A. LATAR BELAKANG
Pergeseran paradigma pembangunan dari sistem sentralisasi menjadi desentralisasi daerah. mengakibatkan seiring percepatan pertumbuhan di beberapa ternyata Namun dengan desentralisasi tersebut,
B. MAKSUD
1. Melaksanakan kajian atau analisis kuantitatif dan kualitatif hingga seberapa jauh fasilitas bandar udara dapat dikembangkan/dibangun guna mendukung serta mengantisipasi perkembangan sosial ekonomi. 2. Melakukan Inventarisasi Data dan Survei Lapangan dalam rangka penyediaan data dan informasi untuk kegiatan analisis penyusunan Rencana Induk Bandar Udara. 3. Melakukan analisis yang terkait dengan Rencana Induk Bandar Udara. 4. Melakukan Penyusunan Rancangan Keputusan Menteri Perhubungan Tentang Rencana Induk Bandar Udara, mengingat Bandar Udara Sumenep termasuk Katagori Bandar Udara Bukan Pusat Penyebaran
pelaksanaan otonomi daerah membawa beberapa persoalan, salah satunya adalah sifat ego daerah baik dalam pembangunan maupun kepentingankepentingan politis lainnya. Oleh karena itu upaya yang hendak ditempuh (khususnya oleh Pemerintah Propinsi Jawa Timur) adalah koordinasi antar daerah yang mewujudkan saling toleransi serta kerjasama yang saling menguntungkan dalam pembangunan daerah. Dampak UU No. 32 dan No. 33 Tahun 2004 dan PP No. 25 tahun 2000, Kepres RI nomor 40 tahun 2001 dan Kepmendagri nomor 1 tahun 2002 adalah adanya otonomi daerah dalam berbagai bidang yang pada hakekatnya merupakan pemberian kewenangan pada daerah untuk merumuskan dan mengembangkan sistem di transportasi sendiri sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat serta kondisi dan kemampuan daerah dalam kerangka sistem nasional. Dalam upaya meningkatkan pelayanan transportasi khususnya transportasi udara serta mengingat perkembangan dan tuntutan yang terjadi dan menunjang program nasional, maka pengembangan Bandar Udara Trunojoyo Kabupaten Sumenep dirasakan sangat mendesak. Perencanaan Masterplan diharapkan dapat mengarahkan pengembangan Bandar Udara Trunojoyo ini secara berkelanjutan, berkesinambungan dan terarah dengan acuan dan dasar yang jelas dan baku, sehingga pekerjaan yang dihasilkan dapat diterima semua pihak dan dapat berfungsi secara optimal.
C. TUJUAN
1. Menyiapkan pedoman perencanaan dalam rangka perumusan kebijakan pengembangan fasilitas bandar udara saat ini dan di masa mendatang sesuai kebutuhan pelayanan jasa angkutan udara.
D. SASARAN
Terciptanya hasil perancangan yang optimal yang diharapkan dapat memberikan kemudahan mobilitas bagi pelaku ekonomi dan masyarakat, disamping juga dituntut memberikan implikasi yang dapat mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
UU Republik Indonesia No. 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan; UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi; Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2001 tentang
Kebandarudaraan; Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan; Peraturan Pemerintah RI No. 29 Tahun 2000 tanggal 30 Mei 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi; Kepres RI No. 80 Tahun 2003 tanggal 3 Nopember 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; Kepres RI No. 61 Tahun 2004 tentang perubahan terhadap Keputusan Presiden RI Nomor 80 Tahun 2003 tanggal 3 Nopember 2003 tentang Pedoman Pemerintah; Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
14. Keputusan
Direktur
Jenderal
Perhubungan Pelaksanaan
Udara
No.
SKEP/120/VI/2002
tentang
Petunjuk
Pembuatan
F. KONDISI EKSISTING
KONDISI EKSISTING KABUPATEN SUMENEP 1. Geografis dan Administrasi
Secara geogarafis Kabupaten Sumenep terletak diantara 1130325411601648 BT dan 4055-70241 LS, dengan batas-batas: Sebelah Selatan Sebelah Utara Sebelah Barat : Selat Madura : Laut Jawa : Kabupaten Pamekasan : Laut Jawa/Laut Flores
9.
Kepres RI No. 8 Tahun 2006 tentang perubahan keempat atas Keputusan Presiden RI Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
Sebelah Timur
Luas daerah Kabupaten Sumenep adalah 2.093,46 km2. Secara administrasi wilayah Kabupaten Sumenep dibagi menjadi 27 Kecamatan dan 328 (Tiga Ratus Dua Puluh Delapan) Desa.
bulannya berkisar antara 46%-79%. Kecepatan angin rata-rata setiap bulan berkisar 3,88-6,88 Knot. Pada musim penghujan mempunyai curah hujan rata-rata sekitar 200 sampai 1500 mm/bulan dan lama hujan rata-rata 18 hari/bulan. Sedang pada musim kemarau mempunyai curah hujan rata-rata 25-200 mm/bulan dan lama hujan rata-rata 3 hari/bulan.
