NIM : 2007-021-013
SEJARAH ASURANSI
Tahun 2250 SM
Konsep asuransi bermula dari sekitar tahun 2250 SM oleh bangsa Babylonia hidup
di daerah lembah sungai Euphrat dan Tigris. Pada waktu itu apabila seorang pemilik
kapal memerlukan dana untuk mengoperasikan kapalnya atau melakukan suatu
usaha dagang, ia dapat meminjam uang dari seorang saudagar (Kreditur) dengan
menggunakan kapalnya sebagai jaminan dengan perjanjian bahwa si Pemilik kapal
dibebaskan dari pembayaran hutangnya apabila kapal tersebut selamat sampai
tujuan, di samping sejumlah uang sebagai imbalan atas risiko yang telah dipikul
oleh pemberi pinjaman.
Kita dapat menganggap tambahan biaya ini dapat dianggap sama dengan “uang
premi” yang dikenal pada asuransi sekarang. Selain kapal yang dijadikan barang
jaminan, barang-barang muatan (cargo) dapat pula dipakai sebagai jaminan
berupa). Transaksi seperti ini disebut “RESPONDENT/A CONTRACT”. Kemudian pada
akhirnya transaksi ini semakin berkembang.
Tahun 215 SM
Pada tahun 215 SM Pemerintah Kerajaan Romawi didesak oleh para Supplier
pelengkapan dan perbekalan tentara kerajaan untuk menerima konsep yang
melindungi mereka terhadap segala risiko kerugian yang mereka derita atas
barang-barang mereka yang berada di kapal sebagai akibat dari bahaya maritim
seperti halnya serangah musuh dan juga badai.
Tahun 50 SM
CICERO pada kira-kira tahun 50 SM memberi penjelasan tentang praktek pemberian
proteksi atau jaminan terhadap keselamatan pengiriman uang dan surat-surat
berharga selama dalam perjalanan. Sebagai imbalan maka pihak yang diberi
proteksi memberikan semacam balas-jasa berupa uang premi kepada pihak
pemberi proteksi.
Tahun 50 SM – 200 M
Kaisar CLAUDIUS mengeluarkan suatu jaminan kepada Importir terhadap semua
kerugian yang mereka derita akibat angin badai. Tentunya dalam hal ini dikenakan
pula premi.
Pada sekitar tahun 200 ini di Romawi tumbuh perkumpulan- perkumpulan yang
disebut “Collegia” yang merupakan kegiatan sosial untuk salah satunya,
mengumpulkan dana untuk biaya pemakaman anggotanya yang meninggal atau
gugur di medan perang. Para budak pun membentuk Collegia dengan tujuan
apabila nantinya meninggal dapat dikubur dengan layak (disebut Collegia Nititum).
Demikian pula para saudara dan para aktor di Italia membentuk Collegia yang
disebut “Collegia Tennorioum” dengan maksud untuk membantu para janda dan
anak-anak yatim para anggotanya.
Tahun 1194-1266 M
Perekonomian manusia dari tahun ke tahun mengalami perkembangan dan periode
ini dikenal dengan “Guild System” (Sistem Gilda), yaitu perkumpulan dari orang-
orang yang mempunyai profesi sama seperti gilda tukang kayu, gilda tukang roti
dan sebagainya.
Tujuannya sama dengan tujuan Collegia pada zaman Romawi, yakni meningkatkan
kesejahteraan para anggotanya. Sebenarnya, dapat dikatakan bahwa “Collegia”
dan “Sistem Gilda” merupakan penemuan-penemuan sosial yang memperoleh
popularitas dan pengakuan masyarakat terhadap adanya risiko-risiko yang harus
ditanggulangi. Perkembangan lembaga yang mirip dengan asuransi tumbuh terus
dan akhimya pada masa pemerintahan RATU ELEANOR dari Belgia (1194 – 1266)
dibentuk Undang-Undang Asuransi yang tercantum dalam “ROLE’SDE OLERON”
Tahun 1668 M
Kemudian pada tahun 1668 M di Coffee House London berdirilah Lloyd of London
sebagai cikal bakal asuransi konvensional. Sumber hukum asuransi adalah hukum
positif, hukum alami dan contoh yang ada sebelumnya sebagaimana kebudayaan.
Sejarah Asuransi di
Indonesia
Bisnis asuransi masuk ke Indonesia pada waktu penjajahan Belanda dan negara
kita pada waktu itu disebut Nederlands Indie. Keberadaan asuransi di negeri kita ini
sebagai akibat berhasilnya Bangsa Belanda dalam sektor perkebunan dan
perdagangan di negeri jajahannya.
Jenis asuransi yang telah diperkenalkan di Hindia Belanda pada waktu itu masih
sangat terbatas dan sebagian besar terdiri dari asuransi kebakaran dan
pengangkutan. Asuransi kendaraan bermotor masih belum memegang peran,
karena jumlah kendaraan bermotor masih sangat sedikit dan hanya dimiliki oleh
Bangsa Belanda dan Bangsa Asing lainnya.
Pada awal mulanya beroperasi di Indonesia mereka mendirikan sebuah badan yang
disebut "Bataviasche Verzekerings Unie" (BVU) pada tahun 1946, yang
melakukan kegiatan asuransi secara kolektif. Dengan demikian dari setiap
penutupan, masing-masing anggota BVU memperoleh share tertentu. Cara ini
dilakukan mengingat keadaan pada waktu itu belum teratur dan tenaga asuransi
masih kurang sekali.
Pada tahun 1950 berdiri sebuah perusahaan asuransi kerugian yang pertama, yakni
NV. Maskapai Asuransi Indonesia yang kemudian pada awal 2004 sudah menjadi PT
MAI PARK. Pada saat itu, sebagai perintis perusahaan asuransi kerugian nasional
yang pertama, maka perusahaan ini harus bersaing dengan perusahaan asuransi
asing yang unggul baik dalam faktor permodalan maupun pengetahuan teknis.
Pada tahun 1953 berdiri pula perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam
bidang reasuransi Belanda dan Inggris di Indonesia, pemakaian devisa untuk
membayar premi reasuransi ke luar negeri juga masih tetap besar. Untuk
menanggulangi hal ini, didirikanlah pada tahun 1954 sebuah perusahaan reasuransi
profesional, yakni "PT. REASURANSI .UMUM INDONESIA" yang mendapat dukungan
dari bank-bank pemerintah.
sumber: http://www.media-asuransi.com
Bahkan, sejumlah pemain asuransi besar dunia pun turut tertarik masuk dalam
bisnis asuransi syariah di Indonesia. Mereka menilai Indonesia sebagai negara
berpenduduk Muslim terbesar di dunia merupakan potensi pengembangan bisnis
cukup besar yang tidak dapat diabaikan. Di antara perusahaan asuransi global yang
masuk dalam bisnis asuransi syariah Indonesia adalah PT Asuransi Allianz Life
Indonesia dan PT Prudential Life Assurance.
DEFINISI ASURANSI
1. Menurut Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) Republik
Indonesia
“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang
penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan
menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena:
suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang di harapkan,
yang mungkin akan diderita karena sesuatu yang tak tertentu.”
MANFAAT ASURANSI
• Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang diderita
satu pihak.
• Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan
jaminan perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang.
• Menutup Loss of Earning Power seseorang atau badan usaha pada saat ia
tidak dapat berfungsi (bekerja)