Anda di halaman 1dari 26

1

A. LATAR BELAKANG
Pergeseran paradigma pembangunan dari sistem sentralisasi menjadi desentralisasi daerah. mengakibatkan seiring percepatan pertumbuhan di beberapa ternyata Namun dengan desentralisasi tersebut,

B. MAKSUD
1. Melaksanakan kajian atau analisis kuantitatif dan kualitatif hingga seberapa jauh fasilitas bandar udara dapat dikembangkan/dibangun guna mendukung serta mengantisipasi perkembangan sosial ekonomi. 2. Melakukan Inventarisasi Data dan Survei Lapangan dalam rangka penyediaan data dan informasi untuk kegiatan analisis penyusunan Rencana Induk Bandar Udara. 3. Melakukan analisis yang terkait dengan Rencana Induk Bandar Udara. 4. Melakukan Penyusunan Rancangan Keputusan Menteri Perhubungan Tentang Rencana Induk Bandar Udara, mengingat Bandar Udara Sumenep termasuk Katagori Bandar Udara Bukan Pusat Penyebaran

pelaksanaan otonomi daerah membawa beberapa persoalan, salah satunya adalah sifat ego daerah baik dalam pembangunan maupun kepentingankepentingan politis lainnya. Oleh karena itu upaya yang hendak ditempuh (khususnya oleh Pemerintah Propinsi Jawa Timur) adalah koordinasi antar daerah yang mewujudkan saling toleransi serta kerjasama yang saling menguntungkan dalam pembangunan daerah. Dampak UU No. 32 dan No. 33 Tahun 2004 dan PP No. 25 tahun 2000, Kepres RI nomor 40 tahun 2001 dan Kepmendagri nomor 1 tahun 2002 adalah adanya otonomi daerah dalam berbagai bidang yang pada hakekatnya merupakan pemberian kewenangan pada daerah untuk merumuskan dan mengembangkan sistem di transportasi sendiri sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat serta kondisi dan kemampuan daerah dalam kerangka sistem nasional. Dalam upaya meningkatkan pelayanan transportasi khususnya transportasi udara serta mengingat perkembangan dan tuntutan yang terjadi dan menunjang program nasional, maka pengembangan Bandar Udara Trunojoyo Kabupaten Sumenep dirasakan sangat mendesak. Perencanaan Masterplan diharapkan dapat mengarahkan pengembangan Bandar Udara Trunojoyo ini secara berkelanjutan, berkesinambungan dan terarah dengan acuan dan dasar yang jelas dan baku, sehingga pekerjaan yang dihasilkan dapat diterima semua pihak dan dapat berfungsi secara optimal.

C. TUJUAN
1. Menyiapkan pedoman perencanaan dalam rangka perumusan kebijakan pengembangan fasilitas bandar udara saat ini dan di masa mendatang sesuai kebutuhan pelayanan jasa angkutan udara.

2. Penyusunan Rencana Induk Bandar Udara di Sumenep ini juga


ditujukan untuk keperluan perencanaan pelayanan jasa kebandarudaraan, keselamatan penerbangan dan fasilitas penunjang bandar udara.

D. SASARAN
Terciptanya hasil perancangan yang optimal yang diharapkan dapat memberikan kemudahan mobilitas bagi pelaku ekonomi dan masyarakat, disamping juga dituntut memberikan implikasi yang dapat mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi.

E. BATASAN DAN PERATURAN 1.


UU Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

UU Republik Indonesia No. 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan; UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi; Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2001 tentang

13. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 31 Tahun 2006 tentang


Pedoman dan Proses Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan;

Kebandarudaraan; Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan; Peraturan Pemerintah RI No. 29 Tahun 2000 tanggal 30 Mei 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi; Kepres RI No. 80 Tahun 2003 tanggal 3 Nopember 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; Kepres RI No. 61 Tahun 2004 tentang perubahan terhadap Keputusan Presiden RI Nomor 80 Tahun 2003 tanggal 3 Nopember 2003 tentang Pedoman Pemerintah; Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

14. Keputusan

Direktur

Jenderal

Perhubungan Pelaksanaan

Udara

No.

SKEP/120/VI/2002

tentang

Petunjuk

Pembuatan

Rencana Induk Bandar Udara;

15. Kepmen Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 332/KPTS/M/2002


tanggal 21 Agustus 2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;

16. Kepmen Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 257/KPTS/M/2004


tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi; 17. Peraturan Perundang-undangan lain yang berlaku.

F. KONDISI EKSISTING
KONDISI EKSISTING KABUPATEN SUMENEP 1. Geografis dan Administrasi
Secara geogarafis Kabupaten Sumenep terletak diantara 1130325411601648 BT dan 4055-70241 LS, dengan batas-batas: Sebelah Selatan Sebelah Utara Sebelah Barat : Selat Madura : Laut Jawa : Kabupaten Pamekasan : Laut Jawa/Laut Flores

9.

Kepres RI No. 8 Tahun 2006 tentang perubahan keempat atas Keputusan Presiden RI Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

10. Kepmen Perhubungan No. 83 Tahun 1998 tentang Pedoman dan


Proses Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan;

11. Kepmen Perhubungan No. KM 44 Tahun 2002 tentang Tatanan


Kebandaraudaraan Nasional;

12. Kepmen Perhubungan No. KM 48 Tahun 2002 tentang Penyelenggara


Bandar Udara Umum;

Sebelah Timur

Luas daerah Kabupaten Sumenep adalah 2.093,46 km2. Secara administrasi wilayah Kabupaten Sumenep dibagi menjadi 27 Kecamatan dan 328 (Tiga Ratus Dua Puluh Delapan) Desa.

bulannya berkisar antara 46%-79%. Kecepatan angin rata-rata setiap bulan berkisar 3,88-6,88 Knot. Pada musim penghujan mempunyai curah hujan rata-rata sekitar 200 sampai 1500 mm/bulan dan lama hujan rata-rata 18 hari/bulan. Sedang pada musim kemarau mempunyai curah hujan rata-rata 25-200 mm/bulan dan lama hujan rata-rata 3 hari/bulan.

4. Perkembangan Penduduk
Sejak tahun 2003, jumlah penduduk di Kabupaten Sumenep sudah mencapai di atas 1 juta jiwa. Proporsi terbesar penduduk berada di Kecamatan Sumenep. Pertumbuhan rata-rata penduduk Kabupaten Sumenep tergolong rendah, hanya 1,85% per tahun.

Gambar 1. Letak Kabupaten Sumenep Terhadap Jawa Timur (Sumber: DPU, 2005)

5. Penggunaan Lahan
Lahan belum terbangun produktif yang paling luas berupa tegal, kebun dan ladang seluas 121.139,32 hektar atau 57,92%. Kemudian kedua penggunaan lainnya seluas 27.630,85 hektar atau 13,21% dan ketiga penggunaan lain yaitu sawah seluas 22.462,96 hektar. Lahan yang paling subur untuk pertanian pangan adalah sawah, dimana jenis sawah meliputi sawah teknis, setengah teknis, sederhana dan tadah hujan. Sawah yang paling luas yaitu di Kecamatan Arjasa seluas 8.594 hektar, tetapi didominasi oleh sawah tadah hujan. Sedang sawah teknis dan setengah teknis yang paling luas di Kecamatan Kota Sumenep dan Lenteng. Sawah teknis dan setengah teknis secara keseluruhan seluas 6.211,64 hektar. Tabel 1. Luas Lahan Terbangun & Belum Terbangun di Kab. Sumenep*

2. Hidrologi
Kedalaman air tanah d i wilayah Kabupaten Sumenep mencapai 25 meter, dengan kualitas air tanah secara fisik cukup baik.

