Anda di halaman 1dari 47

Persembahan kepada Ibu Woro Aryandini Seluruh anak Nusantara

TIM PENYUSUN
1. ACHMAD BUDIARTO (01) 2. ARDIAN CIPTA RUKMANA (08) 3. ARIEF FAJAR MURSITO (09) 4. ARINTA IGA SAPUTRI (10) 5. ERITA NUZUL NUR ADRIANI (18) 6. HERWIN KURNIAWATI (23) 7. LUHUR FEBRIANSYAH (24) 8. RADITYA PATRIADINATA (30) 9. RIFKI SINGGIH (32)

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA BINTARO UTAMA SEKTOR V JAKARTA SELATAN 2012

DAFTAR ISI

BURUNG PARAKEET - 3 SI KEPAR - 7 ASAL USUL TARI GUEL ACEH - 14 MENTIKO BETUAH - 19 TUJUH ANAK LELAKI - 30 BUNGONG MEULU DAN BUNGONG PEUKEUN - 40

BURUNG PARAKEET

Alkisah di sebuah hutan hiduplah sekelompol burung

parakeet. Raja burung parakeet memiliki bulu dan paruh yang cantik, gagah dan indah. Oleh sebab itulah dia diangkat

menjadi raja dikalangan burung parakeet. Pada suatu hari datang seorang pemburu yang ingin menangkap burungburung parakeet. Mengetahui hal itu semua burung parakeet menjadi risau sebab pemburu itu merupakan orang yang handal dalam menjebak burung. Sudah banyak jenis burung lain yang masuk dalam perangkapnya dan tidak akan selamat. Burung-burung yang sudah ditangkap itu biasanya di jual atau dimakan oleh si pemburu. Raja burung parakeet menjadi risau dan coba untuk mencari akal bagaimana caranya supaya tidak masuk perangkap pemburut tersebut. Namun, raja burung parakeet tidak menemukan jalan sehingga banyaklah rakyat burung parakeet yang masuk perangkap sang

BURUNG PARAKEET

pemburu. Raja burung parakeet menjadi sedih lalu timbul ide untuk mengelabui si pemburu. Dia memerintahkan pada rakyat burung parakeet yang sudah masuk

perangkap si pemburu agar berpura-pura mati. Rakyat burung parakeet setuju, ketika keesokan harinya

pemburu datang kembali ke hutan dan bermaksud untuk mengambil burung-burung yang sudah terjebak. Melihat semua burung-burung itu mati si pemburu menjadi kesal dan kemudian mengeluarkan semua burung dari

perangkapnya. Setelah semua burung keluar dari sangkar dengan serentak burung-burung itu terbang ke udara. Kumpulan burung parakeet itu dapat menipu si pemburu berkat ide dari raja mereka. Namun sayangnya ada satu burung yang tidak berhasil lolos dari si pemburu, dia adalah raja burung parakeet sendiri. Si pemburu merasa senang karena walaupun semua burung terlepas tapi dia masih memiliki burung parakeet yang sangat cantik. Raja burung parakeet tidak bisa berbuat apa-apa. Dia di bawa pulang oleh si pemburu. Sesampainya ingin di rumah raja pemburu burung

tersebut

bermaksud

memakan

BURUNG PARAKEET

parakeet. Mengetahui hal ini raja burung parakeet tidak kehilangan akal dia mengajukan syarat kepada si

pemburu. Syarat itu adalah bahwa raja burung parakeet akan bernyanyi untuk si pemburu setiap hari sampai rasa penat si pemburu hilang. Mendengar perkataan raja burung parakeet si pemburu setuju dan tidak jadi memakannya. Maka sejak saat itu raja burung parakeet akan bernyanyi setiap hari sampai rasa sedih dan penat si pemburu hilang. Kemerduan suara raja burung parakeet terdengar di seluruh kota dan menyebabkan baginda raja tertarik akan kemerduan suara raja burung parakeet. Kemudian raja memerintahkan bawahannya untuk membawa si pemburu beserta agar raja burung parakeet. Raja

memerintahkan untuknya.

burung suara

parakeet raja burung

bernyanyi parakeet dia

Mendengar raja

menyebabkan

menjadi

tertarik

kemudian

berkata kepada si pemburu bahwa dia akan membayar berapapun yang diminta oleh si pemburu asalnya burung parakeet itu menjadi miliknya. Si pemburu setuju dan menyerahkan raja burung parakeet kepada baginda raja.

BURUNG PARAKEET

Baginda raja sangat senang menerima raja burung parakeet, dia membangun sebuah sangkar dari emas untuk tempat tinggal raja burung parakeet. Akan tetapi raja burung parakeet tidak merasa bahagia. Dia teringat kepada rakyatnya burung parakeet yang saat ini sudah bebas di hutan. Lalu raja burung parakeet mencari akal. Suatu hari raja burung parakeet berpura-pura mati, ketika mengetahui hal ini sang raja menjadi sangat sedih. Baginda raja lalu membuat upacara kematian yang sangat meriah bagi raja burung parakeet. Namun ketika hendak di kubur, raja burung parakeet tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia lalu terbang ke udara meninggalkan sang raja dan kembali ke hutan menemui rakyatnya. Begitulah cerita rakyat dari negeri Nanggroe Aceh Darussalam yang berjudul Raja Burung Parakeet.

BURUNG PARAKEET

SI KEPAR

Alkisah, di sebuah daerah di Kabupaten Aceh Tenggara, hiduplah seorang janda bersama dengan seorang anak laki-lakinya yang bernama Si Kepar. Ayah dan ibu si Kepar bercerai sejak si Kepar masih berusia satu tahun, sehingga ia tidak mengenal sosok ayahnya. Sebagai anak yatim, Si Kepar sering diejek oleh temanteman sepermainannya sebagai jazah (anak tak berayah). Oleh karena itu, Si Kepar ingin mengetahui siapa sebenarnya ayahnya.

