Anda di halaman 1dari 42

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Setiap perusahaan atau instansi tentu saja memiliki ciri khas tertentu. Ciri

khas yang ditunjukkan oleh organisasi biasanya berupa hal- hal yang dapat dilihat dan diperhatikan oleh masyarakat secara umum. Ciri khas yang mampu membangun image organisasi yang paling mudah diperhatikan adalah logo organisasi itu sendiri. Logo dianggap sebagai peranan penting dalam mencerminkan image organisasi karena fungsinya sebagai simbol utama dalam menggambarkan visi dan misi organisasi. Seiring perkembangan zaman, peranan logo kian penting bagi suatu organisasi dan tentu saja dianggap sebagai suatu kewajiban dalam membangun image suatu organisasi. organisasi yang lekat untuk selalu berusaha dan berupaya agar organisasi mampu mencapai tujuan, salah satunya melalui peran logo. Penggunaan logo bagi suatu organisasi atau perusahaan adalah pencerminan dari hal-hal yang ideal, yaitu ruang lingkup kerja, visi dan misi, serta budaya organisasi. Logo merupakan penterjemahan dari ide-ide yang abstrak disingkat menjadi sesuatu yang nyata, dan berperan sebagai wajah dari organisasi tersebut. Unisba lahir atas gagasan para tokoh umat Islam dan tuntutan masyarakat Jawa Barat akan adanya perguruan tinggi yang bernafaskan Islam dan melahirkan intelektual muslim. Cikal bakal unisba diwakili dengan lahirnya Perguruan Islam

tinggi (PIT) pada tanggal 15 Novermber 1958, yang berada dibawah naungan Yayasan Pendidikan Islam (YPI). Fakultas yang pertama didirikan adalah fakultas syariah pada tahun 1958, kemudian fakultas ushuluddin dan fakultas Tarbiyah pada tahun 1961. Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 1967 PIT berubah menjadi uiversitas islam kiansantang. Kemudian pada tahun 1969 diganti menjadi Universitas Islam Bandung (UNISBA) dan selanjutnya berturut turut didirikan Fakultas Hukum (1971), Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (1979) sekarang MIPA, dan fakultas psikologi (1973), Fakultas teknik (1973), fakultas ekonomi (1979), fakultas ilmu komunikasi (1982) serta pada tahun 2004 fakultas kedokteran secara resmi berdiri menjadi fakultas di unisba. Tujuan pendidikan di Unisba adalah mewujudjan mujahid (pejuang), mujtahid (peneliti), dan mujaddid (pembaharu) dalam suatu masyarakat ilmiah yang islami. Maka dalam poses pembelajaran banyak dimuati pendidikan keislaman yaitu Pendidikan Agama Islam setiap semester, Mentoring Agama Islam, Pesntren mahasiswa dan pesantren Sarjana. Lambang Unisba adalah gambar Kabah yang berwarna hitam berbentuk bujur sangkar terdiri atas tiga bagian dengan sususan 3/16 bagian atas warna hitam. 1/16 bagian tengah berwarna putih, dan 12/16 bagian bawah berwarna hitam, dilingkari dengan tulisan UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG berwarna hitam. Masing-masing komponen ini memiliki makna filosofis yang massif dan signifikan.

Dengan itu Mahasiswa Muslim terutama Mahasiwa Unisba harus mampu menjaga citra positif dari KABAH.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dengan itu penulis merumuskan masalah sebagai berikut : Makna Kabah sebagai logo Universitas Islam Bandung dalam Budaya Perusahaan (Corporate Culture).

1.3 Identifikasi Masalah Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis dapat

mengidentifikasikan masalah makna Kabah sebagai logo Universitas Islam Bandung, sebagai berikut : 1. Bagaimana ikon yang terdapat pada Kabah sebagai logo Universitas Islam Bandung? 2. Bagaimana indeks yang terdapat pada Kabah sebagai logo Universitas Islam Bandung? 3. Bagaimana simbol yang terdapat pada Kabah sebagai logo Universitas Islam Bandung?

1.4 Pembatasan Masalah Agar penelitian sistematis secara prosedur dan masalah yang menjadi fokus penelitian tidak meluas, maka penulis memberikan batasan sebagai berikut : 1. Hal yang dijadikan penelitian adalah lambang Kabah sebagai logo Universitas Islam Bandung dengan semboyan Mujahid, Muztahid, dan Mujadid. Selain Lambang kabah juga terdapat tulisan melingkar Universitas Islam Bandung.. Representasi dari latar belakang masyarakat yang berbeda-beda. 2. Penelitian menggunakan metode kualitatif mengenai tanda Kabah sebagai logo Universitas Islam Bandung dengan pendekatan semiotika : ikon, indeks, simbol.

1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah, sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui ikon Kabah sebagai logo Universitas Islam Bandung. 2. Untuk mengetahui indeks Kabah sebagai logo Universitas Islam Bandung. 3. Untuk mengetahui simbol Kabah sebagai logo Universitas Islam Bandung

1.6 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian dalam fenomena ini, adalah sebagai berikut : Kegunaan penelitian secara Teoritis 1. Memberikan penjelasan secara kongkrit mengenai makna Kabah kepada masyarakat terutama para mahasiswa dan khususnya mahasiswa Universitas Islam Bandung. 2. Menambah dan memperluas wacana semiotika mengenai Kabah yang notabene adalah dasar agama Islam. Kegunaan penelitian secara Praktis 1. Penggunaan Kabah oleh lembaga yang terkait, dapat lebih dipahami esensinya secara lebih mendalam. 2. Makna Kabah dapat dihayati dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh seluruh mahasiswa.

1.7

Pengertian Istilah Adapun penggunaan kata-kata yang belum dimengerti, dengan itu penulis

memberikan penjelasan secara eksplisit agar tidak terjadi kebingungan : Lambang merupakan simbol dari identitas diri (baik individu maupun kelompok).

