Anda di halaman 1dari 6

UJI AKTIVITAS SARI DAUN RANDU (Ceiba pentandra Gaertn.

) SEBAGAI PENUMBUH RAMBUT ACTIVITY OF RANDU LEAF (Ceiba pentandra, Gaertn.) EXTRACT AS HAIR TONIC
Marchaban, C.J. Soegihardjo, dan F.E. Kumarawati Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang aktivitas sari segar daun randu (C.pentandra) sebagai bahan penumbuh rambut. Pemeriksaan terhadap kandungan tumbuhan dilakukan dengan metoda Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Aktivitas sebagai penumbuh rambut dilakukan terhadap rambut kelinci. Penelitian dilakukan dengan cara membuat sari segar daun randu baik yang muda maupun yang tua dalam air dengan konsentrasi 2, 3,5, dan 5% kemudian diperiksa kandungan, kemampuan membusa dan kemampuannya sebagai penumbuh rambut. Hasil penelitian menunjukan bahwa daun randu mengandung senyawa golongan saponin, flavonoid, dan fenol. Ada pengaruh umur daun dan konsentrasi larutan terhadap kemampuan membusa. Sari daun randu dapat mempercepat pertumbuhan rambut, tetapi tidak ada perbedaan bermakna antara sari daun muda dan daun tua dalam mempercepat pertumbuhan rambut. Kata kunci: Randu, C. pentandra, penumbuh rambut

ABSTRACT Study of the randu leaf (C. pentandra) fresh extract activity as hair tonic has been performed. The randu leaf content has been analysed using a Thin Layer Chromatography (TLC) method. Its activity as hair tonic has been done by using rabbits as probandus. The randu leaf extract was prepared by extracting the young leaf and the elder leaf in the water in different concentrations as 2, 3.5, and 5%. From the extract the content of the leaf, the ability resulting the foam and the activity as hair tonic were then analyzed. The results shown that rand leaf content of saponine, flavonoid, and phenol substances. The ability resulting foam was influenced how old the leaf was. The randu leaf extract have significantly had activity as hair tonic. Keywords: C. pentandra, hair tonic

PENDAHULUAN Bahan-bahan berkhasiat yang berasal dari tumbuhan untuk keperluan pembuatan obat dan kosmetika sangat banyak tersedia di tanah air kita yang sangat kaya akan biodiversitas, dan sebagian besar belum dieksplorasi. Randu atau pohon kapok (C. pentanda) adalah pohon yang banyak tumbuh di daerah rendah sampai 400 meter dari permukaan laut, di kebun, di tepi jalan, dan di tempat lain yang berhawa panas (Heyne, 1987). Tumbuhan randu mengandung polifenol, saponin, damar yang pahit, hidrat arang pada daunnya, dan minyak dalam bijinya (Hardiati, 1986). Pemanfaatan di bidang pengobatan antara lain: minyak dari biji untuk obat kudis dan membantu pertumbuhan rambut, sari daun yang masih muda dipergunakan untuk membantu pertumbuhan rambut dengan cara digosokkan pada kulit kepala kemudian dipijit-pijit. Saponin diketahui dapat meningkatkan aliran darah kapiler (Heyne, 1987; Perry, 1980). Selain untuk kosmetika daunnya digunakan untuk obat disentri, kompres mata jika lelah atau panas, obat asma, obat pelarut lendir, dan peradangan rektum. Penumbuh rambut (hair tonic) adalah sediaan yang mengandung bahan-bahan yang diperlukan oleh rambut, akar rambut, dan kulit kepala (Tranggono, 1992). Penggunaan bahanbahan yang berfungsi sebagai penumbuh rambut (misalnya counter irritant) dalam konsentrasi rendah akan menyebabkan kemerahan pada kulit dan rasa hangat sehingga meningkatkan aliran darah pada kapiler kulit (Balsam dan Sagarin, 1974). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kandungan dari daun randu bisa berfungsi sebagai penumbuh dan pencuci rambut. METODOLOGI Bahan Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah daun randu (C.pentandra.) baik daun muda maupun daun tua. Semua bahan diambil di daerah Sleman. Bahan untuk KLT terdiri atas silika gel GF 254, selulosa,

