Anda di halaman 1dari 30

http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/02/macam-macam-kelenjar-endokrin.html http://www.propolismurah.

com/tag/hormone-yang-dihasilkan-atau-dikontrol-olehhypothalamus

LAPORAN PRAKTIKUM MENANAM ISOLASI DAN KULTUR INOKULASI MIKROBA KULIAH MIKROBIOLOGI
isolasi dan kultivasi mikroba BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari teknik-teknik isolasi dan kultivasi (pemeliharaan) mikroba. 1.2 Latar Belakang Mikroorganisme sebagai makhluk hidup sama dengan organisme hidup lainnya sangat memerlukan energi dan bahan-bahan untuk membangun tubuhnya, seperti dalam sintesis protoplasma dan bagian-bagian sel lainnya. Bahan-bahan tersebut disebut nutrien. Untuk memanfaatkan bahan-bahan tersebut, maka sel melakukan suatu kegiatan-kegiatan, sehingga menyebabkan perubahan kimia di dalam selnya. Semua reaksi yang teratah yang berlangsung di dalam sel ini disebut metabolisme. Metabolisme yang melibatkan berbagai macam reaksi di dalam sel tersebut, hanya dapat berlangsung atas bantuan dari suatu senyawa organik yang disebut juga biokatalisator yang dinamakan enzim (Djide, 2006). Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen. Selain itu, secara umum nutrient dalam media pembenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis biologik oranisme baru (Jawetz, 2001). Saat ini media agar merupakan media yang sangat umum digunakan dalam penelitianpenelitian mikrobiologi. Media agar ini memungkinkan untuk dilakukannya isolasi bakteri dari suatu sampel, karakterisasi morfologi, sampai penghitungaan bakteri yang dikenal dengan nama total plate count. Bentuk koloni bakteri dan warnawarninya mudah sekali dikenali dengan media ini dengan cara mengubah komposisi nutrien atau menambahkan indikator (Achmad, 2007).

BAB II DASAR TEORI Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrien) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan menggunakan bermacam-macam media dapat

dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat fisiologis dan perhitungan sejumlah mikroba. Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus memenuhi syarat-syarat, antara lain : harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba, harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan tumbuh, tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba, harus berada dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar mikroba yang ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik (Sutedjo, 1990). Suatu medium yang mengandung substansi kompleks seperti ekstrak daging sapi, ekstrak khamir, tripton, dan darah disebut sebagai medium buatan atau medium kompleks (artificial or complex medium). Sebagai lawannya, kita acu medium yang rumus kimia masing-masing ramuannya dapat dituliskan sebagai medium sintesis (synthtetical medium) atau medium yang ditentukan (difined medium). Medium sintesis mungkin sangat rumit dan sangat berbeda sesuai dengan organisme tertentu yang hendak ditumbuhkan. Untuk sebagian besar, medium sintesis hanya digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di laboratorium penelitian (Volk & Wheeler, 1993). Agar-agar, gelatin atau gel silika merupakan bahan untuk membuat medium menjadi padat. Namun, yang paling umum digunakan adalah agar-agar. Meskipun bahan utama agar-agar adalah gelatin, yaitu suatu kompleks karbohidrat yang diekstraksi dari alga marin genus gelidium, namun sebagian mikroorganisme tidak dapat menggunakannya sebagai makanan sehingga agar-agar dapat berlaku hanya sebagai pemadat (Hadioetomo, 1993). Untuk perhitungan mikroorganisme mungkin yang paling sering digunakan adalah prosedur penumbuhan dalam agar. Secara sederhana suatu contoh suspensi sel atau bahan pangan homogenat diinokulasi ke dalam atau ke atas media nutrien agar dan setelah diinkubasi, jumlah koloni yang terbentuk dihitung. Karena satu koloni menunjukkan jumlah sel dalam larutan asalnya (Buckle, 1985). Perhitungan secara penumbuhan dalam cawan petri dapat dilakukan dengan menggunakan tiga metode yaitu : dalam metode penuangan, 1,0 ml contoh dipindahkan ke dasar cawan dan dituangkan diatasnya 15-20 ml media agar yang telah didinginkan sampai 45o 50oC dan dicampur serata mungkin. Setelah inkubasi, koloni baik yang tumbuh di dalam agar atau dipermukaannya dihitung. Prosedur ini termasuk yang paling peka, sampai sejumlah 20 sel/ml dapat dihitung. Metode ini tidak dapat diterapkan dalam studi lapangan karena dibutuhkan alat-alat untuk mencairkan dan mendinginkan media agar. Berikutnya metode penyebaran pada permukaan cawan dilakukan dengan menggunakan 0,1 ml larutan contoh disebaratakan di permukaan media agar yang tersedia dengan tongkat gelas yang melengkung (bent glass rod) yang telah disterilkan. Setelah inkubasi, koloni yang tumbuh di permukaan dari media dihitung. Karena penggunaan volume larutan yang sedikit yaitu 0,1 ml, maka kepekaannya sekitar 300 sel/ml. Oleh karena media agar dalam cawan telah disiapkan lebih dahulu, maka metode ini dapat diterapkan dalam studi lapangan. Dan terakhir adalah metode penetesan pada cawan, media yang dipersiapkan terlebih dahulu dibagi-bagi menjadi 3 atau 4 sektor dan setetes larutan contoh (0,02 ml) dipindahkan ke masing-masing sektor. Setelah tetesan tersebut dibiarkan kering, cawan petri kemudian diinkubasi. Suatu pipet penetes yang telah dikalibrasi dipergunakan untuk mengukur dan memindahkan tetesan. Pengenceran contoh diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh antara 5 sampai 20 koloni terbentuk dari setiap tetesan pada permukaan media agar. Satu keuntungan metode ini adalah bahwa perhitungan dapat dilakukan 3-4 kali ulangan sekaligus dalam satu cawan, sehingga dapat menghemat bahan-bahan untuk uji