3. Klimatologi
Berdasarkan sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson, Kab. Sumenep mempunyai iklim Tipe D dengan temperatur antara 22oC-31oC. Kelembaban udara rata-rata adalah berkisar antara 74,3-84,8 mb/hari. Sedangkan intensitas rata-rata penyinaran matahari untuk setiap

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

Kecamatan

Pragaan Bluto Sarongi Giligenting Talango Kalianget Sumenep Batuan Lenteng Ganding Guluk-guluk Pasangsongan Ambuten Rubaru Dasuk Manding Batuputih Gapura Batang-batang Dungkek Nonggunong Gayam Raas Sapekan Arjasa Kangayan Masalembu Jumlah *) Tahun 2004

Luas Lahan Terbangun Ha % 1.333,86 23,06 1.306,67 25,50 1.300,93 19,21 633,36 20,89 781,00 16,22 352,62 11,68 595,36 10,84 396,91 7,22 1.617,50 22,65 655,59 12,15 967,91 16,25 1.505,93 12,65 436,78 8,64 744,82 8,82 144,00 2,23 320,00 4,65 1.060,67 9,45 15,10 0,23 2.057,75 25,62 622,90 9,83 778,90 19,43 544,90 6,16 671,61 17,26 157,90 0,78 564,68 1,27 188,23 0,42 233,51 5,72 19.989,38 9,56

Luas Tak Lahan Terbangun Ha % 4.450,39 76,94 3.818,32 74,50 5.470,10 80,79 2.398,54 79,11 4.033,40 83,78 2.666,88 88,32 2.700,72 49,16 1.800,48 32,78 5.523,09 77,35 4.741,22 87,85 4.989,37 83,75 10.396,96 87,35 4.617,52 91,36 7.701,21 91,18 6.305,95 97,77 6.567,55 95,35 10.165,88 90,55 6.571,42 99,77 5.978,17 74,39 5.711,73 90,17 3.228,90 80,57 8.295,00 93,84 3.218,76 82,74 20.030,83 99,22 32.935,59 73,73 10.978,53 24,58 3.851,69 94,28 189.148,19 90,44

Jumlah (Ha) 5.784,25 5.124,99 6.771,03 3.031,90 4.814,40 3.019,50 3.296,08 2.197,39 7.140,59 5.396,81 5.957,28 11.902,89 5.054,30 8.446,03 6.449,95 6.887,55 11.226,55 6.586,52 8.035,92 6.334,63 4.007,80 8.839,90 3.890,37 20.188,73 33.500,27 11.166,76 4.085,20 209.137,57

Salah satu prasarana transportasi darat adalah jaringan jalan. Kondisi jaringan jalan di Kabupaten Sumenep adalah sebagai berikut:

Jalan Arteri Primer, menghubungkan antara Kota Sumenep (Kab.


Sumenep) dengan wilayah Kota Pamekasan, Sampang sampai ke Bangkalan;

Jalan Lokal Primer, menghubungkan antara Kab. Sumenep dengan KotaKota Kecamatan;

Jalan Arteri sekunder, menghubungkan antara pusat Sumenep dengan


Pusat BWK;

Jalan Kolektor sekunder, menghubungkan antara BWK dengan pusat


BWK yang lainnya serta pusat BWK dengan Pusat Unit Lingkungan;

Jalan Lokal Sekunder, menghubungkan antara Pusat Lingkungan dengan


Pusat Lingkungan yang lainnya;

Jalan Lingkungan, menghubungkan antar perumahan penduduk di dalam


satu kawasan permukiman. Sedangkan pada tabel 2 dan tabel 3 menunjukkan panjang jaringan jalan dilihat dari pengelola dan jenis permukaanya. Tabel 2. Jaringan Jalan Regional dan Pengelola
Pengelolaan Panjang Jalan (Km) Kabupaten 1.629.900 Propinsi 69.600 Negara 48.830 Kecamatan / Desa 1.390 Jumlah 1.749.720 Sumber: RTRW Kabupaten Sumenep, 2006 dan BPS Kabupaten Sumenep, 2007 (diolah)

Sumber: RTRW Kabupaten Sumenep, 2006

6. Jaringan Transportasi
Transportasi Darat

Tabel 3. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan (Km)

Jenis Permukaan

Jalan Negara

Jalan Propinsi

Jalan Kabupaten

Kecamatan (Km)

Panjang (Km)

Menurut topografinya seluruh wilayah Kecamatan Sumenep memiliki tingkat kemiringan kurang dari 30% atau termasuk daerah landai.

(Km) (Km) (Km) Aspal 48.830 69.600 1.488.400 1.606.830 Kerikil/makadam 94.200 94.200 Tanah 47.300 47.300 Lain-lain 1.390 1.390 Jumlah 48.830 69.600 1.629.900 1.390 1.749.720 Sumber: RTRW Kabupaten Sumenep, 2006 dan BPS Kabupaten Sumenep, 2007 (diolah)

2. Kemampuan Dan Kesesuaian Lahan


Kelerengan Kota Sumenep ditinjau dari morfologinya, merupakan wilayah yang datar hanya sebagian kecil yang mempunyai kelerengan yang berbukit. Kedalaman Efektif Tanah Kedalaman efektif tanah di Kota Sumenep berkisar antara 90 cm ke atas, 60 cm - 90 cm dan 30 cm - 60 cm. Tekstur Tanah Tekstur tanah Kota. Sumenep di bagian utara memiliki tanah yang

Transportasi Laut Transportasi lokal melalui laut menghubungkan antara wilayah kecamatan darat dengan wilayah kepulauan. Salah satu pelabuhan resmi yang sudah beroperasi yaitu Pelabuhan Kalianget. Sistem transportasi lokal melalui laut tersebut terdiri atas sarana kapal penyebrangan dan perahu mesin. Transportasi Udara Guna mendukung peningkatan ekonomi dan lainnya bagi penduduk Kabupaten Sumenep, maka harus didukung oleh sarana transportasi salah satunya melalui udara. Di wilayah ini belum ada bandar udara, sehingga kebutuhan penduduk terhadap sarana transportasi udara selama ini melalui Kota Surabaya. Meskipun saat ini belum ada bandar udara, namun sudah direncanakan lapangan terbang perintis di Kecamatan Kota Sumenep.

relatif kurang subur dan pada umumnya tanahnya gundul, bagian tengah merupakan daerah yang relatif agak subur dan bagian selatan tanahnya relatif kurang subur dan sebagian relatif tandus.

3. Drainase
Drainase di Kota Sumenep termasuk baik, hal ini didukung oleh adanya beberapa sungai yang melintasi wilayah kota yang secara langsung dapat dipergunakan untuk saluran pembuangan khususnya rumah tangga.

KONDISI EKSISTING KOTA SUMENEP 1. Kondisi Topografi 4. Erosi

Erosi di wilayah Kota Sumenep kemungkinannya sangat kecil terjadi, hal ini disebabkan wilayah Kabupaten Sumenep memiliki kelerengan yang cukup datar, hanya di sekitar Asta Tinggi yang merupakan dataran cukup tinggi yang mempunyai potensi erosi jika kawasannya tidak dijaga vegetasinya.
1 2 3 Kolor Pabian Marengan Daya Kacongan Paberasan Parsanga Bankal Pangarangan Kepanjin Pajagalan Bangselok Karangduak Pandian Pamolokan Kebunan Kebunagung Jumlah No. Desa Tahun 1998 6.814 5.007 1.603 1.204 3.342 4.021 1.872 4.003 3.741 3.826 5.207 4.002 4.112 6.603 2.308 1.805 59.470

Jumlah Penduduk Tahun 1999 7.104 5.136 1.649 1.202 3.416 4.126 1.897 4.160 3.772 3.908 5.317 4.138 4.251 6.706 2.304 . 1.802 60.888 Tahun 2000 7.262 5.215 1.680 1.230 3.455 4.176 1.892 4.288 3.831 3.951 5.415 4.231 4.344 6.801 2.313 . 1.859 61.943 Tahun 2001 7.322 5.286 1.744 1.309 3.527 4.242 1.965 4.373 3.909 4.005 5.514 _ 4.273 4.390 6.900 2.420 1.904 63.083 Tahun 2002 7.383 5.330 1.792 1.337 3.589 4.302 2.023 4.435 3.996 4.086 5.602 4.345 4.479 6.993 2.498 1.983 64.173

6. Hidrologi
Secara fisik wilayah Kota Sumenep dilalui oleh beberapa sungai/kali, antara lain Sungai Saroka, Sungai Tempek dan Sungai Saroka. Air sungai ini selain dimanfaatkan untuk jaringan irigasi, juga dimanfaatkan sebagian penduduk untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan cuci.

