Anda di halaman 1dari 13

TUGAS TOKSIKOLOGI INDUSTRI DAMPAK CHROM DAN TEMBAGA (Cu) PADA GINJAL

Oleh :

Azahra Aisyadilla A. Harlinda Sari

I1A110004 I1A110043

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2012

Dampak Chrom dan Tembaga (Cu) pada Ginjal

A. Anatomi & Fisiologi Ginjal 1. Anatomi Ginjal Pada hampir semua spesies mamalia, ada dua ginjal dilihat dari tepi berbentuk mirip kacang kedelai, terletak di retroperitonium dengan posisi keduanya mendatar pada kedua tepi otot lumbar atau menggantung pada dorsal abdomen. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit lebih cranial dibandingkan ginjal kiri (1). Secara normal ginjal dewasa mempunyai panjang 10 cm, lebar 5 cm, ketebalan korteks 1,2 - 1,5 cm yang berbatas jelas dengan medulla, berwarna coklat kemerahan dengan berat 284,2 gram untuk kedua ginjal. Ginjal menerima sekitar 20% cairan darah dari jantung, sekitar 1200 ml/min. Peredaran darah ke ginjal melalui pembuluh darah ginjal (arteri renalis) yang bercabang dari aorta (2).

Gambar 1. Ginjal normal orang dewasa dengan potongan melintang (3)

Ginjal dikelilingi oleh capsula fibrosa yang melekat erat dengan kartex ginjal. Di luar capsula fibrosa terdapat jaringan lemak yang disebut lemak perirenal. Fascia renalis mengelilingi lemak perirenal dan meliputi ginjal dan kelenjar suprarenal. Di belakang fasia renalis biasanya terdapat banyak lemak dan dinamakan lemak pararenal. Margo lateral ginjal berbentuk konveks dan margo

medialis berbentuk konkaf. Pada margo medial terdapat celah vertical yang disebut hillus renalis di mana arteri masuk, vena dan pelvis renalis meninggalkan ginjal. Hilus renalis juga merupakan sebuah pintu masuk ke suatu ruangan di dalam ginjal yang disebut sinus renalis (4). Sebuah ginjal dengan potongan memanjang memberi gambaran dua daerah yang cukup jelas. Daerah perifer yang beraspek gelap disebut korteks (Cortex), dan selebihnya yang agak cerah disebut medulla, berbentuk pyramid terbalik. Bagian yang paling lebar atau dasar tersusun tepat dengan tepi dalam korteks, dan apeks atau papil mengarah ke pelvis (3). Gambaran irisan memanjang ginjal terlihat makroskopik ginjal yang terdiri dari (4):
1. Korteks renis: terlihat agak pucat dan lunak serta konsistensinya granulair.

Terletak langsung dibawah kapsula renalis dan melingkungi basis piramis renalis. Bagian ini disebut Columna renalis Bertini. Korteks renis ditempati oleh korpuskuli renalis, tubuli kontorti, dan bagian permukaan dari tubuli kolektivi.
2. Medula renis: tersusun atas beberapa bangunan berbentuk piramid, disebut

Pyramides renales. Apeks piramis menghadap sinus renalis disebut papillae renales. Papila ini diterima oleh calyx minor. Beberapa calices minors bersatu menjadi satu calyx major. Beberapa calices majores bersatu menjadi bangunan seperti corong, disebut pelvis renalis. Pelvis renalis ini melanjut sebagai ureter. Medula renis ditempati oleh ansa henle dan tubuli kolektivus. Ginjal mendapat vascularisasi dari arteri renalis yang dicabangkan oleh aorta abdominalis. Masing-masing a. renalis biasanya membelah menjadi a. segmentalis yang masuk ke hilus renalis, empat di depan pelvis dan satu di belakang pelvis renalis. Mereka tersebar ke berbagai segmen ginjal. Arteri segmentalis akan bercabang menjadi a. lobaris, satu untuk setiap piramid ginjal. Sebelum masuk substansia ginjal, a. lobaris mempercabangkan dua atau tiga a. interlobaris. Pada perbatasan korteks dan medula, a. interlobaris