mikrobiologi. Contoh bahan yang mengandung sekecil 250 sel setiap ml masih dapat dihitung dan teknik ini dapat diterapkan dalam percobaan-percobaan lapangan (Buckle, 1985). Keragaman yang luas dalam hal tipe nutrisi diantara mikroorganisme diimbangi oleh tersedianya berbagai media yang banyak macamnya untuk kultivasinya. Macam media yang tersedia dapat dikelompokkan dengan berbagai cara. Selain menyediakan nutrien yang sesuai untuk kultivasi mikroorganisme, juga perlu disediakan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan optimum. Mikroorganisme tidak hanya amat bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respons yang berbeda-beda terhadap kondisi fisik di dalam lingkungannya. Untuk keberhasilan kultivasi berbagai tipe bakteri, dibutuhkan satu kombinasi nutrien serta lingkungan fisik yang sesuai. Perkembangbiakkan bakteri dipengaruhi beberapa faktor, yaitu ; a. Suhu b. Cahaya c. Pengeringan (kelembaban) d. Keasaman (pH) e. Pengaruh O2 dari udara f. Pengaruh tekanan osmotik g. Pengaruh mikroorganisme disekitarnya h. Pengaruh zat kimia Koloni bakteri memiliki beberapa ciri berdasarkan bentuk, tepian, dan elevasinya: 1. Berdasarkan bentuk, contohnya a. Bundar b. Bundar dengan tepian kerang c. Bundar dengan tepian timbul d. Keriput e. Tak beraturan dan menyebar 2. Berdasarkan tepian, contohnya : a. Licin b. Berombak c. Berlekuk d. Tak beraturan e. Siliat 3. Berdasarkan elevasi, contohnya : a. Datar b. Timbul c. Cembung d. Seperti tetesan e. Seperti tombol Sifat-sifat yang perlu diperhatikan pada koloni yang tumbuh dipermukaan medium yaitu : a. Besar kecilnya koloni b. Bentuk c. Kenaikan permukaan d. Halus kasarnya permukaan e. Wajah permukaan f. Warna

