Anda di halaman 1dari 7

http://www.loker4uang.

com

Dongeng ular sanca

pada jaman dahulu kala di sebuah hutan lebat terdapat seekorular sanca,
yang dikenal paling berbahya. Kalau ada perkampungan yang dilewati oleh ular
tersebut maka panduduknya akan terserang penyakit.
Di hutan itu jutga terdapat seekor ular yang tidak mempunyai bisa, yaitu
ular laki, ular tersebut sangat ingin memiliki bisa seperti ular sanca. Tapi sangat
sulit sekali untuk mendaptkannya, kartena hal itulah lalu ia meminta bantuan
seekor burung gagak putih.
“ Ya saya akan mencari jalan, mudah-mudahan bisa berhasil, kata gagak.
Saya pergi dulu kamu tunggu saja dibawah pohon ini.
Gagak pun terbang, setelah beberapa lama ia kemudian bertemu dengan
ular sanca
Gagak lalu berbicara” saya mendengar kamu sangat berbisa, sampai-
sampai bisa membunuh seriba manusia.
Yah jelas , kata sang ular sanca malahan lebih dari itu, coba saja lihat.
Ular tersebut kemudian menyemburkan bisanya ke sebuah kampung
yang paling dekat. Setelah itu semua penduduk yang ada di kampung tersebut
terkena penyakit demam.
Wah luar biasa sekali,kata gagak, seperti apa warnanya bisa itu
‘ Coba saja kamu memetik daun pulus dan daun tareptep. Nanti saya
perlihatkan
secepatnya gagak memetik daun tersebut lalu diberikan kapada sang
ular, kemudian sang ular menyemburkan bisanya..
Ketika bisa itu ada diatas daun dengan cepat gagk membawanya terbang.
Ular sanca sangat marah dan berteriak-teriak, tapi gagk tidak
memperdulikanny, kemudian ular sanca mencarinya kemana-mana di gunung,
lembah. Dan seluruh pelosok daerah.
Kebetulan gagak tiba di sebuah rumah, yang dihalamannya terdapat
seorang laki-laki yang sedang mewarnai kain dengan warna hitam
Kemudian gagak masuk kedalam bejada berisi tinta pewarna tadi setelah
itupun ia berubah warna menjadi hitam pekat
Tak lama kemudian ular itu tiba namun dia tidak mengenali gagk tersebut
karena telah berubah warna
Kemana perginya pencuri itu, yang ini bukan warnanya juga hitam dan
buruk rupa
Sang ular terus mencari-cari tapi tetap saja tidak berhasil
Gagak kemudian terbang menuju ular laki dan memberikan bisanya,
setelah itu bisa itu pun di minum, kemudian dia pergi ke laut
Ular sanca setelah tidak berhasil menemukan bisanya kemudian kembali
ke hutan.
Dari mulai saat itulah ular sanca tak memiliki bisa dan burung gagak
bmenjadi berwarna hitam
Daun pulus dan daun tareptep menjadi gatal karena digunakan sebagai
wadah bisa.