Interpretasi adalah pemberian kesan, pendapat, atau suatu pandangan teoritis terhadap sesuatu, singkatnya yaitu penafsiran seseorang atau pengamatan tentang objek peristiwa yang diperoleh lalu disimpulkan dan menafsirkannya serta membiarkan makna inderawi (sensor stimuli). (Rakhmat, 1994:51)

Semiotik : Segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem tanda dan lambang dalam kehidupan manusia.

Semiotika : Ilmu (teori) tentang lambang dan tanda (dalam bahasa, lalu lintas, kode morse); semiologi ilmu tentang semiotik.

Analisis semiotik : Semiotika yang menganalisis sistem tanda. Pierce menyatakan bahwasanya semiotik berobjekkan tanda dan

menganalisisnya menjadi ide, objek dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu pada objek tertentu. Ikon (icon) : Tanda yang berhubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah, atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Indeks (index) : Tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausalitas atau sebab-akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan.

Simbol (symbol) : Tanda yang menunjukkan antara hubungan alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbiter atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) di masyarakat.

Budaya adalah keyakinan, sikap dan nilai-nilai yang dipegang dan ada dalam sebuah organisasi. Furnham dan Gunter (1993)

1.8 Kerangka Pemikiran Sebuah lembaga yang utuh sudah sepatutnya memiliki lambang lembaga. Secara subtansif fungsinya adalah sebagai dasar, merepresentasikan mahasiswa yang notabene adalah pemikir dan pejuang baik didalam dunia pendidikan maupun di segi manapun. Lembaga adalah suatu kelompok orang yang memiliki tujuan yang sama. Baik dalam penggunaan sehari-hari maupun ilmiah, istilah ini digunakan dengan banyak cara. Makna Kabah secara spiritual, kabah menjadi semacam pusat medan magnet dan titik fokus utama umat Islam dalam beribadah. Seperti layaknya planet-planet yang menujukan titik fokusnya pada matahari yang berada di tengah-tengah orbit dan bermilyar-milyar matahari menujukan titik fokusnya pada black hole, maka manusia pun menjadikan kabah sebagai kiblat-sebagai titik fokus utama dalam beribadah. Dalam orbitnya planet-planet tidak akan berputar secara melenceng dari garis orbitnya, kecuali dia ingin bertabrakan dengan planet

lainnya dan hancur lebur. Maka manusia pun diharapkan juga begitu, berjalan sesuai dengan garis orbitnya. Sudah sewajarnya jika Kabah dijadikan sebagai patokan untuk berjalan sesuai orbit yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Sungguh bukan suatu kebetulan jika planet-planet dan orang berthawaf memiliki satu kesamaan, yakni berputar mengelilingi kiblatnya masing-masing dengan gerakan yang seragam berlawanan arah dengan detak jarum jam. Beranjak dari pengertian dan eksistensi Kabah sebagai dasar dari agama Islam yang kemudian dikaitkan dengan pendekatan semiotika, yakni Ilmu (teori) tentang lambang dan tanda (dalam bahasa, lalu lintas, kode morse, dsb) dengan menggunakan teori Pierce, yaitu : ikon, indeks dan simbol, maka penulis mengambil penelitian ini.

1.8.1 Kerangka Teoritis Semiotika secara hakiki adalah sebuah pendekatan teoritis kepada komunikasi dalam tujuannya untuk mempertahankan prinsip-prinsip terapan secara luas. Sejak kemunculan Saussure dan Pierce, maka semiologi menitikberatkan dirinya pada studi tentang tanda dan segala yang berkaitan dengannya. Meskipun dalam semiotika Pierce masih ada kecenderungan meneruskan tradisi Skolastik yang mengarah pada inferensi (pemikiran logis) dan Saussure menekankan pada linguistik, pada kenyataannya semiologi juga membahas signifikasi dan komunikasi yang terdapat dalam sistem tanda non

linguistik. Sementara itu, bagi Barthes (1988:179) semiologi hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).

I.8.2 Teknik Analisis Semiotika Dari batasan masalah, kerangka pemikiran serta kerangka teoritis yang telah dibahas di atas, maka dalam penelitian ini hanya membatasi pada analisis objek berdasarkan hubungan kenyataan yang menurut Pierce tanda dibagi menjadi tiga bagian, yakni, icon (ikon), index (indeks) dan symbol (simbol).

1.9 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena

penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah, disebut juga metode etnografi karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya (Kuntjara, 2006:9). Berbeda dengan penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti atau data berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau statistik. Metode kualitatif juga digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu di balik fenomena yang sedikit belum diketahui, dan juga untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit diketahui. Karena tujuan dari penelitan kualitatif adalah untuk memperoleh pemahaman yang otentik mengenai pengalaman orang-orang. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Denzin

dan Lincoln (1994) : Penelitian kualitatif bersifat multi metoda dalam fokusnya, menggunakan pendekatan naturalistik interpretif kepada subyek yang diteliti. Ini berarti bahwa penelitian kualitatif mempelajari apapun di dalam setting alamiahnya, dengan berusaha memberikan makna atau menafsirkan fenomena menurut makna yang diberikan orang kepadanya (Rahmat, 2004:4). Jalaluddin Rahmat mengklasifikasikan penelitian kualitatif, yang ia sebut dengan Lima Strategi Penelitian Kualitatif, yaitu: Biografi, Fenomenologi, Grounded Theory, Etnografi, dan Studi Kasus (Rahmat, 2004:9). Penulis menggunakan metode semiotik analitik, yakni semiotik yang menganalisa sistem tanda. Charles Sanders Pierce menyatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, objek dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu kepada objek tertentu. (Sobur, 2001:100). Model analisis semiotika yang hubungan kenyataan dengan jenis dasarnya berdasarkan: 1. Ikon: Sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk objeknya (terlihat pada gambar atau lukisan) 2. Indeks: Sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan petandanya 3. Simbol: Sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensional telah lazim digunakan dalam masyarakat.