4 5 6 7 8 9 10 11

7. Kependudukan
Perkembangan jumlah penduduk di Kecamatan Sumenep dalam lima tahun terakhir menurut RUTRK menunjukkan perkembangan yang konsisten, tahun 1998 dengan jumlah penduduk 59.470 jiwa, lima tahun kemudian yakni di tahun 2002 penduduk di Kecamatan Sumenep menjadi 64.173 jiwa, artinya dalam setiap tahun menunjukkan kenaikan rata-rata sebesar 1.100 jiwa. Desa dengan jumlah penduduk paling besar adalah Desa Kolor dengan jumlah penduduk 7.383 jiwa dan Desa Pamolokan dengan jumlah penduduk 6.993 jiwa, sedangkan Desa dengan jumlah penduduk paling kecil adalah Desa Kacongan dengan jumlah penduduk 1.337 jiwa.

12 13 14 15 16

Sumber: RUTRK Sumenep, 2002

8. Penetapan Bagian Wilayah Kota (BWK)


Pendekatan fungsi BWK Kota Sumenep dilakukan dengan cara membagi beban fungsi Kota Sumenep secara keseluruhan di wilayah fungsional kota. Pembagian BWK di Kota Sumenep didasarkan pada hasil analisa terhadap faktor-faktor di atas menjadi 1 Pusat Inti Kota dan 4 buah Pusat BWK, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4. Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Sumenep (1998-2002)

Pusat Inti Kota, terletak di BWK A. Berfungsi sebagai pusat


perdagangan, jasa ekonomi, perkantoran pemerintah, fasilitas pelayanan kota dan regional serta perumahan. Luas wilayahnya sebesar 852.43 Ha atau 18,11% dari luas Kota Sumenep.

Rencana tata bangunan ini sangat penting dalam upaya untuk menciptakan keseimbangan, keserasian, dan kelestarian lingkungan yang juga untuk kesimbangan fungsi dan intensitas penggunaan lahan dalam kesatuan ruang dalam wilayah dan kota, meliputi: Dasar Kepadatan Bangunan Bangunan) yang intensitas menggambarkan bangunan indikator yang ada, untuk yaitu Kepadatan bangunan ini berkaitan dengan angka KDB (Koefisien mendeskripsikan

Pusat Bagian Wilayah Kota, terdiri dari 4 buah Pusat BWK sesuai
dengan Bagian Wilayah Kota yang dimiliki, yakni: BWK B Memiliki luas wilayah sebesar 959,81 Ha atau 20,39% dari luas Kota Sumenep. Memiliki fungsi yang difokuskan untuk kegiatan yang meliputi pembangunan permukiman tingkat kepadatan sedang dan rendah, daerah penggaraman, penyediaan lokasi industri dan pergudangan pertanian dan penyediaan fasilitas pelayanan tingkat lokal. BWK C Memiliki luas wilayah sebesar 1.004,81 Ha atau 21,34% dari luas Kota Sumenep. Memiliki fungsi untuk kegiatan yang meliputi pengembangan fasilitas perumahan kepadatan rendah dan sedang, penyediaan fasilitas sosial tingkat pelayanan lokal dan untuk lahan pertanian. BWK D Memiliki luas wilayah sebesar 1.040,81 Ha atau 22,11% dari luas Kota Sumenep. Memiliki fungsi utama sebagai daerah tangkapan air untuk Kota Sumenep. Sedangkan untuk pengembangan kawasan terbangun seperti permukiman keberadaannya dibatasi.

perbandingan antara luas bangunan yang diijinkan untuk dibangun terhadap petak lahan itu sendiri. Tabel 5. Arahan Penetapan Koefisien Dasar Bangunan di Kota Sumenep Tahun2003-2013
No Jenis Bangunan 1 Rumah kavling besar 2 Rumah kavling sedang 3 Rumah kavling kecil 4 Bangunan kantor 5 Bangunan kesehatan 6 Bangunan pertokoan 7 Bangunan gedung 8 Bangunan pabrik 9 Bangunan umum Sumber: Hasil analisa RDTRK Tahun 2003 KDB (%) 60-70 75.00 80-90 50-60 40-60 85-90 85-90 40-50 50-60

Ketinggian Bangunan dan Jumlah Lantai Ketinggian bangunan ini berkaitan erat dengan KLB yang merupakan perbandingan luas lantai dasar bangunan dengan luas persil. Secara tidak langsung besarnya KLB (Koefisien Lantai Bangunan) ini mencerminkan jumlah lantai bangunan. Ketentuan ketinggian maksimum bangunan tergantung pula pada penetapan nilai KDB untuk

9.

Rencana Tata Bangunan

masingmasing

Untuk jalan kolektor sekunder, garis sempadan pagar ditetapkan sebesar 4 m dan garis sempadan bangunan sebesar 6 m. Untuk jalan lokal sekunder, garis sempadan pagar sebesar 1,25 m dan sempadan bangunan 3,25 m.

11. Eksisting Bandara Udara Trunojoyo


Gambar 2. Kondisi Eksisting Bandara Trunojoyo bangunan. Bangunan yang mempunyai nilai KDB besar, semakin tinggi bangunan tersebut dapat didirikan. Tabel 6. Rencana Penetapan Jumlah Lantai Bangunan Kota Sumenep Th 2003-2013
No Jenis Bangunan Jumlah Lantai 1 Rumah kavlinig besar 1-2 2 Rumah kavling sedan 1-2 3 Rumah kavling kecil 1-2 4 Ban unan kantor 1-2 5 Kesehatan 1 6 Bangunan pertokoan 1-2 7 Bangunan gedung 1-2 8 Bangunan pabrik 1 9 Bangunan umum 1-2 -Sumber : Hasil Analisa-RDTRK Tahun 2003

Nama Bandara: Trunojoyo Lokasi: Kabupaten Sumenep Jarak dari Pusat Kota dan pemerintahan Kabupaten Sumenep 1.5 km Jarak Dari Ibukota Provinsi (km): 180.00 km

Gambar 3. Pesawat Spesifikasi C-212 Data Teknis Pesawat Spesifikasi C-212:

Perpetakan dan Sempadan Bangunan

1. Kelas = SATKER. 2. Kemampuan = C-212.

6. Arah landasan = 12-30. 7. PCN = 5 FCZU.

Lebar sempadan bangunan di wilayah Kota Sumenep ditetapkan sbb: Untuk jalan arteri primer, garis sempadan pagar ditetapkan sebesar 15 m dan garis sempadan bangunan sebesar 17,5 m. Untuk jalan arteri sekunder, garis sempadan pagar ditetapkan sebesar 10 m dan garis sempadan bangunan sebesar 12,5 m.

3. Koordinat/elevasi= 0704' LS-11356' BT/10ft. 8. Terminal (dom) = 24 m. 4. Pelayanan LLU = UNATTENDED AERODROME. 9. Gedung operasi = 4 m. 5. Panjang landasan = 850 x 30 m. 10. Luas apron = 40 x 40 m.

Kondisi fasilitas bangunan baru direnovasi, antara lain pengaspalan kembali landasan pacu (runway) dan pengecatan bangunan gedung operasional dan beberapa perbaikan lainnya pada tahun 2007.

