Skripsi Teknik Elektro
Skripsi Teknik Elektro
...........................................................(4.4)
Gelombang mula pada kawat fasa k ialah :
1
11
1
e
Z
Z
i Z e
lk
lk k
.....................................................................(4.5)
Ketika gelombang e1 dan ek mencapai menara berikutnya, direfleksikan dan relaksikan.
Sekarang ditinjau suatu sistem n kondukor dengan m kawat tanah pada suatu menara
yang ditanahkan melalui tahanan R.
Gambar. 4.6. Sistem kawat banyak
Untuk saluran konduktor berlaku
ek + ek = e
k k= 1,2,...................n.............................................(4.6)
Karena kawat-kawat tanah terikat pada menara, maka
e
1=e
2.....................= e
m = Rl..............................................................(4.7)
Jadi,
ek e
`
k ek = ek e
`
k (ek + e
`
k) = -2 e
`
k(4.8)
dan
e
`
k= e
k ek = e
k ek+ (e1 + e
`
1) ek untuk k < m .................................(4.9)
pada kawat fasa berlaku,
ik + l
`
k i
"
k = 0 untuk k > m............................................(4.10)
sedangkan,
ik = Ylk e1+ .+Ykk ek................+ ynk en
=
n
l r
r rk
e Y untuk K > m
Analog
i"k =
n
l n
r
rk
r Y
``
untuk k > m............(4.11)
I
k =
n
l n
r
rk
r Y
``
untuk k > m
Subsitusikan *4,11) dalam (4.10), menjadi :
"
`
0 ) (
l r
r r kr
r e Y untuk k > m .........................................(4.12)
Dengan memisahkan diatas serta memasukkan (4.8) didapat :
+
+
"
` `
0
l r
r
n
l m
r kr
e kr e Y untuk k > m .........................................(4.13)
Dengan (4.9) persamaan (4.13) menjadi :
+
+
m
l r
n
l m
r kr r kr
e Y e e e Y 0 ] ) [(
` `
1 1
.........................................(4.14)
Atau,
( ) [ ]
+
+
n
l m
m
l r
r kr r kr
e e e Y e Y
`
1 1
`
=
m
l r
m
l r
kr r kr
e Y e e Y
`
` 1
) (
Bila r = 1, maka Ykl (e1 e1) = 0, jadi :
+
+
n
r
m
l r
n
l m
r kr l kr r kr
e Y e Y e e Y
2
` `
1
) ( untuk k > m..........(4.15)
Dari hukum kirchoff (pada kawat tanah) dan (4.7)
(il + i
`
l + i
l)+ ..+(im + i
`
m + i
"
m) =l = e
l/R.............................................................(4.16)
Karena
ik + i
`
k i
"
k =
n
l r
r r r kr
r e e Y ) (
" `
untuk k < m............................................(4.17)
Maka (4.16), menjadi :
n
l r
r r r kr
m
l k
e e e Y ) (
" `
= ( ) ( )
'
+
+
n
l m
r r r kr
m
l r
r r r kr
m
l k
e e e Y e e e Y
" 1 " `
= ( ) ( )
'
+
+
m
l r
n
l m
r kr r kr
m
l k
e Y e Y
" '
2 2
= l =
R
e e
R
e
l r
"
1
"
+
(4.18)
Persamaan (4.15), (4,18) melengkapi (n m + l) persamaan simultan untuk (el,
e
m + l., e
n) pada kawat tanah dan tidak tergantung dari incident wave, (el,em_
pada kawat tanah dan tidak tergantung dari indicent wave pada kawat fase.
Karena e
2 = e
m = e1 + e
1
Jadi
e
'
2 = e
2 e2 = (e1 + e
1) e
2
............................................ ...........................................(4.19)
e
'
m = e
m em = (e1 + e
m)
Bila hanya ada satu kawat tanah, atau m kawat tanah diganti dengan satu kawat tanah
equivalent, maka (4.18) dan (4.13) mengambil m = 1 dapat disederhanakan
Y11 e1 +.+ Y1n e
n =
R
e e
2
1
'
1
+
n = 0......... ...........................................(4.20)
. .. .. .
Ynl e1 +.+ Ynn e
n = 0
Maka,
e
'
k =
R
e e
Y Y
Y Y
M
nm bl
ll
lk
2
.
..... ..........
........ ..........
... ..........
1 1
ln
+
...........................................(4.21)
tetapi
Kl
nm nl
ll
lk
Z
Y Y
Y Y
M
.... ..........
... .......... ..........
