Anda di halaman 1dari 27

RESOURCE ECONOMICS

Lecture-5
Resource Scarcity & Backstop
Technology & Kelola Lingkungan
NATURAL RESOURCE
TRANSFORMATION CONCEPT
Macro-policy Perspective
VALUASI SDA-L

KENALI DULU DAN KETAHUI DULU NILAI SDA-L


SEBELUM DIALOKASI DAN MULAI DIKELOLA
KEMANFAATANNYA
SEVEN STEPS TO CONDUCTING A VALUATION STUDY
(Untuk Ekosistem Lahan Basah Sebagai Sasaran Kajian)

Stage 1
1. Choose the appropriate assessment approach (impact analysis, partial valuation,
total valuation); Tentukan pendekatan kaji yg tepat-guna (sekedar analisis dampak,
analisis parsial, ataukah valuasi penuh)
Stage 2
2. Define the wetland area and specify the system boundary between this area and the
surrounding region; Tetapkan lingkup & batas kawasan ‘lahan-basah’ sasaran.
3. Identify the components, functions and attributes of the wetland ecosystem and rank
them of importance (e.g., High, medium, low); Kenali semua komponen, fungsi &
atribut dari ekosistem itu lalu beri harkat kepentingannya (tinggi, sedang, rendah).
4. Relate the components, functions and attributes to the type of use value (e.g., direct
use, indirect use and non-use); Pilah setiap komponen, fungsi, dan atribut kedalam
kelompok pakai-langsung, pakai tak-langsung, dan nir-pakai.
5. Identify the information required to assess each form of use (or non-use) which is to
be valued and how to obtain the data; Pastikan jenis informasi dan cara mendapatkan
data pendukung untuk keperluan valuasi terhadap setiap butir guna tadi.
Stage 3
6. Use available information to quantify economic values, where possible; Gunakan
informasi yg ada untuk sebisa mungkin menetapkan nilai ekonomi.
7. Implement the appropriate appraisal method, e.g., Cost-benefit analysis (CBA).
Gunakan metoda perhitungan yang sesuai (misalnya CBA)
Aneka Pasal Nilai Penuh Manfaat Suatu
Ekosistem Hutan
Nilai Pakai Nilai Nir-Pakai

Nilai Langsung Nilai Tak Nilai Opsi N. Kewarisan N. Kebe-


Langsung radaan

- Ikan - Penyangga - Kegunaan - Biodever- - Spesies


- Pertanian nutrisi potensial sitas tertentu
- Kayu bakar - Kendali Banjir masa depan - Kultur dan yang
- Rekreasi objek wisata - Lindung badai (baik secara tata nilai tersisa,
- Transportasi - Sumber air langsung alamiah yang
- Energi gambut tanah maupun tidak yang ada hampir
- Hewan buruan - Pendukung langsung) pada mas- dan amat
ekosistem lain - Nilai masa yarakat dikhawati
- Stabilisator depan info- (kearifan rkan
iklim mikro & masi lokal) punah
garis pantai
BEBERAPA LANGKAH PERHITUNGAN VALUASI
• Harus Diingat, bahwa:
(1) Nilai M1 saja adalah nilai parsial; bukan nilai penuh dari
suatu bentang ekosistem.
(2) Nilai M1+ M2+ M3+ M4+ M5 = N nilai penuh pada suatu tahun
perhitungan.
(3) Nilai penuh selama kurun waktu T tahun adalah nilai kini
N yg harus dicari.
(4) Rentang waktu T antara lain dapat dihitung sebagai T=
(umur harapan hidup) – (umur rata2); misal T=63-43
=20thn.
(5) Nilai N1+N2+N3+ … + N20 hanya dapat dijumlahkan setelah nilai N1,
N2 dst s/d N20 kecuali N0 dikoreksi dg faktor diskonto (1+r)-t
• Perlu dipahami, bahwa:
(a) Hitungan no. (2) perlu metode-metode khusus.
(b) Hitungan no. (2) perlu ahli-ahli multi-disiplin.
Aneka Metode Valuasi Serba Sasaran
No Pendekatan Teknis Metode Pokok Sasaran