kloroform (p.a.), metanol (p.a.), anisaldhide (p.a.), amonia (p.a.), ferri klorida (p.a.), etil asetat (p.a.), dan butanol (p.a.). Bahan untuk membuat kotoran rambut buatan adalah lanolin (kualitas farmasi), parafin cair (kualitas farmasi), dan dioksan (p.a.). Hewan percobaan yang digunakan adalah kelinci putih jantan umur 4-5 bulan dengan berat 1,52 kg. Alat Alat untuk pembuatan sari daun adalah alat gelas, kain kasa, pengangas air, kain yang berserat halus. Alat untuk uji kemampuan membusa dan stabilitas busa adalah alat modifikasi dari AFNOR (Association Francais de Normalisation). Seperangkat alat untuk KLT dan alat-alat gelas yang diperlukan. Jalannya penelitian Determinasi tumbuhan Dilakukan mengacu pada pustaka Flora untuk Sekolah di Indonesia (Steenis, 1975) dan Flora of Java (Backer and van den Brink, 1962), dan dilakukan di laboratorium Farmakognosi Fakultas Farmasi UGM. Preparasi sari daun randu Daun muda dipetik dari pohonnya, diambil daun kedua sampai ketiga dari pucuknya, sedangkan daun tua diambil dari daun yang keempat sampai kesepuluh dari pucuknya (Soegihardjo, 1996). Kemudian dibersihkan dari kotoran dengan cara dicuci dan ditiriskan. Sari daun muda dan daun tua yang sudah dibersihkan dibuat dengan cara ditimbang, diiris-iris kecil, ditambah air suling 1/5 bagian , direndam selama 30 menit, diremas-remas selama 15 menit, disaring. Sisa air ditambahkan pada ampas, diremas-remas dan disaring, filtratnya dikumpulkan untuk keperluan pengujian (Heyne, 1987). Sari daun dibuat dengan kadar 2, 3,5, dan 5%. KLT sari daun randu Dibuat dua macam larutan (daun muda dan daun tua). 10 gr daun ditambah 40 ml etanol, diblender sampai halus, disaring dengan dua kain kasar dan halus. Filtrat diuapkan di atas pengangas air, kemudian dilarutkan kembali

dalam metanol (Soegihardjo, 1996). Untuk pemeriksaan flavonoid dipakai fase diam selulose, fase gerak butanol:as.asetat:air (4:1:5), deteksi dengan UV 254, UV 366, uap amonia. Untuk pemeriksaan saponin dipakai fase diam silica gel GF 254, fase gerak kloroform:metanol:air (64:50:10). Untuk pemeriksaan senyawa fenolik dipakai fase diam silica gel GF 254, fase gerak butanol:as.asetat:air (4:1:5), deteksi dengan UV 254, UV 366, larutan FeCl3. (Harborne, 1987) Uji kemampuan membusa Ke dalam labu (bagian atas) yang berkapasitas 1 liter diisi dengan larutan uji sebanyak 500 ml. Labu bagian bawah yang berupa gelas ukur 1 liter, diisi dengan larutan uji sebanyak 50 ml. Larutan di labu atas sejumlah 500 ml dialirkan ke bawah sampai habis. Busa yang terjadi diamati setelah 0,5, 3, 5, dan 7 menit. Percobaan dilakukan sebanyak 6 kali untuk tiap-tiap konsentrasi dan dilakukan pada suhu kamar. (Sulistyati, 1984) Uji pertumbuhan rambut Digunakan modifikasi metoda Tanaka (Hardiati, 1986) dilakukan terhadap 3 ekor kelinci. Sebelum uji bagian punggung kelinci dibersihkan rambutnya dengan dicukur, kemudian dibagi menjadi 6 bagian, 3 di bagian kanan dan 3 di bagian kiri. Tiap bagian berbentuk bujur sangkar dengan sisi 3 cm. Pada 3 kotak di bagian kiri diolesi air, sari daun tua, dan sari daun muda, demikian juga 3 kotak di bagian kanan. Pengolesan pada tempat-tempat tersebut dilakukan setiap dua hari sekali pagi dan sore. Pengukuran panjang rambut dilakukan dengan menggunakan mikrometer setiap tiga hari sekali dimulai pada hari ketiga sampai dengan hari ke delapan belas. Pertumbuhan rambut dihitung sebagai AGD (Average Growth Daily-Gain) dari panjang rambut pada hari ke 18 dikurangi panjang hari ke 3, kemudian dibagi 15.

