Anda di halaman 1dari 5

A.

Pengertian Cerita Rakyat


Cerita Rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang di dalam
masyarakat. Cerita rakyat berkembang secara turun temurun dan didampaikan secara lisan
sehingga cerita rakyat sering disebut dengan sastra lisan. Umumnya, cerita rakyat bersifat
anoni atau pengarang tidak dikenal. Struktur cerita Rakyat yaitu Orientasi (Pengenalan),
Komplikasi atau Insiden (Alur) Dan Resolusi/Interpretasi.

B. Ciri-Ciri Cerita Rakyat

 Disampaikan turun-temurun
 Tidak diketahui siapa yang pertama kali membuatnya
 Kaya nilai-nilai luhur
 Bersifat tradisional
 Mempunyai banyak versi dan variasi
 Memiliki bentuk klise dalam susunan atau cara pengungkapannya
 Bersifat anoni artinya nama pengarang tidak dikenal
 Berkembang dari mulut ke mulut
 Cerita rakyat disampaikan secara lisan

C. Jenis-Jenis Cerita Rakyat


1. Cerita Binatang (Fabel)

Cerita binatang (Fabel) adalah cerita yang tokoh-tokohnya berupa binatang dengan peran
seperti manusia, binatang tersebut dapat berbicara, makan, minum, berkeluarga dan lain
sebagainya. Dengan demikian, fabel tidak hanya sebagai cerita binatang, namun juga sebagai
metamorfosis kehidupan manusia. Maksud dari penggambaran melalui binatang agar kisah
atau cerita tersebut tidaksampai menyinggung orang yang mendengar atau membacanya.
Contoh fabel antara lain : Burung bangau dan seekor anjing, Singa dan Beruang dan lain
sebagainya.

Burung Bangau dan Seekor Anjing

Satu hari seekor anjing pergi mencari makanan ke suatu danau, di sana kadang-kadang
ada banyak makanan kadang-kadang juga tak sekalipun ada makanan untuk sang anjing.
Sang anjing memakai penciuman, mata serta telingannya untuk mencari makanan sampai saat
dia jalan sang anjing mencium bau anyir lantas dia ikuti arah bau itu serta sampailah dia pas
di mana bau itu berasal tetapi dia tak temukan ikan itu di tanah ataupun dekat air danau. Saat
dia lihat ke atas nyatanya seekor bangau bertengger di suatu pohon, paruhnya yang besar
tengah memegang ikan di paruhnya. Burung bangau itu tidaklah burung yang kerap
dipandang oleh sang anjing.
Sang anjing tersenyum bahagia lantaran dia sudah temukan makanan, walau makanan itu
dipegang oleh seekor burung bangau yang besar “ah saya tak perlu mencari ke tempat yang
jauh lantaran saya telah temukan makanan yang saya mencari serta makanan itu cukup untuk
membuatku kenyang. ” pikir sang anjing. Sang anjing saat ini lihat sang burung bangau yang
bertengger di pohon itu dengan penuh rasa mengagumi akan lantas sang anjing berkata
sembari berteriak dengan keras “hai burung yang indah serta cantik, kau terlihat sangatlah
indah saat bertengger di dahan itu. ” sang burung bangau melihat ke arah sang anjing dengan
memiringkan kepalanya dia memerhatikan sang anjing dengan sangatlah berprasangka buruk,
sang burung bangau terus tutup paruhnya serta tak membalas sahutan sang anjing.

“Lihatlah kakimu yang besar serta kuat itu” kata sang anjing “tubuhmu yang besar serta
warna bulumu yang cerah seperti pelangi, sayapmu yang lebar itu sangatlah cantik serta
paruhmu yang panjang itu sangatlah indah. ” bujuk sang anjing, “burung indah seperti dirimu
pasti mempunyai nada yang cukup bagus serta merdu, kau yaitu burung prima saat kau
bernyanyi dengan indah serta saya bakal memujimu semestinya sang ratu burung yang indah.
” Mendengar rayuan sang anjing yang demikian bikin suka sang burung bangau, sang burung
bangau saat ini lupa bakal rasa berprasangka buruk serta ikan besar yang dipegang oleh
mulutnya.