1. Harga Pasar m. Hitung Nilai Bersih Nilai langsung SDA


m. Harga Bayangan
2. Benda Sesuku m. Barter Nilai tak-langsung dan
m. Substitusi langsung Opsi SDA
m. Substitusi tak-langsung
3. Valuasi Tak-Langsung m. Biaya Perjalanan Nilai Tak Langsung
m. Bursa Hedonik SDA
m. Pasar Buruh
m. Korban Fisik
4. Pasar Rekaan m. Tebak Langsung Nilai Opsi dan Nilai
m. Lelang Tanding Nir-Pakai
m. Kartu Bayar
m. Tebak pilih
m. Harkat Kontingen
5. Runut Biaya m. Biaya Oportunitas Biaya Langsung
m. Biaya Restorasi
m. Biaya Ganti-aus
m. Biaya Relokasi
m. Biaya pencegahan
6. Transfer Manfaat m. Biaya Analogis Biaya Tak langsung dan
Nir-Pakai
ALOKASI SDA-L

ALOKASI SDA-L HARUS MEMUDAHKAN LANGKAH


KELOLA UNTUK MENJAMIN KEBERLANJUTAN
MUTU SERTA FUNGSI EKOSISTEMNYA
ALOKASI DALAM RANGKA
PENATAAN RUANG

KAWASAN

KAWASAN KAWASAN KAWASAN


LINDUNG PENYANGGA BUDIDAYA

- Hutan Lindung, bergambut * Hutan objek Ekowisata


* Hutan Konversi Terbatas
Sempadan pantai, sungai, ketat KAWASAN KAWASAN
- Sekitar danau/waduk dan PRODUKTIF PRODUKTIF NIR-
sekitar mata air HUTAN HUTAN
- Suaka alam, hutan bakau,
suaka alam laut, taman
nasional, taman hutan raya, - Hutan produksi - Tanaman pangan
taman wisata alam, cagar tetap lahan basah dan
budaya dan ilmu pengetahuan - Hutan produksi kering
- Kawasan rawan bencana terbatas - Tanaman tahunan
- Hutan produksi - Peternakan dan
konversi perikanan
- Pertambangan
- perindustrian

- pemukiman
PERHATIKAN ADA LANGKAH PENATAAN
RUANG YG SANGAT MEMERLUKAN ESDA-L
Suatu ruang tidak
cocok untuk Dikonservasi
kegiatan

Suatu ruang bisa


cocok untuk
berbagai kegiatan Dicegah
persaingan
Suatu kegiatan bisa Pemanfaatan
cocok di berbagai ruang dan
ruang PENATAAN
sumberdaya
RUANG
secara optimal
Ada kegiatan yg
menguntungkan utk Didekatkan
kegiatan lain

Ada kegiatan yg
merugikan kegiatan Dijauhkan
lain

Lokasi kegiatan
bisa mengun-
tungkan atau me- Diserasikan
rugikan kegiatan
ditempat lain

Skema 9.2. Prinsip Penataan Ruang Budidaya sebagai Lingkungan


Binaan.
ALOKASI POTENSI HASIL TAMBANG
St* = S0* -  (R1 - H1 - D1)
Teridentifikasi Tersembunyi
Demonstrasi Tersimpul Diduga Diperkirakan
Terukur Terlacak
Economis

Cadangan
Paramarginal
Subeconomis

Submarginal

Skema 9.3. Kategorisasi Potensi Sumberdaya Alami


PANEN ALOKATIF SUMBERDAYA HAYATI
St = S0 -  (Ri - Hi)
St = S0 bila Ri = Hi

Fungsi Pertumbuhsn Biomassa

Bila populasi ikan turun hingga < s, maka laju pulihnya


menjadi negatif dan populasi terancam punah
MANAJEMEN SDA-L

LANGKAH KELOLA UNTUK MENJAMIN


KEBERLANJUTAN MUTU SERTA FUNGSI
EKOSISTEMNYA ADALAH TANGGUNG JAWAB
SEMUA PIHAK (STAKEHOLDERS)
HIMPUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN REPUBLIK INDONESIA
BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