Pada suatu hari, Si Kepar pun menanyakan hal itu kepada ibunya. Pada awalnya, ibunya enggan menceritakan siapa dan di mana ayah Si Kepar. Namun, akhirnya diceritakan juga setelah Si Kepar mengancam akan bunuh diri jika tidak diceritakan. Setelah jelas siapa dan di mana ayahnya, Si Kepar pun berniat untuk menemui ayahnya di atas sebuah gunung yang sangat jauh. Setelah berpamitan pada ibunya, Si Kepar pun berangkat untuk menemui ayahnya dengan perbekalan secukupnya.

SI KEPAR

Ia

berjalan

sendiri

melawati

hutan

belantara,

menyeberangi sungai dan mendaki gunung. Akhirnya, sampailah ia pada tempat yang dimaksud ibunya. Dari kejauhan, tampaklah seorang laki-laki setengah baya yang sedang menyiangi rumput di tengah-tengah ladangnya. Si Kepar pun segera menghampiri dan menyapanya.

Selamat siang, Pak!. Siang juga, Nak! jawab Bapak itu. Kamu siapa dan dari mana asalmu? tanya pula Bapak itu. Saya Si Kepar. Berasal dari Tanah Alas, jawab Si Kepar. Tanah Alas? ucap Bapak itu. Ia tersentak kaget mendengar jawaban Si Kepar. Kenapa Bapak kaget mendengar nama itu? tanya Si Kepar. Oh tidak, Nak! Tidak ada apa-apa, jawab Bapak itu. Apa yang membawa kamu ke sini, Par? tanya balik bapak itu.

SI KEPAR

Si Kepar pun menceritakan maksud kedatanganya, namun ia tidak menceritakan kalau ibunya masih hidup. Setelah mendengar cerita si Kepar, tahulah Bapak itu bahwa Si Kepar adalah anaknya.

Sejak itu, Si Kepar mulai silih berganti tinggal bersama ayah atau ibunya. Dalam seminggu, terkadang Si Kepar tidur tiga malam di tempat ayahnya, baru kembali ke tempat ibunya. Si Kepar tidak pernah menceritakan kepada ibunya kalau ia tidur di tempat ayahnya. Bahkan, ia mengatakan kepada ibunya, bahwa ayahnya telah meninggal dunia. Semua hal ini dilakukan oleh Si Kepar, karena ia ingin kedua orang tuanya menyatu kembali agar tidak lagi diejek oleh teman-temannya sebagai jazah. Segala daya dan upaya dilakukannya agar keinginannya dapat tercapai, walaupun ia harus berbohong kepada kedua orang tuanya. Setelah berdoa sehari-semalam, Si Kepar mendapat petunjuk dari Yang Mahakuasa. Petunjuk itu adalah menyatakan kehendaknya kepada ibunya untuk memiliki ayah tiri. Harapan ini juga disampaikan kepada ayahnya untuk memiliki ibu tiri. Pada suatu malam, Si Kepar menyampaikan harapannya itu kepada ibunya.

SI KEPAR

Bu, sebenarnya Kepar kasihan melihat ibu yang setiap hari bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan kita. Jika ibu ingin menikah lagi, Kepar tidak keberatan memiliki ayah tiri. Mendengar perkataan Kepar itu, ibunya termenung sejenak, lalu berkata, Benarkah kamu tidak keberatan, Par?

Tidak, Bu! Kepar sangat senang jika memiliki ayah lagi, agar teman-teman Kepar tidak akan lagi mengejek Kepar sebagai jazah, Kepar menjelaskan alasan sebenarnya ingin memiliki ayah lagi. Tapi..., siapa lagi yang mau menikah dengan ibu yang sudah tua ini, kata ibu Kepar merendah. Ibu tidak perlu khawatir. Serahkan saja masalah itu kepada Kepar, jawab Kepar dengan perasaan lega, karena jawaban ibunya menandakan bersedia menikah lagi. Keesokan harinya, Kepar kemudian pergi ke gunung menemui ayahnya untuk menyampaikan harapan yang sama.

SI KEPAR

10

Ayah! Bolehkah Kepar meminta sesuatu kepada, Ayah? tanya Kepar kepada ayahnya. Apakah itu, Anakku! jawab ayah Kepar penasaran. Sebenarnya Kepar merasa kasihan melihat ayah yang setiap hari harus bekerja di ladang dan memasak sendiri. Jika ayah tidak keberatan, Kepar akan mencarikan seorang perempuan yang pantas untuk mendampingi ayah, kata Kepar kepada ayahnya. Siapa lagi yang mau dengan ayah yang sudah tua ini? jawab ayah Kepar tersenyum. Tenang, Ayah! Masih banyak janda-janda yang sebaya dan pantas untuk ayah di Tanah Alas, kata Kepar kepada ayahnya memberi harapan. Ah, yang benar saja, Par! jawab ayah Kepar dengan santainya.

Mendengar jawaban itu, Kepar pun tahu kalau ayahnya bersedia menikah lagi. Akhirnya, kedua orang tuanya menyetujui harapan Si Kepar. Namun, mereka belum mengetahui siapa jodohnya yang oleh mereka sama-sama telah menyerahkan masalah itu kepada Si

SI KEPAR

11

Kepar. Setelah itu, Kepar pun mulai mengatur taktik dan strategi untuk mempertemukan kedua orang tuanya yang semula beranggapan bahwa pasangan mereka sudah meninggal sebagaimana keterangan Si Kepar. Si Kepar mempertemukan mereka di sebuah dusun yang berada di lereng gunung, tidak jauh dari tempat tinggal ayahnya. Pertemuan ini tidak dilakukan di Tanah Alas, agar ayahnya tidak teringat dengan tempat itu, dimana dulu ia pernah tinggal di sana selama puluhan tahun.

Akhirnya, berkat usaha Kepar, kedua orang tuanya bersatu kembali. Mereka berdua hidup harmonis seperti sedia kala. Melihat keadaan itu, kini saatnya Si Kepar menceritakan keadaan yang sebenarnya, bahwa

perempuan yang dinikahi ayahnya itu adalah istrinya sendiri yang dulu pernah ia nikahi. Demikian sebaliknya, laki-laki yang menikahi ibunya itu adalah suaminya sendiri yang dulu pernah menikahinya. Setelah mendengar keterangan dari Si Kepar tersebut, tahulah keduanya (ayah dan ibu Kepar) keadaan yang sebenarnya. Meskipun

SI KEPAR

12

keduanya telah dibohongi oleh anaknya, keduanya tidak marah. Keduanya saling memaafkan atas kesalahan masing-masing yang menyebabkan mereka bercerai.