Garam
Jaman dahulu kala ada seorangraja yang memiliki tiga orang putrid,
kedua orang tuanya sangat mengasihinya, siang dan malam mereka selelu
bersama, suatu waktu sang raja ingin mengetahui anak yang mana yang palinhg
baik budi pekertinya, dan jika ada yang tidak berkenan dihatinya akan diusir
darikerajaan .
Putriku kemarilah! Kata sang raja ayahanda ingin bertanya siapai diantara
kalian yang paling saying pada ayah?
Pertama raja memeriksa anak yang paling keci, saying coba bandingkan
oleh ananda saying kamu kepada ayah seperti apa
Ayah jelas tak ada bandingannya rasa saying dan cinta ananda pada
ayah, kata putrid yang paling kecil
Ayah ingin lebih tahu persis sayang seperti apakah rasa sayangmu itu.
Ada perbandingannya tapi itu masih belum cukup kata sang putrid, rasa
sayang ananda seperti ananda menyayangi mata ananda sendiri
Bagus kata sang raja
Sekarang tinggal kamu, kata sang raja kepada anaknya yang kedua,
seperti apa rasa sayang ananda kepada ayah
Ananda menyayangi ayah seperti ananda menyayangi tangan ananda
sendiri, kata putrid yang kedua.
Sukurlah kata sang raja, sekarang kamu, kata sang raja sambil
menunujuk pada putrid yang ketiga, Seperti apakah rasa sayang ananda kepada
ayah
Saya menyayangi ayahanda seperti saya menyayangi garam kata putrid
yang ketiga
Hah seperti mengasihi garam kata raja sambil marah,mengapa kamu
sanagat berbeda dengan saudaramu yang lain apa tidak ada lagi yang lain
Ya tidak ada lagi, kata putrid yangketiga, itupun hasil pemikiran ananda
secara mendalam.
Ah kalau begitu kau bukan anakku cepatlah pergi, jangan ada di keraton
saya tidak ingin melihatmu lagoi kata raja kepada putrid yang ketiga.
Pramesuari memohon kepada raja supaya ptrinya diampuni
Raja tetap marah dia tidak menerima permintaan istrinya raja
menginginkan putrid itu diusir dari kerajaandan dibuang ke hutan
Putri itu kemudian diantar oleh utusan raja sepanjang jalan ia menangis,
akhirnya ia sampai di hutan belantara.
Di kerajaan setelah putrinya tinggal bersisa dua orang sang raja makin
sayang kepedanya
Putrinya yang di hutang sangat sengasara dia memakan apa saja yang
dia temukan, dan tidur di sela-sela kayu untuk melindungi diri dari binatang buas.
Setelah beberepa lama di hutan sang putrid kemudian menemukan
sebuah rumah tak lama kemudian ia pun mengetuk-pintu rumah tersebut,
kebetulan pemilik rumah tersebut adalah seorang putra raja yang sengsara
seperti dirinya. Kemudian sang putrid ditanya oleh pemilik rumah tersebut
mengenai asal ususlnya.
Putra dan putrid raja sudah berjanji bahwa mereka berdua tidak akan
kembali ke kerajaan
Diceritakan ayah sang putri di suatu waktu pergi ke hutan, ditengah hutan
dia tersesat kira-kira magrib sang raja tiba di tampat putrinya tinggal, kemudian
raja meminta azin kepada pemilik rumah agar dia bisa menginap di rumah
tersebut, sang putrid sanagt kenal siapa yang datang tersebut tapi dia pura-pura
tidak tahu dia kemudian menyediakan kamar tidur dan makanan
Gusti kata sang putrid, kelihatannya engkau makan tidak begitu berselera
mengapa?
Yah kata raja makananmu memang enak tapi terasa kurang garam kata
sang raja
Gusti maafkan lah hamba mudah-mudahkan engkau tidak marah,
s4emua masakan sengaja saya tidak beri garam karena saya tahu betul bahwa
raja tidak biasa makan garam
Ketika sang raja mendengar hal itu ia melihat dengan seksama putrid
yang ada di hadapannya
Ah ternya engkau putriku anaku yang hilang, anakau maafkanlah
kesalahan ayah yang dulu dari sekarang samapi hari kemudian ayah berjanji
tidak akan berbuat seperti itu lagi., besok pagi mari kita pulang ke kerajaan
Malam itu juga diadakan acara sukuran, karena kesengsaraan yang telah
lama menimpa akhirnya dibalas dengan kebahagiaan
Keesokan harinya raja pulang ke kerajaan dan segera menyiapkan pesta
untuk menggantikan raja dengan raja yang baru.

Sesudah satu tahun


Terceritakanlah Rusdi, anak yang gemuk yang dahulu, sekarang sudah
agak besar.
Setiap hari rajin sekali pergi ke sekolah. Pagi-pagi sekali ia sudah
memakai belangkon Cigado. Walau jelek tapi ganteng. Bajunya tariko, potongan
towok. Buku dan pinsil ada pada saku atas. Saku bawahnya penuh, yang
sebelah lagi diisi saputangan madras, yang satunya lagi dipenuhi perbekalan,
ada ; wajit, dodol, ulen, dan apa saja, karena mulutnya tak dapat diam.
Dahulu ketika pertama masuk, ia sering sekali diolok-olok oleh temannya.
Tapui lama-kelamaan tidak lagi, malah mereka senang sekali pada Rusdi, selain
baik juga lucu. Rusdi juga sering sekali main ke sawah, di hutan, di lapangan
atau di mana saja.
Di sekola sangat dikasihani oleh pak guru.
Bukan karena Rusdi nakal atau sering dapat hukuman, sebab ia juga
sering dapat hukuman. Ini karena anaknya saja yang lucu. Pekerjaannya jarang
tak selesai, tapi selalu beres. Belajarnya serius dan rajin, membaca ia paling
lancar, apalagi bernyanyi, membuat orang terkantuk mendengarnya. Jika guru
memberi soal hitungan, apa saja, Rusdi tidak pernah menolak.
Sekarang sudah hampir bulan puasa. Ayahnya sudah sering kali
kompromi, membicarakan soal Rusdi.
Apa ia dalam setahun harus terus sekolah di desa atau di ke
Bandungkan, disekolahkan bersama kakaknya?
Kalau kata ibu Rusdi;”Bapana! Kalau menurut saya buat apa Rusdi
sekolah jauh-jauh. Disini juga ada sekolah. Dia masih anak-anak dan nakal,
bagaimana bila celaka? Jika ada disini, mau apa juga terawasi; jadi jika ada rijki
sediktpun, dapat termakan oleh dia. Apalagi ia biasa makan banyak disini, oleh
sebab itu aku sangat khawatir, walaupun pamannya mengawasi. Dan Misnem
tidak ada temannya, jika Rusdi tidak ada, mungkin akan seperti anak piatu.”
“wah, jika begitu salah bentuk kasih saying,” kata pak Rusdi. “biarkan saja
supaya belajar mandiri, jangan selamanya ingin senang, supaya berpikir. Oleh
karena kurang dalam makannya, biar supaya belajar perih perut. Malh mungkin
ada milinya, dan mendapat pangkat yang utama.
Ibu rusdi kalah pendirian, dan akhirnya menyetujui dengan apa yang
dimaksudkan suaminya.
Kata ibu Rusdi; “jika begitu, aku setuju dan mendoakan saja, biar dimana
saja asal sehat. Dan nanti, jika ia pergi, kita harus mengantar bersama-sama.
Aku juga dan Misnem ingin tahu keramaian kota Bandung.”
Pak Rusdi mengiyakan pada istrinya. Jadi sekarang sudah ditentukan,
tahun depan tidak ada halangan lagi. Rusdi akan pindah ke Bandung, sekolah
bersama dengan kakaknya.