Gambar 5. Eksisting Lingkungan Sekitar Bandara Udara Trunojoyo (Sumber. Dokumentasi Pribadi)

Gambar 4. Eksisting Fasilitas Bangunan Bandara Udara Trunojoyo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

G.EVALUASI BANDAR UDARA SUMENEP

Status Bandar Udara Saat Ini


Saat ini fasilitasnya terdiri dari: 1(satu) buah Runway, 1(satu) buah Taxiway, dan 1(satu) buah apron serta 1(satu) unit gedung operasional yang tidak digunakan lagi. Sejak dibangunnya bandara ini hingga kini belum ada kegiatan penerbangan dan belum ada pengelolaan bandara dan fasilitasnya. Juga belum ada pihak manapun yang memanfaatkan keberadaan fasilitas ini. Data Teknis Bandara Trunojoyo:

Sisi barat runway mempunyai jarak terdekat dengan permukiman terdekat lebih kurang 60 meter. Posisi permukiman-permukiman yang sangat dekat dan bahkan berada di dalam kawasan bandara sangat membahayakan keselamatan penerbangan dan keamanan-kenyamanan permukiman. Oleh karena itu permukiman yang berada di dalam kawasan penguasaan bandara ini perlu direlokasi.

3. Perkembangan Area di Sekitar Bandar Udara


: 850 m/30 m : 40 m/10 m Wilayah di sekitar Bandar Udara pada saat ini memiliki kecenderungan pengembangan pemukiman yang paling cepat, pengembangan bangunan industri garam dan tembakau, dan bangunan perkantoran pemerintah, serta bangunan penunjang telekomunikasi. Memperhatikan memenuhi kebutuhan pengembangan bandara baik yang nasional harus dan standar keselamatan penerbangan

Panjang/Lebar runway Panjang/Lebar taxiway Luas Apron Elevasi Arah angin/PCN Pelayanan LLU Luas terminal Gedung operasi : 24 m2

: 40x40 m2 : 10 ft dpl : 12-30/5 FCZU : unattended aerodrome

internasional, maka tata ruang kawasan permukiman di sekitar bandara harus dikendalikan. Pengendalian perkembangan kawasan permukiman sebaiknya dilakukan dengan memberikan batasan fisik dapat berupa jalan inspeksi ataupun drainase yang disertai dengan pemagaran dengan tanaman penghalang kebisingan. Perkembangan perkantoran ke arah bandara masih dalam batas yang aman. Pengendalian bangunan melalui perencanaan tata ruang dengan memberikan Pergudangan dimungkinkan batasan dan ketinggian maksimal belum bangunan cepat. nanti yang Sangat akan

: 4 m2

Jenis Pesawat yang Bisa Mendarat: C-212 Fungsi Penggunaan Status saat ini : Umum : Bandara Perintis. : Bukan Pusat Penyebaran

Sumber Data: Direktori Sarana dan Prasarana Penunjang Investasi di Daerah Jawa Timur 2005

mempertimbangkan standar ketentuan KKOP. industri berkembang dengan beroperasinya bandara saat

Situasi Bandar Udara

meningkatkan minat untuk mengembangkan kawasan industri dan

pergudangan. Pengembangan jenis kawasan ini di dekat kawasan bandara juga harus memperhatikan ketentuan KKOP. Perkembangan bangunan menara telekomunikasi di sekitar kawasan bandara tumbuh pesat. Titik-titik menara kian mendekati kawasan bandara yang dapat membahayakan keselamatan penerbangan pada saat terjadi gangguan cuaca. Secara tata ruang lokasi-lokasi menara harus diatur kembali dan yang masuk di dalam KKOP harus direlokasi.

Gambar 6. Gambar Lingkungan Sekitar Bandar Udara Trunojoyo (sumber: google earth)

5. Ketersediaan Sumber Material


Kondisi lingkungan sekitar bandar udara yang ada pada saat ini dikelilingi oleh area pertanian. Namun untuk ketersediaan bahan material dari hasil data RTRW Kabupaten Sumenep tahun 2006 cukup memadai.

4. Ketersediaan Lahan Bandara


Kondisi lingkungan di sekitarnya masih kosong. Luas lahan yang masih kosong di sekitar bandara Trunojoyo sekitar 3.755.490 m, dengan bentuk melebar dari arah landasan pacu. Untuk peningkatan kelas pesawat yang dilayani akan dibutuhkan perpanjangan landasan pacu dengan penataan kembali jalan-jalan lokal yang telah terbangun dan pembebasan kelompok-kelompok permukiman di arah ujung landasan pacu. Sedangkan untuk kebutuhan pengembangan melebar ketersediaan lahan masih mencukupi.

6. Aksesibilitas Menuju Bandar Udara


Jarak Bandar Udara Trunojoyo dari pusat Kota Sumenep sekitar 5 km. Akses utama menuju Bandar Udara Trunojoyo pada saat ini dapat dilalui oleh angkutan darat melalui tiga arah, yaitu dari barat, selatan dan timur kawasan bandara. Kondisi jalan utama menuju Bandar Udara Trunojoyo masuk dalam kategori jalan arteri sekunder dengan kondisi jalan cukup bagus. Kendala yang dihadapi adalah aksesibiltas, yaitu belum ada sarana angkutan umum yang melewati akses jalan utama menuju BandaraTrunojoyo. Selain itu pada malam hari akses jalan menuju bandara belum dilengkapi dengan penerangan jalan yang
Ke Arah Kota

memadai.

: Akses Jalan Utama ke Bandara Gambar 7. Akses Utama Bandar Udara Trunojoyo (sumber: analisa konsultan)

Ke Arah Kalianget

/ganti rugi (pembebasan lahan yang terkena pengembangan, biaya

H. KONSEP PEMBANGUNAN TERHADAP PENGEMBANGAN


Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penyusunan rencana induk ini adalah: (1) Tatanan kebandarudaraan nasional, (2) Keamanan dan keselamatan operasi penerbangan, (3) Prakiraan permintaan jasa angkutan udara, (4) Pedoman dan standar perencanaan yang berlaku, (5) Pengelolaan lingkungan hidup, (6) Rencana tata ruang wilayah propinsi dan kabupaten, dan (7) Faktor-faktor teknis lainnya. Kriteria dasar yang digunakan untuk rencana pengembangan Bandar Udara TrunojoyoSumenep dalam penentuan alternatif rencana pengembangan terhadap pentahapan pembangunan adalah sebagai berikut:

pemindahan pemukiman, biaya penggantian fasilitas sosial lain, biaya pemindahan jalan, dsb).

5. Pertimbangan Konstruksi

Pengaruh konstruksi terhadap bandar udara eksisting. Pengaruh pelaksanaan konstruksi terhadap penambangan material. Pengaruh pelaksanaan konstruksi terhadap persyaratan topografi dan
geologi.

Pengaruh topografi, dapat mengakibatkan adanya pekerjaan


pemotongan dan penimbunan tanah.

1. Data Aerodrome
Meliputi Letak Bandar Udara, Orientasi Runway, Airport Elevation, Airport Rereference Temperature, Aerodrome Reference Code, Runway Designation Number, Type of Runway Operation, dan Runway Dimensions

Pengaruh geologi, kondisi tanah yang kurang baik dapat


menyebabkan adanya perbaikan tanah, stabilisasi tanah dengan penggantian lapisan, dsb.

6. Pertimbangan terhadap Biaya Konstruksi

Biaya pembebasan lahan. Biaya konstruksi pekerjaan sipil. Biaya konstruksi pekerjaan arsitektural. Biaya pekerjaan fasilitas navigasi penerbangan. Biaya pekerjaan mekanikal dan elektrikal.
7. Pertimbangan Ekonomi dan Finansial

2. Pertimbangan Operasional Pesawat Udara


Meliputi Obstacle Limitation Surfaces, Flight Procedures (Prosedur Penerbangan), Air Traffic Control, dan Wind Coverage.

3. Pertimbangan Pengembangan Bandar Udara


Meliputi efisensi dan efektifitas, jarak bandar udara dengan pusat kota, perluasan/pengembangan fasilitas di masa mendatang, mobilitas dan aksesbilitas, status tanah di sekitar bandar udara.