Mereka juga berterima kasih kepada Si Kepar, karena telah menyatukan mereka kembali. Si Kepar pun sangat senang menyambut kehadiran ayahnya di tengah-tengah keluarganya. Akhirnya, mereka bertiga hidup dalam sebuah keluarga yang rukun, damai dan penuh

kebahagiaan. Sejak itu pula, Si Kepar tidak pernah lagi diejek oleh teman-temannya sebagai jazah.

Sumber: http://dongengshanty.blogspot.com

SI KEPAR

13

Asal Usul Tari Guel Aceh

Cerita Rakyat: Asal Usul Tari Guel Aceh Tersebutlah dua

bersaudara putra Sultan Johor, Malaysia. Mereka adalah Muria dan Sengede. Suatu hari, kakak beradik itu menggembala itik di tepi laut sambil bermain layang-layang. Tiba-tiba datang badai dahsyat sehingga benang layang-layang mereka pun putus. Sekuat tenaga mereka mengejar layang-layang tersebut. Mereka lupa bahwa pada saat itu mereka sedang menggembala itik, hingga itiknya pun pergi entah ke mana. Setelah gagal menemukan layang-layang mereka, barulah mereka teringat akan itik-itik mereka. Tetapi malang, itik-itik itu tak lagi nampak. Mereka pun pulang dengan ketakutan akan mendapat marah dari orangtua mereka.

ASAL USUL TARI GUEL ACEH

14

Benar juga apa yang mereka pikirkan. Setiba di rumah, mereka dimarahi ayah mereka. Mereka juga disuruh mencari itik-itik itu, dan tak diizinkan kembali sebelum itik-itik yang hilang itu ditemukan kembali. Berhari-hari bahkan berbulan-bulan mereka

berjalan mencari itik mereka, tapi tak membawa hasil hingga akhirnya mereka tiba di Kampung Serule. Dengan tubuh yang lunglai dan mereka tertidur menuju lelap. ke Pagi sebuah harinya

meunasah/langgar

mereka ditemukan oleh orang kampung dan dibawa menghadap ke istana Raja Serule. Di luar dugaan, mereka malah diangkat anak oleh baginda raja. Beberapa waktu berlalu, rakyat Serule hidup

makmur, aman, dan sentosa. Hal ini dikarenakan oleh kesaktian kedua anak tersebut. Kemakmuran rakyat Serule itu membuat Raja Linge iri dan gusar, sehingga mengancam akan membunuh kedua anak tersebut. Malang bagi Muria, ia berhasil dibunuh dan dimakamkan di tepi Sungai Samarkilang, Aceh Tenggara. Pada suatu saat, raja-raja kecil berkumpul di istana Sultan Aceh di Kutaraja. Raja-raja kecil itu

ASAL USUL TARI GUEL ACEH

15

mempersembahkan cap usur, semacam upeti kepada Sultan Aceh. Saat itu, Cik Serule datang bersama Sangede. Saat itu, Raja Linge juga hadir. Saat Raja Serule masuk ke istana, Sangede menunggu di halaman istana. Sambil menunggu ayah angkatnya, Sangede

menggambar seekor gajah yang berwarna putih. Rupanya lukisan Sangede ini menarik perhatian Putri Sultan yang kemudian meminta Sultan mencarikan seekor gajah putih seperti yang digambar oleh Sangede. Sangede kemudian menceritakan bahwa gajah putih itu berada di daerah Gayo, padahal dia sebenarnya belum pernah melihatnya. Maka, saat itu juga Sultan memerintahkan Raja Serule dan Raja Linge untuk menangkap gajah putih tersebut guna dipersembahkan kepada Sultan. Raja Serule dan Raja Linge benar-benar kebingungan, bagaimana mungkin mencari sesuatu yang belum pernah dilihatnya. Sangede menyesal karena bercerita bahwa gajah putih itu ada di Gayo hingga ayah angkatnya mendapat tugas mencarinya. Dalam kebingungan itu, suatu malam

ASAL USUL TARI GUEL ACEH

16

Sangede

bermimpi bahwa

bertemu gajah

dengan putih itu

Muria berada

yang di

memberitahu

Samarkilang, dan sebenarnya gajah putih itu adalah dirinya yang menjelma saat dibunuh oleh Raja Linge. Pagi harinya, Sangede dan Raja Serule yang

bergelar Muyang Kaya pergi ke Samarkilang seperti perintah dalam mimpi Sangede. Benar juga, setelah beberapa saat mencari, mereka berdua menemukan gajah putih itu sedang berkubang di pinggiran sungai. Sangede dan Raja Serule Muyang Kaya kemudian dengan hati-hati mengenakan tali di tubuh gajah yang nampak penurut itu. Tetapi saat akan dihela, gajah putih itu lari sekuat tenaga. Raja Serule dan Sangede tak mampu menahannya. Mereka hanya bisa mengejarnya hingga suatu saat gajah itu berhenti di dekat kuburan Muria di Samarkilang. Anehnya, sebongkah Sangede gajah Tak putih itu berhenti sedikit pun seperti meski

batu. dan

bergerak Serule

Raja

mencoba

menghelanya.

Berbagai cara dicoba oleh Sangede agar gajah putih itu

ASAL USUL TARI GUEL ACEH

17

mau beranjak dan menuruti perintahnya untuk diajak pergi ke istana Kutaraja. Tetapi, semuanya sia-sia. Sangede kehabisan akal. Akhirnya, dia bernyanyinyanyi untuk menarik perhatian gajah putih. Sambil bernyanyi, Sangede meliuk-liukkan tubuhnya. Raja Serule ikut-ikutan menari bersama Sangede di depan gajah putih agar mau bangkit dan menuruti perintahnya. Di luar dugaan, gajah putih itu tertarik juga oleh gerakangerakan Sangede, dan kemudian bangkit. Sangede terus menari sambil berjalan agar gajah itu mengikuti

langkahnya. Akhirnya, gajah itu pun mengikuti Sangede yang terus menari hingga ke istana. Tarian itu disebutnya tarian Guel hingga sekarang. Sangede menyadari bahwa sesuatu ajakan kepada seseorang atau kepada binatang tidaklah harus dengan cara yang kasar. Dengan sebuah tarian pun akhirnya gajah putih itu menuruti ajakannya.