.... ..........
ln
.........................................(4.22jadi
Jadi (4.21), menjadi,
) (
2
' '
l
k
kl
k e e
R
Z
e ........................................................................(4.22)
Untuk k = l,
e
'
1 2R = -Zll (el + e
l)
e1 (2R - Z11) = -Z11 (e1 + e
1)
e
1 =
1 1
11
11
2
e a e
Z R
Z
..................................................................(4.23)
1
' '
2
2
be e
Z R
R
e e e
l
ll
l l
+
+
......................................................(4.24)
Untuk kawat fasa,
1 1
11
1
'
2
ce e
Z R
Z
e
kl
+
.................................................................(4.25)
e
"
k = ek + e
k = ek + c e1.........................................................................(4.26)
Jadi seluruh gelombang pantulan dan terusan hanya tergantung dari e1. Bila
gelombang mula mencapai menara yang lain, mereka pantulkan dan diteruskan menurut
persamaan (4.23) (4.26). Gelombang pantulan yang sampai ke menara pertama dari
titik pantulan, dipantulkan kembali. Dan proses ini akan terjadi berulang-ulang seperti di
gambarkan pada Gambar 4.7
Gambar 4.7. Gelombang refleksi dan refraksi pada kawata tanah
Gelombang pantulan yang datang dari kanan ke menara 1 adalah a e1, dan
dipantulkan pada menara tersebut. Koefisien pantulan dapat diperoleh dengan
memparalelkan Z, R, dan Z11 Lihat Gambar 4.7
Gambar. 4.8. Rangkaian Rkivalen untuk gelombang pantulan dari kanan
Koefisien pantulan adalah :
11
11
11
11
11
11
11 0
11 0
(
) (
Z
Z R Z RZ
Z RZ
Z
Z R Z RZ
Z RZ
Z Z
Z Z
+
+ +
+ +
=
) ( 2
(
11
11
Z R Z RZ
Z R Z
+ +
+
.......................................................(4.27)
Koefisien terusan pada menara 1 adalah :
) ( 2
2
) ( 2
) (
1
11 11
11
Z R Z RZ
RZ
Z R Z RZ
Z R Z
+ +
+ +
+
...............................................(4.28)
Jadi gelombang yang merambat ke kanan atau ke kiri dari menara 1 merupakan
posisi dari gelombang refleksi dan gelombang refraksi pada menarai 1,
1 1
11
11
( 2
) ( 2
e e a
Z R Z RZ
Z R Z RZ
+ +
........................................................(4.29)
Untuk gelombang pada kawat fasa
1 1
) ( 2
) ( 2
e e e a
Z R Z RZ
Z R Z
e
k
lK
k
+
+ +
+
...........................................(4.30)
Bila diperhatikan persamaa-persamaan diatas, terlihat bahwa hasil yang sama
akan diperoleh bila kilat tersebut mempunyai surja Z, menara pertama dibumikan
melalui tahanan R, dan kawat fasa serta kawat tanah hanya menuju satu jurusan dari
menara 1 (Gambar 4.9).
Gambar. 4.9. Rangkaian Ekivalen circuit dari gambar 4.5
4.1.3. Efek Tahanan Kaki Menara
Tahanan kaki menara yang rendah mempunyai lima kebaikan :
1. Mengurangi tegangan kawat tanah
2. Mengurangi tegangan kawat fasa
3. Mengurangi tegangan apa isolator
4. Membatasi gangguan pada jarak yang kecil
5. Memperpendek lama terjadinya tegangan yang berbahaya
Gangguan yang menyebabkan sambaran langsung yang mempengaruhi kawat
bukanlah sautu gelombang sederhana yang dirambatkan sepanjang transmisi,
melainkan gelombang yang timbul oleh pantulan berulang, dan ini harus dibatasi pada
jarak yang pendek serta harus cepat dibatasi.
4.1.4. Efek Bentuk Gelombang
Makin panjang front gelombang serta makin rendah tegangan akan
menyebabkan gelombang pantulan yang timbul dan telah mulai memperkecil gelombang
datang.
4.1.5. Sambaran pada Pertengahan Dua Menara (Midspan)
Bila kilat menyambar kawat tanah pada midspan dimana R = dan flash-over
tidak terjadi, maka dari (4.4) dan (4.5),
Z Z
e Z
e
2
2
11
11
1
+
,
_
11
11
Z
Z Z
RI
lr
...........................................................(4.36)
Umumnya,
2 , 0
11
Z
Z
lr
sampai 0,3
Dari, Visolator = (0,7 0,8) RI ...........................................................(4.37)
Dalam bentuk arus Kilat I0/2
Arus kilat I0/2 adalah arus yang terjadi bila kilat menyambar pada titik dengan
tahanan tanah nol. Arus yang dilalukan tergantung pada impedansi yang terhubung
pada impedansi surja dari kilat itu sendiri. Sebagai contoh, bila impedansi surja kilat Z
(= 400 ohm) dimana gelombang arus = I0/2, akan mengalir I0 pada titik dengan tahanan
tanah niol.