Internal Rate of Return (IRR), besarnya IRR harus lebih besar dari
tingkat bunga yang digunakan saat ini. Apabila IRR lebih rendah maka akan dapat dikatakan bahwa proyek tidak layak.

4. Pertimbangan Sosial Kemasyarakatan


Meliputi kebisingan pesawat udara, tata guna lahan saat ini, kecocokan dengan rencana tata guna lahan yang akan datang, biaya kompensasi

Net Present Value (NPV), Proyek disebut layak bila NPV>0 atau
B0>CO. Bila jumlah cash in flows (dengan nilai saat ini) sama dengan biaya investasi atau dengan kata lain NPV=0, maka pendapatan hanya cukup untuk membayar kembali biaya investasi.

Menyediakan acuan bagi pembangunan atau pengembangan bandar udara.

Rencana Tata Letak Fasilitas Bandar Udara


Faktor yang dipertimbangkan dalam penyusunan tata letak secara umum adalah: tatanan kebandarudaraan nasional; keamanan dan keselamatan operasi penerbangan; prakiraan permintaan jasa angkutan darat; pedoman dan standar perencanaan yang berlaku; pengelolaan lingkungan hidup; rencana tata ruang wilayah provinsi dan kabupaten; faktor-faktor teknis lainnya.

I. KONSEP TATA LETAK FASILITAS BANDARA


Rencana Tata Letak (Site Plan) Bandar Udara adalah penjabaran lanjut dan terinci Rencana Induk Bandar Udara (Airport Master Plan).Rencana Tata Letak Bandar Udara berisikan rencana peruntukan lahan bandar udara, rencana tata massa, serta rencana pentahapan pembangunan Bandar udara. Rencana peruntukan lahan dan tata massa disusun berdasarkan persyaratan tertentu untuk menjamin keselamatan operasi penerbangan di bandara dan untuk menjamin efisiensi hubungan antar komponen yang mempunyai saling ketergantungan yang erat.

Rencana tata letak fasilitas Bandara Sumenep adalah sebagai berikut: Rencana peruntukan lahan bandar udara bagi komponen-komponen bandar udara sebagai berikut: Fasilitas Sisi Udara:

1. Penyusunan Rencana Tata Letak


Tujuan penyusunan Rencana Tata Letak Bandar Udara adalah: Menjabarkan Rencana Induk Bandar Udara secara lebih terinci serta lebih bersifat teknis dan operasional, sehingga digunakan untuk: Menentukan batas lahan penguasaan Bandar udara secara tepat untuk keperluan pemagaran. Menentukan letak komponen-komponen Bandar udara. Memberikan acuan bagi rancangan dasar komponen-komponen Bandar udara dalam hal luas dasar dan ketinggian bangunan. Menentukan strategi pembangunan bandar udara. Menghitung biaya pembangunan bandar udara.

a. Runway (Landas Pacu) b. Taxiway (Landas Hubung)


c. Apron (Landas Parkir) Fasilitas Sisi Darat:

d. Airside Road e. Saluran drainase dan fasilitasnya f. Pagar batas bandar udara.

a. Terminal penumpang dan Terminal VIP

b. Bangunan operasi dan Menara Pengawas


c. Area depo pengisian bahan bakar pesawat (DPPU)

d. Kantor administrasi/Kantor kabandaraan e. Bangunan PKPPK dan P3K (Unit Penanggulangan Kecelakaan) f. Parkir GSE (Ground Service Equipment)

g. Stasiun Meteo: kantor meteorologi dan taman meteo


h. Bangunan catu daya (Genset) dan Rumah pompa i. Area instansi kebandarudaraan dan kantor keamanan j. Parkir kendaraan mobil, kendaraan roda dua, pool taksi dan bus k. Kantin karyawan dan Kantin umum/supir l. Fasilitas pembakaran sampah dan Limbah m. Area penanggulangan bencana n. Rumah Dinas, asrama Karyawan dan fasilitas olahraga o. Bengkel dan bangunan pemeliharaan bandara p. Areal pengembangan bandara q. Mesjid dan pos jaga Zoning dan tata letak fasilitas bandar udara disusun berdasarkan hasil kajian terhadap lokasi. Dalam konsep zoning perencanaan sisi darat harus memperhatikan beberapa aspek, antara lain: jalur pencapaian ke bandar udara, pembagian zona teknis, penunjang dan publik, dan hubungan ruang antar fasilitas dalam bandar udara. Berdasarkan acuan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, fasilitas sisi darat terdiri dari 3 zona: Zona Publik Zona ini merupakan daerah yang sifatnya umum yang menampung kegiatan umum baik penumpang dan pengunjung seperti terminal, VIP dan parkir. Zona ini biasanya terletak di bagian tengah karena berfungsi sebagai titik pusat/vocal point dari bandar udara yang memberi citra dan ciri tertentu terhadap bandar udara. Zona Teknis Zona ini adalah daerah yang tidak disediakan untuk umum (restricted area), daerah ini menampung kegiatan operasional dan teknis bandar udara. Hanya bisa diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan saja. Zona ini biasanya terletak di sebelah zona publik. Pada zona ini terdapat bangunan kantor administrasi, menara ATC, bangunan operasi dan bangunan teknis lainnya. Zona Penunjang Zona ini adalah zona penunjang bandar udara yang semi steril karena pada zona ini terdapat bangunan yang sifatnya masih berhubungan dengan kepentingan umum seperti kargo, karantina dan jasa boga, selain itu pada zona ini terdapat hanggar, bea cukai, imigrasi, dan DPPU (fuel farm). Ketiga zona itu dapat digambarkan sebagai berikut:

Rencana Tata Bangunan atau tata massa, yang mencakup :


a. Rencana Koefisien Dasar Bangunan (KDB) b. Rencana Koefisien Lantai Bangunan (KLB) c. Arah peletakan bangunan Jaringan jalan dan pola pergerakan lalu lintas kendaraan, serta sarana kelengkapan jalan.

Rencana Utilitas yang mencakup:


a. Jaringan saluran air limbah b. Jaringan drainase c. Penyediaan air minum d. Penyediaan listrik e. Penyediaan sarana telepon dan alat komunikasi lainnya f. Cara penanganan pembuangan sampah

Rencana jalur hijau dan pertamanan.


Rencana pentahapan pembangunan bandar udara

Fasilitas Sisi Udara

No

Keterangan

Zona Teknis

Zona Publik

Zona Penunjang

Gambar 8. Konsep Zoning

a. Tahunan b. Harian c. Jam Sibuk 3 Jumlah Pesawat Jam Sibuk 4 Pesawat Terbesar 5 Rute Terjauh Sumber: Analisa Konsultan

Tahap I 2011-2014 416 2 2 1 M-50 Kupang

Tahap II 2015-2025 520 4 4 2 M-50 Denpasar

Tahap III 2026-2030 676 4 4 2 M-50 Denpasar

J. RENCANA INDUK BANDARA TRUNOJOYO


Pengembangan fasilitas Bandara Trunojoyo direncanakan berdasarkan hasil analisis proyeksi atau prakiraan lalu lintas udara, baik lalu lintas pesawat terbang dan pengguna yang memanfaatkan bandara. Hasil prediksi lalu lintas angkutan udara merupakan data pokok untuk perhitungan kapasitas dan analisa kebutuhan fasilitas yang ada. Prakiraan permintaan jasa angkutan udara diperlukan dalam penyusunan rencana induk suatu bandara untuk menentukan kebutuhan akan fasilitas-fasilitas bandar udara termasuk besaran-besarannya. Hal utama yang diperkirakan adalah jumlah penumpang dan jumlah barang atau kargo jika ada. Berdasarkan jumlah penumpang dan jumlah kargo dapat ditentukan pesawat-pesawat yang digunakan, jumlah pergerakan pesawat pesawat kritis dan jumlah penumpang jam sibuk. Jangka waktu prakiraan permintaan jasa angkutan udara untuk penyusunan rencana induk suatu bandara umumnya adalah 2530 tahun dan ditinjau kembali setiap 5 tahun. Tabel 7. Prakiraan Lalu Lintas Angkutan Udara
No 1 Keterangan Pergerakan Penumpang (PnP) a. Tahunan b. Harian c. jam Sibuk Pergerakan Pesawat Tahap I 2011-2014 25.403 89 89 Tahap II 2015-2025 46.457 157 157 Tahap III 2026-2030 71.924 191 191

Selain

berdasarkan

prakiraan

permintaan

jasa

angkutan area

udara, untuk

pengembangan

Bandara

Trunojoyo

menyediakan

penanggulangan bencana, bangunan operasi, bangunan pengelolaan air limbah, dan penyediaan air bersih serta fasilitas lain yang terkait seperti sistem telekomunikasi, navigasi, penyediaan listrik dsb. Pengembangan fasilitas bandara dibedakan menjadi 2(dua) zona sesuai dengan wilayah dan ruang gerak pengguna bandara; yaitu zona sisi darat (landside) dan zona sisi udara (airside).