ASAL USUL TARI GUEL ACEH

18

MENTIKO BETUAH

Konon,

pada

zaman

dahulu di negeri Semeulue, tersebutlah seorang raja yang kaya-raya. Raja itu sangat disenangi oleh karena

rakyatnya,

kedermawanannya. Namun, ia tidak memiliki anak setelah sepuluh tahun menikah dengan permaisurinya. Oleh karena sudah tidak tahan lagi ingin punya keturunan, Raja itu pun pergi bersama permaisurinya ke hulu sungai yang airnya sangat dingin untuk berlimau dan bernazar, agar dikaruniai seorang anak yang kelak akan mewarisi tahta kerajaan.

Tempat yang akan dituju itu berada sangat jauh dari keramaian. Untuk menuju ke sana, mereka harus menyusuri hutan belantara, menyeberangi sungai-sungai, serta mendaki dan menuruni gunung. Mereka pun

berangkat dengan membawa bekal secukupnya. Setiba

MENTIKO BETUAH

19

kedua suami-istri di sana, mereka mulai melaksanakan maksud dari kedatangan mereka. Setelah sehari-semalam berlimau dan bernazar, mereka pun kembali ke istana.

Setelah menunggu berhari-hari dan bermingguminggu, akhirnya doa mereka terkabul. Permaisuri

diketahui telah mengandung satu bulan. Delapan bulan kemudian, Permaisuri pun melahirkan seorang anak lakilaki, dan diberinya nama Rohib. Raja sangat gembira menyambut kelahiran putranya itu, yang selama ini diidam-idamkannya. Raja kemudian memukul beduk untuk memberitahukan berkumpul di kepada pendopo seluruh istana. rakyatnya Selanjutnya, agar Raja

menyampaikan bahwa ia hendak mengadakan selamatan sebagai tanda syukur atas rahmat Tuhan yang telah menganugerahinya anak. Keesokan harinya, selamatan pun dilangsungkan sangat meriah dengan berbagai macam pertunjukan.

Raja dan permaisuri mendidik dan membesarkan putra mereka dengan penuh kasih sayang. Mereka sangat

MENTIKO BETUAH

20

memanjakannya, sehingga anak itu tumbuh menjadi anak yang sangat manja. Waktu terus berlalu, Rohib pun bertambah besar. Rohib kemudian dikirim oleh orang tuanya ke kota untuk belajar di sebuah perguruan. Sebelum berangkat, Rohib mendapat pesan dari ayahnya agar belajar dengan tekun. Setelah itu, ia pun

berpamitan kepada orang tuanya. Sudah beberapa tahun Rohib belajar, Rohib belum juga mampu menyelesaikana pelajarannya karena sudah terbiasa manja. Ayahnya menjadi sangat marah kepadanya, bahkan ingin

menghukumnya, ketika ia kembali ke istana.

Hai, Rohib! Anak macam apa kamu! Dasar anak keras kepala! Sudah tidak mau mendengar nasihat orang tua. Pengawal! Gantung anak ini sampai mati! perintah sang Raja. Mendengar perintah suaminya kepada pengawal, Permaisuri pun segera bersujud di hadapan suaminya.

Ampun, Kakanda! Rohib adalah anak kita satu-satunya. Adinda mohon, Rohib jangan dihukum mati. Berilah ia

MENTIKO BETUAH

21

hukuman lainnya! pinta sang Permaisuri kepada suaminya.

Tapi, Kanda sudah muak melihat muka anak ini! jawab sang Raja dengan geramnya.

Bagaimana kalau kita usir saja dia dari istana ini? Tapi dengan syarat, Kakanda bersedia memberinya uang sebagai modal untuk berdagang, usul sang Permaisuri.

Baiklah, Dinda! Usulan Dinda aku terima. Tapi dengan syarat, uang yang aku berikan kepada Rohib tidak boleh ia habiskan kecuali untuk berdagang, jawab sang Raja.

Bagaimana pendapatmu, Anakku? Permaisuri balik bertanya kepada Rohib.

Baiklah, Bunda! Rohib bersediah memenuhi syarat itu. Terima kasih, Bunda! jawab Rohib.

Jika kamu melanggar lagi, maka tidak ada ampun bagimu,

MENTIKO BETUAH

22

Rohib! tambah Raja menegaskan kepada putranya itu.

Setelah itu, Rohib berpamitan kepada orang tuanya untuk pergi berdagang. Ia pergi dari satu kampung ke kampung dengan menyusuri hutan belantara. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan anak-anak kampung yang sedang menembak burung dengan ketapel.

Wahai, Saudara-saudaraku! Janganlah kalian menganiaya burung itu, karena burung itu tidak berdosa. tegur si Rohib kepada anak-anak itu.

Hei, kamu siapa? Berani-beraninya kamu melarang kami, bantah salah seorang dari anak-anak kampung itu.

Jika kalian berhenti menembaki burung itu, aku akan memberi kalian uang, tawar Rohib.

Anak-anak kampung itu menerima tawaran Rohib.