No. Kategori Jumlah Peraturan Peraturan Paling Mutahir

A. Undang2 RI 7 Peraturan Perundangan UU RI No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah


B. AMDAL 16 Peraturan Perundangan Kep Ka. Bapedal No. 8/2002 tentang Keterlibatan Masyarakat
dan Keterbukaan informasi Dalam Proses AMDAL
C. Audit Lingkn 2 Peraturan Perundangan Kepmeneg LH No. 30/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan
Audit Lingkungan Hidup yang diwajibkan
D. B3 15 Peraturan Perundangan Permeneg LH No. 03/2007 tentang Fasilitas Pengumpulan
dan Penyimpanan Limbah B3 di Pelabuhan
E. Pengendalian 24 Peraturan Perundangan Permeneg LH No. 01/2007 tentang Pedoman Teknis untuk
Pencemaran Air Penetapan Kelas Air
F. Laut 4 Peraturan Perundangan Kep Ka.Bapedal No. 47/2001 tentang Pedoman Pengukuran
Kondisi Terumbu Karang
G. Udara 10 Peraturan Perundangan Kep Ka.Bapedal No. 107/BAPEDAL/II/1997 ttg Perhitungan
& Pelaporan srt Informasi Indeks standar pencemaran udara.
H. Tanah 3 Peraturan Perundangan Permeneg LH No. 07/2006 tentang tatacara pengukuran
kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa.
I. Hutan 2 Peraturan Perundangan PP No 45/2004 tentang perlindungan hutan
J. Penegakan 8 Peraturan Perundangan KepKa.Bapedal No. 07/2001 Tentang Pembentukan Satuan
Hukum Tugas Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Lingkungan
Hidup di BAPEDAL
K. Lain-Lain 7 Peraturan Perundangan KepKa Bapedal No. 113/2000 tentang pedoman umum dan
pedoman teknis laoratorium lingkungan
Matriks ISEPSA Interaksi Sosial-Ekologis
Pemanfaatan Sumberdaya Alami
(F. Sjarkowi, 1996)
KM KM- KMo KM+
PA

PA- S1 S2 S3
“sialan” “sia-sia” “siasat”

PAo S4 S5 S6
“skeptis” “statis” “strategis”

PA+ S7 S8 S9
“sukarela” “sukaria” “suka idaman”

Keterangan:
KM = Kemakmuran masyarakat
PA = Pelestarian alam

Kotak berbayang mengindikasikan adanya kearifan lokal


Saluran air dengan menggunakan
teknologi klep kantong plastik
Jalan
Drai- Setapak
nase
Kebun
Kelapa

Air tidak masuk


kebun

Batang
Karung (sebagai Nibung
klep otomatis)
Berkah dari BST

Ketika harga SDA yang makin mahal ini mencapai tingkat ongkos marjinal
peng-galian SDA sejenis lain sbg substitutnya, maka terjadilah 3 hal sebagai
berikut:
(1) Penggeseran teknis, dari pemanfaatan SDA relatif langka ke SDA “baru”
yang masih berlimpah disebut “back stop technology” (BST).
(2) Penggeseran teknis, dari pemanfaatan SDA relatif langka ke SDA “baru”
yang masih berlimpah disebut “back stop technology” (BST).
(3) Pergeseran ekonomis, bahwa ancaman kelangkaan SDA secara fisik telah
distop untuk kemudian jadi sekedar kelangkaan ekonomis saja.
(4) Pertumbuhan rente ekonomi semu (quasi-rent) atau royalti yang luar
biasa pada SDA langka ekonomi itu sewaktu-waktu terjadi. Khususnya
apabila pada suatu ketika terjadi “kerinduan” terhadap SDA semula
KELANGKAAN RELATIF TERKAIT BST

Back-stop technology adalah teknologi yang


menopang kehadiran SDA “baru” sebagai alternatif
dan cadangannya masih berlimpah untuk
dimanfaatkan, sehingga mampu menyetop ke-
tergantungan pada suatu SDA “lama” yang sudah
semakin langka.

H arga
MC a

Ha MC b

Waktu (t)
INGAT TEORI HARGA POKOK
.