4. Perkembangan Penduduk
Sejak tahun 2003, jumlah penduduk di Kabupaten Sumenep sudah mencapai di atas 1 juta jiwa. Proporsi terbesar penduduk berada di Kecamatan Sumenep. Pertumbuhan rata-rata penduduk Kabupaten Sumenep tergolong rendah, hanya 1,85% per tahun.
Gambar 1. Letak Kabupaten Sumenep Terhadap Jawa Timur (Sumber: DPU, 2005)
5. Penggunaan Lahan
Lahan belum terbangun produktif yang paling luas berupa tegal, kebun dan ladang seluas 121.139,32 hektar atau 57,92%. Kemudian kedua penggunaan lainnya seluas 27.630,85 hektar atau 13,21% dan ketiga penggunaan lain yaitu sawah seluas 22.462,96 hektar. Lahan yang paling subur untuk pertanian pangan adalah sawah, dimana jenis sawah meliputi sawah teknis, setengah teknis, sederhana dan tadah hujan. Sawah yang paling luas yaitu di Kecamatan Arjasa seluas 8.594 hektar, tetapi didominasi oleh sawah tadah hujan. Sedang sawah teknis dan setengah teknis yang paling luas di Kecamatan Kota Sumenep dan Lenteng. Sawah teknis dan setengah teknis secara keseluruhan seluas 6.211,64 hektar. Tabel 1. Luas Lahan Terbangun & Belum Terbangun di Kab. Sumenep*
2. Hidrologi
Kedalaman air tanah d i wilayah Kabupaten Sumenep mencapai 25 meter, dengan kualitas air tanah secara fisik cukup baik.
3. Klimatologi
Berdasarkan sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson, Kab. Sumenep mempunyai iklim Tipe D dengan temperatur antara 22oC-31oC. Kelembaban udara rata-rata adalah berkisar antara 74,3-84,8 mb/hari. Sedangkan intensitas rata-rata penyinaran matahari untuk setiap
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Kecamatan
Pragaan Bluto Sarongi Giligenting Talango Kalianget Sumenep Batuan Lenteng Ganding Guluk-guluk Pasangsongan Ambuten Rubaru Dasuk Manding Batuputih Gapura Batang-batang Dungkek Nonggunong Gayam Raas Sapekan Arjasa Kangayan Masalembu Jumlah *) Tahun 2004
Luas Lahan Terbangun Ha % 1.333,86 23,06 1.306,67 25,50 1.300,93 19,21 633,36 20,89 781,00 16,22 352,62 11,68 595,36 10,84 396,91 7,22 1.617,50 22,65 655,59 12,15 967,91 16,25 1.505,93 12,65 436,78 8,64 744,82 8,82 144,00 2,23 320,00 4,65 1.060,67 9,45 15,10 0,23 2.057,75 25,62 622,90 9,83 778,90 19,43 544,90 6,16 671,61 17,26 157,90 0,78 564,68 1,27 188,23 0,42 233,51 5,72 19.989,38 9,56
Luas Tak Lahan Terbangun Ha % 4.450,39 76,94 3.818,32 74,50 5.470,10 80,79 2.398,54 79,11 4.033,40 83,78 2.666,88 88,32 2.700,72 49,16 1.800,48 32,78 5.523,09 77,35 4.741,22 87,85 4.989,37 83,75 10.396,96 87,35 4.617,52 91,36 7.701,21 91,18 6.305,95 97,77 6.567,55 95,35 10.165,88 90,55 6.571,42 99,77 5.978,17 74,39 5.711,73 90,17 3.228,90 80,57 8.295,00 93,84 3.218,76 82,74 20.030,83 99,22 32.935,59 73,73 10.978,53 24,58 3.851,69 94,28 189.148,19 90,44
Jumlah (Ha) 5.784,25 5.124,99 6.771,03 3.031,90 4.814,40 3.019,50 3.296,08 2.197,39 7.140,59 5.396,81 5.957,28 11.902,89 5.054,30 8.446,03 6.449,95 6.887,55 11.226,55 6.586,52 8.035,92 6.334,63 4.007,80 8.839,90 3.890,37 20.188,73 33.500,27 11.166,76 4.085,20 209.137,57
Salah satu prasarana transportasi darat adalah jaringan jalan. Kondisi jaringan jalan di Kabupaten Sumenep adalah sebagai berikut:
Jalan Lokal Primer, menghubungkan antara Kab. Sumenep dengan KotaKota Kecamatan;
6. Jaringan Transportasi
Transportasi Darat
Jenis Permukaan
Jalan Negara
Jalan Propinsi
Jalan Kabupaten
Kecamatan (Km)
Panjang (Km)
Menurut topografinya seluruh wilayah Kecamatan Sumenep memiliki tingkat kemiringan kurang dari 30% atau termasuk daerah landai.
