1. DAUD BEUREUEH
Muhammad Daud lahir di Desa Beureueh, bagian
dari uleebalangschap Keumangan, sehingga ia
bergelar Teungku Muhammad Daud Beureueh yang
maksudnya adalah Kiai Muhammad Daud dari
Beureueh. Ayahnya bernama Tjoet Ahmad atau
dikenal juga dengan Keuchik Ahmad yang
merupakan keturunan Pattani dan ibunya bernama
Tjut Manyak. Pada tahun 1914 menikah dengan
seorang perempuan janda anak saudara kandung
ayahnya sendiri bernama Halimah di Usi Meunasah
Dayah Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie.
Ia merupakan pendiri Persatuan Ulama Seluruh
Aceh (PASU).
2. TEUKU UMAR
Ketika perang Aceh meletus pada 1873 Teuku Umar ikut serta
berjuang bersama pejuang-pejuang Aceh lainnya, umurnya baru
menginjak 19 tahun. Mulanya ia berjuang di kampungnya sendiri,
kemudian dilanjutkan ke Aceh Barat. Pada umur yang masih muda
ini, Teuku Umar sudah diangkat sebagai keuchik gampong (kepala
desa di daerah Daya) Meulaboh.
Ketika bergabung dengan Belanda, Teuku Umar menundukkan pos-
pos pertahanan Aceh, Taktik tersebut berhasil, sebagai kompensasi
atas keberhasilannya itu, pemintaan Teuku Umar untuk menambah
17 orang panglima dan 120 orangprajurit, termasuk seorang Pang
Laot (panglima Laut) sebagai tangan kanannya, dikabulkan.
3. CUT NYAK MEUTIA
Tjoet Nyak Meutia atau Cut Meutia merupakan ,
anak dari hasil perkawinan antara Teuku Ben Daud
Pirak dengan Cut Jah. Dalam perkawinan tersebut
mereka dikaruniai 5 orang anak. Cut Meutia
merupakan putri satu-satunya di dalam keluarga
tersebut, sedangkan keempat saudaranya adalah
laki-laki.
Ia menyerang dan merampas pos-pos kolonial
sambil bergerak menuju Gayo melewati hutan
belantara. Namun pada tanggal 24 Oktober
1910,Tjoet Meutia bersama pasukannya bentrok
dengan Marechausée di Alue Kurieng. Dalam
pertempuran itu Tjoet Njak Meutia gugur.
“ “kita tidak akan menang bila kita masih terus mengingat
kekalahan.”