mempercabangkan a. arcuata yang melengkung sekitar basis piramid. Arteri arcuata mempercabangakn sejumlah a. interlobularis yang berjalan ke atas dalam korteks. Arteriol aferen glomerulus merupakan cabang-cabang a. interlobularis. Sedangkan pembuluh darah baliknya adalah vena renalis yang bermuara ke vena cava inferior (4). Persarafan ginjal berasal dari pleksus simpatikus renalis dan tersebar sepanjang cabang-cabang arteri vena renalis. Serabut aferen yang berjalan melalui plexus renalis masuk ke medula spinalis melalui n. horacalis X, XI, dan XII. Sifat inervasinya ialah vasomotor untuk pembuluh-pembuluh darah. Pembuluh limfe mengukuti perjalanan a. renalis menuju nodi lymphaciti aortae lateral yang terdapat sekitar panhkal a. renalis (4). Menurut Damjanov (1997), ginjal secara histologis adalah organ yang bersifat kompleks dan memiliki beberapa fungsi. Masing-masing ginjal terdiri dari jutaan nefron, yang merupakan unit fungsional dasar dari organ ini. Masingmasing nefron terdiri dari glomerulus, tubulus dan duktus pengumpul, yang kesemuanya memiliki sifat anatomis dan fungsional sendiri (3).

Gambar 2. Histologi Normal Ginjal (3)

Produksi urin dilakukan dalam nefron tersebut. Fungsi dari nefron adalah untuk membersihkan atau menjernihkan plasma darah dari substansi yang tidak

diinginkan oleh tubuh. Pada dasarnya nefron terdiri dari 2 komponen utama, yaitu korpuskulum renalis malphigi dan tubulus renalis. Korpuskulum renalis malphigi terdiri dari glomerulus yang dibungkus oleh epitel berdinding ganda yang disebut kapsulla bowman dan berperan dalam proses filtrasi plasma. Sedangkan tubulus renalis, tersusun atas tubulus kontortus proksimal, ansa henle, dan tubulus kontortus distal. Berikut penjelasan mengenai komponen-komponen nefron (1, 4): 1. Glomerulus Glomerulus terdiri atas anyaman-anyaman kapiler yang saling beranastomosis berbentuk seperti bola yang dibungkus oleh kapsulla bowman disebut corpusculum renalis malphigi. Glomerulus terdiri atas: a. Satu arteriol aferen dan eferen b. Kapiler yang melingkar-lingkar dilapisi sel endotel (golerural tuft) c. Permukaan luar sel yang dilapisi oleh sel epitel (podosit) d. Mesangium, terdiri atas sel mesangium dan matriks e. Membrana basalis Setiap korpuskulum renalis mempunyai kutub vaskuler dan renalis. Kutub vaskuler merupakan tempat arteriol aferen masuk dan arteriol eferen keluar, sedangkan kutub renalis merupakan tempat dimulainya tubulus kontortus proksimal (4). Kapiler yang berada dalam lobules gromeruli yang menggantung pada vascular pole akan diperkuat/disokong yang akan disamakan dengan penggantung usus (mesenterium), penggantung disebut mesangium. Alat penggantung ini terdiri dari substantia interceluller dan sel yang disebut mesangeal cell. Mesangeal cell berbentuk stelat mirip sel perisit dan dapat berkembang menjadi makrofag untuk memfagosit benda-benda asing yang berada di ruang antar kapiler (4). Kapsulla bowman terdiri atas sel-sel squamus simpleks terdiri dari 2 pars, yakni pars viseralis, yaitu meliputi kapiler-kapiler glomerulus, dan pars parietalis yang membungkus glomerulus. Antara kapsulla bowman pars

viseralis dan pars parietalis terdapat ruangan bowman/ruangan kapsula (bowmans space/capsulars space). Membrana basalis, endotel kapiler, dan epitel glomerulus (capsulla bowman pars visceralis) merupakan barier filtrasi dari glomerulus (4). Glomerulus adalah suatu massa bulat yang terdiri dari kapiler-kapiler sebagai cabang pembuluh darah arteri afferens, berfungsi sebagai penyaring. Laju penyerapan glomerulus adalah 125 ml/menit. Aliran plasma melalui ginjal (Renal Flasma Flow) normalnya 650 ml tiap menit dan penyaringan tiap menit lebih kurang 120 ml (160 liter sehari)., volume air kemih normal berkisar 800 sampai 1600 ml perhari (2).