1. Rencana Tahapan Pembangunan Fasilitas Sisi Udara


Pengembangan fasilitas sisi udara bandar udara diorientasikan pada pengembangan yang optimal yang didasarkan pada keterbatasanketerbatasan yang ada, sehingga tidak perlu terjadi adanya penambahan fasilitas yang tidak diperlukan atau penggunaannya kurang optimal. a. Pengembangan Fasilitas Runway (Landas Pacu) Pengembangan fasilitas runway dilakukan pada tahap awal (Tahap I) untuk mengantipasi beroperasinya pesawat C-130 Hercules. Tabel 8. Pengembangan Fasilitas Landas Pacu (Runway)
No. 1 2 3 4 Keterangan Aerodrome Reference Code Runway Operational Category Dimensi Runway (m2) TORA (m) - RW 21 Tahap I Tahap II Tahap III 3C 3C 3C Non Instrumen Non Instrumen No Instrumen 1400 x 30 1600 x30 1600 x 30 1400 1600 1600

5 TODA (m) - RW 21 6 ASDA (m) - RW 21 7 LDA (m) - RW 03 8 Turning Area (mZ) 9 Runway Strip (m 2 ) Sumber : Analisa Konsultan

1550 1400 1400 1420 x 150

1750 1660 1600 80 x 7,5 1720 x 150

1750 1660 1600 80 x 7,5 1720 x 150

Sedangkan untuk rencana pengembangan fasilitas lain seperti fasilitas navigasi, komunikasi penerbangan dan fasilitas bantu pendaratan dapat dilihat pada Tabel 11.

b.

Pengembangan Fasilitas Taxiway (Landas Hubung) Tabel 11. Kebutuhan Fasilitas Sisi Udara
NO 1 2 3 4 5 FASILITAS Aerodrome Reference Code _ Runway Dimensi Runway Runway Strip TORA LDA ASDA TODA RESA TH 21 Exit Perpendecular RW 21 RW 03 RW 21 RW 21 EKSISTING TAHAP I TAHAP II TAHAP III 3C Non Instrumen 1600 x 30 m2 1,720 x 150 m2 1600 m 1600 m 1600 m 1750 m (90 x 60 m2 (80 x 7,5) m2 2 A (60 x 21) m B (70x18) m 3C 3C 3C _ Non Instrumen Non Instrumen Non Instrumen (1400 x 30)m (1600 x 30) m 1600 x 30) m2 (1520 x 80)m2 (1720 x 150)m 1400 m _ 1400 m 1400 rn 1550 m (90 x 60) m2 1 (60 x 21) m _ 1600 m _ 1600 m 1600 m 1750 m (90 x60) m2 (80 x 7,5) m2 1 _ (60 x 21)rn 1720 x 50m2 1600 rn 1600 m 1600 rn 1750 m 90 x 60 m2 80 x 7,5) m 1 A (60 x 21) m B (70x18) m

Pengembangan fasilitas taxiway (landas hubung) direncanakan dengan mengoptimalkan penggunaan fasilitas taxiway yang sudah ada pada Tahap I, sedangkan pada Tahap II sesuai dengan pengembangan fasilitas sisi darat. Tabel 9. Pengembangan Fasilitas Taxiway (Landas Hubung)
Tahap Eksisting Tahap I Tahap II Tahap III Jenis Perpendicular Perpendicular Perpendicular Perpendicular Panjang 60 (m) 60 70 70 Lebar 21 21 18 18 Jumlah 1 1 1 1

6 7 8 9

10 Turnin Pads 11 Taxiway

Sumber: Analisa Konsultan, 2008

Rapid exit Pararel

c.

Pengembangan Fasilitas Apron (Landas Parkir)

12 Apron

Klasifikasi Pesawat M 25 1 Total Stands Luas Apron 1 ( 60 x 40) m 1 _ 1 (60 x 40) m 2 2 A (60 x 40) m B (60x80) m 2 2 A (60 x 40)m B (110x80) m AFIS VOR/DME GPS Marka PAPI Marka

Tabel 10.Kebutuhan Fasilitas Apron (Landas Parkir)


Lebar (m) 60 60 60 60 Tahap II 60 110 Sumber : Analisa Konsultan, 2008 Tahap Eksisting Tahap I Stage 1 Tahap I Stage 2 Kedalaman (m) 40 40 40 80 40 80 Keterangan Lama Baru Lama Baru
Parkir Pesawat Ekstra

M50 M75

13 Pelayanan Lalu Lintas Udara 14 Fasilitas Navigasi 15 Fasilitas Bantu Pendaratan TH 21 Visual TH 03

Unattended NDB Marka Marka

Unattended NDB Marka Marka

AFLS VOR/ DME GPS Marka, PAPI Marka

NO

FASILITAS

EKSISTING VHF A/G, HF-SSB Cat IV BMG Set

TAHAP I VHF A;G, HF-SSB Cat IV BMG Set

TAHAP II VHF A/G, HF-SSB Tower Set Cat V BMG Set

TAHAP III VHF A/G, HF-SSB Tower Set Cat V BMG Set

serta lahan kosong yang ditumbuhi semak-semak. Luas lahan eksisting adalah 27,7 Ha, sedangkan luas lahan untuk pengembangan adalah 22,7 Ha sehingga luas total lahan setelah pengembangan adalah 50,4 Ha.

16 Fasilitas Komunikasi penerbangan 17 Kategori PKP-PK 18 Fasilitas Meteorologi

Su mber: Anali sa K on sultan, 2 008

2. Rencana Tahapan Pembangunan Fasilitas Sisi Darat


Rencana tahapan pembangunan fasilitas sisi darat Bandara Trunojoyo Sumenep adalah sebagai berikut: Bangunan eksisting yang terkena gusur harus dibangun terlebih dahulu.

Tahap selanjutnya adalah membangun terminal dan membuat area


parkir mobil, motor, pool taksi dan bus sesuai denqan jumlah penumpang yang dilayani

Membuat beberapa fasilitas teknis: bangunan operasi, kantor


administrasi, bangunan catu daya/genset dan rumah pompa/suplai air. Membuat fasilitas perbengkelan untuk perbaikan kendaraan dan bangunan perawatan bandara. Kemudian fasilitas sisi darat lainnya.