MENTIKO BETUAH

23

Setelah memberikan uang kepada mereka, Rohib pun melanjutkan perjalanannya. Belum jauh berjalan, ia menemukan lagi orang-orang memukuli seekor ular. Rohib kampung yang sedang tidak tega melihat

perbuatan mereka tersebut. Ia kemudian memberikan uang kepada orang-orang tersebut agar berhenti

menganiaya ular itu. Setelah itu, ia melanjutkan lagi perjalanannya menyusuri hutan lebat menuju ke sebuah perkampungan. Demikian seterusnya, selama dalam perjalanannya, ia selalu memberi uang kepada orang-orang yang

menganiaya binatang, sehingga tanpa disadarinya uang yang seharusnya dijadikan modal berdagang sudah habis. Setelah sadar, ia pun mulai gelisah dan berpikir bagaimana jika ia pulang ke istana. Tentu ayahnya akan sangat marah dan akan menghukumnya. Apalagi ia telah dua kali melakukan kesalahan besar, pasti ayahnya tidak akan mengampuninya lagi. Oleh karena kelelahan seharian berjalan, ia pun memutuskan untuk beristirahat di bawah sebuah pohon yang rindang. Ia kemudian duduk di atas sebuah batu besar yang ada di bawah pohon itu sambil

MENTIKO BETUAH

24

menangis tersedu-sedu. Pada saat itu, tiba-tiba seekor ular besar mendekatinya. Rohib sangat ketakutan,

mengira dirinya akan dimangsa ular itu.

Jangan takut, Anak muda! Saya tidak akan memakanmu, kata ular itu. Melihat ular itu dapat berbicara, rasa takut Rohib pun mulai hilang.

Hai, Ular besar! Kamu siapa? Kenapa kamu bisa berbicara? tanya si Rohib mulai akrab.

Aku adalah Raja Ular di hutan ini, jawab ular itu.

Kamu sendiri siapa? Kenapa kamu bersedih? ular itu balik bertanya kepada si Rohib.

Aku adalah si Rohib, jawab Rohib, lalu menceritakan semua masalahnya dan semua kejadian yang telah dialami selama dalam perjalanannya.

Kamu adalah anak yang baik, Hib, kata Ular itu dengan

MENTIKO BETUAH

25

akrabnya.

Karena kamu telah melindungi hewan-hewan di hutan ini dari orang-orang kampung yang menganiayanya, aku akan memberimu hadiah sebagai tanda terima kasihku, tambah ular itu lalu kemudian mengeluarkan sesuatu dari mulutnya.

Benda apa itu? tanya si Rohib penasaran.

Benda itu adalah benda yang sangat ajaib. Apapun yang kamu minta, pasti akan dikabulkan. Namanya Mentiko Betuah, jelas Ular itu, lalu pergi meninggalkan si Rohib.

Sementara

itu,

Rohib

masih

asyik

mengamati

Mentiko Betuah itu. Waw, hebat sekali benda ini. Berarti benda ini bisa menolongku dari kemurkaan ayah, gumam Rohib dengan perasaan gembira. Berbekal

Mentiko Betuah itu, Rohib memberanikan diri kembali ke istana untuk menghadap kepada ayahnya. Namun, sebelum sampai di istana, terlebih dahulu ia memohon kepada

MENTIKO BETUAH

26

Mentiko Betuah agar memberinya uang yang banyak untuk menggantikan modalnya yang telah dibagi-bagikan kepada orang-orang kampung, dan keuntungan dari hasil dagangannya. Ayahnya pun sangat senang menyambut putranya yang telah membawa uang yang banyak dari hasil dagangannya. Akhirnya, Rohib diterima

kembali oleh ayahnya dan terbebas dari ancaman hukuman mati. Semua itu berkat pertolongan Mentiko Betuah, pemberian ular itu.

Setelah itu, Rohib berpikir bagaimana cara untuk menyimpan Mentiko Betuah itu agar tidak hilang. Suatu hari, ia menemukan sebuah cara, yaitu ia hendak menempanya menjadi sebuah cincin. Lalu dibawanya Mentiko Betuah itu kepada seorang tukang emas. Namun tanpa disangkanya, tukang emas itu menipunya dengan membawa lari benda itu. Oleh karena Rohib sudah bersahabat dengan hewan-hewan, ia pun meminta

bantuan kepada mereka. Tikus, kucing dan anjing pun bersedia menolongnya. Anjing dengan indera

penciumannya, berhasil menemukan jejak si tukang emas,

MENTIKO BETUAH

27

yang telah melarikan diri ke seberang sungai. Kini, giliran si Kucing dan si Tikus untuk mencari cara bagaimana cara mengambil cincin itu yang disimpan di dalam mulut tukang emas. Pada tengah malam, si Tikus memasukkan ekornya ke dalam lubang hidung si Tukang Emas yang sedang tertidur. Tak berapa lama, Tukang Emas itu bersin, sehingga Mentiko Betuah terlempar keluar dari mulutnya. Pada saat itulah, si Tikus segera mengambil benda itu. Namun, ketika Mentiko Betuah akan dikembalikan kepada Rohib, si Tikus menipu kedua temannya dengan mengatakan bahwa Mentiko Betuah terjatuh ke dalam sungai. Padahal sebenarnya benda itu ada di dalam mulutnya. Pada saat kedua temannya mencari benda itu ke dasar sungai, ia segera menghadap kepada si Rohib. Dengan demikian, si Tikuslah yang dianggap sebagai pahlawan dalam hal ini. Sementara, si Kucing dan si Anjing merasa sangat bersalah, karena tidak berhasil membawa Mentiko Betuah. Ketika diketahui bahwa si Rohib telah menemukan Mentiko Betuahnya, yang dibawa oleh si Tikus, maka tahulah si Kucing dan si Anjing bahwa si Tikus telah melakukan kelicikan.

MENTIKO BETUAH

28

Menurut masyarakat setempat, bahwa berawal dari cerita inilah mengapa tikus sangat dibenci oleh anjing dan kucing hingga saat ini.

MENTIKO BETUAH

29

TUJUH ANAK LELAKI

Alkisah,

di

sebuah

kampung di daerah Nanggroe Aceh sepasang Darussalam, suami-istri ada yang

mempunyai tujuh orang anak laki-laki yang masih kecil. Anak berumur yang paling tua tahun,

sepuluh

sedangkan yang paling bungsu berumur dua tahun. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, sepasang suami-istri itu menanam sayur-sayuran untuk dimakan sehari-hari dan sisanya dijual ke pasar. Meskipun serba pas-pasan, kehidupan tenteram. Pada suatu waktu, kampung mereka dilanda musim kemarau yang berkepanjangan. Semua tumbuhan mati karena kekeringan. makanan. Penduduk kampung pun mulai mereka mereka senantiasa rukun, damai, dan

kekurangan

Persediaan

makanan

semakin hari semakin menipis, sementara musim kemarau

TUJUH ANAK LELAKI

30

tak kunjung usai. Akhirnya, seluruh penduduk kampung menderita kelaparan, termasuk keluarga sepasang suamiistri bersama tujuh oranganaknyaitu.