Gambar 3. Skematis glomerulus (3)

2. Aparatus juxta glomerulas Sel-sel tunika media arteriol aferen di daerah vascular pole mengalami modifikasi, yaitu sel-sel otot polosnya tersusun seperti sel-sel epitel, intinya menjadi bulat, sitoplasmanya yang berisi miofibri menjadi granula. Pada penyelidikan diketahui bahwa granula dengan juxta glomerula sel adalah prekursor renin. Bila renin disekresi ke sirkulasi, renin akan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin II yang menaikkan tekanan darah. granula terlihat jelas dengan pewarnaan PAS dan Bowns netral stain yang telah dimodifikasi oleh Wilson dan Hartrofts (4). 3. Tubulus kontortus Proksimal (TC I) Tubulus kontortus proksimal merupakan saluran-saluran berkelokkelok dengan panjang kurang lebih 14mm, dimana letaknya mendominasi para korteks renal. Terdiri dari pars convulata dan pars recta. Epitel sel TC I adalah kuboid atau kolumnar selapis, batas sel tidak jelas, sitoplasma asidifilik, inti besar dan bulat, permukaan sel terdapat brush border, membrana basalis tercat jelas dengan pewarnaan PAS. Pada avikal sel, di antara mikrovili terdapat kanalikuli yang berfungsi untuk menyerap makromolekul yang telah melalui saringan ginjal. Bagian basal sel memiliki invaginasi menbran dan interdigitasi pada membrane lateral. Membran basolateral ini merupakan tempat pompa natrium untuk proses transport aktif ion natrium keluar dari sel. Interdigitasi membran lateral tersebut menyebabkan batas sel TC I tidak jelas. Epitel tubulus kontortus proksimal dapat berbentuk epitel rendah bila filtrat meningkat dan bentuk epitel tinggi apabila filtrat menurun (4). Fungsi utama TC I adalah absorbsi. Kira-kira 7/8 hasil filtrasi glomerulus berupa air dan Na. Glukosa, asam amino darah, dan protein akan diabsorbsi kembali oleh TC I. Fungsi lain adalah mengekskresi sisa-sisa metabolisme (4).

4. Ansa Henle Ansa henle adalah struktur berbentuk U yang terdiri atas dua bagian, yakni ruas tebal desenden yang strukturnya mirip TC I, ruas tipis desenden, ruas tipis asenden, dan ruas tebal asenden yang strukturnya mirip TC II (4). 5. Tubulus Kontortus Distal (TC II) Tubulus kontortus distal merupakan bagian terakhir nefron yang terbagi menjadi 3 bagian, yaitu: pars recta, pars macula, dan pars convulata. Tubulus ini lebih pendek dari TC I dan lumennya lebih besar dari TC I. sel-sel yang melapisi tubulus ini adalah sel kuboid selapis tanpa brush border dan kanalikuli. TC II memiliki banyak invaginasi membran lateral dan mitokondria yang terkait dengan fungsi transport ion. Pada TC II terjadi penyerapan kembali air/ posterior hipofisis (4). Pada tubulus distal yang kontak dengan korpuskulum renal terdapat modifikasi sel menjadi silindris dan intinya berhimpitan. Modifikasi tubulus distal tersebut disebut makula densa. Makula densa sensitif terhadap kandungan ion klorida dalam cairan tubulus, menghasilkan sinyal molecular yang menimbulkan konstriksi arterior aferen glomerulus untuk mengatur kecepatan filtrasi glomerulus (4). 6. Tubulus dan Duktus Koligens Tubulus kolektivus tidak termasuk bagian dari nefron. Tubulus ini saling bergabung membentuk duktus koligens yang lebih besar dan lebih lurus disebut duktus papilaris Bellini. Duktus koligens merupakan komponen utama pemekatan urin, dimana fungsi ini dipengaruhi oleh ADH yang disekresi oleh pars posterior hipofise sebagai respon terhadap dehidrasi (4). Secara mikroskopis dengan pengecatan hematoksilin Eosin tampak sebagai saluran dengan lumen yang besar, sitoplasma ungu pucat atau violet. Sering terlihat dalam penampang memanjang. Sel-sel tubulus koligens , dimana fungsi ini dipengaruhi ADH dari pars

berbentuk kuboid simpleks/kolumner simpleks dan pada duktus papilaris Bellini berbentuk kolumner (4).