HASIL DAN PEMBAHASAN Determinasi tumbuhan Hasil determinasi adalah Ceiba pentandra, Gaertn. sebagai berikut: 1b -2b - 3b - 4b - 6b 7b - 9b - 10b - 11b - 12b - 13b - 14a - 15b Golongan 9 (daun majemuk tersebar) - 197a 198b - 200b - 201b - 202b - 203b - 204b 205b - 206a Bombaceae - 1a (Ceiba). Pemeriksaan kandungan zat aktif Pada penelitian ini hanya dilakukan pemeriksaan konfirmatif terhadap kandungan zat aktif daun randu yang diduga berkaitan dengan kemampuannya sebagai pembersih karena menghasilkan busa dan sebagai penumbuh rambut, serta pernah dilakukan skrining oleh peneliti sebelumnya (Hardiati, 1986) yaitu adanya kandungan senyawa fenol, saponin, dan flovonoid. Pada pemeriksaan adanya flavonoid digunakan selulose karena flavonoid banyak terdapat dalam bentuk glikosida. Hasil yang diperoleh berupa dua bercak yang berwarna kuning setelah diuapi dengan amoniak, dan tidak berfluorosensi terhadap sinar UV. Warna kuning ini menunjukkan adanya flavonoid dengan harga Rf 0,720 pada daun muda, dan 0,755 pada daun tua. Pada pemeriksaan saponin dihasilkan 8 bercak pada daun muda dan 3 bercak pada daun tua. Adanya warna kuning, ungu, hijau menunjukan adanya saponin. Perbedaan jumlah bercak pada daun muda dan tua sangat mungkin disebabkan oleh pengaruh umur dimana pada daun muda kandungan senyawa yang dihasilkan masih sebagai senyawa antara. Berbeda dengan daun tua kandungan senyawa yang dihasilkan sudah bersifat tetap. Pada pemeriksaan senyawa fenol, daun muda menghasilkan 2 bercak sedangkan daun tua 3 bercak. Apabila dilihat dibawah sinar UV 254, bercak pada kedua jenis daun tidak berfluorensensi. Pada UV366, daun muda menghasilkan 3 bercak berflourensensi yaitu bercak I berwarna kuning dengan Rf 0,662, bercak II berwarna ungu dengan Rf 0,787, bercak III berwarna ungu. Daun tua menghasilkan 4 bercak yaitu bercak I berwarna kuning dengan Rf 0,394, bercak II berwarna kuning dengan Rf 0,519, bercak III berwarna biru dengan Rf 0,662, dan bercak IV

berwarna ungu dengan Rf 0,762. Pada pembanding menghasilkan satu bercak berwarna ungu dengan Rf 0,656. Setelah disemprot dengan pereaksi FeCl3, bercak pada daun muda, tua, dan pembanding berwarna biru kehitaman. Warna biru ini menunjukkan adanya senyawa fenol. Dari perhitungan diperoleh hasil Rf bercak yang pertama dan kedua pada daun muda sama dengan harga Rf pada bercak yang pertama dan kedua pada daun tua yaitu 0,617 dan 0,683. Harga Rf pada bercak yang ke III pada daun tua adalah 0,744, sedangkan pada pembanding diperoleh harga Rf sebesar 0,755. Jadi bercak yang ke III menghasilkan harga Rf yang hampir sama dengan bercak pada pembanding. Berarti pada daun tua menghasilkan senyawa yang sama dengan pembanding, sedang yang daun muda tidak. Pembanding yang digunakan adalah asam galat yang termasuk dalam senyawa fenolik. Kemampuan membusa Kemampuan membusa sari daun randu yang muda dan tua dapat dilihat pada gambar 1 dan gambar 2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh umur daun, konsentrasi larutan, dan waktu terhadap kemampuan
Tinggi busa rata-rata (mm) 20 15 10 5 0 0,5 mn 3 mn 5mn

membusa dilakukan analisis variansi dua jalan. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang bermakna dari umur, konsentrasi, dan waktu dengan harga p < 0,05. Hal ini berarti ada pengaruh umur daun, onsentrasi larutan, dan waktu terhadap kemampuan membusa. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linier antara pengaruh umur daun, konsentrasi larutan, dan waktu dari kemampuan membusa dilakukan analisis regresi berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa umur daun, konsentrasi larutan, waktu dengan kemampuan membusa mempunyai hubungan linier dengan harga T signifikan yang < 0,0005 dan harga R yang dperoleh sebesar 0,9749. Adanya hubungan linier menunjukkan bahwa kemampuan membusa daun tua berbeda dengan daun muda, semakin besar konsentrasi daun randu semakin besar kemampuan membusa, dan semakin lama waktunya kemampuan membusa semakin kecil.