g. Kepekaan Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan mengenai bentuk, permukaan dan tepi. Sedangkan sifat-sifat koloni pada agar-agar miring berisikan pada bentuk dan tepi koloni. Jamur merupakan salah satu anggota dari fungi. Kadang pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena tampak berserabut seperti kapas. Mula-mula berwarna putih jika sudah ada spora terbentuk warna (tergantung jenis jamurnya). Ada tiga macam morfologi hifa, yaitu : a. Aseptat atau senosit b. Septat dengan sel-sel uninukleat c. Septat dengan sel-sel multinukleat Nama jenis jamur yang sering ditemui adalah sebagai berikut : 1. Penicillium : hijau kebiruan, susunan konidia seperti sapu 2. Aspergillus : hijau kebiruan dengan area kuning sulfur pada permukaannya 3. Verticillium : coklat merah muda, konidia berbentuk elips 4. Irichoderma : hijau, secara makroskopis menyerupai penicillium 5. Gliocladium : hijau kehitaman, tumbuh lebih cepat dari 1 dan 2 6. Hormodendrum : permukaan hijau muda sampai kelabu, permukaan bagian bawah berwarna kelabu sampai hitam 7. Pleopora : permukaan sawo matang sampai hijau dengan permukaan belakang coklat sampai hitam, memperlihatkan oskospora 8. Scopulariopsisi : coklat muda, konidia berdinding kasar 9. Paecilomyces : coklat kekuningan, konidia berbentuk elips 10. Alternaria : permukaan hitam dengan tepian kelabu, permukaan belakang berwarna hitam 11. Helminthosporium : permukaan hitam dengan tepian kelabu 12. Pullularia : permukaan hitam, mengkilat, seperti kulit, berdinding tebal dengan spora menguncup 13. Oospora : permukaan berwarna kulit hifa pecah menjadi sel-sel berbentuk persegi panjang dan berdinding tipis. Di alam bebas tidak ada bakteri yang hidup sendiri terlepas dari spesies lainnya. Di laboratorium, supaya kita hanya mendapat satu spesies saja dalam suatu biakan campuran menjadi biakan murni memerlukan teknik-teknik untuk mengisolasi. Populasi campuran menjadi satu populasi sel. Biakan murni adalah biakan yang hanya terdiri dari satu populasi jenis mikroba yang semuanya berasal dari satu sel induk. Isolasi bakteri artinya memisahkan satu jenis bakteri dari biakan campuran menjadi biakan murni. Untuk mengisolasi suatu spesies dikenal beberapa cara, yaitu : 1. Cara cawan gores 2. cara cawan tuang 3. Cara cawan sebar (Caray, 2008).

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Alat Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cawan petri steril, tabung reaksi steril, jarum ose dan lampu bunsen. 3.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah akuades, alkohol 70 %, medium NA, PDA , MEA dan biakan murni. 3.3 Prosedur Kerja 1. Disiapkan jarum ose. 2. Diambil 2 tabung reaksi, tabung 1 sebagai medium steril dan tabng 2 sebagai biakan murni. Dipegang tabung tersebut di tangan kiri dan ose di tangan kanan. 3. Dipanaskan ose dengan bunsen sampai pijar. Digerakkan naik turun supaya pemanasan terjadi sampai batas jarum. 4. Dinginkan ose selama 30 detik untuk mencegah mikroba mati. 5. Diangkat sumbat kedua tabung satu demi satu dengan kelingking kanan untuk tabung dua dan jari manis untuk tabung satu. 6. Dipanaskan mulut tabung dengan bunsen bolak-balik sebanyak 2 kali. 7. Digoreskan ose dengan metode gores untuk biakan E.Coli dan Saccaharomyces sp. dan untuk Aspergillus sp. hanya di titik kan saja pada media. 8. Panaskan kembali mulut tabung reaksi dan tutup lagi dengan sumbat.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Tabel 4.1.1 Kultivasi Bakteri E. coli No.

No. Gambar

Kode Isolat

Jumlah Koloni

Bentuk

Tepian

Warna

Elevasi

1. Berbenangbenang Putih susu

NA1 (1)

35

Bercabang

Cembung

2.

NA2 (1)

45

Rizoid

Tak beraturan

Putih susu

Cembung

3.

NA3 (1)

25

Tak beraturan Berombak dan menyebar

Putih susu

Cembung

4. Bundar dan tepian menyebar

NA1 (4)

Bercabang

Putih susu

Datar

5. 6.

NA2 (4) NA3 (4)

19 49

Konsentris

Tak beraturan

Tak beraturan Berombak dan menyebar

Putih susu Putih susu

Cembung Seperti kawah

Tabel 4.1.2 Kultivasi Jamur Aspergillus sp. No. Gambar Kode Isolat 1. PDA1 (2) 50 Filiform Wol Hitam Tombol Jumlah Koloni Bentuk Tepian Warna Elevasi

2. PDA2 (2) 3. PDA3 (2) 4. PDA1 (5) 111 66 Filiform Wol Wol Hitam Hitam Kawah Kawah Bundar menyebar Tabel 4.1.3 Kultivasi Khamir Saccaromyces Jumlah Bentuk Koloni 130 43 53 68 L L L L 79 L Wol Hitam Tombol