BV = Biaya variabel (berubah BVR = BV / Y


bila jumlah produksi Y (biaya variabel rata rata)
BT = Biaya tetap (tak-berubah BTR = BT / Y
Sekalipun Y berubah) (biaya tetap rata-rata)
B = Biaya total BR = Biaya rata-rata
= BV + BT = BVR + BTR = unit cost
= harga pokok tiap unit produk

Isyarat keputusan produksi dengan capaian Laba maksimum adalah:

(1) Produksi pada tingkat Harga Produk = Biaya Marjinal atau HP=BM
(2) Produksi hanaya ketika HP > BVR,
Dimana:
BM = Biaya tambahan karenakan memproduksi 1 satuan produk
tambahan.
Y adalah jumlah total produksi
*Lihat Teori Ekonomi Mikro & Ekonomi Produksi” (misal Doll, J.P & F. Orazem. 1978. Production Economics”
atau Varian, H.R. 1978. Microeconomic Analysis).
KONSEP TOTAL LABA MAKSIMUM DALAM
EKONOMI PASAR EKSPLOITASI SDA

Rp.
BM

Hy BTR
Laba BVR

Biaya
Variabel
Rata-rata
Y
0 Qy

Gambar 1.2. Tingkat Harga dan Biaya


- Rata -rata Agribisnis yang Ciptakan
Keuntungan Maksimum
KONSEP LABA MAKSIMUM DICAPAI SAAT
PRICE = MARGINAL COST (P=MC atau P-MC= 0)

Dapat diasumsikan secara simbolik, bahwa harga suatu


sumberdaya alami melewati ongkos marjinal penggaliannya,
sehingga terjadi rente ekonomi atau royalti sebagaimana
persamaan berikut:
• (P1 – MC) = (Po – MC) (1+r)
• P1 = MC + (Po – MC) (1+r)
• Pt = MC + (Po – MC) (1+r)t … (1)
• Untuk SDA “back stop technology” berlaku juga hubungan berikut:
• Pσ = MC + (Po – MC) (1 +r) σ

• Uraian matematis disini lebih banyak dikutip dari buku Resource and
Environmental economics ditulis Fisher, AC (1987). Cambridge
University Press.
• Jika dihubungkan dengan SDA semula yang harganya telah
mencapai tingkat semahal MCb, maka tampak royalti SDA semula
(Po – MC) adalah:
• Pσ - MC
• Po – MC = -------------
• (1 + r) σ
• MCb – MC
• Po – MC = ----------------- … (2)
• (1 + r ) σ
• Akibatnya dapat dipahami lebih lanjut bahwa pertumbuhan royalti
dari SDA semula (yakni Po – MC) sesungguhnya mengikuti tingkat
bunga (r). perhatikan hal ini dari hubungan (2), dimana dapat di-
ketahui Po sebagai tingkat harga SDA semula pada saat awalnya.
Ini berarti pada suatu saat tertentu (t) tingkat harga SDA semula
adalah:
• (MCb - MC)
• Pt = MC + ------------------- … (3)
• (1 + r)σ-t
SUPK BERSIFAT HOLISTIK-TERPADU-SISTEMIK,
WAWASAN KERAKYATAN-KELESTARIAN-KEBERKATAN
(SDM Sejahtera, LH Lestari & Usaha Berkembang)

(Hevea brasiliensis)
AKASIA Acacia
mangium KARET RAKYAT

Tan-Tahunan & Tan-Kayu Tan-Tahunan & Tan-Kayu


Ekosistem
Fungsi Fungsi
Sosekbud Hutan Sehat Pengatur Air
cadangn-air
Cash Crops Catch Crops Cash Crops Catch Crops
(Ketela, Jagung, (Kumis Kucing; Maka (Ketela, Jagung, (Kumis Kucing;
Sayur) Nilam, Jarak) Sayur) Nilam, Jarak)
Air, Udara,
Tanah
lestari fungsi
dan mutunya
& Rakyat
sejahtera
Jagung (Zea mays) Kacang panjang
dipupuk Bokashi (F. Sjarkowi, 2005/ 2008) dipupuk Bokashi
POLA AGROINDUSTRI KEHUTANAN BERDIMENSI ’SUPK’
SEBUAH CONTOH NYATA DI PT-MHP SUMSEL

