of Chromatography B, 821: 67-74.
Terima Kasih
SOAL
1. Berikut ini yang bukan merupakan jenis antarmuka yang biasa digunakan dalam spektrometer
massa adalah…
a. Direct liquid Introduction
b. Atmospheric Pressure Ionization
c. Particle Beam Ionization
d. Fourier Transfer Ion Cyclotron Resonance
e. Thermo Spray and Plasma Spray Ionization
1. Perbedaan HPLC dan LC-MS adalah pada:
a. metode injeksinya
b. wujud fase diamnya
c. detektornya
d. wujud fase geraknya
e. kolomnya
3. Analisis campuran rasemat pada obat merupakan contoh aplikasi LC-MS pada bidang:
a. Pertanian
b. Farmasi
c. Forensik
d. Lingkungan
e. Politik