GB 9. PETA KEBUTUHAN LAHAN BANDAR UDARA

3. Ketersedian Lahan Pengembangan Bandara


Pada rencana pengembangan Bandara Trunojoyo-Sumenep, terdapat penambahan lahan untuk fasilitas sisi udara dan fasititas sisi darat, yaitu dengan membebaskan lahan penduduk berupa perumahan, kebun kelapa

Pembuatan RESA pada ujung TH 21 dan 03. Pekerjaan pelapisan ulang (overlay) perkerasan yang sudah ada. Pembuatan marka baru pada perpanjangan taxiway&apron baru.
Pembuatan jalan GSE dan jalan inspeksi. Pembuatan saluran drainase pada fasilitas sisi udara. 4) Pekerjaan Sipil Sisi Darat

4. Ruang Lingkup Pembangunan


Lingkup Pembangunan Tahap I Stage 1 (2011-2014) 1) Pengadaan lahan Pembebasan lahan yang diperlukan dalam pengembangan sampai dengan Tahap II seluas 22,7 Ha. 2) Pekerjaan Persiapan Pengukuran dan pemasangan patok batas lahan bandara

Pelebaran jalan masuk menjadi 2 arah 4 lajur. Pembuatan infrastruktur jalan teknis dan penunjang lengkap dengan rambu dan markanya. Pembuatan pagar pembatas antara fasilitas sisi darat dan sisi udara. 5) Pekerjaan Bangunan Fasilitas Sisi Darat Lingkup kegiatan pembangunan pada tahun 2008 adalah: Pembangunan rumah dinas karyawan yang baru karena rumah dinas eksisting terkena pengembangan terminal baru. Jika rumah dinas yang baru telah dipindahkan, maka pelaksanaan konstruksi terminal mulai dilakukan. Membangun bangunan operasi, kantor administrasi, kantor keamanan, kantor dan taman meteo yang baru karena bangunan eksistingnya terkena pengembangan apron Membangun rumah pompa air dan loket tiket masuk keluar. Lingkup kegiatan pembangunan pada tahun 2009 adalah: Lanjutan pembangunan bangunan terminal dan area parkirnya. Lanjutan pembangunan rumah dinas jika belum selesai. Pembuatan area pool taksi dan bus serta parkir motor. Pembuatan kantin supir dan toilet umum.

Pembersihan lahan untuk daerah perpanjangan runway dan


pembuatan apron serta taxiway baru.

Pembuatan direksi kit, base camp, pengadaan air bersih,


pengadaan instalasi listrik, sarana komunikasi dan pembuatan jalan proyek. 3) Pekerjaan Sipil Sisi Udara

Pekerjaan tanah seperti stripping, grading, galian dan timbunan. Pembuatan pagar bandara sepanjang 4000 m. Pekerjaan perkerasan: perpanjangan runway 200m x 30m ke arah
TH 03, pembuatan taxiway baru 70m x 18m, pembuatan apron baru 60m x 80m.

Pembangunan bangunan catu daya, pos jaga, parkir GSE. Lingkup kegiatan pembangunan pada tahun 2010 adalah:

Pembangunan PKPPK, P3K dan kantin karyawan. Pembangunan


bengkel mekanikal elektrikal dan bangunan pemeliharaan bandara.

Penyediaan area pembuangan sampah. Penyediaan area DPPU, area penanggulangan bencana, dan area
instansi kebandarudaraan.

GB 10. PETA RENCANA PENGEMBANGAN TAHAP 1 (STAGE 1)

GB 11. PETA TATA LETAK FASILITAS SISI DARAT TAHAP 1 (STAGE 1)

Pada tahun 2017 adalah masa penambahan terminal reguler untuk


mengakomodasi kebutuhan di Tahap II. Pembangunan terminal VIP dan mesjid. Penyediaan area menara pengawas, area pengolahan limbah, area DPPU, area penanggulangan bencana dan area instansi kebandarudaraan.

Penambahan rumah dinas karyawan tipe 45 sebanyak 15 buah.


Lahan bandara yang tersisa difungsikan sebagai area pengembangan Lingkup Pembangunan Tahap II (2015-2025) Pekerjaan Persiapan (yaitu pekerjaan penyiapan lahan) Pekerjaan Sipil Sisi Udara 4) Pekerjaan Pengadaan Fasilitas Navigasi Perbaikan NDB yang rusak. Penggantian NDB dengan peralatan baru VOR/DME (GPS). 5) Pekerjaan Pengadaan Fasilitas Bantu Pendaratan Pemasangan PAPI pada ujung runway TH 21. 6) Pengadaan Fasilitas Komunikasi Penerbangan seperti VHF A/G dan HFSSB, Tower Set. bandara di masa yang akan datang.

1)

2)

Pekerjaan tanah seperti stripping, grading, galian dan timbunan. Pengoperasian runway baru dengan panjang 1600 m x 30 m. Pengoperasian taxiway dan apron baru. Pembuatan apron baru 50m x 80m sehingga total apron menjadi
110m x 80m.

Apron dan taxiway yang lama tetap dipergunakan, sebagai helipad


ataupun untuk general aviasi sehingga tidak menganggu pelayanan penerbangan reguler. 3) Pekerjaan Konstruksi Fasilitas Sisi Darat Pengoperasian terminal baru dan fasilitas lain yang telah terbangun pada tahap/tahun sebelumnya.

Lingkup Pembangunan Tahap III (Ultimit 2026-2030) 1) Pekerjaan Sipil Sisi Udara

Pada tahap ini fasilitas sisi udara hanya perawatan saja terutama pada area runway strip. 2) Pekerjaan Sipil Sisi Darat Tidak ada kegiatan pembangunan fisik fasilitas. Tetap menyediakan area DPPU, area instansi kebandarudaraan, area pengembangan bandara dan penanggulangan bencana alam.

GB 12. PETA RENCANA PENGEMBANGAN TAHAP 1 (STAGE 2)

GB 13. TATA LETAK FASILITAS SISI DARAT TAHAP 1 (STAGE 2)

a) Pemerintah Pusat dalam bentuk anggaran APBN yang dapat diusulkan pada setiap tahun anggaran.

b) Pemerintah Daerah Tingkat-I (propinsi) dalam bentuk anggaran APBD


Tingkat-I yang merupakan kewenangan dan kebijaksanaan Gubernur. c) Pemerintah Daerah Tingkat-II (Walikota) dalam bentuk anggaran APBD Tingkat-II yang merupakan kewenangan dan kebijaksanaan Bupati Sumenep.

6. Rencana Pelaksanaan Pembangunan


Rencana pelaksanaan pembangunan disusun berdasarkan rencana pentahapan pembangunan (design year), pembangunan dilakukan sesuai urutan prioritas kebutuhan fasilitas yang harus tersedia terhadap masing-masing tahap pembangunan.

5. Rencana Biaya Pembangunan


Sumber dana yang dapat digunakan adalah: a) Biaya dari penggunaan fasilitas pendaratan dan tinggal landas serta penggunaan fasilitas lain yang terkait. b) Penghibahan konsesi. c) Penyewaan ruang di bangunan terminal penumpang dan kargo. d) Penyewaan bangunan tertentu untuk akomodasi dan pelayanan lainnya. e) Penyewaan lahan kosong yang belum diperlukan penggunaannya kepada pihak swasta. Sumber dana dari Pemerintah dibedakan menjadi 3 sumber, yaitu:

K. PROSPEK BISNIS PENERBANGAN


Keadaan ekonomi pada suatu daerah direpresentasikan oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Data PDRB Kabupaten Sumenep menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran setelah itu pertambangan dan penggalian. Dalam analisis ekonomi Bandar Udara Trunojoyo ini diasumsikan setelah bandara baru dioperasikan akan terjadi perkembangan PDRB yang lebih tinggi atau lebih cepat. Sektor-sektor yang diasumsikan terpengaruh dan mengalami perkembangan yang lebih cepat adalah sektor pertanian, pertambangan & penggalian, perdagangan dan sektor jasa.