Sang burung bangau mau sekali disebut-sebut juga sebagai sang ratu burung serta saat ini
dia buka mulutnya serta keluarkan suara-suaranya yang cukup keras. Tak sadar sang burung
sudah menjatuhkan ikan besarnya ke dekat sang anjing.

Sang anjing sukses mengelabui sang burung, saat ikan itu jatuh ke tanah sang anjing
mencapai itu sembari berkata “Kau memanglah burung besar serta cantik, kau mempunyai
nada walau tak semerdu burung lain namun dimanakah otakmu kau menjatuhkan ikan yang
cukup besar ini, saya sangatlah berterima kasih. ” Sang anjing menggigit serta pergi dari sang
burung sembari tersenyum manis serta sang burung saat ini menyesali tindakannya

2. Cerita Asal-Usul ( Legenda )

Secara garis besar cerita asal-usul terbagi menjadi tiga jenis yaitu:
a. Cerita Asal-Usul Dunia Tumbuh-Tumbuhan
Contoh :

 Padi bermula dari Dewi Sri


 Gadung beracun karena dipanah oleh pohon jagung menggunakan anak panah yang
beracun.
 Tandan jagung berlubang karena ditombak oleh pohon gandung.
 Pohon mata lembu seperti rusak kulitnya karena melihat pertarungan antara pohon
jagung dan pohon gadung terlalu dekat.

b. Cerita Asal-Usul Binatang


Contoh :

 Sapi bergelambir karena sewaktu ia mandi bajunya tertukar dengan baju kerbau yang
besar.
 Darah ikan mas memiliki warna darah seperti darah manusia karena asal mula ikan
mas adalah manusia.

c. Cerita Asal-Usul Terjadinya Tempat


Contoh :

 Nama gunung tengger konon diambil dari sepasang suami istri yang bernama Rar
Anteng dan Joko Seger.
 Gunung Tangkuban Perahu di Bandung Utara konon berasal dari perahu milik
sangkuriang. Karena ia murka perahu itu ditendang hingga tertelungkup dan berubah
menjadi sebuah gunung yang kemudian dikenal sebagai Gunung Tangkuban Perahu.

3. Cerita Pelibur Lara

Jenis cerita ini disebut dengan pelibur lara karena memang cerita ini memiliki fungsi
untuk menghibur hati. Dalam cerita ini dikisahkan hal-hal yang indah-indah, penuh fantasi
dan impian yang menawan. Misalnya tentang kehidupan istana, keajaiban-keajaiban senjata
keramat dan sakti, putri yang cantik ataupun hal-hal lainnya yang menggambarkan keindahan
dan kebahagiaan.

Sabah Nan Aluih

Sabai Nan Aluih, adalah seorang gadis yang cantik sekali. Kecantikan Sabah Nan Aluih
terdengar sampai Raja Nan Panjang di Luhak Lima Puluh. Raja Nan Panjang pun mengirim
utusan untuk meminang Sabai Nan Aluih.

Peminangan Raja Nan Panjang ditolak oleh Raja Babanding, ayahanda Sabai Nan
Aluih karena Raja Nan Panjang adalah orang yang garang, kelakuannya buruk, usianya pun
sudah lanjut, serta mempunyai banyak isteri. Raja Nan Panjang tidak terima atas penolakan
tersebut akhirnya terjadilah perang antar mereka.

Malam harinya Sabai Nan Aluih bermimpi buruk. Karena itu ia melarang Ayahandanya
untuk pergi berperang melawan Raja Nan Panjang, tetapi Ayahandanya tidak memperdulikan
nasihat putrinya, dia lantas
bertengkar dengan Raja Nan Panjang. Saat pertikaian Raja Nan Panjang kalah, namun
temannya, Raja Nan Kongkong segera menembak Raja Babanding. Raja Babanding pun
meninggal, mayatnya lalu dibuang ke dalam semak belukar.

Seorang anak gembala menjumpai mayat Raja Babanding dan segera mengabarkan hal
ini kepada Sabai Nan Aluih. Mendengar berita itu Sabai Nan Aluih terkejut serta berlari
menjumpai ayahandanya. Sabah Nan Aluih marah sekali dan akan membalas dendam atas
kematian ayahnya.