10

1.10 Teknik Pengumpulan Data Adapun Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut : Studi Kepustakaan Mengumpulkan data dari berbagai literature, buku, tulisan, makalah, internet, yang berkaitan dengan fenomena yang diteliti. Wawancara

1.11 Organisasi Karangan Didalam membuat sistematika penulisan ini, penulis memberikan gambaran besar pembahasan yang dibagi kedalam beberapa bab disertai dengan sub-sub bab, sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN, Didalamnya membahas mengenai, Latar Belakang, Rumusan Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Pengertian Istilah, Kerangka Pemikiran, Kerangka Teoritis, Teknik Analisis Semiotika, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Organisasi Karangan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, Didalamnya membahas mengenai, Pengertian Komunikasi, Teori Interaksi Simbolik, Simbol atau Lambang, Makna, Budaya perusahaan, Semiotika versi Pierce.

11

BAB III PEMBAHASAN, Didalamnya membahas mengenai, Gambaran Umum, Kilas Balik Kabah,makna lambang Unisba,lambang Unisba dalam budaya perusahaan. BAB IV PENUTUP, Didalamnya membahas mengenai, Kesimpulan dan Saran mengenai fenomena yang diteliti, agar penelitian ini dapat valid (sah) sesuai prosedur

12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Interaksi Simbolik Orang tergerak untuk bertindak berdasarkan makna yang diberikannya pada orang, benda dan peristiwa. Makna-makan ini ciptakan dalam bahasa yang digunakan orang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain maupun dengan dirinya sendiri, atau pikiran pribadinya. Bahasa memungkinkan orang untuk mengemabang perasaan mengenai diri dan untuk berinteraksi dengan orang lainnya didalam sebuah komunikasi maupun cakupan yang lebih luas. Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide mengenai diri dan

hubungannnya dengan masyarakat karena ide ini dapat diinterpretasikan secara luas. Teori interasi simbolik berpegang bahwa individu membentuk makna melalui proses komunikasi karena makna tidak bersifat intristik terhadap apapun. Dibutuhkan interpretif di antara orang-orang untuk menciptakan makna. Bahkan tujuan dari interaksi adalah untuk menciptakan makna yang sama. Hal ini penting karena tanpa makna yang sama berkomunikasi akan menjadi sangat sulit.

Tiga asumsi mengenai Interaksi Simbolik : Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada mereka.

13

Makna diciptakan dalam interaksi antarmanusia. Makna dimodifikasi melalui proses interpretif.

Dilihat secara emprisis kemudian dirasionalkan ditataran kognisi dengan persamaan persepsi mengenai sebuah simbol. Ketika sudah menghasilkan sebuah konvensi (kesepakatan) maka akan dengan mudah untuk merealisasikan tujuan bersama kedepannya. antarmanusia memaknai sebuah simbol demi kebutuhan kolektif dijadikan sebuah patokan secara bersama. Berangkat dari itu semua, bahwasanya resultansi positif diperoleh dari kesamaan interpretasi antarsesama pada saat berinteraksi.

2.2. Pengertian Komunikasi Sebelum lebih jauh mendefinisikan komunikasi alangkah baiknya jika kita mengetahui terlebih dahulu asal kata komunikasi itu sendiri. Istilah komunikasi berasal dari perkataan latin cummunis, yang berarti membuat kebersamaan antara 2 orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akhir kata dalam bahasa latin communico, artinya membagi (Sendjaja Sasa D, PIK, 33). Komunikasi adalah suatu proses, dalam proses komunikasi ini paling tidak melibatkan empat komponen, yaitu: sumber, pesan, saluran, dan penerima. Adapun beberapa pengertian komunikasi: 1. Pengertian Komunikasi secara Etimologis

14

Menurut asal katanya (etimologis), istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communicatio yang bersumber pada kata communis. Communis di sini berarti sama dengan makna mengenai suatu hal. Jadi komunikasi dapat berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. 2. Pengertian Komunikasi secara Terminologis Yaitu berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. (Effendy, 1986:4). Dalam arti komunikasi yang terjadi melibatkan sejumlah orang di mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Dengan demikian komunikasi yang dimaksudkan adalah komunikasi manusia (human communication) atau yang seringkali disebut sebagai komunikasi sosial (social communication). 3. Pengertian Komunikasi secara Paradigmatis Sedangkan pengertian komunikasi secara paradigmatis adalah bersifat intensional, mengandung tujuan. Jadi, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media. (Effendy, 1986:5). Dari definisi yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan aktivitas manusia sebagai makhluk sosial. Dalam aktivitas komunikasi terjadi pengoperan lambang-lambang, baik berbentuk lisan ataupun tulisan, verbal atau non verbal yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan dan

15

pengertian bersama. Yang pada hakikatnya adalah proses pernyataan manusia. Komunikasi juga bertujuan mengubah tingkah laku orang lain, meliputi perubahan pengetahuan dan sikap/tingkah laku. Sifat komunikasi yang omnipresent (Mulyana, 2002:8), menjadikan komunikasi hadir di mana-mana. Komunikasi di sini tidak selalu diartikan atau dilakukan secara tatap muka dengan orang lain, namun dapat juga dilakukan dengan perantaraan media. Sering juga hal ini disebut dengan proses komunikasi secara sekunder (Effendy, 1993:9-10).

2.3. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesanpesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.

Klasifikasi pesan nonverbal.

Jalaludin Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:

16

Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.

Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers (1976) menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut :

a. Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan taksenang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk b. Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan c. Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi situasi; d. Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.

Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.

17

Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan adalah:

a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang merendah c. Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada

lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.

Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.

Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.

Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama

18

dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh Dedy Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa. Pesan sentuhan dan bau-bauan.

Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian.Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan menarik lawan jenis.

2.4. Simbol atau Lambang

Hampir setiap pernyataan manusia baik yang ditujukan untuk kepentingan dirinya, maupun kepentingan orang lain dinyatakan dalam bentuk simbol. Kemampuan manusia dalam menciptakan simbol membuktikan bahwa manusia telah memiliki kebudayaan yang tinggi dalam berkomunikasi, mulai dari simbol yang sederhana seperti bunyi dan isyarat, sampai kepada simbol yang dimodifikasi dalam bentuk signal-signal melalui gelombang udara dan cahaya seperti radio dan TV ( Cangara, 1998: 102 ).

19

Secara etimologis simbol berasal dari bahasa yunani sym-ballein yang berarti melemparkan bersama suatu (benda, perbuatan) dikaitkan dengan suatu ide (Hatoko&Rahmanto, 1998:133). Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, simbol atau lambang adalah semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana dan sebagainya, yang menyatakan sesuatu hal, atau mengandung maksud tertentu (2003:156). Simbol merupakan hasil kreasi manusia dan sekaligus menunjukkan tingginya kualitas budaya manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya (Cangara, 1998:54) Simbol dapat dinyatakan dalam bentuk lisan ataupun tulisan (verbal) maupun melalui isyarat-isyarat tertentu (non-verbal). simbol terjadi berdasarkan metomonim yakni nama untuk benda lain yang berasosiasi atau menjadi atributnya (misalnya sikaca mata untuk orang suka memakai kacamata) dan metafora, yakni pemakaian kata atau ungkapan lain untuk konsep atau obyek berdasarkan kias atau persamaan (misalnya kaki meja, kaki gunung, berdasarkan kias pada kaki manusia). Simbol atau obyek atau peristiwa apapun yang menunjuk pada sesuatu. Semua simbol melibatkan tiga unsur, yaitu : pertama simbol itu sendiri yang meliputi yang dapat kita rasakan atau alami. kedua simbol rujukan adalah benda yang menjadi rujukan simbol. Dan ketiga, hubungan antara simbol dengan rujukan yaitu unsur ketiga dalam makna. (Spradley, 1997:134).

20

2.5. Makna Simbol membawa pernyataan dan diberi makna oleh penerima, oleh karena itu memberi makna terhadap suatu simbol yang digunakan dalam komunikasi bukanlah hal yang mudah, melainkan sesuatu persoalan yang cukup rumit. Sebuah pesan disampaikan dengan simbol yang sama, bisa saja berbeda makna bilamana individu yang menerima pesan itu kerangka berpikir dan kerangka pengalaman. Proses pemberian makna pada simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi, selain dipengaruhi oleh faktor budaya, juga faktor psikologis, terutama saat pesan didecode oleh penerima ( Cangara, 1998: 54-55 ). Manusialah yang memberi makna pada lambang komunikasi yang digunakan. Sekali lambang komunikasi telah memiliki makna, maka ia melekat terhadapnya. makna adalah hubungan antara suatu obyek dengan lambangnya ( Littlejohn, 1996: 64 ). Makna muncul ketika lambang komunikasi yang mengacu pada suatu obyek dipakai secara konsisten oleh para penggunanya. Menurut teori segitiga makna dari pierce ( 1999 ), lambang komunikasi mengacu kepada sesuatu yang berada diluar dirinya, yaitu obyek dan ini akan memiliki pengaruh pada pemikiran pemakainya. Hubungan antara bentuk pesan (lambang komunikasi) dengan makna pesan dalam pikiran pemakainya menghasilkan dimensi-dimensi sebagai berikut ( Little john, 2002 ) : berbeda makna dalam

21

1. Dimensi Referential (referen atau rujukan) : makna merujuk pada obyek tertentu. 2. Dimensi Ekperiental (pengalaman dan pendidikan) : makna berkaitan dengan pengalaman dan pendidikan pemakai atas obyek. 3. Dimensi Purposive (tujuan) : makna berkaitan dengan tujuan

pemakainya.

2.6. Budaya Perusahaan (Corporate Culture)

Budaya perusahaan atau organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu perusahaan atau organisasi dari perusahaan atau organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh perusahaan atau organisasi. Teori teori budaya organisasi menekankan pada cara-cara manusia membentuk realitas organisasi sebagai penelitian tentang cara hidup organisasi. Pendekatan ini melihat pada makna dan nilai anggota. Pendekatan ini menguji cara individu menggunakan cerita, ritual, simbol dan kegiatan lain untuk menghasilkan kembali pemahaman gerakan budaya organisasi telah sangat luas menyentuh hampir semua aspek kehidupan organisasi.

22

Edgar Shein menggambarkan tiga tingkat budaya perusahaan:

1. Tingkatan

Permukaan:

budaya

dilakukan

dan

diperkuat

melalui

penampilan dan perilaku yang terlihat, seperti layout fisik kantor, aturan berpakaian, struktur organisasi, kebijakan perusahaan, prosedur dan serta sikap. 2. Tingkat Menengah: budaya diwujudkan melalui keyakinan dan nilai-nilai. 3. Tingkat Terdalam: budaya dimanifestasikan melalui asumsi dasar lewat proses pembelajaran, respon otomatis dan pendapat yang diberikan.

Setara dengan konsep kebudayaan pada umumnya, dalam terminologi budaya perusahaan (corporate culture) menunjukkan bahwa suatu perusahaan adalah human institution dan bukan semata sekumpulan instrumen seperti misalnya: strategi, rencana jangka panjang, sistem dan prosedur. Suatu perusahaan adalah sebuah masyarakat yang mempunyai nilai-nilai, simbol-simbol yang dimengerti dan dipatuhi bersama, yang membuat komunitas dalam perusahaan merasa satu keluarga dan mereka merasa berbeda dari orang-orang dari perusahaan atau organisasi lainnya.

