Trauma Muskuloskeletal

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 37

TRAUMA

MUSKULOSKELETAL
CAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa mampu :


1. Menjelaskan tentang jenis jenis trauma musculoskeletal
2. Menjelaskan tentang manajemen kegawadaruratan pada trauma musculoskeletal
JENIS TRAUMA MUSKULOSKELETAL

1. OPEN FRAKTUR
2. CLOSE FRAKTUR
3. CRUSH SYNDROME
4. DISLOKASI
5. AMPUTASI
6. SPRAINS DAN STRAINS
7. SINDROM KOMPARTEMEN
FRAKTUR
OPEN FRAKTUR

Apabila bagian dari tulang menonjol keluar diatas


kulit.
 Ujung patahan yang tajam dapat menyebabkan
perlukaan pada pembuluh darah (perdarahan) dan
persyarafan.
 Beresiko terkontaminasi
 Nyeri

ITLS, 2019
CLOSED FRAKTUR

Apabila Tidak ada perlukaan pada kulit disekitas


fraktur dan tidak ada penonjolan tulang keluar.
Terdapat tanda fraktur yaitu deformitas pada tulang.
Perdarahan dapat terjadi didalam sehingga perlu
diperhatikan adanya perubahan tanda tanda vital.

ITLS, 2019
FRAKTUR FEMUR

FRAKTUR PADA FEMUR menyebabkan kemungkinan kehilangan darah 1-2 liter (2-4 unit) darah.
FRAKTUR FEMUR BILATERAL : Menyebabkan perdarahan yang mengancam nyawa pasien.
MANAJEMEN FRAKTUR

1. KONTROL PERDARAHAN
2. PEMBIDAIAN
FUNGSI PEMBIDAIAN

Tujuan pembidaian adalah untuk mencegah pergerakan ujung tulang yang patah. Saraf yang
menyebabkan rasa sakit paling besar pada ekstremitas yang patah terletak di sebelah tulang.
Patah tulang dapat melukai saraf sehingga menimbulkan nyeri yang sangat dalam dan
hebat. Pembidaian tidak hanya mengurangi rasa sakit, tetapi juga membatasi kerusakan
lebih lanjut pada otot, saraf, dan pembuluh darah dengan cara mencegahnya gerakan lebih
lanjut dari ujung tulang yang patah.
PRINSIP PEMBIDAIAN

• BUKA PAKAIAN DI AREA YANG PATAH UNTUK MEMUDAHKAN PENGKAJIAN


• LAKUKAN PENGECEKAN : NADI DISTAL, FUNGSI MOTORIK, DAN SENSASI
SEBELUM DAN SESUDAH PEMBIDAIAN
• BILA EKSTREMITAS TERPUTAR SEHINGGA NADI TIDAK TERABA, MAKA
PADA TRASPORT YANG MEMBUTUHKAN WAKTU LAMA, LAKUKAN
PENARIKAN RINGAN PADA EKSTREMITAS
• APABILA PUSAT PELAYANAN DEKAT, MAKA BIDAI EKSTREMITAS KORBAN
DENGAN POSISI YANG TIDAK BERUBAH SEPERTI SAAT DITEMUKAN
PRINSIP PEMBIDAIAN

1. Buka Pakaian Di Area Yang Patah Untuk Memudahkan Pengkajian


2. Lakukan Pengecekan : Nadi Distal, Fungsi Motorik, Dan Sensasi Sebelum Dan Sesudah Pembidaian
3. Bila Ekstremitas Terputar Sehingga Nadi Tidak Teraba, Maka Pada Trasport Yang Membutuhkan Waktu
Lama, Lakukan Penarikan Ringan Pada Ekstremitas
4. Apabila Pusat Pelayanan Dekat, Maka Bidai Ekstremitas Korban Dengan Posisi Yang Tidak Berubah
Seperti Saat Ditemukan
5. Tutup luka terbuka dengan dressing steril yang lembab sebelum pembidaian
6. Panjang bidai melewati sendi sebelum patah dan sendi setelah patah
7. JANGAN berusaha untuk memasukan tulang yang patah
PENGECEKAN NADI DISTAL
TRAKSI RINGAN UNTUK
MENGEMBALIKAN DENYUT NADI DISTAL
TIPE BIDAI

1. BIDAI KAKU (RIGID SPLINTS)


2. BIDAI LEMBUT (SOFT SPLINTS)
3. BIDAI TRAKSI (TRACTION SPLINTS)
RIGID SPLINT
TRACTION SPLINT

SOFT SPLINT
PENGGUNAAN BIDAI
PELVIC INJURY
PENGGUNAAN BIDAI
CRUSH SYNDROME
CRUSH SYNDROME

FRAKTUR REMUK (tertimpa bangunan) DIMANA MASA OTOT MENGALAMI kehancuran dan
menyebabkan RHABDOMYOLISIS
Tanda terjadi rhabdomyiolisis
1. Urin berwarna coklat (positif Hb)
2. Serum kreatinin kinase 10.000 U/L
CRUSH SYNDROME

Komplikasi terjadinya rhabdomyolisis :


MANAJEMEN:
1. Asidosis metabolic
1. RESUSITASI CAIRAN (Target
2. Hyperkalemia urine 0,5-1 cc/Kg BB/Jam)
3. Hypocalsemia 2. Alkanisasi urine (pH urine 6,5-7,5)
dengan pemberian IV sodium
4. DIC bicarbonate dan diuresis osmotik
5. Gagal ginjal untuk meningkatkan pengeluaran
myioglobin
DISLOKASI
DISLOKASI