No. Gambar Kode Isolat 1. MEA1 (3) 2. MEA2 (3) 3. MEA3 (3) 4. 5. MEA1 (6)

Tepian Licin Licin Licin Licin

Warna Putih susu mengkilap Putih susu mengkilap Putih susu mengkilap Putih susu mengkilap

Elevasi Tombol Tombol Tombol Tombol

MEA2 (6)

116

Licin

Putih susu mengkilap

Tombol

6. Putih susu mengkilap

MEA3 (6)

93

Licin

Tombol

4.2 Pembahasan Isolasi suatu mikroba adalah memisahkan mikroba tersebut dari lingkungannya di alam bebas dan menumbuhkannya sebagai kultur murni atau biakan murni dalam medium

buatan. Pada saat isolasi mikroba perlu dilakukan inokulasi mikroba. Sebelum dan sesudah menginokulasikan mikroba jarum ose yang digunakan harus dipanaskan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar jarum ose yang digunakan bersifat steril dan bebas kontaminasi dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Sedangkan pada cawan petri, setelah sampel dimasukan kedalam cawan petri setiap membuka dan menutup cawan petri harus terlebih dahulu dipanaskan untuk meminimalkan terkontaminasinya sampel. Wadah media yang menggunakan cawan petri, pada saat inkubasi mikroba pada cawan petri selalu dalam posisi terbalik. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah mikroba terkena uap air yang dihasilkan pada saat inkubasi. Sehingga kualitas mikroba tidak rusak atau mengalami gangguan. Teknik-teknik dalam mengisolasi mikroba terbagi menjadi beberapa metode, yaitu : 1. Teknik Penggoresan (steak plate) Teknik Penanaman dengan teknik Goresan (Streak) bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme dari campurannya atau meremajakan kultur ke dalam medium baru. Ada beberapa teknik goresan yang biasa dipakai yaitu : A. Goresan Sinambung Seperti gambar di bawah ini : B. Goresan T Seperti gambar di bawah ini : C. Goresan Kuadran (Streak quadrant) Seperti gambar di bawah ini : Prinsip teknik penggoresan yaitu pengenceran dimana goresan pertama paling pekat kemudian menjadi semakin encer sampai pada goresan ke empat yang terletak ditengahtengah media. Bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal dari satu sel. 2. Teknik Taburan (pour plate) Teknik isolasi mikroba dengan cara menaburkan mikroba pada permukaan media yang akan digunakan. 3. Teknik Sebar (spread plate) Teknik isolasi dan mikroba dengan cara menyebarkan mikroba pada permukaan media yang akan digunakan. 4. Teknik Pengenceran (dilution method) Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam- macam spesies diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini kemudian di ambil kira- kira 1 mL untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh dalam mdium tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya akan memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini dapat kita jadikan piaraan murni. Jika kita belum yakin, Bahwa koloni tunggal yang kita peroleh tersebut merupakan koloni yang murni, maka kita dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel. 5. Teknik Micromanipulator Mengambil satu bakteri dengan mikropipet yang ditempatkan dalam mikro manupulator, kemudian ditempatkan dalam mikromanupulator. Kemudian ditempatkan dalam medium encer untuk dibiakkan. Dalam proses isolasi dan kultivasi dibutuhkan suatu media yang digunakan sebagai tempat