Kultur perusahaan merupakan pedoman bertingkah laku bagi orang-orang di dalam perusahaan. Dalam perusahaan yang kulturnya kuat, pedoman itu digariskan dengan jelas, dimengerti, dipatuhi, dan dilaksanakan oleh orang-orang di dalam perusahaan sehingga orang-orang yang bekerja di perusahaan menjadi sangat kohesif. Kultur perusahaan mempengaruhi segi-segi kehidupan dalam perusahaan, dari cara berpakaian, cara bertegur sapa, cara pengambilan keputusan

23

sehari-hari, sampai dengan penyusunan strategi perusahaan. Karena pengaruhnya yang sangat kuat dan mendalam, maka kultur perusahaan dipandang sebagai salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan perusahaan. Selanjutnya, budaya perusahaan dapat berperan sebagai petanda yang menghasilkan perbedaan yang jelas antara satu organisasi dengan yang lainnya. Budaya perusahaan juga membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi, serta mempermudah timbulnya pertumbuhan komitmen pada sesuatu yang lebih luas (komitmen lambaga) daripada kepentingan diri individual. Budaya perusahaan yang kuat akan meningkatkan kemantapan sistem sosial suatu organisasi. Agar budaya perusahaan tumbuh dan hidup pada setiap sumberdaya insani suatu perusahaan, serta mampu menciptakan kekaguman bagi kolega eksternalnya, maka rancangan Corporate Identity diharapkan mampu memberi gambaran tentang eksistensi budaya perusahaannya.

2.7. Semiotika Versi Pierce

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metodelogi penelitian kualitatif. Pada dasarnya penelitian ini meletakkan penekanan pada subyektifitas untuk melakukan interpretasi terhadap persoalan yang dikajinya. Berarti, seperti yang ditegaskan Dedy Mulayana penelitian ini mencari respons subyektif individual. Metode ini juga seperti yang diungkapkan oleh Bodgan dan taylor, (moleong, 1996:3), metodelogi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang

24

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati.

Hasil penelitian dari metodelogi kualitatif selalu terbuka untuk persoalan baru. Ini sesuai dengan pandangan subyektif mengenai realitas sosial bahwa : fenomena sosial senantiasa bersifat sementara, bahkan bersifat polisemik (multimakna) dan tetap diasumsikan demikian hingga terjadi negosiasi berikutnya untuk menetapkan status realitas tersebut (Dedy Mulyana 2001:34-35).

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, penelitian ini juga menggunakan pendekatan teknik analisis semiotika yang dibatasi oleh pendapat pierce dengan membagi tanda atas Icon (ikon), Index (indeks) dan Symbol (simbol). Meskipun pada akhirnya berdasarkan berbagai klasifikasi, pierce membagi tanda menjadi sepuluh jenis, yaitu : qualisign, iconic sinsign, rhematic indexial sinsign, discent sinsign, iconic lesisign, rhematic indexial legisign, dicent indexial legisign, rhematic symbol, dicent symbol dan argument. Namun, untuk mempermudah dan membatasi masalah maka yang digunakan hanya tiga saja.

Semiotika dan semiologi berasal dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika dan poetika. Akar namanya sendiri adalah semeion nampaknya diturunkan dari kedokteran hipokratik atau asklepiadik dengan perhatiannya pada simptomatologi dan diagnostik inferensial (Sinha, 1988:3). Tanda pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain, contohnya asap menandai adanya api, manusia hanya dapat berkomunikasi pada sarana tanda. Dalam hal ini tanda yang dimaksud adalah semua hal yang diciptakan dan direka

25

sebagai bentuk penyampaian informasi yang memiliki makna tertentu. Terutama tanda yang pernah diciptakan oleh manusia dalam upaya saling berbagi informasi dan komunikasi antar sesama.

Pierce juga melihat tanda (representamen) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari obyek referensinya serta pemahaman subyek atas tanda (interpretant).Tanda menurut pandangan pierce adalah....something which stands to somebody for something in some respect or capacity. Tampak pada definisi pierce ini peran subyek(somebody) sebagai bagian tak terpisahkan dari pertandaan, yang menjadi landasan bagi semiotika komunikasi. semiotika komunikasi menurut Umberto Eco dalam A Theory of semiotics, adalah semiotika yang menekankan aspek produksi tanda (sign production), ketimbang sistem tanda (sign system). Sebagai sebuah mesin produksi Tanda (labor), yang memilih tanda dari bahan baku tanda-tanda yang ada dan

mengkombinasikannya, dalam rangka memproduksi sebuah ekspresi bahasa bermakna.

Pierce menggunakan istilah ikon untuk kesamaannya, indeks untuk hubungan sebab-akibat dan simbol untuk asosiasi konvensional. Berbeda dengan Ferdinand de Saussure (1857-1913) yang meyakini bahwa tanda dua sisi, pierce berpendapat bahwa tanda dibentuk melalui hubungan segitiga atau Triangle Meaning. Dan dalam penelitian ini penulis memilih segitiga makna dibawah ini sebagai pisau bedah untuk penelitian (Sobur, 2001:87).

26

Pierce menciptakan segitiga makna (triangle meaning) :

Sign

Interpretan

objek

Menurut pierce salah satu bentuk tanda adalah kata, sedangkan obyek adalah yang dirujuk tanda, dan interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang obyek yang sedang dirujuk tanda. Apabila ketiga elemen itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncul lah makna tentang sesuatu yang dirujuk oleh tanda tersebut. hal itu di bedahdalam segitiga makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika digunakan berkomunikasi. Berdasarkan obyeknya pierce membagi hubungan tanda atas ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang hubungan antar penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah, dengan kata lain ikon adalah hubungan antara tanda dan obyek atas acuan yang bersifat kemiripan, misalnya foto dan peta.