Produk perabot RT;


PRODUK PANEL & meja, kursi, lemari, tempat tidur
FURNITUR
Tujuan ekspor dan Produk Kerajinan Ukir-ukiran dari kayu
Kebutuhan dalam negeri
Produk Panel untuk perumahan,
lantai, dinding, plafon, rumah K.D

Arang Barang
PULP setengah
Kayu
jadi .
.
Masyarakat Pangrajin K.P
non-Akasia ke Akasia
Kilang Kilang Kayu
PT. TEL
Arang Kayu MHP
Kilang Kayu Swasta /
Koperasi

Kayu Kayu
Acacia Kayu
Acaci Pertkgn
&Pertkgn
a Acacia Acacia
MHR
(Mengelola Program
PT-MHP Hutan
PT. TEL Agrotrisula
PT. TEL
+ MHBM Rakyat)PT. TEL ”horti-ikan-
Jalur hijau & hitam kini (Mengelola
sudah berjalan; jalur kuning Hutan Bersama
ternak” cepat
baru tahap uji-coba Masyarakat)

(Agustony &Sjarkowi, F.
KOMITMEN PENGELOLAAN DI TINGKAT MAKRO WILAYAH
(Contoh: Rancangan ‘P3RAKP’(Program Lembaga Pemberlanjutan Potensi &
Revitalisasi Aset Kehutanan Propinsi

Proses Manajemen Kawasan Hutan Berbasis


Peran Masyarakat Dana Awal : Berasal dari sumber DR &
Sumber lain
Dana Lanjut: Berasal dari sumber asing
lewat program khusus

Cegah
CDP BDP
*Prg. Bina LSM *Prg. Bina UKM
Distorsi
berbasis desa. berbasis SDA-x
sosial & *Prg. Bina Usaha *Prg. Bina Usaha
disintegrasi berpola intensif bernilai tambah
Y P *Prg. Bina daya
bangsa *Prg. Bina Kope-
A e masyarakat rasi desa
Y d
A e
S s
A a
N a
n IDP Simpati pasar Local
*Prg.Bina nasional & inter- Prosperity

Cegah ke- Yayasan Desa nasional


*Prg. Bina aturan Simpati donor Prov./ Kab.
bangkrutan
‘adat’ berusaha ID-Fund for TPF Dignity
ekonomi
daerah & *Prg. Bina sarana Res.& Ecos. Dev
B O Organisasi desa National
nasional A T Harmony
D O
A R
N I
TA
SDP
*Prg.Bina tata LDP
ruang ekosistem *Prg. Bina SDM
*Prg. Bina aman pengamanan SDA
zona lindung *Prg. Bina Perda
*Prg.Bina sarana Kab/Prov
GIS *Prg. Bina Koor-
dinasi lintas-Kab Badan Otorita: Dipimpin Langsung
Oleh Wakil Gubernur
Yayasan P-Sda & Ekosistem: Dipimpin
Oleh SeorangTokoh Senior terhormat
KITA REKAYASA & GERAKKAN RODA BESAR PEREKONOMIAN NASIONAL
YANG TERPADU & SISTEMIK

Sindiran Allah SWT


lewat Al-Quran suroh²
Bencana ala Kaum ‘Aad, RODA BESAR
Luth, Saba’, Nuh, Fir’aun PEREKONOMIAN 1. RBE
Qs.54 Qs.21:40 Qs.30:41 (Resources
Based
Economy) oleh
RODA KECIL kita semua.
PEREKONOMIAN
Ayo 2. KBE
(Knowledge
RBE tok?
Berubah Based
(Resources Based Economy) oleh
Economy ?) IPTEK pemicu
oleh sebagian kita, dgn nilai tambah
dalih kebanyakan rakyat
masih tertidur pulas 3. MBE
(Conventional
Income rendah Market Based
Ekspansi Lahan Economy) oleh
kemitraan pa-
Bencana datang
sar domestik
& antar-pulau
(F. Sjarkowi, 2008)
BILLAHI TAUFIQ WALHIDAYAH, WASSALAMU’ALAIKUM WR. WB

THANK YOU

EPR’03

Anda mungkin juga menyukai