UEU Keperawatan Maternitas II Pertemuan 4
UEU Keperawatan Maternitas II Pertemuan 4
PREMATURUS
Pertemuan 4
Ety Nurhayati, S.Kp., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat
Prodi Keperawatan. Fakultas ilmu-ilmu Kesehatan
Definisi Ketuban
DEFINISI
Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Ketuban Pecah
Sebelum Waktunya (KPSW) sering disebut dengan
Premature Repture Of The Membrane (PROM)
didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban
sebelum waktunya melahirkan. Pecahnya ketuban
sebelum persalinan atau pembukaan pada primipara
kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
Klasifikasi KPD
•Klasifikasi
Menurut POGI tahun (2014), KPD diklasifikasikan menjadi 2
kelompok, yaitu, KPD preterm dam KPD aterm.
•KPD Preterm
Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya ketuban yang terbukti
dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes fern atau IGFBP-1 (+) pada
usia<37 minggu sebelum onset persalinan. KPD sangat preterm adalah
pecahnya ketuban saat umur kehamilan ibu antara 24 sampai kurang dari 34
minggu, sedangkan KPD preterm saat umur kehamilan ibu antara 34 sampai
kurang dari 37 minggu.
•KPD Aterm
Ketuban pecah dini aterm adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
yag terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern (+), IGFBP-1 (+
) pada usia kehamilan ≥ 37 minggu.
ETIOLOGI KPD
• Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
• Pemeriksaan dalam
• Pemeriksaan dengan speculum
Asuhan Keperawatan pada Ketuban
Pecah Dini (KPD)
PENGKAJIAN
Lanjutan...
Pemeriksaan Laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna,
konsntrasi, bau dan PHnya.
-Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).
-Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban
pada gelas objek dan dibiarkan kering, pemeriksaan
mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri.
Diagnosa Keperawatan
Rasionalisasi :
•Untuk mencegah terjadinya komplikasi
•Tindakan yang dapat mendorong aktivitas uterus
•Untuk mengetahui waktu kelahiran
•Untuk mengetahui pemasukan dan pengeluaran
sebelum persalinan.
ASUHAN KEPERAWATAN
PARTUS LAMA (Prolonged Labor)
Bagi Janin:
Kaput
Bagi Ibu: suksedaneum
Infeksi intrapartum Molase pada
Ruptur uteri
kepala janin
Cincin retraksi patologis
Pembentukan vistula
Cedera otot dasar
panggul
PEMERIKSAAN
PENUNJANG:
•MRI
• Pasang infus Ringer Laktat atau •Ct Scan
NaCl 0,9% (guyur 1 kolf dan •USG
tetes cepat pada kolf
berikutnya)
• Deksametason 10 mg (2 ampul)
secara intravena
• Pemberian antibiotika PENATALAKSANAAN
• Ceftriaxone 1 gr/intravena (skin
test)
• Cefotaxime 1-2 gr/intravena
(skint test)
• Pasang oksigen 2-3 liter per
menit
Asuhan Keperawatan pada
Partus Lama
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
- Ibu tampak takut, gelisah, cemas, dan syok
- Kesadaran bervariasi mulai dari composmentis sampai koma
- Kaji tanda-tanda vital
- Hasil pemeriksaan umum (Tb >145 cm, deformitas pada tulang panggul)
Palpasi
- Terdapat nyeri pada abdomen
- Perut membesar dan tampak kembung
- His lemah
- Gerak janin tidak ada
- Janin mudah diraba
Auskultasi
- Terdapat bising usus yang meningkat
- Denyut jantung janin, takhikardi, irreguler, negatif (jika janin sudah mati)
Lanjutan...