tumbuhnya mikroba. Media yang digunakan berbeda-beda sesuai jenis mikroba yang ditumbuhkan. Untuk mikroba bakteri digunakan media NA (Nutrient Agar), untuk fungi digunakan Potato Destroxe Agar (PDA) dan untuk khamir digunakan media Malt Extract Agar (MEA). Media yang digunakan berbeda-beda karena untuk mengisolasi mikroba perlu memperhatikan media yang tepat untuk mikroba tersebut. Dilihat dari pH, suhu dan ketersediaan nutrien yang cocok pada media bagi mikroba yang ditumbuhkan. Pada percobaan ini menggunakan teknik goresan pada petridish dan tabung reaksi dan juga menggunakan metode zig-zag. Ini merupakan cara sterilisasi umum secara aseptik, yang di buat ada 4 kuadran zig-zag, supaya koloni bakteri yang terbentuk bisa tumbuh dan bisa dilihat dengan jelas. Teknik ini digunakan untuk mikroba bakteri dan khamir. Sedangkan untuk jamur menggunakan metode titik karena jamur memiliki spora yang akan rusak jika digunakan metode gores. Dari hasil percobaan didapatkan hasil untuk untuk isolasi dan kultivasi bakteri E. coli, jumlah koloni terbanyak didapatkan pada isolat dengan kode NA3 (4) sebanyak 49. Sementara untuk bentuk koloni berbeda-beda untuk setiap sampel, yaitu ada yang berbentuk berbenang-benang, rhizoid, konsentris, tak beraturan dan menyebar, serta tak berbentuk dan menyebar. Perbedaan bentuk ini diakibatkan perbedaan pada saat penggoresan mikroba. Bentuk tepiannya berbentuk bercabang, tak beraturan dan berombak. Sedangkan warna untuk setiap koloni adalah putih susu. Sementara bentuk koloninya berbentuk cembung dan seperti kawah. Sedangkan untuk isolasi dan kultivasi jamur Aspergillus sp. dengan media PDA, jumlah koloni terbanyak didapatkan pada isolat dengan kode PDA3 (2) sebanyak 111. Bentuk koloni ada yang berbentuk filiform, L, bundar dan menyebar. Warna untuk setiap koloni adalah hitam dan tepian untuk semua sampel adalah berbentuk wol. Sementara bentuk elevasinya adalah tombol dan kawah. Untuk isolasi dan kultivasi khamir yaitu Saccaromyces menggunakan media MEA, jumlah koloni terbanyak didapatkan pada isolat dengan kode MEA1 (3) dengan jumlah koloni sebanyak 130. Bentuk koloni berbentuk L untuk setiap sampel. Warna untuk setiap koloni adalah putih mengkilap dan tepian untuk semua sampel adalah berbentuk licin. Sementara bentuk elevasinya adalah tombol. Pengamatan untuk bentuk koloni dilihat dari atas, permukaan koloni dilihat dari samping dan tepi koloni dilihat dari atas. Sedangkan jumlah koloni dihitung dari colony counter.

BAB V

PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah:. 1. Komposisi media bahan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bakteri demi mengoptimalkan pertumbuhannya, yang mana tiap-tiap komposisi harus setimbang jumlahnya. 2. Teknik penanaman dapat dilakukan dengan cara gores dan titik. 3. Media NA untuk bakteri, PDA untuk jamur dan MEA untuk khamir. 4. Pada kultivasi mikroba, harus dilakukan sterilisasi terlebih dahulu untuk mencegah kontaminasi 5.2 Saran Saran-saran untuk percobaan ini adalah hendaknya praktikan lebih teliti saat penanaman media agar jangan sampai sampel terkontaminasi dan praktikan harus lebih teliti dalam menghitung jumlah koloni dengan mengunakan colony counter.

DAFTAR PUSTAKA Achmad. Dinoto. 2007. Media Agar: Ide Besar Istri Peneliti. Http://www.nvtech.com Diakses tanggal 3 November 2008. Buckle, K.A, dkk. 1985. Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta. Caray. 2008. Pembuatan Media Agar dan Sterilisasi. http://makalahdanskripsi.blogspot.com Diakses pada tanggal 10 November 2010 Hadioetomo, R. S.. 1993. Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi. Gramedia: Jakarta. Sutedjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta: Jakarta.

Volk & Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar, Jilid 1, Edisi kelima. Erlangga: Jakarta.