Melihat keadaan tersebut, sepasang suami-istri tersebut menjadi panik. Tanaman sayuran yang selama ini menjadi sumber penghidupan mereka tidak lagi tumbuh.

Sementara mereka tidak mempunyai pekerjaan lain kecuali menanam sayur-sayuran di kebun. Mereka sudah berpikir keras mencari jalan keluar dari kesulitan tersebut, namun tidak menemukan jawabannya. Akhirnya, mereka bersepakat hendak membuang ketujuh anak mereka ke sebuah hutan yang letaknya jauh dari perkampungan. Pada suatu malam, saat ketujuh anaknya sedang tertidur pulas, keduanya bermusyawarah untuk mencari cara membuang ketujuh anak mereka.

Bang! Bagaimana caranya agar tidak ketahuan anakanak? tanya sang Istri bingung. Besok pagi anak-anak kita ajak pergi mencari kayu bakar ke sebuah hutan yang letaknya cukup jauh. Pada saat

TUJUH ANAK LELAKI

31

mereka beristirahat makan siang, kita berpura-pura mencari air minum di sungai, jelas sang Suami. Baik, Bang! sahut sang Istri sepakat.

Tanpa mereka sadari, rupanya anak ketiga mereka yang pada waktu itu belum tidur mendengar semua pembicaraan mereka. Keesokan harinya, sepasang suami-istri itu mengajak ketujuh putranya ke hutan untuk mencari kayu bakar. Sesampainya di hutan yang terdekat, sang Ayah berkata kepada mereka: Anak-anakku semua! Sebaiknya kita cari hutan yang luas dan banyak pohonnya, supaya kita bisa mendapatkan kayu bakar yang lebih banyak lagi, ujar sang Ayah. Baik, Ayah! jawab ketujuh anak lelaki itu serentak. Setelah berjalan jauh, sampailah mereka di sebuah hutan yang amat luas. Alangkah gembiranya mereka, karena di hutan itu terdapat banyak kayu bakar. Mereka pun segera mengumpulkan kayu bakar yang banyak

berserakan. Ketika hari menjelang siang, sang Ibu pun

TUJUH ANAK LELAKI

32

mengajak ketujuh anaknya untuk beristirahat melepas lelah setelah hamper setengah hari bekerja. Pada saat itulah, sepasang suami istri itu hendak mulai menjalankan recananya ingin meninggalkan ketujuh anak mereka di tengah hutan itu.

Wahai anak-anakku! Kalian semua beristirahatlah di sini dulu. Aku dan ibu kalian ingin mencari sungai di sekitar hutan ini, karena persediaan air minum kita sudah habis, ujar sang Ayah. Baik, Ayah! jawab ketujuh anak itu serentak. Jangan lama-lama ya, Ayah... Ibu...! sahut si Bungsu. Iya, Anakku! jawab sang Ibu lalu pergi mengikuti suaminya.

Sementara itu, setelah menunggu beberapa lama dan kedua orangtua mereka belum juga kembali, ketujuh anak itu mulai gelisah. Mereka cemas kalau-kalau kedua orangtua mereka mendapat musibah. Akhirnya, si sulung pun mengajak keenam adiknya untuk pergi menyusul

TUJUH ANAK LELAKI

33

kedua orangtua mereka. Namun, sebelum meninggalkan tempat itu, anak ketiga tiba-tiba angkat bicara.

Abang! Tidak ada gunanya kita menyusul ayah dan ibu. Mereka sudah pergi meninggalkan kita semua, kata anak ketiga. Apa maksudmu, Dik? tanya si Sulung. Tadi malam, saat kalian sudah tertidur nyenyak, aku mendengar pembicaraan ayah dan ibu. Mereka sengaja meninggalkan kita di tengah hutan ini, karena mereka sudah tidak sanggup lagi menghidupi kita semua akibat kemarau panjang, jelas anak ketiga. Kenapa hal ini baru kamu ceritakan kepada kami? tanya anak kedua. Aku takut ayah dan ibu murka kepadaku, Bang, jawab anak ketiga. Akhirnya ketujuh anak itu tidak jadi pergi menyusul kedua orangtuanya, apalagi hari sudah mulai gelap. Mereka pun segera mencari tempat perlindungan dari udara malam. Untungnya, tidak jauh dari tempat mereka berada, ada sebuah pohon besar yang batangnya

TUJUH ANAK LELAKI

34

berlubang seperti gua. Mereka pun beristirahat dan tidur di dalam lubang kayu itu hingga pagi hari.

Bang! Apa yang harus kita lakukan sekarang? Ke mana kita harus pergi? tanya si anak kedua. Kalian tunggu di sini! Aku akan memanjat sebuah pohon yang tinggi. Barangkali dari atas pohon itu aku dapat melihat kepulan asap. Jika ada, itu pertanda bahwa di sana ada perkampungan, kata si Sulung. Ternyata benar, ketika berada di atas pohon, si Sulung melihat ada kepulan asap dari kejauhan. Ia pun segera turun dari pohon dan mengajak keenam adiknya menuju ke arah kepulan asap tersebut. Setelah berjalan jauh, akhirnya sampailah mereka di sebuah

perkampungan. Alangkah terkejutnya mereka ketika melihat sebuah rumah yang sangat besar berdiri tegak di pinggir kampung. Hei lihatlah! Besar sekali rumah itu, seru anak keempat. Waaahhh... jangan-jangan itu rumah raksasa, sahut anak keenam.

TUJUH ANAK LELAKI

35

Baru saja kata-kata itu terlepas dari mulutnya, tibatiba terdengar suara keras dari dalam rumah itu meminta mereka masuk ke dalam rumah. Beberapa saat kemudian, penghuni rumah itu pun keluar. Rupanya, dia adalah raksasa betina.