27

Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausalitas atau sebab akibat, tanda yang mengacu pada kenyataan, contoh asap sebagai tanda adanya api. Tanda dapat pula sebagai denotatum melalui konvensi, tanda yang seperti itu tanda konvensional yang biasa disebut dengan simbol. Jadi simbol adalah yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbiter/semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian masyarakat) (Sobur 2003: 40-41).

28

BAB III PEMBAHASAN OBYEK PENELITIAN

Logo Universitas Islam Bandung

Sebagai mahasiswa Universitas Islam Bandung dan sebagai umat Muslim pasti tahu gambar diatas. Namun apakah benar-benar mengenal gambar tersebut ? apabila ditanya itu gambar apa, tentu bisa menjawabnya. Namun apakah bisa menjawabnya dengan benar mengenai gambar tersebut. siapakah perancangnya ? apakah bisa menjelaskan secara rinci masing-masing komponen yang terdapat pada gambar diatas ? maka dengan itu coba kita telaah satu persatu secara mendalam. 3.1. Gambaran Umum Gambar diatas merupakan lambang dari instansi atau lembaga pendidikan Universitas Islam Bandung. Lambang Unisba adalah gambar Kabah yang
29

berwarna hitam berbentuk bujur sangkar terdiri atas tiga bagian dengan sususan 3/16 bagian atas warna hitam. 1/16 bagian tengah berwarna putih, dan 12/16 bagian bawah berwarna hitam, dilingkari dengan tulisan UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG berwarna hitam. Masing-masing komponen ini memiliki makna filosofis yang massif dan signifikan.

3.2. Kilas balik tentang Kabah Jika Mekkah begitu berarti sebagai induk dunia, maka yang membuatnya menjadi sangat penting adalah keberadaan kabah. Persoalannya sekarang adalah mengapa harus kabah? Sebuah pertanyaan yang selalu diinginkan jawabannya oleh setiap muslim. Menurut pendapat para ulama dan pakar sejarah, dinamakan kabah karena bentuknya yang kubus. Mereka mengatakan bentuk kubus itu bukan tanpa alasan. Desain yang seperti itu dan letaknya yang berada di Mekkah adalah karena secara geografis ia berada sejajar dengan Baitulmakmur di langit. Baitulmakmur adalah sebuah bangunan mirip kabah di langit keempat. Disebut begitu karena malaikat selalu memakmurkan tempat itu dengan melakukan ibadah dan bertasbih kepada Allah swt secara terus menerus. Bahkan, menurut Amirulmukminin Ali bin Abu Thalib ra, sebanyak 70 ribu malaikat memasukinya setiap hari untuk beribadah, kemudian keluar dan tidak pernah kembali ke sana. Karena hari selanjutnya merupakan giliran 70 ribu malaikat lainnya untuk beribadah di dalamnya.

30

Begitu istimewanya Baitulmakmur ini sampai-sampai Allah swt bersumpah dengannya: Demi Bukit Thur dan kitab yang ditulis pada lembaran yang terbuka, dan demi Baitulmakmur (QS. Ath Thur: 1-4) Sedang Nabi Muhammad saw bersabda demikian, Baitulmakmur sepadan dengan Baitulharam di Mekkah. Seandainya ia jatuh dari langit keempat pasti akan mendarat tepat di lokasi Baitulharam. Sebagaimana kabah yang berbentuk kubus, Baitulmakmur bentuknya juga kubus. Begitu pula dengan Arsy. Bentuk kubus melambangkan empat pilar yang harus dipegang kuat-kuat dalam beriman. Empat pilar itu meliputi: Pertama, Subhanallah, yang berarti penyucian dan pengagungan Sang Pencipta. Kedua, Alhamdulillah, yang bermakna setiap mukmin sejati tidak pernah lupa bersyukur kepada Penciptanya. Ketiga, La Ilaha illallah, yang bermakna pengesaan sepenuhnya terhadap Allah swt. Keempat, Allahu akbar. Dalam satu riwayat Nabi muhammad saw pernah bersabda, Dalam setiap siang dan malam hari, Allah swt menurunkan 120 rahmat ke Baitullah ini. 60 untuk orang yang thawaf, 40 untuk orang yang melakukan sholat, dan 20 untuk orang yang menyaksikan. Makna kabah yang lainnya adalah secara spiritual kabah menjadi semacam pusat medan magnet dan titik fokus utama umat Islam dalam beribadah. Seperti layaknya planet-planet yang menujukan titik fokusnya pada matahari yang

31

berada di tengah-tengah orbit dan bermilyar-milyar matahari menujukan titik fokusnya pada black hole, maka manusia pun menjadikan kabah sebagai kiblatsebagai titik fokus utama dalam beribadah.

3.3. Makna dan Arti Kabah dalam Logo Universitas Islam Bandung Kabah yang berwarna hitam berbentuk bujur sangkar terdiri atas tiga bagian dengan sususan 3/16 bagian atas warna hitam. 1/16 bagian tengah berwarna putih, dan 12/16 bagian bawah berwarna hitam. Yaitu mempunyai makna bahwa Universitas Islam Bandung berasaskan islam dan bertujuan untuk menjadi perguruan tinggi terkemuka, pelopor pembaharuan pemikiran dan pelaksanaan kehidupan beragama, dan Pembina insan berakhlak karimah yang bermanfaat bagi dirinya, umat, masyarakat, bangsa dan Negara.

3.4. Tulisan Universitas Islam Bandung. Tulisan Univesitas islam Bandung yang melingkari Kabah memiliki makna yaitu unisba menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang berlandaskan nilai nilai islam. Membina kehidupan kampus yang dinamis ilmiah, serta mengembangkan lingkungan fisik dan social berlandaskan nilai nilai Islam.