DASAR TEORI Bahan atau peralatan yang digunakan dalam bidang mikrobiologi harus dalam keadaan steril. Steril artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang mengganggu atau yang merusak media atau mengganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan. Setiap proses baik fisika, kimia, maupun mekanik yang membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme disebut dengan sterilisasi (Waluyo, 2005). Ketika anda pertama kali melakukan pemindahan biakan secara aseptik, sesungguhnya anda sudah menggunakan salah satu cara sterilisasi, yaitu pembakaran. Sterilisasi adalah proses menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga menjadi steril. Sterilisasi seringkali dilakukan dengan pengaplikasian udara panas. Ada dua metode yang sering digunakan, yaitu Panas lembab dengan uap jenuh bertekanan. Sangat efektif untuk sterilisasi karena menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses cepat, daya tembus kuat dan kelembaban sangat tinggi sehingga mempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba yang menyebabkan sel hancur. Suhu efektifnya adalah 121oC pada tekanan 5 kg/cm2 dengan waktu standar 15 menit. Alat yang digunakan : pressure cooker, autoklaf (autoclave) dan retort. Panas kering, biasanya digunakan untuk mensterilisasi alat-alat laboratorium. Suhu efektifnya adalah 160oC selama 2 jam. Alat yang sering digunakan pada umumnya adalah oven ( Hadioetomo, 1993). Agar biakan murni dapat dibuat, medium harus steril sebelum inokulasi; yaitu kita harus yakin bahwa tidak ada organismehidup dapat berada dalam medium jika diinokulasi. Metode yang lazim digunakan untuk mensterilkan media ialah menempatkannya dalam otoklaf (sebetulnya panci masak bertekanan besar dan dielaborasi). Otoklaf menggunakan uap bertekanan untuk menaikkan suhu barang yang sedang disterilkan sampai suatu taraf yang mematikan semua bentuk kehidupan. Untuk sterilisasi rutin, otoklaf biasanya dioperasikan pada tekanan uap 15 lb/in2. Pada tekanan ini suhu menjadi 121 oC. Waktu yang diperlukan pada suhu ini adalah 15 sampai 20 menit. Apabila medium berukuran besar disterilkan,

maka waktu yang diperlukan akan lebih panjang, karena panas memerlukan waktu untuk menembus bahan tersebut (Volk & Wheeler, 1993). Metode sterilisasi secara fisik dapat dipakai bila selama sterilisasi dengan bahan kimia tidak akan berubah akibat suhu yang tinggi atau tekanan yang tinggi. Cara kerja dari panas tersebut, bahwa panas membunuh mikroba karena mendenaturasi protein, terutama enzim dan membran sel. Panas kering membunuh bakteri karena oksidasi komponen-komponen sel. Daya bunuh panas kering tidak sebaik panas basah. Hal ini dibuktikan dengan memasukkan biakan mikroba dalam air mendidih akan cepat mematikan daripada dipanasi secara kering (Waluyo, 2005). Faktor yang mempengaruhi keberhasilan sterilisasi sistem batch adalah temperatur dan lama pemanasan. Proses pemusnahan mikroba kontaminan dapat digambarkan sesuai reaksi kimia orde satu yang memenuhi persamaan kinetika : ................ (1) Dimana N adalah jumlah sel yang hidup pada waktu t tertentu, t adalah lama sterilisasi dan Kd adalah konstanta laju kematian spesifik. Dengan memplot nilai terhadap t, maka didapat garis lurus dengan kemiringan Kd. pada kematian mikroorganisme secara sterilisasi juga berlaku persamaan Arhenius yang menunjukkan bahwa temperatur mempengaruhi konstanta laju kematian spesifik : ........... (2) Dimana A adalah konstanta Arhenius, Ea adalah energi aktivasi, dan R adalah konstanta gas dan T adalah temperatur absolut pemanasan. Dari persamaan ini terlihat bahwa laju reaksi kematian sel akan meningkat jika temperatur sterilisasi meningkat karena peningkatan temperatur menyebabkan peningkatan Kd. nilai Ea dan Kd didapat dari hubungan pada persamaan Arhenius tersebut dengan cara mengalurkan ln Kd terhadap 1/T (Achmad, 2007). Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrien) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan menggunakan bermacam-macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat fisiologis dan perhitungan sejumlah mikroba. Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus memenuhi syarat-syarat, antara lain : harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba, harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan tumbuh,

tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba, harus berada dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar mikroba yang ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik (Sutedjo, 1991). Agar-agar, gelatin atau gel silika merupakan bahan untuk membuat medium menjadi padat. Namun, yang paling umum digunakan adalah agar-agar. Meskipun bahan utama agar-agar adalah gelatin, yaitu suatu kompleks karbohidrat yang diekstraksi dari alga marin genus Gelidium, namun sebagian besar mikroorganisme tidak dapat menggunakannya sebagai makanan sehingga agar-agar dapat berlaku hanya sebagai pemadat (Hadioetomo, 1993). Saat ini media agar merupakan media yang sangat umum digunakan dalam penelitian-penelitian mikrobiologi. Media agar ini memungkinkan untuk dilakukannya isolasi bakteri dari suatu sampel, karakterisasi morfologi, sampai penghitungaan bakteri yang dikenal dengan nama total plate count. Bentuk koloni bakteri dan warna-warninya mudah sekali dikenali dengan media ini dengan cara mengubah komposisi nutrien atau menambahkan indikator. Komposisi media bakteri dapat dimodifikasi sehingga dapat digolongkan menjadi media umum, media selektif (bakteri tertentu saja yang dapat tumbuh) dan media diferensial (bakteri tumbuh dengan memberikan ciri-ciri tertentu) (Achmad, 2007). Media alamiah, misalnya susu skim, tidak begitu sulit di dalam penyiapannya sebagai media pertumbuhan mikroba, karena hanya cukup dengan dituang ke dalam wadah yang telah disterilkan. Media dalam bentuk kaldu nutrien atau yang mengandung agar, disiapkan dengan cara melarutkan masing-masing bahan yang dibutuhkan atau lebih mudah lagi dengan cara menambahkan air pada suatu produk komersial berbentuk medium bubuk yang sudah mengandung semua nutrien yang dibutuhkan. Pada praktisnya, semua media tersebut secara komersial dalam bentuk bubuk, seperti PCA (Plate Count Agar), NA (Nutrient Agar), TSA (Trypticase Soy Agar) dan lain-lain. Bakteri, dari kata latin bacterium (jamak, bacteria) adalah kelompok raksasa dari organisme hidup, mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniseluler (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa nukleus (inti sel), Cytoskelen, dan organik lain seperti mitokondria dan kloroplas. Karena bakteri merupakan prokaryota, untuk membedakan dengan organisme lain yang memiliki sel yang lebih kompleks, disebut eukaryota. Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Mereka tersebar

(berada dimana-mana) di tanah, air dan sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak patogen merupakan bakteri. Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya berukuran 0.5 5 m, meskipun akan ada juga jenis yang dapat menjangkau 0.3 mm dalam diameter (Thiomargarita) (Rachdie, 2006). LAPORAN PRAKTIKUM MENANAM ISOLASI INOKULASI MIKROBA KULIAH MIKROBIOLOGI
1. PENDAHULUAN Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. Pertumbuhan microorganism terdiri dari beberapa fase yaitu fase adaptasi, pertumbuhan awal, partum,buhan, logaritmik, pertumbuhan lambat, pertumbuhan lambat (stationer), menuju kematian, serta fase kematian. Factor- factor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah nutrien, air, pH, suhu dan oksigen. Suatu sampel yang diperkirakan mngandung lebih dari 300 sel mikroba per ml, per g, atau per cm permukaan, memerlukan perlakuan pngenceran sebelum ditumbuhkan pada medium agar di dalam cawan petri, sehingga setelah inkubasi akam terbentuk koloni pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung, dimana jumlah yang terbaik adalah 30300. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloni dapat di hitung sebagai satu koloni dan suatu dertan (rantai) koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni. Maksud dan Tujuan Maksud dari praktikum ini adalah agar praktikan mikrobiologi dasar dapat mengetahui cara-cara perhitungan koloni bakteri sesuai dengan prosedur yang tepat Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan mampu melakukan perhitumgan koloni bakteri sesuai dengan prosedur yang tepat.

2. Metode Alat Cawan petri : sebagi tempat untuk pembiakan/ pertumbuhan Incase : untuk inkubasi pada suhu kamar 24-27oc Colony counter : untuk perhitungan koloni bakteri Bahan

Na : untuk pertumbuhan jamur Alcohol 70% : untuk mensterilkan tangan dan meja Kapas : untuk menutup tabung reaksi dan Erlenmeyer Koran : untuk membungkus alat-alat Tali : untuk mengikat alat-alat Cara Kerja Perhitungan koloni baktri Ambil cawan petri yang brisi medium dan sampel dari incase Hitung koloni bakteri dengan colony counter Perhitungan hasil baktri

diambil cawan petri yang didalam incase Hasil dihitung jumlah koloni dengan colony counter Rumus perhitungan bakteri