Sabai Nan Aluih pergi menemui Raja Nan Panjang dan menembaknya. Dalam
perlawanan itu, Raja Nan Panjang pun tertembak mati oleh Sabai Nan Aluih, Narawatu, isteri
Raja Nan Panjang, diminta membawa pulang mayat suaminya.
Ceita Sabai Nan Aluih ini seolah-olah mengingatkan kepada orang tua agar jangan
hanya menyayangi anak laki-laki saja. Anak perempuan yang dianggap lemah terkadang
justru dapat menjadi anak yang pemberani dan lebih mencintai orang tuanya.

4. Cerita Jenaka

Karya sastra klasik lainnya yang cukup terkenal adalah cerita jenaka seperti Pak Belalang,
Lebai Malang. Lebai Malang menggambarkan orang yang karena keserakahannya justru
selalu tidak memperoleh apa-apa.

Pak Belalang

Pak Belalang dengan tiga anaknya hidup sangat kekurangan. Disebut Pak Belalang
karena anak tertuanya bernama Belalang. Suatu hari, ia ingin memperoleh makan. Ia
menyuruh anaknya untuk menyembunyikan kerbau. Kemudian ingin menyuruh anaknya
untuk memberitahukan kepada warga, bagi yang ingin mengetahui di mana kerbau mereka,
mereka harus bertanya kepada ayahnya, Pak Belalang. Keberhasilan Pak Belalang menebak
tempat kerbau berada membuat ia mendapat beras, padi, tembakau, dan ikan sebagai
hadiahnya. Kemudian Pak Belalang terkenal sebagai orang yang pandai bertenung (peramal).

Suatu hari, raja kehilangan tujuh peti berisi barang berharga. Pak Belalang lalu
dipanggilnya dan jika ia tidak dapat menebak maka ia akan dibunuh. Sampai di rumah, Pak
Belalang berbaring sambil menghitung roti yang dimasak isterinya. Selesai pada hitungan
ketujuh dengan takdir Allah muncullah ketujuh pencuri peti raja. Kemudian Pak Belalang
membawa ketujuh pencuri ke istana dan menyerahkannya pada raja. Atas keberhasilan itu,
Pak Belalang mendapat hadiah banyak sekali dan mendapat gelar ahli nujum dari raja.

Sekali lagi Pak Belalang diancam dengan ancaman bunuh jika ia tidak dapat menebak
apa yang ada ditangan raja. Pak Belalang tidak dapat menebaknya. Sambil mengis
mengenang anaknya yang bernama Belalang, ia pun berkata, “Matilah aku, tinggallah,
anakku, Belalang.” Dan ternyata yang digenggam raja adalah seekor belalang. Setelah itu Pak
Belalang ingin mengakhiri sandiwaranya, ia berencana akan membakar rumahnya dan
mengatakan pada raja jika surat-surat ilmunya juga terbakar. Sehingga raja tidak akan
mengejarnya untuk menebak-nebak lagi. Setelah rumahnya terbakar Pak Belalang tidak
bekerja lagi dan ia mendapatkan semua kebutuhan hidupnya dari raja secara gratis.
D. Kaidah kebahasaan
1. Pronomina (kata ganti)
frasa adverbial : menunjukan kejadian atau peristiwa, waktu, dan tempat.
verba material : menunjukan aktivitas atau perbuatan nyata yang dilakukan.
2. konjungsi temporal : berguna untuk menata urutan-urutan peristiwa yang
diceritakan

E. Struktur
1. Tema adalah suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu hal, salah
satunya dalam membuat suatu tulisan
2. Alur adalah rangkaian tahapan jalan cerita yang ada pada sebuah karya tulis
3. Karakter atau watak adalah sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran,
perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup
lainnya.
4. Latar adalah keterangan mengenai ruang, waktu serta suasana terjadinya
peristiwa-peristiwa didalam suatu karya.
5. Amanat adalah pesan moral dalam sebuah cerita atau karya lainnya yang
disampaikan penulis kepada para pembaca.
6. Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita
atau dari sudut mana pengarang memandang ceritanya.

Anda mungkin juga menyukai