Terlepasnya sendi yang menimbulkan nyeri


hebat.
Management:
LAKUKAN PEMBIDAIAN DENGAN
POSISI DISLOKASI. JANGAN
MELAKUKAN TRAKSI APABILA
TIDAK ADA TANDA HILANGNYA
NADI DISTAL. Apabila nadi distal tidak
teraba lakukan traksi ringan (beri pasien
analgesic sebelum tindakan)
AMPUTASI
Managemennya
1. Kontrol perdarahan diarea yang terpotong (berikan
penekanan langsung pada luka menggunakan dressing luka )
AMPUTASI 2. APABILA luka tidak dapat berhenti dengan penekann
langsung pada luka, maka gunakan TORNIKUET
TERPOTONG NYA BAGIAN 3. Bagian yang teramputasi dibersihkan, dibungkus dengan
kassa steril yang lembab dan dimasukan kedalam kantong
TUBUH. Kondisi ini berpotensi
plastic. Beri label nama pasien, tanggal dan waktu kejadian
mengalami perdarahan hebat. amputasi, waktu pembungkusan dan pendinginan bagian
tubuh yang teramputasi. Jika terdapat es maka tempatkan
palstik yang berisi potongan tadi kedalam wadah yang berisi
es (kondisi dingin akan memperlambat proses metabolic).
Segera bawa ke fasilitas yang dapat mereplantasi organ
tersebut.
SPRAIN DAN STRAIN
SPRAIN & STRAIN

Keseleo (sprain) adalah peregangan atau robeknya ligamen sendi akibat gerakan memutar secara tiba-
tiba. Hal ini akan menyebabkan rasa sakit dan bengkak. Tindakan pertama : PEMBIDAIAN
Strain adalah peregangan atau robeknya otot atau unit muskulotendinosa yang akan menyebabkan nyeri
dan, seringkali, bengkak. Anggota tubuh yang cedera dapat dibidai untuk kenyamanan.
Regangan seringkali (tetapi tidak selalu) dapat dibedakan dari patah tulang. DENGAN PEMBIDAIAN
KITA telah melindungi pasien meskipun terdapat patah tulang. Pemberian es, jika tersedia, dapat
mengurangi pembengkakan.
SINDROM KOMPARTEMEN
SINDROME KOMPARTEMEN

Sindrom kompartemen terjadi ketika peningkatan tekanan dalam kompartemen


musculofascial menyebabkan iskemia dan nekrosis berikutnya. Peningkatan tekanan ini
mungkin disebabkan oleh peningkatan isi kompartemen (misalnya pendarahan ke dalam
kompartemen atau pembengkakan setelah revaskularisasi ekstremitas yang iskemik) atau
penurunan ukuran kompartemen (misalnya balutan konstriktif).
Sindrom kompartemen dapat terjadi dimanapun otot berada dalam ruang fasia yang
tertutup. Kulit bertindak sebagai lapisan pembatas dalam keadaan tertentu. Area umum
terjadinya sindrom kompartemen meliputi tungkai bawah, lengan bawah, kaki, tangan,
daerah gluteal, dan paha
SINDROME KOMPARTEMEN

KETERLAMBATAN MENGENALI SINDROM KOMPARTEMEN AKAN MENYEBABKAN :


1. DEFISIT NEUROLOGIS
2. NEKROSIS PADA OTOT
3. KONTRAKTUR ISKEMIK
4. INFEKSI
5. MEMPERLAMBAT PENYEMBUHAN FRAKTUR
6. BERPOTENSI AMPUTASI
PENGKAJIAN
• Fraktur pada tibia dan lengan
• Cedera tidak dapat bergerak dengan balutan atau gips yang ketat
• Cedera otot yang parah
• Tekanan eksternal yang terlokalisasi dan berkepanjangan pada
ekstremitas
• Peningkatan permeabilitas kapiler sekunder akibat reperfusi otot
iskemik
• Terbakar
• Latihan yang berlebihan
PENGKAJIAN

• Fraktur pada tibia dan lengan


• Cedera tidak dapat bergerak dengan balutan atau gips yang ketat
• Cedera otot yang parah
• Tekanan eksternal yang terlokalisasi dan berkepanjangan pada
ekstremitas
• Peningkatan permeabilitas kapiler sekunder akibat reperfusi otot
iskemik
• Terbakar
• Latihan yang berlebihan
TANDA & GEJALA
SINDROM KOMPARTEMEN
1. PAIN (Nyeri)
2. PALLOR (Pucat)
3. PULSELESSNESS (Nadi distal tidak teraba)
4. PARASTHESIA (Kebas/mati rasa pada bagian distal)
5. PARALISIS
MANAGEMEN
SINDROM KOMPARTEMEN

1. Jika dicurigai sindrom kompartemen, segera lepaskan semua balutan ketat, gips, dan bidai yang
dipasang pada ekstremitas yang terkena dan segera konsultasikan
2. TINDAKAN Fasiotomi. Apabila terjadi Keterlambatan dalam melakukan fasiotomi dapat
menyebabkan mioglobinuria, yang mungkin menyebabkan penurunan fungsi ginjal.
MANAJEMEN
SINDROM KOMPARTEMEN
BIDAI

• Kepala
• Punggung
• Tangan & Lengan
• Kaki
REFERECES

1. American College Of Surgeons. Committee On Trauma. (2018) ATLS: Advanced


Trauma Life Support Student Course Manual.
2. Proust, A., & Han, K. (2018) International Trauma Life Support For Emergency Care
Providers. Pearson.

Anda mungkin juga menyukai