(Km) (Km) (Km) Aspal 48.830 69.600 1.488.400 1.606.830 Kerikil/makadam 94.200 94.200 Tanah 47.300 47.300 Lain-lain 1.390 1.390 Jumlah 48.830 69.600 1.629.900 1.390 1.749.720 Sumber: RTRW Kabupaten Sumenep, 2006 dan BPS Kabupaten Sumenep, 2007 (diolah)
Transportasi Laut Transportasi lokal melalui laut menghubungkan antara wilayah kecamatan darat dengan wilayah kepulauan. Salah satu pelabuhan resmi yang sudah beroperasi yaitu Pelabuhan Kalianget. Sistem transportasi lokal melalui laut tersebut terdiri atas sarana kapal penyebrangan dan perahu mesin. Transportasi Udara Guna mendukung peningkatan ekonomi dan lainnya bagi penduduk Kabupaten Sumenep, maka harus didukung oleh sarana transportasi salah satunya melalui udara. Di wilayah ini belum ada bandar udara, sehingga kebutuhan penduduk terhadap sarana transportasi udara selama ini melalui Kota Surabaya. Meskipun saat ini belum ada bandar udara, namun sudah direncanakan lapangan terbang perintis di Kecamatan Kota Sumenep.
relatif kurang subur dan pada umumnya tanahnya gundul, bagian tengah merupakan daerah yang relatif agak subur dan bagian selatan tanahnya relatif kurang subur dan sebagian relatif tandus.
3. Drainase
Drainase di Kota Sumenep termasuk baik, hal ini didukung oleh adanya beberapa sungai yang melintasi wilayah kota yang secara langsung dapat dipergunakan untuk saluran pembuangan khususnya rumah tangga.
Erosi di wilayah Kota Sumenep kemungkinannya sangat kecil terjadi, hal ini disebabkan wilayah Kabupaten Sumenep memiliki kelerengan yang cukup datar, hanya di sekitar Asta Tinggi yang merupakan dataran cukup tinggi yang mempunyai potensi erosi jika kawasannya tidak dijaga vegetasinya.
1 2 3 Kolor Pabian Marengan Daya Kacongan Paberasan Parsanga Bankal Pangarangan Kepanjin Pajagalan Bangselok Karangduak Pandian Pamolokan Kebunan Kebunagung Jumlah No. Desa Tahun 1998 6.814 5.007 1.603 1.204 3.342 4.021 1.872 4.003 3.741 3.826 5.207 4.002 4.112 6.603 2.308 1.805 59.470
Jumlah Penduduk Tahun 1999 7.104 5.136 1.649 1.202 3.416 4.126 1.897 4.160 3.772 3.908 5.317 4.138 4.251 6.706 2.304 . 1.802 60.888 Tahun 2000 7.262 5.215 1.680 1.230 3.455 4.176 1.892 4.288 3.831 3.951 5.415 4.231 4.344 6.801 2.313 . 1.859 61.943 Tahun 2001 7.322 5.286 1.744 1.309 3.527 4.242 1.965 4.373 3.909 4.005 5.514 _ 4.273 4.390 6.900 2.420 1.904 63.083 Tahun 2002 7.383 5.330 1.792 1.337 3.589 4.302 2.023 4.435 3.996 4.086 5.602 4.345 4.479 6.993 2.498 1.983 64.173
6. Hidrologi
Secara fisik wilayah Kota Sumenep dilalui oleh beberapa sungai/kali, antara lain Sungai Saroka, Sungai Tempek dan Sungai Saroka. Air sungai ini selain dimanfaatkan untuk jaringan irigasi, juga dimanfaatkan sebagian penduduk untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan cuci.