Tabel 12. PDRB per-Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Sumenep berdasarkan Harga Berlaku (Juta Rp)
Sektor 2003 Pertanian 2.756.875,36 Pertambangan & 483.139,51 Penggalian Industri Pengolahan 144.895,30 Listrik, Gas & Air Bersih 10.137,21 Bangunan 109.988,30 Perdagangan, Hotel & 688.523,72 Restoran Pengangkutan & 182.713,80 Komunikasi Keuangan, Persewaan & 208.562,33 Jasa Perusahaan Jasa-jasa 486.258,12 PDRB dengan Migas 5.071.093,64 PDRB tanpa Migas 4.682.301,95 PDRB Per Kapita (Rp) 5.008.576,58 Income perkapita 4.751.720,93 PDRN Per Kapita (Rp) Sumber: BPS Kabupaten Sumenep, 2006 2004 3.010.217,03 544.212,25 154.901,21 11.706,60 118.088,19 759.860,74 201.267,26 234.607,86 533.992,07 5.568.853,20 5.128.721,72 5.361.998,04 5.087.017,82 2005 3.498.085,87 613.101,69 170.745,56 14.458,21 140.861,86 914.757,33 246.024,01 269.498,52 629.417,10 6.496.950,16 6.006.312,23 6.180.255,33 5.863.312,29 2006 4.029.569,39 724.322,35 189.102,69 16.048,97 164.123,77 1.081.770,72 285.185,20 308.938,78 721.815,41 7.520.877,28 6.937.746,83 7.110.495,05 6.745.846,38 Tahap III 2026 - 2030 Tahap II 2015 - 2025

Grand Total

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 Alor = 110.113.402.875,00

Analisa Pengeluaran Bandara Trunojoyo Biaya (Cost) Investasi Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan bandara, menambah fasilitas-fasilitas dan perbaikan yang belum ada dan
Biaya Pegawai Biaya Barang Biaya Pemeliharaan Biaya Dinas

Total Biaya O & P, kecuali biaya depresiasi Bandara Trunojoyo diprediksi 35% dari total penerimaannya. Tabel 14. Total Biaya O & P
Sub Biaya Tarif ( %) 20% 9% 10 'o 1% Satuan Per Total Penerimaan Per Total Penerimaan Per Total Penerimaan Per Total Penerimaan

meningkatkan fasilitas-fasilitas yang sudah ada. Biaya investasi tidak diperuntukkan perawatan (maintenance) fasilitas fasilitas bandara. Biaya perbaikan dan perawatan bandara diasumsikan dapat ditutup (covered) oleh penerimaan dari pengoperasian bandara (JP2U, JP4U, konsesi, parkir kendaraan). Perkiraan biaya investasi Bandara Trunojoyo diberikan secara ringkas pada Tabel 13 berikut. Tabel 13. Prakiraan Biaya Konstruksi Pengembangan Bandara Trunojoyo
Tahap Tahap I 2011 - 2014 Tahun 2011 2012 Total Biaya Konstruksi

Prediksi total pendapatan dapat dilihat pada Tabel 15 di bawah ini. Tabel 15. Prakiraan Total Pendapatan Bandara Trunojoyo
Tahun 2011 2012 2013 Pendapatan Aeronautika 220, 709, 296 226,668,031 285,941,721 Non-Aeronautika 129, 196,764 135;707,125 161,281,509 Total Pendapatan 349, 906, 055 362,3/5,156 447,223,230

2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

292,794,267 344,593,835 394,842,425 463,131,280 472,193,772 553,944,703 591,882,516 718,785,440 730,770,5351 891,220,180 905,003,097 1,056,603,916 1,115,063,025 1,300,550,386 1,318,778,294 1,537,557,132 1,614,869,303

168,781,878 199, 958,141 208,596,560 246,477.531 306,495,955 359, 900,788 411,074,100 482, 657,360 553, 426,552 649,713,260 747,470,073 877,370,341 1f 012, 238, 270 1,187,898,531 1,373,735,544 1,611,724.450 1,867,505,936

461,576,145 544,551,976 603,438,985 709,608,811 778,689,727 913,345, 491 1, 002f 956, 616 1,201,442,800 1,284,197,137 1,540,933,440 1,652,473,170 1,933,979,257 2,127,301,295 2,488,448,917 2,692,513,838 3,149,281,583 3 f 482, 375, 2401

2 02 3 2 02 4 2 02 5 2 02 6 2 02 7 2 02 8 2 02 9 2 030 Sumbe r: Anali sis Kon sultan

Sumber: Analisis Konsultan

Indikasi Analisis Finansial Sedangkan prediksi total pengeluaran dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Prakiraan Total Pengeluaran Pengembangan Bandara Trunojoyo
Tahun 2 01 1 2 01 2 2 01 3 2 01 9 2 01 5 2 01 6 2 01 7 2 01 8 2 01 9 2 02 0 2 02 1 2 02 2 BiayaOperasiona1 Pegawai Barang Pemeliharaan Perj. Dinas Piaya Konstruksi Total Pengeluaran

Tingkat bunga atau discount factor yang digunakan adalah 13 %, 15 % dan 18 %. Tabel 17. Resume Nilai NPV dan SCR Analisis Finansial
Tingkat Suku Bunga NPV (x 1.000.000) SCR FIRR i = 13% -67.117,41 0,07 i = 15% -64.281,53 0,06 -14,77766248 % i = 18% -60.424,30 0,05

Sumber: Analisis Konsultan

Dan dari perhitungan FIRR = -14,77766248 % Sehingga disimpulkan bahwa investasi Bandar Udara Trunojoyo Kabupaten Sumenep dapat dikatakan Tidak Menguntungkan secara Finansial.

pembuatan apron baru untuk menampung peningkatan jumlah pengguna jasa angkutan udara. Dengan dikembangkannya Bandar Udara Trunojoyo diharapkan dapat mendukung pembangunan perekonomian masyarakat Kabupaten Sumenep pada khususnya dan Provinsi Jawa Timur pada umumnya.

L. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


KESIMPULAN
Berdasarkan klasifikasi dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Bandar Udara Trunojoyo pada saat ini termasuk dalam kelas B (ICAO kelas 3C).

REKOMENDASI
Mengingat utilisasi fasilitas di Bandara Trunojoyo masih rendah, maka perlu dikembangkan suatu peluang bisnis penerbangan yang dapat menambah pendapatan bandara.

Proses pentahapan pengembangan yang akan dilakukan di Bandara


Trunojoyo adalah dengan mengoptimalkan lahan dan fasilitas eksisting sebelum fasilitas baru yang direncanakan siap dioperasikan sehingga kinerja operasional bandara tetap terjaga dan setiap perubahan fasilitas tersebut perlu diberitahukan melalui NOTAM (Notice to Airman).

Pengembangan dilakukan melalui tiga tahapan yaitu: Tahap I Stage 1


(2007 - 2010), Tahap I Stage 2 ( 2010- 2020), Tahap II ( 2021 - 2030 ). Dengan dikembangkannya Bandara Trunojoyo, maka nantinya pada tahap ultimate pesawat terbesar yang dapat dilayani adalah sekitar M50. Sisi darat dikembangkan dengan mengoptimatisasikan lahan eksisting, agar bangunan tidak menjadi halangan pada permukaan transisi dan karena adanya bukit maka fasilitas sisi darat digeser di sebelah barat apron eksisting demikian juga untuk fasilitas apron, direncanakan

Mengingat biaya pengembangan Bandara Trunojoyo yang cukup besar,


maka upaya-upaya yang serius perlu dilakukan melalui mekanisme koordinasi dan kerjasama yang saling mendukung antara berbagai pihak yang berkepentingan dengan pelayanan dan operasional bandar udara, yakni antara pihak perusahaan penerbangan (airlines), Ditjen

Perhubungan Udara, Pemerintah Kabupaten Sumenep dan investor swasta khususnya jasa pariwisata guna mendukung pengembangan kepariwisataan. Hasil analisis ekonomi menunjukkan bahwa proyek pengembangan cukup layak meskipun analisa finansial menunjukkan hal sebaliknya, maka direkomendasikan proyek dapat direalisasikan antara lain dengan pertimbangan proyek akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan ekonomi daerah.

Penyelenggaran bandara Udara mengajukan Penetapan Rencana Induk


Bandara kepada Bupati dengan melampirkan rekomendasi Gubernur.

Anda mungkin juga menyukai