Tetapi bila arus kilat I0/2 ini mengenai menara impedansi suryanya Z11 dan
tahanan kakinya R, maka tegangan pda sambaran tersebut ialah :
e = I0/2. Z ...........................................................................................(4.38)
maka dari persamaan diatas, tegangan pada menara ialah :
2 /
) ( 2
2
0
11
11
1
ZI
Z R Z RZ
RZ
e
+ +
11
0
1
/ 2 / 1 / 1 Z R Z
I
e
+ +
= R
I0 ...........................................................................................(4.39)
Dimana
R =
11
/ 2 / 1 / 1 Z R Z
I
+ +
= tahanan ekivalen pada titik sambaran
Arus pada thanan kaki menara (sebelum kedatangan gelombang pantulan dari
menara yang lain adalah :
I =
0
'
I
R
R
...........................................................................................(4.40)
4.1.7. Perlindungan Gardu Induk
Perlindungan gardu induk terbagi dalam 2 bagian :
a. Perlindungan terhadap sambaran langsung
b. Perlindungan terhadap gelombang yang datang dari kawat transmisi
Perlindungan terhadap sambaran langsung ialah dengan kawat tanah. Bila
perlindungan ini sempurna, maka yang perlu diperhatikan adalah gelombang yang
datang dari kawat transmisi.
Bila kawat-kawat fasa cukup terlindung dari sambaran langsung, maka sumber
gelombang berjalan biasanya adalah lompatan api dari isolator, umumnya tegangan ini
lebih tinggi dari tingkat isolari dasar (ITD) dari peralatan gardu, tegangan lebih iniharus
dilakukan ke tanya oleh arrester atau alat-alat perlindungan lainnya.
Untuk menghitung tegangan impuls pada gardu, didefenisikan dengan dua hal:
a. Daerah bahaya atau vulnarable zone, ialah jarak diluar kawat dimaan suatu
gelombang surja dapat timbul dan membahayakan gardu.
b. Indeks terusan gardu atau station refraction index ialah ukuran dari perubahan
puncak dan muka gelombang yang dialaminya ketika memasuki gardu.
Panjang dari bahaya merupakan fungsi dari :
a. Redaman dan distorsi gelombang pada saluran
b. Indeks terusan dari gardu induk
Sedang indeks terusan itu sendiri tergantung pada :
a. Bentuk gelombang datang
b. Karakteristik peralihan dari peralatan gardu dan alat-alat perlindungan.
Sepanjang perambatan pada kawat transmisi, gelombang mengalami redaman
dan distorsi yang disebabkan oleh korona, pengaruh kulit, resitivitas tanah, dan
gendengan. Selain itu, bentuknya juga dapat berubah karena pantulan ketika mencapai
gardu.
4.2. Akibat Pelindung Kawat Tanah
Sebagai akibat dari mengalirnya energi sambaran ke dalam tanah, maka
tegangan lebih yang timbul pada isolator saluran akan dapat dibatasi, dengan demikian
penembusan pada isolator dapat dibatasi. Untuk memperoleh hasil yang unik maka
penempatan kawat tanah haruslah memenuhi syart, antara lain :
1. Kawat tanah harus cukup tinggi di atas fasa dan diatur sedemikian rupa
agar dapat mencegah sambaran langsung pada kawat-kawat fasa.
2. Pada tengah gawang kawat tanah harus mempunyai kawat fasa untuk
mencegah terjadinya loncatan sebagian
3. Tahanan kaki menara harus cukup rendah.
4.3. Kegagalan Pelindung
Mulai tahun 1920-an telah banyak teori-teori, percobaan-percobaan dan
pengalaman-pengalaman dikemukakan para penyelidik mengenai fungsi kawat tanah
untuk melindungi kawat fasa pada saluran transmisi.
Pada tahun 1960 Provoost mengemukakan suatu resume yang sangat baik
mengenai peranan kawat tanah. Berdasarkan teori itu Provoost menarik kesimpulan
bahwa :
1. Untuik sudut pelindung < 18
0
perisaian kawat transmisi itu baik
2. Untuk sudut pelindung 18
0
< < 30
0
kurang baik
3. Untuk sudut pelindung 30
0
jelek
Kemudian konstenko, Poloroy dan Rosenfeld dalam tahun 1961 mengemukakan
karangan yang lebih menari lagi. Mereka menunjukkan bahwa jumlah gangguan kilat
karena kegagalan pelindung adalah sebagai fungsi dari sudut perisaian dan tinggi
menara ht seperti terlihat dari relasi empiris persamaan (4.41)
4
90
log
1
h
.............................................................................(4.42)
Dimana :
= Hasil bagi dari jumlah kilat yang menenai kawat fasa dan jumlah kilat
yang mengenai saluran transmisi.