4 5 6 7 8 9 10 11
7. Kependudukan
Perkembangan jumlah penduduk di Kecamatan Sumenep dalam lima tahun terakhir menurut RUTRK menunjukkan perkembangan yang konsisten, tahun 1998 dengan jumlah penduduk 59.470 jiwa, lima tahun kemudian yakni di tahun 2002 penduduk di Kecamatan Sumenep menjadi 64.173 jiwa, artinya dalam setiap tahun menunjukkan kenaikan rata-rata sebesar 1.100 jiwa. Desa dengan jumlah penduduk paling besar adalah Desa Kolor dengan jumlah penduduk 7.383 jiwa dan Desa Pamolokan dengan jumlah penduduk 6.993 jiwa, sedangkan Desa dengan jumlah penduduk paling kecil adalah Desa Kacongan dengan jumlah penduduk 1.337 jiwa.
12 13 14 15 16
Rencana tata bangunan ini sangat penting dalam upaya untuk menciptakan keseimbangan, keserasian, dan kelestarian lingkungan yang juga untuk kesimbangan fungsi dan intensitas penggunaan lahan dalam kesatuan ruang dalam wilayah dan kota, meliputi: Dasar Kepadatan Bangunan Bangunan) yang intensitas menggambarkan bangunan indikator yang ada, untuk yaitu Kepadatan bangunan ini berkaitan dengan angka KDB (Koefisien mendeskripsikan
Pusat Bagian Wilayah Kota, terdiri dari 4 buah Pusat BWK sesuai
dengan Bagian Wilayah Kota yang dimiliki, yakni: BWK B Memiliki luas wilayah sebesar 959,81 Ha atau 20,39% dari luas Kota Sumenep. Memiliki fungsi yang difokuskan untuk kegiatan yang meliputi pembangunan permukiman tingkat kepadatan sedang dan rendah, daerah penggaraman, penyediaan lokasi industri dan pergudangan pertanian dan penyediaan fasilitas pelayanan tingkat lokal. BWK C Memiliki luas wilayah sebesar 1.004,81 Ha atau 21,34% dari luas Kota Sumenep. Memiliki fungsi untuk kegiatan yang meliputi pengembangan fasilitas perumahan kepadatan rendah dan sedang, penyediaan fasilitas sosial tingkat pelayanan lokal dan untuk lahan pertanian. BWK D Memiliki luas wilayah sebesar 1.040,81 Ha atau 22,11% dari luas Kota Sumenep. Memiliki fungsi utama sebagai daerah tangkapan air untuk Kota Sumenep. Sedangkan untuk pengembangan kawasan terbangun seperti permukiman keberadaannya dibatasi.
perbandingan antara luas bangunan yang diijinkan untuk dibangun terhadap petak lahan itu sendiri. Tabel 5. Arahan Penetapan Koefisien Dasar Bangunan di Kota Sumenep Tahun2003-2013
No Jenis Bangunan 1 Rumah kavling besar 2 Rumah kavling sedang 3 Rumah kavling kecil 4 Bangunan kantor 5 Bangunan kesehatan 6 Bangunan pertokoan 7 Bangunan gedung 8 Bangunan pabrik 9 Bangunan umum Sumber: Hasil analisa RDTRK Tahun 2003 KDB (%) 60-70 75.00 80-90 50-60 40-60 85-90 85-90 40-50 50-60
Ketinggian Bangunan dan Jumlah Lantai Ketinggian bangunan ini berkaitan erat dengan KLB yang merupakan perbandingan luas lantai dasar bangunan dengan luas persil. Secara tidak langsung besarnya KLB (Koefisien Lantai Bangunan) ini mencerminkan jumlah lantai bangunan. Ketentuan ketinggian maksimum bangunan tergantung pula pada penetapan nilai KDB untuk
9.
masingmasing
Untuk jalan kolektor sekunder, garis sempadan pagar ditetapkan sebesar 4 m dan garis sempadan bangunan sebesar 6 m. Untuk jalan lokal sekunder, garis sempadan pagar sebesar 1,25 m dan sempadan bangunan 3,25 m.
Nama Bandara: Trunojoyo Lokasi: Kabupaten Sumenep Jarak dari Pusat Kota dan pemerintahan Kabupaten Sumenep 1.5 km Jarak Dari Ibukota Provinsi (km): 180.00 km
Lebar sempadan bangunan di wilayah Kota Sumenep ditetapkan sbb: Untuk jalan arteri primer, garis sempadan pagar ditetapkan sebesar 15 m dan garis sempadan bangunan sebesar 17,5 m. Untuk jalan arteri sekunder, garis sempadan pagar ditetapkan sebesar 10 m dan garis sempadan bangunan sebesar 12,5 m.
3. Koordinat/elevasi= 0704' LS-11356' BT/10ft. 8. Terminal (dom) = 24 m. 4. Pelayanan LLU = UNATTENDED AERODROME. 9. Gedung operasi = 4 m. 5. Panjang landasan = 850 x 30 m. 10. Luas apron = 40 x 40 m.