32

3.5. Tata Cara penggunaan Tata cara penggunaan lambang Universitas Islam Bandung diatur dalam Statuta yang ditetapkan dengan Keputusan Rektor atas persetujuan Yayasan. Berikut adalah Tata Cara penggunaan Lambang Unisba, Lambang Unisba dapat digunakan pada : Tiap-tiap nomor lembaran edaran lembaga dan berita lembaga Unisba serta tambahan-tambahannya pada halaman pertama dibagian tengah atas. Surat jabatan Rektor, Pembantu rector, Dekan fakultas, pembantu dekan, dan dosen. Kertas bermeterai dan meterainya. Surat ijazah lembaga. Pakaian resmi yang dianggap perlu oleh Rektor. Majalah, buku yang diterbitkan oleh pengurus pusat. Tempat diadakannya acara resmi oleh pengurus. Tugu. Panji Panji dan Bendera sesuai dengan aturan.

3.6. Interpretasi Kabah Menginterpretasikan Kabah sebagai logo Universitas Islam Bandung. Pisau bedah yang digunakan menggunakan analisis semiotika versi pierce.

33

Menurut pierce adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang. Dengan itu fungsi tanda sangat siginifikan didalam kehidupan sehari-hari. Bahkan didalam Ilmu Komunikasi pun tanda masuk kewilayah komunikasi Non-Verbal. Bentuk yang paling awal adalah tanda yang tergambar dengan lambang ka bah, bentuk kedua adalah tulisan Universitas Islam Bandung, masing-masing simbol merepresentasikan keislaman yang notabene harus diimplementasikan dalam kehidupan bermasyakat. simbol yang merupakan suatu objek yang dapat disepakati secara bersama lewat konvensi dan menggunakan makna yang menyatakan sesuatu yang lain. Badan analisis ini dipertegas dengan menggunakan tipologi tanda yang berjumlah tiga elemen yaitu ikon, indeks dan simbol.

3.6.1 Interpretasi Ikon, Indeks, Simbol pada Logo kabah dalam logo universitas islam bandung. Ikon : Kabah yang berwarna hitam berbentuk bujur sangkar terdiri atas tiga bagian dengan sususan 3/16 bagian atas warna hitam. 1/16 bagian tengah berwarna putih, dan 12/16 bagian bawah berwarna hitam. Yaitu mempunyai makna bahwa Universitas Islam Bandung berasaskan islam dan bertujuan untuk menjadi perguruan tinggi terkemuka, pelopor pembaharuan pemikiran dan pelaksanaan kehidupan beragama, dan Pembina insan berakhlak karimah yang bermanfaat bagi dirinya, umat, masyarakat, bangsa dan Negara.

34

Indeks Tulisan Univesitas islam Bandung yang melingkari Kabah memiliki makna yaitu unisba menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang berlandaskan nilai nilai islam. Membina kehidupan kampus yang dinamis ilmiah, serta mengembangkan lingkungan fisik dan social berlandaskan nilai nilai Islam. Simbol Kabah. Tulisan Univesitas islam Bandung yang melingkar.

3.7 Makna logo UNISBA dalam Budaya Perusahaan

Perusahaan seperti juga halnya lingkungan tempat tinggal pasti memiliki budaya yang dirumuskan oleh para pendiri dan top management perusahaan dan dianut oleh setiap komponen perusahaan.

Pengungkapan budaya perusahaan ke dalam sebuah pernyataan dapat dilakukan melalui perumusan pernyataan visi dan misi. Hanya dengan kalimat singkat, pernyataan visi dan misi dapat menyiratkan nilai, etika, prinsip, tujuan, dan strategi perusahaan. Menuliskan pernyataan visi dan misi perusahaan adalah cara yang paling efektif untuk memastikan bahwa semua karyawan dapat memahami budaya perusahaan dan mengimplementasikannya ke dalam usahausaha pencapaian tujuan perusahaan.

35

Melihat dari visi dan misi Universitas Islam Bandung yang berlandaskan nilai nilai keislaman merupakan pedoman budaya bagi orang-orang di dalam Universitas Islam Bandung. Dalam Universitas Islam Bandung yang kulturnya kuat dengan nilai nilai keislaman, pedoman itu digariskan dengan jelas, dimengerti, dipatuhi, dan dilaksanakan oleh orang-orang di dalamnya sehingga orang-orang yang ada menjadi sangat kohesif.

Kultur yang ada dalam Universitas Islam Bandung mempengaruhi segisegi kehidupan dalam Universitas Islam Bandung, mulai dari cara berpakaian, cara bertegur sapa, cara berperilaku sehari-hari, sampai dengan pemahamannya. Karena pengaruhnya yang sangat kuat dan mendalam, maka kultur Universitas Islam Bandung dipandang sebagai salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilannya.

Dari makna yang terkandung dalam logo Universitas Islam Bandung, kultur menjadi bagian dalam sivitas akademika Universitas Islam Bandung yang berlandaskan nilai - nilai keislaman, Hal itu terdapat di bagi menjadi tiga tingkat budaya yaitu antara lain adalah :

1. Tingkatan Permukaan Mengucapkan Assalammualiakum. Wr. Wb. dalam setiap pertemuan dan kegiatan baik formal maupun informal. Mengucapkan Basmallah setiap mengawali kegiatan, Dan mengakhiri dengan mengucapkan Hamdallah seperti pada: 1) Perkuliahan
36

2) Rapat Dosen dan Karyawan 3) Rapat Organisasi Internal dan eksternal 4) Diskusi Mahasiswa 5) Workshop 6) Dan kegiatan lain yang ada di Universitas Islam Bandung Dosen dan karyawan menggunakan busana yang sopan dan menutup auratnya sebagai bentuk kenyataan objektif yang merupakan kelaziman dalam berpenampilan yang berasaskan nilai nilai keislaman. Adanya mentoring sebagai bimbingan mahasiswa sebelum

melaksanakan pesantren. Adanya pesantren mahasiswa pada semester II yaitu Pendidikan Agama Islam II (PAI 2) dan pesantren calon sarjana sebagai bekal untuk menaplikasikan kepada masyarakat. Adanya mata kuliah Pendidikan Agama Islam dalam kurikulum dari semester 1 sampai semester 7 agar mahasiswa lebih memahami tentang nilai nilai keislaman.