= Sudut pelindung pada menara, derajat
ht = tinggi kawat tanah pada menara, meter
Jadi jumlah gangguan karena kegagalan pelindung,
NSF = NL ........................................................................................(4.43)
Pada waktu itu persamaan (4.42) dianggap oleh sebagian besar insinyur saluran
transmisi lebih unggul dari cara-cara yang lain.
4.4. Contoh Perhitungan Menentukan Sudut Perlindungan Pada Jaringan
Transmisi Tegangan Tinggi
Besarnya sudut perlindungan mempunyai hubungan-hubungan dengan tinggi
menara, dimana semakin tinggi menara transmisi semakin tinggi kemungkinan
kegagalan perlindungan.
Untuk melindungi (mengurangi) kegagalan perlindungan ini, haruslah dipilih sudut
perlindungan yang kecil. Rumus yang dapat dipakai dalam menghitung sudut
perlindungan seperti persamaan :
= arc tan
h
x
......................................................................................(4.43)
Dimana : h = jarak antara kawat tanah dengan garis horizontal yang
menghubungkan kawat fasa.
x = selisih antara panjang cross arm kawat tanah dengan kawat fasa
= sudut perlindungan
a. Perhitungan sudut pelindung antara kawat tanah dengan kawat fasa R
x1 = 3,2 2,8 = 0,4 m
h1 = 5,22 m
1 = arc tan
h
x
1 = arc tan
22 , 5
4 , 0
1 = 4,38
0
b. Perhitungan sudut pelindung antara kawat tanah dengan kawat fasa S
x1 = x2 = 0,4 m
h2 = 5,22 + 4,38 = 9,6 m
2 = arc tan
2
2
h
x
2 = arc tan
6 , 9
4 , 0
2 = 2,39
0
c. Perhitungan sudut pelindung antara kawat tanah dengan kawat fasa T
x1 = x2 = x3 = 0,4 m
h3 = 5,22 + 4,38 = 13,98 m
3 = arc tan
3
3
h
x
3 = arc tan
98 , 13
4 , 0
3 = 1,63
0
BAB V
KESIMPULAN
Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka penulis mengambil
beberapa kesimpulan antara lain :
1. Seringnya gangguan terhadap jaringan transmisi adalah gangguan
alam, seperti seringnya gangguan petir terhadap jaringan transmisi yang disebabkan
bangunan jaringan transmisi panjang dan terbesar diberbagai daerah serta dalam
segala macam kondisi udara.
2. Pada pembangunan jaringan transmisi yang sangat perlu diperhatikan
adalah perancangan proteksi saluran transmisi terhadap letak kawat fasa
3. Konfigurasi kawat transmisi ini harus mendapat perhatian yang lebih
besar dan serius.
4. Sudut pelindung kawat tanah sesuai dengan contoh perhitungan
diperoleh untuk :
a. Nilai dari sudut pelindung antara kawat tanah dengan kawat fasa R
adalah 1 = 4,38
0
b. Nilai dari sudut pelindung antara kawat tanah dengan kawat fasa S
adalah 2 = 2,39
0
c. Nilai dari sudut pelindung antara kawat tanah dengan kawat fasa T
adalah 3 = 1,63
0
Jadi untu sudut pelindung < 18
0
pelindung kawat transmisi itu baik
5. Kawat tanah udara berfungsi sebagai pengaman guna mengurangi
akibat dari sambaran petir secara tidaklangsung.
6. Menara jaringan transmisi dapat menjadi pembumian dengan
mengalirkan arus lebih pada kawat tanah melalui menara transmisi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul M. Mousa, 1976, Shielding of High Voltage And Extra High Voltage
Substation, IEEE Transaction on Power Apparatus and System; Vol. PAS-95.
A. Aris Munandar DR., 1978, Teknik Tegangan Tinggi, PT. Pradaya Paramita, Jakarta.
A. Aris Munandar DR., S. Kuwahara DR., 1975, Teknik Tenaga Listrik, Jilid II Saluran
Transmisi, PT. Pradaya Paramita, Jakarta.
Hutauruk T. S., 1976. Pengetanahan Netral Sistem-sistem Tegangan Tinggi,
Departemen Elektro Teknik Fakultas Teknologi Industri, ITB.
Hutauruk T. S., 1987. Pengetanahan Netral Sistem Tenaga dan Pengetanahan
Peralatan, Institut Teknologi Bandung dan Univeristas Tri Sakti.
Hutauruk T. S., 1985. Transmisi Daya Elektrik, Institut Teknologi Bandung dan
Univeristas Tri Sakti.
Hutauruk T. S., 1976. Gelombang Berjalan Pada Sistem Transmisi dan Proteksi dan
Perlatan Pada Surja, Institut Teknologi Bandung.
LAMPIRAN