Kondisi fasilitas bangunan baru direnovasi, antara lain pengaspalan kembali landasan pacu (runway) dan pengecatan bangunan gedung operasional dan beberapa perbaikan lainnya pada tahun 2007.
Gambar 5. Eksisting Lingkungan Sekitar Bandara Udara Trunojoyo (Sumber. Dokumentasi Pribadi)
Gambar 4. Eksisting Fasilitas Bangunan Bandara Udara Trunojoyo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Sisi barat runway mempunyai jarak terdekat dengan permukiman terdekat lebih kurang 60 meter. Posisi permukiman-permukiman yang sangat dekat dan bahkan berada di dalam kawasan bandara sangat membahayakan keselamatan penerbangan dan keamanan-kenyamanan permukiman. Oleh karena itu permukiman yang berada di dalam kawasan penguasaan bandara ini perlu direlokasi.
Panjang/Lebar runway Panjang/Lebar taxiway Luas Apron Elevasi Arah angin/PCN Pelayanan LLU Luas terminal Gedung operasi : 24 m2
internasional, maka tata ruang kawasan permukiman di sekitar bandara harus dikendalikan. Pengendalian perkembangan kawasan permukiman sebaiknya dilakukan dengan memberikan batasan fisik dapat berupa jalan inspeksi ataupun drainase yang disertai dengan pemagaran dengan tanaman penghalang kebisingan. Perkembangan perkantoran ke arah bandara masih dalam batas yang aman. Pengendalian bangunan melalui perencanaan tata ruang dengan memberikan Pergudangan dimungkinkan batasan dan ketinggian maksimal belum bangunan cepat. nanti yang Sangat akan
: 4 m2
Jenis Pesawat yang Bisa Mendarat: C-212 Fungsi Penggunaan Status saat ini : Umum : Bandara Perintis. : Bukan Pusat Penyebaran
Sumber Data: Direktori Sarana dan Prasarana Penunjang Investasi di Daerah Jawa Timur 2005
mempertimbangkan standar ketentuan KKOP. industri berkembang dengan beroperasinya bandara saat
pergudangan. Pengembangan jenis kawasan ini di dekat kawasan bandara juga harus memperhatikan ketentuan KKOP. Perkembangan bangunan menara telekomunikasi di sekitar kawasan bandara tumbuh pesat. Titik-titik menara kian mendekati kawasan bandara yang dapat membahayakan keselamatan penerbangan pada saat terjadi gangguan cuaca. Secara tata ruang lokasi-lokasi menara harus diatur kembali dan yang masuk di dalam KKOP harus direlokasi.
Gambar 6. Gambar Lingkungan Sekitar Bandar Udara Trunojoyo (sumber: google earth)
memadai.
: Akses Jalan Utama ke Bandara Gambar 7. Akses Utama Bandar Udara Trunojoyo (sumber: analisa konsultan)
Ke Arah Kalianget
pemindahan pemukiman, biaya penggantian fasilitas sosial lain, biaya pemindahan jalan, dsb).
5. Pertimbangan Konstruksi
Pengaruh konstruksi terhadap bandar udara eksisting. Pengaruh pelaksanaan konstruksi terhadap penambangan material. Pengaruh pelaksanaan konstruksi terhadap persyaratan topografi dan
geologi.
1. Data Aerodrome
Meliputi Letak Bandar Udara, Orientasi Runway, Airport Elevation, Airport Rereference Temperature, Aerodrome Reference Code, Runway Designation Number, Type of Runway Operation, dan Runway Dimensions
Biaya pembebasan lahan. Biaya konstruksi pekerjaan sipil. Biaya konstruksi pekerjaan arsitektural. Biaya pekerjaan fasilitas navigasi penerbangan. Biaya pekerjaan mekanikal dan elektrikal.
7. Pertimbangan Ekonomi dan Finansial
Internal Rate of Return (IRR), besarnya IRR harus lebih besar dari
tingkat bunga yang digunakan saat ini. Apabila IRR lebih rendah maka akan dapat dikatakan bahwa proyek tidak layak.
Net Present Value (NPV), Proyek disebut layak bila NPV>0 atau
B0>CO. Bila jumlah cash in flows (dengan nilai saat ini) sama dengan biaya investasi atau dengan kata lain NPV=0, maka pendapatan hanya cukup untuk membayar kembali biaya investasi.