Gambar 5. Struktur skematis ginjal (3)

2. Fisiologi Ginjal Ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dan darah, dan keseimbangan asam-basa darah, serta ekskresi bahan buangan dan kelebihan darah (5). Ginjal mempertahankan komposisi cairan ekstraseluler yang menunjang fungsi semua sel tubuh. Kemampuan ginjal untuk mengatur komposisi cairan ekstraseluler merupakan fungsi per satuan waktu yang diatur oleh epitel tubulus. Untuk zat yang tidak disekresi oleh tubulus, pengaturan volumenya berhubungan dengan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG). Seluruh zat yang larut dalam filtrasi glomerulus dapat direabsorbsi atau disekresi oleh tubulus (6).

Pada umumnya fungsi ginjal adalah untuk mempertahankan keseimbangan susunan darah dengan cara (1): 1. Mengeluarkan kelebihan air dalam tubuh terutama dari depo interstitium. 2. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme sebagai ureum, asam kemih, alantoin, ammonia, asam hirupat, dan metabolit-metabolit triptofan. 3. Mengeluarkan garam-garam anorganik yang kebanyakan berasal dari makanan. 4. Mengeluarkan bahan-bahan asing yang terlarut dalam darah, contohnya pigmen-pigmen darah atau pigmen-pigmen yang terbentuk dalam tubuh. Selain itu, ginjal juga mempunyai enzim tertentu yang dapat membantu dalam proses metabolisme, detoksifikasi, dan biotransformasi dari xenobiotik. Ginjal dapat melakukan tugas-tugas seperti di atas karena fungsi saring dari glomeruli, karena daya serap kembali daripada tubuli serta karena fungsi sekretorik sel-sel tubuli (1). Fungsi ginjal juga mencakup fungsi filtrasi yang terjadi di glomerulus termasuk kapsulla Bowman yang terletak di bagian korteks ginjal. Fungsi sekresi yang terjadi di tubulus ginjal yang terletak sebagian di korteks ginjal dan sebagian di medulla, dan fungsi ekskresi yang terjadi di tubulus ginjal dan terkumpul di pelvis renis yang merupakan tendon utama systema collectivus. Zat-zat yang difiltrasi ginjal dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: elektrolit, non elektrolit, dan air. Beberapa jenis elektrolit yang penting adalah: natrium, kalium, kalsium, magnesium, bikarbonat, klorida dan phospat. Non elektrolit yaitu glukosa, asam amino dan metabolit yang merupakan produk akhir dari proses metabolisme protein: urea, asam urat dan kreatinin (7). Kreatinin adalah suatu metabolit kreatinin dan diekskresikan seluruhnya dalam urin melalui filtrasi glomerulus. Peningkatan kadar kreatinin darah merupakan indikasi rusaknya fungsi ginjal. Kreatinin adalah hasil buangan dari pencernaan protein, tingkat kreatinin dalam darah menunjukkan fungsi ginjal

yang digunakan sebagai pertanda baik buruknya kerja ginjal dalam mengeluarkan produk buangan dari tubuh (8). Ginjal melaksanakan fungsinya dengan mekanisme filtrasi plasma yang terjadi di sepanjang kapiler glomeulus, mekanisme reabsorbsi dan sekresi berbagai zat yang berlangsung di sepanjang tubulus. Mekanisme tersebut mengubah komposisi akhir dan volume urin secara drastis apabila dibandingkan dengan cairan yang masuk ke nefron melalui kapiler glomerulus. Ginjal menerima sekitar 20% hingga 25% dari curah jantung atau sekitar 1000 hingga 1200