2% 3.50% 5%

7mn

Waktu (menit)

Gambar 1. Hubungan antara tinggi busa (mm) rata-rata dengan waktu (menit) pada daun randu muda

Tinggi busa rata-rata (mm)

40 30 20 10 0 0,5mn 3mn 5mn 7mn 2% 3.50% 5%

Waktu (menit)

Gambar 2. Hubungan antara tinggi busa (mm) rata-rata dengan waktu (menit) pada daun randu tua

25 Panjang rambut (mm) 20 15 10 5 0 3hr 6hr 9hr 12hr 15hr 18hr Pengukuran rambut hari ke Air Daun Muda Daun Tua

Gambar 3. Purata panjang rambut (mm) selama 18 hari

Sari daun randu dapat menghasilkan busa karena diketahui mengandung saponin yang bersifat menurunkan tegangan muka dan mampu mendispersikan fase gas ke dalam fase cair sehingga berbentuk busa. Kemampuan sebagai penumbuh rambut. Pada penelitian ini rambut kelinci dicukur dan bukannya dicabut. Ini dimaksudkan agar akar rambut tetap dipertahankan dan bisa tumbuh secara normal. Hasil pertumbuhan rambut sampai hari ke 18 dapat dilihat pada gambar 3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan sebagai penumbuh rambut dilakukan analisis variansi satu jalan dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa F rasio masing-masing perlakuan lebih besar daripada F tabel, berarti ada perbedaan bermakna untuk masingmasing perlakuan. Setelah itu dilakukan uji t dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil yang diperoleh adalah: ada perbedaan bermakna untuk sari daun randu muda dengan air, ada perbedaan bermakna untuk sari daun randu tua dengan air, dan tidak ada perbedaan bermakna antara sari daun muda dan daun tua. Kemampuan sebagai penumbuh rambut kemungkinan disebabkan karena mengandung saponin, fenol dan flavonoid. Saponin mempunyai kemampuan untuk membentuk busa yang berarti mampu membersihkan kulit dari kotoran serta sifatnya sebagai konteriritan, akibatnya terjadi peningkatan sirkulasi darah perifer sehingga meningkatkan pertumbuhan rambut. Demikian juga dengan derivat fenol yang mempunyai aktivitas

keratolitik, desinfektan (Jellinek, 1970), serta flavonoid yang mempunyai aktivitas sebagai bakterisid dan anti virus yang dapat menekan pertumbuhan bakteri dan virus, sehingga dapat mempercepat pertumbuhan rambut dan mencegah kerontokan (Achmad, dkk., 1990) KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Daun randu mengandung senyawa golongan saponin, flavonoid, dan fenol. 2. Ada pengaruh umur daun dan konsentrasi larutan terhadap kemampuan membusa sari daun randu. 3. Sari daun randu baik daun muda maupun daun tua dapat mempercepat pertumbuhan rambut, tetapi tidak ada perbedaan bermakna antara sari daun muda dan daun tua dalam mempercepat pertumbuhan rambut.
DAFTAR PUSTAKA Achmad, A.S., Hakim, E.H., dan Makmur, L., 1990, Flavonoid dan Fitomedika, Kegunaan dan Prospek, Phyto-Medika, Jakarta, 120-127 Balsam, M.S., and Sagarin, E., 1974, Cosmetic Science and Technology, Vol.III, 2nd Ed., Wiley Interscience, a division of Wiley and Son, New York, 73-113; 128-135 Backer, C.A., and van den Brink, B., 1962, Flora of Java, Wolters-Noorhff N.V., Groningen. Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia, ITB Press, Bandung. Hardiati, S., 1986, Skrining Fitokimia Serta Efek Dari Daun Randu (Ceiba pentandra, Gaertn.) dan Minyak Biji Calophyllum

inophylum, L. Terhadap Pertumbuhan Rambut Kelinci Jantan, Skripsi, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta. Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid III, cetakan I, Diterjemahkan oleh Badan Litbang Kehutanan, Jakarta, 1312, 1543-1544. Jellinek, J.S., 1970, Formulation and Function of Cosmetics, Wiley Interscience a Division of John Wiley and Son Inc., New York, 365-407 Perry, L.M., 1980, The Medical Plant of East and South East Asia, The MIT Press, Cambridge, 253-254. Soegihardjo, C.J., 1996, Pemetikan Daun Randu dan Analisis Secara KLT, Wawancara, Fakultas Farmasi UGM. Steenis, C., 1975, Flora Untuk Sekolah di Indonesia, Cetakan kedua, Pradnya Paramita, Jakarta. Sulistyati, 1984, Sampo Londo Merang, Kemampuan Membusa, Stabilitas Busa dan Iritasi Okulernya, Skripsi, Fak Farmasi UGM, Yogyakarta Tranggono, S.R., 1992, Kiat-kiat Apik Tampil Sehat dan Cantik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 15-20, 70-71

Anda mungkin juga menyukai