2. Tingkat Menengah Adanya pembinaan ruhuddin. Unisba mendorong seluruh sivitas akademika untuk turut berperan serta. Ruhuddin yang menjadi arah dan sasaran pembinaannya adalah terbinanya masyarakat kampus madani yang

37

pro aktif, toleran, menghargai kebebasan berpikir, bersifat terbuka, menjunjung tinggi tatakrama yang islami. Dapat dilihat beberapa realisasinya antara lain: 1) Mempererat silaturahim antara pimpinan dengan dosen, pimpinan dengan karyawan, pimpinan dengan pengurus yayasan, dan keluarga besar Unisba dengan stakholder. 2) Dalam pengembangan kurikulum dimasukanya nilai-nilai

keislaman kedalam setiap matakuliah, sehingga konsep islam dalam disiplin ilmu akan semakin baik. 3) Pemantapan terhadap pemahaman nilai-nilai keislaman dan kesiapan para lulusan unisba untuk terjun kemasyarakat melalui bentuk kegiatan pesantren. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, lebih efisien, dan lebih efektif. Adanya kegiatan pengajian rutin bagi bagi pegawai tetap Unisba yang dilaksanakan tiga kali dalam setip minggu dan dalam satu bulan sekali diadakan pengajian umum bagi dosen dan karyawan Unisba. Berhenti sejenak pada waktu perkuliahan ketika ada suara adzan berkumandang Adanya pajangan kutipan-kutipan ayat-ayat al-quran dan hadits dalam lingkungan Unisba

38

3. Tingkat Terdalam Unisba sebagai perguruan tinggi yang islami selain berperan sebagai pusat pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Berperan pula dalam mengembangkan kebudayaan islami. Untuk mengembangkan kebudayaan islami tersebut meliputi program-program sebagai berikut: 1) Dengan adanya program pengembangan ahlakul karimah 2) Dengan adanya peningkatan ruhul islam 3) Dengan adanya pengembangan ukhuwah islamiah 4) Dengan adanya penanaman perilaku rasul sebagai uswah hasanah Upaya yang dilakukan berkenaan dengan ruhuddin yaitu dengan penciptaan suasana pribadi pembudayaan tatap muka silaturahim, dan tidak terlalu membudayakan rambu-rambu tertulis yang kaku. Dengan demikian sivitas akademika unisba dengan pro aktif dari individunya masing-masing untuk fastabiqul khairat, berlomba-lomba dalam mencari kebaikan.

Pada hal diatas merupakan budaya yang lahir dan menjadikan ciri khas yang membedakan Universitas Islam Bandung dengan Universitas lainnya dengan menyelenggarakan pendidikan, dan pengabdian kepada masyarakat yang

berlandaskan nilai nilai islam. Untuk membina kehidupan kampus yang dinamis ilmiah, serta mengembangkan lingkungan fisik dan sosial berlandaskan nilai nilai yang Islami.

39

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan Dari uraian pembahasan obyek fenomena yang telah dibahas, maka dengan itu penulis telah mengetahui secara subtansif, mengenai makna Kabah dalam lambang Universitas Islam Bandung mengenai (Ikon, Indeks, Simbol) untuk itu penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

Dilihat dari Ikon Tataran ikon merupakan faktor yang signifikan akan keberlangsungan Kabah dalam logo Universitas islam Bandung. Ternyata Kabah mampu

mewakili dan menjadi aturan norma-norma didalam realitas sosial mahasiswa unisba. Maka dengan itu seluruh mahasiswa universitas islam bandung harus mengetahui makna yang secara implisit tersimpan akan tetapi sangat signifikan.

Dilihat dari Indeks Tulisan Univesitas islam Bandung yang melingkari Kabah memiliki makna yaitu unisba menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang berlandaskan nilai nilai islam. Membina kehidupan

40

kampus yang dinamis ilmiah, serta mengembangkan lingkungan fisik dan social berlandaskan nilai nilai Islam. Dilihat dari Simbol Simbol adalah konvensi (kesepakatan) yang dilakukan oleh seluruh masyarakat. Artinya kemudian komponen-komponen telah diafiliasikan menjadi kesatuan yang utuh didalam Kabah. Maksud dan tujuan yang berangkat dari konsep para pendiri lembaga universitas islam bandung telah tersampaikan dengan jelas. Ditataran kehidupan mahasiswa Indonesia pun teraplikasikan secara kongkrit. Seluruh mahasiwa harus mampu menjaga Lambang kabah supaya citranya tetap positif dimata khalayak nasional maupun international.

Logo dalam budaya perusahaan Budaya yang ada dalam UNISBA menunjukkan bahwa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan organisasi yaitu dengan berlandaskan nilai nilai keislaman yang merupakan pedoman budaya bagi orang-orang di dalamnya karena pengaruhnya yang sangat kuat dan mendalam untuk membina kehidupan kampus yang dinamis ilmiah.

4.2. Saran Proses kehidupan membutuhkan saran dan solusi supaya kedepannya lebih baik lagi. Resultansi yang telah diperoleh penulis atas fenomena ini, banyak memberikan pengetahuan secara eksplisit dan kongkrit mengenai Makna kabah
41

terutama ditataran lambang Universitas islam Bandung. Saran dari penulis bahwa mahasiswa yang notabene menuntut ilmu di univertitas islam, jagalah kampusnya yang beasas islam.

42

Anda mungkin juga menyukai