Pemeriksaan dalam
- Terdapat tanda infeksi intrauterin (lokia berbau, berwarna
keruh, tampak bercapur mekonium, dan edema vulva)
- Terdapat edema porsio dan bagian terendah janin sulit di
dorong ke atas
- Pada janin mengalami asfiksia sampai terjadi kematian dalam
rahim
- Suhu rektal >37,5oC
Auskultasi
- Terdapat bising usus yang meningkat
- Denyut jantung janin, takhikardi, irreguler, negatif (jika janin sudah mati)
Asuhan Keperawatan pada
Partus Lama
Diagnosa Keperawatan
- Resiko tinggi cedera terhadap maternal berhubungan dengan
perubahan tonus otot/ pola kontraksi, obstruksi mekanis pada
penurunan janin, keletihan maternal
- Resiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan
persalinan yang lama, hipoksia/asidosis jaringan
- Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis
situasi, kerentanan pribadi, harapan/persepsi tidak realistis,
ketidakadekuatan sistem pendukung
Rencana Tindakan Keperawatan
Dx: Resiko tinggi cedera terhadap maternal berhubungan dengan
perubahan tonus otot/pola kontraksi, obstruksi mekanis pada
penurunan janin, keletihan maternal
Intervensi:
•Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau
secara elektronik
Rasional: Disfungsi kontraksi memperlama
persalinan, meningkatkan risiko komplikasi
maternal/janin.
• Catat kondisi serviks. Pantau tanda amnionitis.
Catat peningkatan suhu atau jumlah sel darah
putih, catat bau dan warna rabas vagina.
• Rasional: Serviks kaku atau tidak siap tidak akan
dilatasi, menghambat penurunan
janin/kemajuan persalinan. Terjadinya amnionitis
secara langsung dihubungkan dengan lamanya
persalinan, sehingga melahirkan harus terjadi
dalam 24 jam setelah pecah ketuban
• Catat penonjolan, posisi janin dan persentasi
janin
- Rasional: Indicator kemajuan persalinan ini dapat
mengidentifikasi timbulnya penyebab persalinan
lama.
• Tempatkan klien pada posisi rekumben lateral
dan anjurkan tirah baring atau ambulasi sesuai
toleransi
- Rasional: Relaksasi dan peningkatan perfusi uterus
dapat memperbaiki pola hipertonik.
• Anjurkan klien berkemih setiap 1-2 jam. Kaji
terhadap kepenuhan kandung kemih diatas
simpisis pubis
– Rasional:
Kandung kemih penuh dapat menghambat aktivita
s uterus dan mempengaruhi penurunan janin.
• Bantu dengan persiapan untuk seksio caesaria
sesuai indikasi
– Rasional: melahirkan sesaria segera diindikasikan
untuk distress janin.
Dx: Resiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan
dengan persalinan yang lama, hipoksia/asidosis jaringan
Kriteria hasil:
•Menunjukkan denyut jantung janin (DJJ) dalam
batas normal dengan variabilitas baik, tidak ada
deselerasi lambat.
Intervensi :
•Kaji DJJ secara manual atau elektronik. Perhatikan
variabilitas, perubahan periodik, dan frekuensi
dasar
Rasional:
•Mendeteksi respon abnormal, seperti variabilitas
yang dilebih-lebihkan, bradikardia dan takikardia
yang mungkin disebabkan oleh stress, hipoksia,
asidosis atau sepsis.
Perhatikan tekanan uterus selama istirahat dan fase kontraksi melalu
kateter tekanan intrauterus bila tersedia
Rasional:
Tekanan istirahat lebih besar dari 30 mmHg atau tekanan kontraksi
lebih dari 50 mmHg menurunkan atau mengganggu oksigenasi
dalam ruang intravilos.
Identifikasi faktor-faktor maternal seperti dehidrasi, asidosis,
ansietaas atau sindrom vena kava.
Rasional:
Kadang-kadang prosedur sederhana ( seperti membalikkan klien ke
posisi rekumben lateral ) meningkatkan sirkulasi darah dan oksigen
ke uterus dan plasenta serta dapat mencegah atau memperbaiki
hipoksia janin.
Kaji malposisi dengan menggunakan maneuver Leopold
dan temuan pemeriksaan internal (lokasi fontanel dan
sutura cranial ). Tinjau ulang hasil ultrasonografi
Rasional:
Menentukan pembaringan janin, posisi dan persentasi
dapat mengidentifikasi factor-faktor yang memperberat
disfungsional persalinan.
Biarkan klien memilih posisi tangan dan lutut atau posisi
sim lateral pada sisi berlawanan dimana oksiput janin
diarahkan bila janin pada posisi OP
Rasional:
Posisi ini mendorong pemutaran anterior dengan
memungkinkan kolumna vertebralis janin turun kea rah
anterior dinding abdomen klien (70% janin pada posisi
OP memutar secara spontan)
Siapkan untuk kelahiran caesarea
Rasional:
Melahirkan pervagina dari bokong
dihubungkan dengan cedera pada
kolumna vertebralis janin, pleksus
brakialis, klavikula, dan sutura otak,
mengingatkan mortalitas dan morbiditas
neonatal.