Rencana tata letak fasilitas Bandara Sumenep adalah sebagai berikut: Rencana peruntukan lahan bandar udara bagi komponen-komponen bandar udara sebagai berikut: Fasilitas Sisi Udara:
d. Airside Road e. Saluran drainase dan fasilitasnya f. Pagar batas bandar udara.
d. Kantor administrasi/Kantor kabandaraan e. Bangunan PKPPK dan P3K (Unit Penanggulangan Kecelakaan) f. Parkir GSE (Ground Service Equipment)
No
Keterangan
Zona Teknis
Zona Publik
Zona Penunjang
a. Tahunan b. Harian c. Jam Sibuk 3 Jumlah Pesawat Jam Sibuk 4 Pesawat Terbesar 5 Rute Terjauh Sumber: Analisa Konsultan
Selain
berdasarkan
prakiraan
permintaan
jasa
angkutan area
udara, untuk
pengembangan
Bandara
Trunojoyo
menyediakan
penanggulangan bencana, bangunan operasi, bangunan pengelolaan air limbah, dan penyediaan air bersih serta fasilitas lain yang terkait seperti sistem telekomunikasi, navigasi, penyediaan listrik dsb. Pengembangan fasilitas bandara dibedakan menjadi 2(dua) zona sesuai dengan wilayah dan ruang gerak pengguna bandara; yaitu zona sisi darat (landside) dan zona sisi udara (airside).
5 TODA (m) - RW 21 6 ASDA (m) - RW 21 7 LDA (m) - RW 03 8 Turning Area (mZ) 9 Runway Strip (m 2 ) Sumber : Analisa Konsultan
Sedangkan untuk rencana pengembangan fasilitas lain seperti fasilitas navigasi, komunikasi penerbangan dan fasilitas bantu pendaratan dapat dilihat pada Tabel 11.
b.
Pengembangan Fasilitas Taxiway (Landas Hubung) Tabel 11. Kebutuhan Fasilitas Sisi Udara
NO 1 2 3 4 5 FASILITAS Aerodrome Reference Code _ Runway Dimensi Runway Runway Strip TORA LDA ASDA TODA RESA TH 21 Exit Perpendecular RW 21 RW 03 RW 21 RW 21 EKSISTING TAHAP I TAHAP II TAHAP III 3C Non Instrumen 1600 x 30 m2 1,720 x 150 m2 1600 m 1600 m 1600 m 1750 m (90 x 60 m2 (80 x 7,5) m2 2 A (60 x 21) m B (70x18) m 3C 3C 3C _ Non Instrumen Non Instrumen Non Instrumen (1400 x 30)m (1600 x 30) m 1600 x 30) m2 (1520 x 80)m2 (1720 x 150)m 1400 m _ 1400 m 1400 rn 1550 m (90 x 60) m2 1 (60 x 21) m _ 1600 m _ 1600 m 1600 m 1750 m (90 x60) m2 (80 x 7,5) m2 1 _ (60 x 21)rn 1720 x 50m2 1600 rn 1600 m 1600 rn 1750 m 90 x 60 m2 80 x 7,5) m 1 A (60 x 21) m B (70x18) m
Pengembangan fasilitas taxiway (landas hubung) direncanakan dengan mengoptimalkan penggunaan fasilitas taxiway yang sudah ada pada Tahap I, sedangkan pada Tahap II sesuai dengan pengembangan fasilitas sisi darat. Tabel 9. Pengembangan Fasilitas Taxiway (Landas Hubung)
Tahap Eksisting Tahap I Tahap II Tahap III Jenis Perpendicular Perpendicular Perpendicular Perpendicular Panjang 60 (m) 60 70 70 Lebar 21 21 18 18 Jumlah 1 1 1 1
6 7 8 9
c.
12 Apron
Klasifikasi Pesawat M 25 1 Total Stands Luas Apron 1 ( 60 x 40) m 1 _ 1 (60 x 40) m 2 2 A (60 x 40) m B (60x80) m 2 2 A (60 x 40)m B (110x80) m AFIS VOR/DME GPS Marka PAPI Marka
M50 M75
13 Pelayanan Lalu Lintas Udara 14 Fasilitas Navigasi 15 Fasilitas Bantu Pendaratan TH 21 Visual TH 03
NO
FASILITAS
TAHAP III VHF A/G, HF-SSB Tower Set Cat V BMG Set
serta lahan kosong yang ditumbuhi semak-semak. Luas lahan eksisting adalah 27,7 Ha, sedangkan luas lahan untuk pengembangan adalah 22,7 Ha sehingga luas total lahan setelah pengembangan adalah 50,4 Ha.
Pembuatan RESA pada ujung TH 21 dan 03. Pekerjaan pelapisan ulang (overlay) perkerasan yang sudah ada. Pembuatan marka baru pada perpanjangan taxiway&apron baru.