Hei, anak manusia! Kalian siapa? tanya Raksasa Betina itu. Kami tersesat, Tuan Raksasa! Orang tua kami

meninggalkan kami di tengah hutan, jawab si Sulung. Mendengar keterangan itu, tiba-tiba si Raksasa Betina merasa iba kepada mereka. Ia pun segera mengajak mereka masuk ke dalam rumahnya, lalu menghidangkan makanan dan minuman kepada mereka. Oleh karena sudah kelaparan, ketujuh anak itu menyantap makanan tersebut dengan lahapnya.

Habiskan cepat makanan itu, lalu naik ke atas loteng! Kalau tidak, kalian akan dimakan oleh suamiku. Tidak lama lagi ia datang dari berburu, ujar Raksasa Betina. Oleh karena takut dimakan oleh Raksasa Jantan, mereka pun segera menghabiskan makanannya lalu bergegas naik

TUJUH ANAK LELAKI

36

ke atas loteng untuk bersembunyi. Tidak lama kemudian, Raksasa Jantan pun pulang dari berburu. Ketika membuka pintu rumahnya, tiba-tiba ia mencium bau makanan enak.

Waaahhh... sedapnya! ucap raksasa jantan sambil menghirup bau sedap itu. Bu! Sepertinya ada makanan enak di rumah ini. Aku mencium bau manusia. Di mana kamu simpan mereka? tanya Raksasa Jantan kepada istrinya. Aku menyimpan mereka di atas loteng. Tapi mereka masih kecil-kecil. Biarlah kita tunggu mereka sampai agak besar supaya enak dimakan, jawab Raksasa Betina.

Si Raksasa Jantan pun menuruti perkataan istrinya. Selamatlah ketujuh anak itu dari ancaman Raksasa Jantan. Keesokan harinya, ketika si Raksasa Jantan kembali berburu binatang ke hutan, si Raksasa Betina pun segera menyuruh ketujuh anak lelaki itu pergi. Namun, sebelum mereka pergi, ia membekali mereka makanan seperlunya selama dalam perjalanan. Bahkan, si Raksasa Betina yang baik itu membekali mereka dengan emas dan

TUJUH ANAK LELAKI

37

intan. Bawalah emas dan intan ini, semoga bermanfaat untuk masa depan kalian, kata Raksasa Betina.

Terima kasih, Raksasa Jantan! Tuan memang raksasa yang baik hati, ucap si Sulung seraya berpamitan. Setelah berjalan jauh menyusuri hutan lebat, menaiki dan menuruni gunung, akhirnya tibalah mereka di tepi pantai. Mereka pun segera membuat perahu kecil lalu berlayar mengarungi lautan luas. Setelah beberapa lama berlayar, tibalah mereka di sebuah negeri yang

diperintah oleh seorang raja yang adil dan bijaksana. Di negeri itu mereka menjual semua emas dan intan pemberian raksasa kepada seorang saudagar kaya. Hasil penjualan tersebut, mereka gunakan untuk membeli tanah perkebunan. Masing-masing mendapat tanah perkebunan yang cukup luas. Ketujuh bersaudara itu sangat rajin bekerja dan senantiasa saling membantu. Beberapa tahun kemudian, mereka pun telah dewasa. Berkat kerja keras selama bertahun-tahun, akhirnya mereka memiliki harta kekayaan yang banyak. Kemudian masing-masing dari mereka membuat rumah yang cukup

TUJUH ANAK LELAKI

38

bagus. Ketujuh lelaki itu pun hidup damai, tenteram dan sejahtera. Pada suatu hari, si Bungsu tiba-tiba teringat dan merindukan kedua orangtuanya. Ia pun segera

mengundang keenam kakaknya datang ke rumahnya untuk bersama-sama pergi mencari kedua orangtua mereka. Maafkan aku, Kakakku semua! Aku mengundang kalian ke sini, karena ingin mengajak kalian untuk pergi mencari ayah dan ibu. Aku sangat merindukan mereka, dan aku yakin, mereka pasti masih hidup, ungkap si Bungsu kepada saudara-saudaranya. Iya, Adikku! Kami juga merasakannya seperti itu. Kami sangat rindu kepada ayah dan ibu yang telah melahirkan kita semua, tambah anak keenam. Baiklah kalau begitu! Besok pagi kita bersama-sama pergi mencari mereka. Apakah kalian setuju? tanya si Sulung. Setuju! Keesokan jawab keenam adiknya serentak. orang

harinya,

berangkatlah

ketujuh

bersaudara itu mencari kedua orangtua mereka. Setelah berlayar mengarungi lautan luas, tibalah mereka di

TUJUH ANAK LELAKI

39

sebuah pulau. Di pulau itu, mereka berjalan dari satu kampung ke kampung lain. Sudah puluhan kampung mereka datangi, namun belum juga menemukannya. Hingga pada suatu hari, mereka pun menemukan kedua orangtua mereka di sebuah kampung dalam keadaan menderita. Ketujuh orang bersaudara itu sangat sedih melihat kondisi kedua orangtua mereka. Akhirnya,

mereka membawa orangtua mereka ke tempat tinggal mereka untuk hidup dan tinggal bersama di rumah yang bagus. Sejak itu, kedua orangtua itu berkumpul kembali dan hidup bersama dengan ketujuh orang anaknya. Mereka senantiasa menyibukkan diri beribadah kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Segala keperluannya sudah dipenuhi oleh ketujuh orang anaknya yang sudah cukup kaya. Sumber: http://dongengshanty.blogspot.com

TUJUH ANAK LELAKI

40

Beungong Meulu dan Beungong Peukeun

Pada zaman dahulu kala, di sebuah negeri di Aceh, hidup dua orang kakak-beradik yang bernama Beungong Meulu

dan Beungong Peukeun. Kedua orangtua mereka telah meninggal dunia. Tiap hari Beungong Peukeun mencari udang di danau. Suatu hari Beungong Peukun tidak mendapat seekor udang pun. Saat hendak pulang, dia melihat sebuah benda yang menarik hatinya. Ternyata benda itu sebutir telur. Sesampainya di rumah, direbusnya telur tadi dan dimakannya. Sungguh aneh, keesokan harinya Beungong Peukeun merasa sangat haus. Bukan hanya itu, tubuhnya pun semakin panjang dan bersisik. Akhirnya, suatu pagi saat bangun dari tidurnya Beungong Peukun telah berubah menjadi seekor naga.