ml/menit untuk difiltrasi. Semua elemen akan mengalami filtrasi, termasuk air, elektrolit, dan nonelektrolit, kecuali untuk sel darah merah dan sebagian besar protein. Transport ion dan molekul melalui peristiwa reabsorbsi dan sekresi di sepanjang tubulus melalui mekanisme transport aktif atau pasif. Molekul-molekul air bergerak secara osmosis jika terdapat gradient konsentrasi ion-ion atau molekul yang melewati membran semipermeabel. Sejumlah dua pertiga dari hasil filtrasi glomerulus diabsorbsi kembali oleh tubulus proksimal, dan hanya sekitar 1% yang diekskresikan ke dalam urin (4). Gangguan ginjal yang kronik akan menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus (proses penyaringan ginjal) sehingga ureum, kreatinin dan asam urat yang seharusnya disaring oleh ginjal untuk kemudian dibuang melalui air seni menurun, akibatnya zat-zat tersebut akan meningkat di dalam darah. untuk mengetahui fungsi ginjal biasanya digunakan Glomerular Filtration Rate (GFR) (7). Untuk mencari penyebab dan sejauh mana kerusakan pada ginjal dapat dilakukan pemeriksaan uniralisa, radiologi Intravena Pyelografi (IVP), renografi, ultrasonografi, dan lain-lain. Penurunan fungsi ginjal sampai gagal ginjal terjadi karena gangguan pada fungsi filtrasi, sekresi dan ekskresi yang dapat disebabkan oleh prerenal, renal dan post renal. Sebab prerenal terjadi karena gangguan vaskularisasi: gagal jantung, atherosklerotik; sebab renal: infeksi, batu, massa

yang menyebabkan tubular nekrotik yang berlanjut menjadi iskemik, dan sebab post renal: obstruksi karena batu, infeksi, massa (7).

DAFTAR PUSTAKA 1. Agustiyanti, Dewi Ayu. Pengaruh Pemberian Ekstrak Tumbuhan Obat Antimalaria Quassia indica Terhadap Toksikopatologi Organ Hati dan Ginjal Mencit (Mus musculus). Institut Pertanian Bogor. Skripsi. Bogor, 2008. 2. Panular, Dwi Bondan., Muhammad Nur., Evi Setiawati. Kajian Pemanfaatan Radiofarmaka Technetium-99pm DTPA Pada Indikasi Kelainan Ginjal dengan Menggunakan Kamera Gamma. Jurnal Berkala Fisika 2004; 7 (3): 97-102.) 3. Vinandhita, Widhi. Gambaran Histopatologi Hati dan Ginjal Tikus yang Diberi Insektisida (Metofluthrin 0.01 %, Imiprothrin 0.04 %, Permethrin 0.15 %) Pada Uji Toksisitas Akut. Institut Pertanian Bogor. Skripsi. Bogor, 2008. 4. Gerhastuti, Bekti Ciptaning. Pengaruh Pemberian Kopi Dosis Bertingkat Per Oral Selama 30 Terhadap Gambaran Histologi Ginjal Tikus Wistar. Universitas Diponegoro. Karya Tulis Ilmiah. Semarang, 2009. 5. Supriyadi, Wagiyo., Sekar Ratih Widowati. Tingkat Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Terapi Hemodialisis. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2011; 6 (2): 107-112. 6. Yaswir, Rismawati., Afrida Maiyesi. Pemeriksaan Laboratorium Cystatin C untuk Uji fungsi Ginjal. Jurnal Kesehatan Andalas 2012; 1 (1): 10-15. 7. Majdawati, Ana. Hubungan Gambaran Ultrasonografi Ginjal dengan Laju Filtrasi Glomerulus (GFR) pada Penderita Gangguan Ginjal. Jurnal Kedokteran YARSI 2009; 17 (1): 074-081. 8. Murtini, Tri Jovita., Nandang Priyanto., Tuti Hartati Siregar. Toksisitas Subkronik Alginat pada Histopatologi Hati, Ginjal, dan Lambung Mencit (Mus museulus L.). Jurnal Penelitian Perikanan 2008; 11 (2): 198-203.

Anda mungkin juga menyukai