Pembuatan jalan GSE dan jalan inspeksi. Pembuatan saluran drainase pada fasilitas sisi udara. 4) Pekerjaan Sipil Sisi Darat
Pelebaran jalan masuk menjadi 2 arah 4 lajur. Pembuatan infrastruktur jalan teknis dan penunjang lengkap dengan rambu dan markanya. Pembuatan pagar pembatas antara fasilitas sisi darat dan sisi udara. 5) Pekerjaan Bangunan Fasilitas Sisi Darat Lingkup kegiatan pembangunan pada tahun 2008 adalah: Pembangunan rumah dinas karyawan yang baru karena rumah dinas eksisting terkena pengembangan terminal baru. Jika rumah dinas yang baru telah dipindahkan, maka pelaksanaan konstruksi terminal mulai dilakukan. Membangun bangunan operasi, kantor administrasi, kantor keamanan, kantor dan taman meteo yang baru karena bangunan eksistingnya terkena pengembangan apron Membangun rumah pompa air dan loket tiket masuk keluar. Lingkup kegiatan pembangunan pada tahun 2009 adalah: Lanjutan pembangunan bangunan terminal dan area parkirnya. Lanjutan pembangunan rumah dinas jika belum selesai. Pembuatan area pool taksi dan bus serta parkir motor. Pembuatan kantin supir dan toilet umum.
Pekerjaan tanah seperti stripping, grading, galian dan timbunan. Pembuatan pagar bandara sepanjang 4000 m. Pekerjaan perkerasan: perpanjangan runway 200m x 30m ke arah
TH 03, pembuatan taxiway baru 70m x 18m, pembuatan apron baru 60m x 80m.
Pembangunan bangunan catu daya, pos jaga, parkir GSE. Lingkup kegiatan pembangunan pada tahun 2010 adalah:
Penyediaan area pembuangan sampah. Penyediaan area DPPU, area penanggulangan bencana, dan area
instansi kebandarudaraan.
1)
2)
Pekerjaan tanah seperti stripping, grading, galian dan timbunan. Pengoperasian runway baru dengan panjang 1600 m x 30 m. Pengoperasian taxiway dan apron baru. Pembuatan apron baru 50m x 80m sehingga total apron menjadi
110m x 80m.
Lingkup Pembangunan Tahap III (Ultimit 2026-2030) 1) Pekerjaan Sipil Sisi Udara
Pada tahap ini fasilitas sisi udara hanya perawatan saja terutama pada area runway strip. 2) Pekerjaan Sipil Sisi Darat Tidak ada kegiatan pembangunan fisik fasilitas. Tetap menyediakan area DPPU, area instansi kebandarudaraan, area pengembangan bandara dan penanggulangan bencana alam.
a) Pemerintah Pusat dalam bentuk anggaran APBN yang dapat diusulkan pada setiap tahun anggaran.
Tabel 12. PDRB per-Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Sumenep berdasarkan Harga Berlaku (Juta Rp)
Sektor 2003 Pertanian 2.756.875,36 Pertambangan & 483.139,51 Penggalian Industri Pengolahan 144.895,30 Listrik, Gas & Air Bersih 10.137,21 Bangunan 109.988,30 Perdagangan, Hotel & 688.523,72 Restoran Pengangkutan & 182.713,80 Komunikasi Keuangan, Persewaan & 208.562,33 Jasa Perusahaan Jasa-jasa 486.258,12 PDRB dengan Migas 5.071.093,64 PDRB tanpa Migas 4.682.301,95 PDRB Per Kapita (Rp) 5.008.576,58 Income perkapita 4.751.720,93 PDRN Per Kapita (Rp) Sumber: BPS Kabupaten Sumenep, 2006 2004 3.010.217,03 544.212,25 154.901,21 11.706,60 118.088,19 759.860,74 201.267,26 234.607,86 533.992,07 5.568.853,20 5.128.721,72 5.361.998,04 5.087.017,82 2005 3.498.085,87 613.101,69 170.745,56 14.458,21 140.861,86 914.757,33 246.024,01 269.498,52 629.417,10 6.496.950,16 6.006.312,23 6.180.255,33 5.863.312,29 2006 4.029.569,39 724.322,35 189.102,69 16.048,97 164.123,77 1.081.770,72 285.185,20 308.938,78 721.815,41 7.520.877,28 6.937.746,83 7.110.495,05 6.745.846,38 Tahap III 2026 - 2030 Tahap II 2015 - 2025
Grand Total
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 Alor = 110.113.402.875,00
Analisa Pengeluaran Bandara Trunojoyo Biaya (Cost) Investasi Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan bandara, menambah fasilitas-fasilitas dan perbaikan yang belum ada dan