Samen
Murid-murid ditiap sekolah, jika sudah bulan Rewah, pekerjaannya hanya
melamun saja Samen, sebab di waktu itu pasti bertemu libur enam minggu.
Tanggalnya bulan Rewah makin lama makin besar saja, tanggal 1, 7, 14,
21, 28. tanggal 28. Kenaikan kelasnya di sekolah yang ada Rusdinya. Keesokan
harinya, anak-anak sudah menyiapkan ada yang melipat kebar, menyikat baju,
mencuci totopong dan lain-lain, untuk dipakai ke sekolah.
Waktu harinya, pagi-pagi sekali, murid-murid sudah beramai-ramai pergi
sambil berpegang-peganngan tangan.
Jam tujuh murid-murid sudah berkumpul di halaman sekolah.
Jam delapan semua duduk di bangku, menunggu komisi yang
memeriksa.
Kira-kira pukul sembilan Camat sudah datang diiringi Lurah dan pejabat
desa, kedatangan mereka kesana, langsung memeriksa kelas.
Waktu itu murid-murid ada yang menulis, membaca dan di kelas satu ada
yang menggambar.
Pengajaran di kelas satu tidak ada yang telewat diperiksa semua oleh
camat; ketika mereka melihat apa yang dihasilkan Rusdi, mereka begitu
kagetnya karena berbeda dengan yang lain.
Camat memeriksa Rusdi; “kamu adalah anak pa Lurah Pariman bukan?”
“ia betul” jawab Rusdi.
“siapa nama kamu? Aku lupa lagi,”
“Rusdi, tuan!”
“guru, bagaimana pelajaran yang lain anak ini, apa bagus juga?” kata
Camat.
“betul sekali, ia terhitung sangat bagus diantara teman-teman kelas satu
yang lain, tuan,” jawab guru.
“Rusdi, kamu bisa menggambar di papan tulis?”
“ia, saya bisa!”
“coba saya lihat,” kata Camat.
Kemudian Rusdi turun dari banggku, sambil hormat pada pak Camat
kemudian mengambil Kapur tulis.
“aku harus menggambar apa?” kata Rusdi.
“bisa mneggambar orang?”
“ia saya bisa tuan.!”
Maka Rusdi menggambar di papan tulis dan tak lama kemudian…..
“wah…., bagus sekali,” kata Camat, perutnya sangat besar, kepalanya
kecil, kaki dan tangannya bengkok.”
“gambar siapa itu, Rusdi?”
“ini gambar saya tuan!”
“oh, pantesan jika gambar kamu, sebab sama, sama gemuknya. Sudah,
duduk sana,” kata Camat.
Ketika semua kelas sudah diperiksa, kemudian Camat membaca daptar
murid-murid yang dikeluarkan dan yang dinaik kelaskan. Kemudian ia memberi
tahu seberapa lama liburan. Begini kata camat.
“anak-anak sekarang kalian mendapat jatah libur selama enam minggu,
masuk lagi tanggal sepuluh bulan syawal.
Dalam waktu libur, kalian harus menjaga badan supaya sehat, jangan
mencari penyakit, supaya nanti ketika masuk, kalian sudah sembuh dan
menerima pengajaran tahun depan.”
Setelah memberi wejangan dan pengarahan telah beres, kemudian
Camat pamitan pada guru dan mengucapkan selamat liburan. Pak camat diiringi
pak lurah pulang.
Murid-murid dan yang mengantar juga pulang.
Sepanjang jalan sangat ramai sorak sorai, karena menghadapi liburan
yang begitu lama.
Sekolahan kemudian dikunci sudah sepi dan tidak ada suara anak-anak
lagi, tidak ramai seperti biasa sebelum libur.

Anda mungkin juga menyukai