Dx: Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis
situasi, kerentanan pribadi, harapan/persepsi tidak realistis,
ketidakadekuatan system pendukung
Intervensi:
Tentukan kemajuan persalinan. Kaji derajat nyeri dalam hubungannya
dengan dilatasi/ penonjolan.
Rasional:
Persalinan yang lama yang berakibat keletihan dapat
menurunkan
kemampuan klien untuk mengatasi/mengatur kontraksi.
•Kenali realitas keluhan nyeri/ ketidaknyamanan
Rasional:
Ketidaknyamanan dan nyeri dapat disalahartikan pada
kurangnya kemajuan yang tidak dikenali sebagai masalah
disfungsional.
Tentukan tingkat ansietas klien dan pelatih. Perhatikan
adanya frustasi
Rasional:
Ansietas berlebihan meningkatkan aktivitas adrenal/
pelepasan katekolamin, menyebabkan ketidakseimbangan
endokrin.
Berikan tindakan kenyamanan dan pengubahan posisi
klien. Anjurkan penggunaan teknik relaksasi dan
pernapasan yang dipelajari
Rasional:
Menurunkan ansietas, meningkatkan kenyamanan, dan
membantu klien mengatasi situasi secara positif.
Berikan informasi faktual tentang apa yang terjadi
Rasional:
Dapat membantu reduksi ansietas dan meningkatkan
koping.
ASUHAN KEPERAWATAN
PARTUS PREMATURUS
- Hipertensi
- Perkembangan - Aktivitas Uterus
janin terhambat - Rasa tidak
- Solusio Plasenta nyaman
- Plasenta previa - Sekret vagina
- Kelainan rhesus
- Diabetes
KOMPLIKASI PARTUS
FAKTOR RISIKO PARTUS PREMATURUS
PREMATUR • Sindroma gawat janin
• Ketidakmatangan pada system saraf
- KEMATIAN JANIN • Rentang terjadinya perdarahan otak atau
- PERDARAHAN serangan apneu
INTRAVENTRIKULER • Intoleransi pemberian makanan
- SINDROM GAWAT • Retinopati dan gangguan penglihatan
PERNAFASAN atau kebutaan (fibroplasia retrolental)
- INFEKSI • Displasia bronkopulmoner
- HIPOGLIKEMIA • Penyakit jantung
- HIPOTERMIA • Jaundice
- RETINOPATI PREMATURITAS • Infeksi atau septicemia
• Anemia
• Hipoglikemia/ Hiperglikemia
• Perkembangan dan partumbuhan yang
terhambat
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
•Ultrasonografi: Pengkajian getasi (dengan berat badan janin
500 sampai 2500 gram)
•Tes nitrazin: menentukan KPD
•Jumlah sel darah putih: Jika mengalami peningkatan, maka
itu menandakan adanya infeksi amniosentesis yaitu radio
lesitin terhadap sfingomielin (L/S) mendeteksi fofatidigliserol
(PG) untuk maturitas paru janin, atau infeksi amniotik.
•Pemantauan elektronik : memfalidasi aktifitas uterus / status
janin
PATOFISIOLOGI
•Ibu yang mengalami kelelahan tetapi masih mempunyai kekuatan untuk mengenjan
•Gawat janin yang ringan
•Toksemia gravidarum
•Ruptur uteri mengancam
•Untuk mempersingkat kala II pada ibu-ibu yang tidak boleh mengenjan lama, seperti
ibu-ibu yang menderita anemia, vitium kordis, tuberkolosis paru, asam bronkial, dan
lain-lain.
Persalinan dengan indikasi tersebut dapat dilakukan dengan ekstrasi vakum dengan
catatan persyaratan persalinan pervaginam memenuhi. Syarat untuk melakukan ekstrasi
vakum adalah:
•Pembukaan serviks lengkap
•Penurunan kepala janin
•Selaput ketuban sudah pecah
•Kontraksi uterus (his) dan tenaga mengenjan ibu
Susunan ekstraktor vakum terdiri dari
Teknik Pemasangan Ekstrasi Vakum (VE)
1. Posisi lithotomi
2. Masukkan mangkuk vakum melalui introitus vagina secara miring dan pasang pada
kepala bayi dengan titik tengah mangkuk pada sutura sagitalis ± 1 cm anterior dari
ubun-ubun kecil dan menjauhi ubun-ubun besar.