BUNGONG MEULU DAN BUNGONG PEUKEUN

41

Mengapa Kakak memakan telur itu? Kini kau menjadi seekor naga, kata Beungong Meulu dengan terisak menyesali perbuatan kakaknya. Keesokan harinya Beungong Peukeun mengajak adiknya meninggalkan gubuk mereka. Sebelum berangkat, Beungong Peukeun

menyuruh adiknya memetik tiga kuntum bunga di belakang gubuk mereka. Ayo, naiklah ke punggungku dan peganglah bunga itu erat-erat, jangan sampai jatuh, perintah Beungong Peukeun. Saat melewati sungai besar, Beungong Peukeun meminum airnya hingga habis. Tiba-tiba muncul seekor naga yang marah karena perbuatan Beungong Peukeun tersebut. Keduanya bertarung sengit. Saat Beungong Peukuen memenangkan pertarungan tersebut sekuntum bunga di tangan Beungong Meulu menjadi layu. Mereka pun melanjutkan perjalanan. Di tengah perjalanan mereka kembali dihadang seekor naga yang besar. Kembali terjadi pertarungan. Tiba-tiba sekuntum bunga di tangan Beungong Meulu menjadi layu. Tahulah dia bahwa sebentar lagi pertarungan akan dimenangkan Beungong Peukeun.
BUNGONG MEULU DAN BUNGONG PEUKEUN

42

Setelah

menang

bertarung,

kakak-beradik

itu

kembali melanjutkan perjalanan menyeberangi lautan. Rupanya di tengah perjalanan menyeberangi lautan tersebut, Beungong Peukeun kembali diserang seekor naga. Kali ini naga yang sangat besar. Saat bunga di tangan Beungong Meulu tak kunjung layu, dia mulai khawatir. Beungong Meulu semakin khawatir ketika Beungong Peukeun tampak mulai kewalahan menghadapi serangan sang Naga. Saat mengetahui dirinya akan kalah, Beungong Peukeun melemparkan adiknya dari punggungnya.

Akhirnya Beungong Peukeun terbunuh oleh serangan naga yang sangat besar itu. Sementara itu, Beungong Meulu terlempar dan tersangkut di sebuah pohon milik seorang saudagar kaya yang kemudian menikahinya. Namun sayang, selama menjadi istri saudagar kaya tersebut, Beungong Meulu tak pernah bicara ataupun tersenyum. Dia selalu diam dan tampak sedih. Bahkan sampai mereka mempunyai seorang anak. Suaminya mencari akal untuk mengetahui penyebab kesedihan

BUNGONG MEULU DAN BUNGONG PEUKEUN

43

istrinya itu. Maka suatu hari suaminya berpura-pura mati sehingga anaknya menangis tersedu-sedu. O Anakku, ibu tahu bagaimana sedihnya hati bila ditinggal orang yang kita cintai. Ibu dulu kehilangan kakak ibu yang terbunuh oleh seekor naga di lautan. Bahkan hingga kini ibu tidak dapat menghilangkan rasa sedih itu. Mendengar pengakuan Beungong Meulu tersebut suaminya kemudian bangun. Akhirnya, dia mengetahui penyebab kesedihan Beungong Meulu. Keesokan harinya dia mengajak Beungong Meulu pergi ke lautan, di mana dulu Beungong Peukeun bertarung melawan naga raksasa. Saat sampai di pantai, Beungong Meulu dan suaminya melihat tulang-tulang berserakan. Beungong Meulu yakin bahwa itu tulang-tulang kakaknya. Maka, dikumpulkannya tulang-tulang tersebut kemudian suaminya membaca doa sambil memercikkan Atas air bunga Tuhan, pada tulang-tulang terjadi

tersebut.

perkenan

tiba-tiba

keajaiban. Beungong Peukeun menjelma dan berdiri di hadapan mereka. Sejak saat itu Beungong Peuken tinggal bersama adiknya dan Beungong Meulu tidak lagi membisu.

BUNGONG MEULU DAN BUNGONG PEUKEUN

44

Suatu hari, Beungong Peukun berjalan-jalan di tepi pantai. Saat itu dia melihat seekor ikan raksasa berwarna kemerahan. Dihujamkannya sebilah pedang ke tubuh ikan tersebut kemudian dicongkelnya mata ikan tersebut. Karena terlalu keras, mata ikan tersebut terpelanting jauh hingga jatuh di halaman seorang penguasa di sebuah negeri. Mata ikan tersebut kemudian berubah menjadi gunung. Sang penguasa merasa gelisah dengan adanya gunung di halamannya. Ia kemudian mengadakan sebuah sayembara. Barang siapa dapat memindahkan gunung tersebut dari halaman rumahnya, dia akan dijadikan penguasa di negeri itu dan dinikahkan dengan anaknya. Beungong Peukeun yang mendengar sayembara

tersebut segera berangkat ke sana. Begitu tiba di tempat yang dimaksud, dia segera mencongkel gunung tersebut dengan pedang saktinya. Dalam sekejap, gunung tersebut dapat dilemparkannya jauh-jauh. Sang penguasa menepati janjinya. Beungong Peukeun diberi kekuasaan memerintah negeri tersebut dan dinikahkan dengan putri

BUNGONG MEULU DAN BUNGONG PEUKEUN

45

penguasa. Demikianlah kisah tentang dua saudara ini. Akhirnya, mereka berdua hidup bahagia. Penulis: Yulia S. Setiawati

BUNGONG MEULU DAN BUNGONG PEUKEUN

46

REFERENSI

Isi cerita diadaptasi dari L.K. Ara. 1995. Cerita Rakyat dari Aceh. Jakarta: Grasindo.

Anonim. Aceh, http://id.wikipedia.org/wiki/Aceh, diakses tanggal 26 November 2008.

Tenas

Effendy.

2006.

Tunjuk

Ajar

Melayu.

Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerja sama dengan Penerbit AdiCita Karya Nusa.

47

Anda mungkin juga menyukai