Biaya Pegawai Biaya Barang Biaya Pemeliharaan Biaya Dinas
Total Biaya O & P, kecuali biaya depresiasi Bandara Trunojoyo diprediksi 35% dari total penerimaannya. Tabel 14. Total Biaya O & P
Sub Biaya Tarif ( %) 20% 9% 10 'o 1% Satuan Per Total Penerimaan Per Total Penerimaan Per Total Penerimaan Per Total Penerimaan
meningkatkan fasilitas-fasilitas yang sudah ada. Biaya investasi tidak diperuntukkan perawatan (maintenance) fasilitas fasilitas bandara. Biaya perbaikan dan perawatan bandara diasumsikan dapat ditutup (covered) oleh penerimaan dari pengoperasian bandara (JP2U, JP4U, konsesi, parkir kendaraan). Perkiraan biaya investasi Bandara Trunojoyo diberikan secara ringkas pada Tabel 13 berikut. Tabel 13. Prakiraan Biaya Konstruksi Pengembangan Bandara Trunojoyo
Tahap Tahap I 2011 - 2014 Tahun 2011 2012 Total Biaya Konstruksi
Prediksi total pendapatan dapat dilihat pada Tabel 15 di bawah ini. Tabel 15. Prakiraan Total Pendapatan Bandara Trunojoyo
Tahun 2011 2012 2013 Pendapatan Aeronautika 220, 709, 296 226,668,031 285,941,721 Non-Aeronautika 129, 196,764 135;707,125 161,281,509 Total Pendapatan 349, 906, 055 362,3/5,156 447,223,230
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
292,794,267 344,593,835 394,842,425 463,131,280 472,193,772 553,944,703 591,882,516 718,785,440 730,770,5351 891,220,180 905,003,097 1,056,603,916 1,115,063,025 1,300,550,386 1,318,778,294 1,537,557,132 1,614,869,303
168,781,878 199, 958,141 208,596,560 246,477.531 306,495,955 359, 900,788 411,074,100 482, 657,360 553, 426,552 649,713,260 747,470,073 877,370,341 1f 012, 238, 270 1,187,898,531 1,373,735,544 1,611,724.450 1,867,505,936
461,576,145 544,551,976 603,438,985 709,608,811 778,689,727 913,345, 491 1, 002f 956, 616 1,201,442,800 1,284,197,137 1,540,933,440 1,652,473,170 1,933,979,257 2,127,301,295 2,488,448,917 2,692,513,838 3,149,281,583 3 f 482, 375, 2401
Indikasi Analisis Finansial Sedangkan prediksi total pengeluaran dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Prakiraan Total Pengeluaran Pengembangan Bandara Trunojoyo
Tahun 2 01 1 2 01 2 2 01 3 2 01 9 2 01 5 2 01 6 2 01 7 2 01 8 2 01 9 2 02 0 2 02 1 2 02 2 BiayaOperasiona1 Pegawai Barang Pemeliharaan Perj. Dinas Piaya Konstruksi Total Pengeluaran
Tingkat bunga atau discount factor yang digunakan adalah 13 %, 15 % dan 18 %. Tabel 17. Resume Nilai NPV dan SCR Analisis Finansial
Tingkat Suku Bunga NPV (x 1.000.000) SCR FIRR i = 13% -67.117,41 0,07 i = 15% -64.281,53 0,06 -14,77766248 % i = 18% -60.424,30 0,05
Dan dari perhitungan FIRR = -14,77766248 % Sehingga disimpulkan bahwa investasi Bandar Udara Trunojoyo Kabupaten Sumenep dapat dikatakan Tidak Menguntungkan secara Finansial.
pembuatan apron baru untuk menampung peningkatan jumlah pengguna jasa angkutan udara. Dengan dikembangkannya Bandar Udara Trunojoyo diharapkan dapat mendukung pembangunan perekonomian masyarakat Kabupaten Sumenep pada khususnya dan Provinsi Jawa Timur pada umumnya.
REKOMENDASI
Mengingat utilisasi fasilitas di Bandara Trunojoyo masih rendah, maka perlu dikembangkan suatu peluang bisnis penerbangan yang dapat menambah pendapatan bandara.
Perhubungan Udara, Pemerintah Kabupaten Sumenep dan investor swasta khususnya jasa pariwisata guna mendukung pengembangan kepariwisataan. Hasil analisis ekonomi menunjukkan bahwa proyek pengembangan cukup layak meskipun analisa finansial menunjukkan hal sebaliknya, maka direkomendasikan proyek dapat direalisasikan antara lain dengan pertimbangan proyek akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan ekonomi daerah.