Cara:
Dengan mempergunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri, labia mayora disisihkan
ke kiri dan kekanan. Mangkok dimasukkan ke dalam vagina dalam posisi agak miring.
Setelah mangkuk diletakkan pada bagian terbawah kepala, dilakukan periksa dalam
untuk mengetahui:
•Apakah mangkuk telah benar letaknya
•Apakah ada jalan lahir yang terjepit antara mangkuk dan kepala janin
4. Dilakukan penghisapan dengan pompa
7. Traksi dilakukan terus selama ada his,
penghisap, dengan tenaga -0,2kg/cm2. Tenaga
ibu disuruh mengenjan dan mangkuk
vakum : -0,7 s/d -0,8kg/cm2, dengan waktu 6-
ditarik searah dengan arah sumbu
8 menit terbentuk kaput suksedanum
panggul
artifisialis.
8. Kepala janin dilahirkan dengan
5. Periksa ulang apakah ada bagian jalan lahir
menarik mangkuk ke arah atas. Tangan
yang terjepit
kiri penolong menahan perineum.
6. Bersamaan timbulnya his, ibu mengejan
9. Bila diperlukan episiotomi sebelum
mangkuk ditarik searah sumbu panggul
pemasangan mangkuk atau waktu kepala
7. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan
membuka vulva.
mangkuk, tangan kanan melakukan tarikan.
Forceps
Cunam dalam keadaan terkunci, dipegang operator yang berdiri didepan vulva sambil membayangkan posisi cunam
kelak didalam jalan lahir
Pemasangan daun sendok
kiri pada sisi kiri panggul
ibu ; Jari telunjuk dan
tengah tangan kanan
dimasukkan vagina. Ibu
jari diarahkan keatas.
Daun sendok diluncurkan
sepanjang jari telunjuk
tangan kanan dengan
menekan tangkai cunam.
3. Tangan kanan dikeluarkan 4. Dengan cara yang sama, daun sendok
dan sendok kiri yang telah kanan ditempatkan disamping kanan
terpasang dipegang oleh asisten kepala anak
Tujuan Indikasi
Definisi
•Panggul sempit
caesar adalah untuk •Disproporsi sefalopelvik:
menyelamatkan kehidupan atau yaitu ketidakseimbangan
Kelahiran caesar adalah kesehatan ibu dan janinnya; antara ukuran kepala dan
melahirkan janin melalui dimana kelahiran caesar dapat ukuran panggul
menjadi pilihan terbaik untuk •Ruptura uteri mengancam
insisi pada dinding perut
kelahiran ketika terdapat bukti- •Partus lama
dan dinding uterus. •Partus tak maju
bukti komplikasi pada ibu atau
janin. •Distosia serviks
Indikasi Kelahiran Caesar •Pre-eklamsi dan hipertensi
•Malpresentasi janin
Tahap Sectio Caesar
1. Anesthesi Pada Sectio Caesaria
Pembiusan adalah upaya untuk menghilangkan
rasa sakit dan nyeri pada
waktu menjalani operasi. Seperti pada tindakan
pembedahan lainnya, bedah sectio
caesaria juga memerlukan pembiusan atau
anesthesia.
2. Ada dua jenis sayatan operasi, yaitu sayatan
melintang dan vertikal.
Apapun jenis sayatannya, operasi caesar berlangsung
sekitar 45 – 60 menit, tetapi
proses melahirkan bayi sendiri hanya berlangsung 5
– 10 menit. ( Kasdu Dini,
2003).
1) Sayatan melintang
Dalam istilah kedokteran, sayatan ini disebut secarea
pfannenstiel orang
awam lebih akrab mengenal sebagai sayatan bikini atau
horizontal. Sayatan
pembedahan dilakukan di bagian bawah rahim (SBR),
dimulai dari ujung atau
pinggir selangkangan diatas batas rambut kemaluan
sepanjang sekitar 10-14 cm. .
2) Sayatan vertikal
Disebut juga dengan operasi caesar clasik atau sectio
caesaria cosporal.
Sayatan dibuat secara vertikal atau mediana, tegak lurus
mulai dari tepat di bawah
perut pusar sampai tulang kemaluan
Menyedot Cairan Ketuban