3. Tinjauan Pustaka 3.1 Pengertian Pertumbuhan Bakteri Istilah pertumbuhan umumnya digunakan untuk bakteri atau mikroorganisme lain dan biasanya mngacu pada prubahan didalam hasil panen sel dan bahkan pertumbuhan total individu organisme (Pelczar, 2008). Pertumbuhan suatu individu khususnya bakteri berarti semua individu kcil menjadi / bertambah besar yang pertama mengankut volume individu (Dwijosepotro, 1964). Pertumbuhan diartikan sebagai penambahan dan dapat dihubungkan dengan penambahan ukuran, jumlah bobot, massa, dan banyak, parameter lainnyadari suatu bentuk hidup. Penambahan ukuran atau massa suatu sel individu biasanya terjadi pada proses pendewasaan (maturasi) dan perubahan ini pada ummnya bersifat sementara ( tempores) untuk kemudian dilanjutkan dengan proses multiplikasi dari sel tersebut. Multiplikasi terjadi dengan cara pembelahan sel (Irianto, 2006). 3.2 Fase fase Pertumbuhan Bakteri Dan Kurva pertumbuhan Menurut Lay (1992) fase-fase pertumbuhan bakteri terdiri atas : Fase Penyesuai diri Penyesuaian bakteri kesuatu lingkungan baru. Pada fase ini, tidak ada kenaikan jumlah sel,

melainkan kenaikan ukuran sel. Peningkatan juga terlihat pada protein sel, DNA, dan metabolism pada fase ini, sel bakteri secara masih muda. Fase Logaritmik Skema fase ini, jum,lah sel makin meningkat dari 1-2, 2-4, 4-8, dan seterusnya. Jika jumlah sel dibandingkan dengan waktu maka dalam sekala logaritmik akan terjadi gerak lurus. Dari peningkatan secara logaritmik ini, dapat dihitung waktu yang ditentukan bagi pembelahan sel yaitu waktu generasi. Fase stasioner Pada fase ini kecepatan tumbuh meningkat secara dengan kecepatan mati, jadi jumlah seakan konstan. Fase Kematian Pada fase ini terjadi akumulasi bahwa toksin zat hara yang diperlukan sel mikroorganisme jumlah berkurang sehingga bakteri masuk ke fase kematian. Skema kurva waktu ini, jum,lah sl, yang mati menunjukan korus garis bil,a diskalakan dengan logaritma, fase ini kebalikan dari fase logaritmik pertumbuhan. 3.3 Faktor factor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri Menurut Rachadie (2006) kemampuan m,ikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup memerlukan suatu hal yang sangat penting untuk diketahui. Pengetahuan tentang factorfaktor yang mempengaruhi adalah sebagai berikut: Susplay nutrisi Suhu / temperature Keasaman / kebasaan (pH) Ketersedian oksigen Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh factor ini membari gambaran yang menunjukan larutan prtumbuhan (Pratiwi, 2008). Menurut Irianto (2006) Factor-faktor lingkungan yang menguasai kehidupan bakteri antara lain sebagai berikut: a. Suhu adalah suatu factor yang sangat penting yang mempengaruhi pertumbuhan miltiplikasi dan kelangsungan hidup dari semua organism hidup. b. Bahan bentuk gas. Jenis dan konsentrasi gas dalam lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. c. Tekanan osmosis. Peristiwa terjadinya plasmolisis dan plasmoptisis disebabkan karena sel berbeda dalam lingkungan dengan osmosis lebih tinggi atau lebih rendah dari isi sel. d. Pengeringan. Banyak spsies banyak mengatasi pengeringan total untuk waktu yang lama meskipun mikroorganisme dalam keadaan ini tidak tumbuh. e. Keadaan eksrim dingin. Banyak mikroorganisme sangat tahan terhadap keadaan ekstrim dingin meskipun dalam bentuk vegetative. f. Efek ion. Suatu factor yang sangan jelas mempengaruhi semua mikroorganisme, brikut juga tiap sel semua tumbuhan dan jaringan hewan adal kesamaan atau kebebasan cairan yang mengelilinginya. g. Efek radiasi. Dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya: Inframerah Sinar-X Sinarmatahari 3.4 Macam Metode Perhitungan Koloni Menurut Lay (1992) macam perhitungan koloni antara lain:

Jum,lah sel hidup Pada metode ini, biakan bakteri di encerkan kemudian ditempatkan dalam agar atau filter membrane, jumlah koloni yang tumbuh antara 30-300 satuan yang dipakai dalam perhitungan koloni adalah FU Metode Mikroskopik menurut Bread Dalam prhitungan dgunakan lensa okuler khusus untuk memproleh luas lapangan perhitungan, factor pengncran luas daerah. Pada kaca objek dan luas langan perhitungan m,enentukan factor krockis mikroskop yang diperlukan dalam prhitungan jumlah sel. Metod ruang Hitung Dapat digunakan wak,tu menghitung sel bakteri atau sel ragi kadang-kadang mati Perhitungan Elektonik Menggunakan kolony counter metode ini berdasarkan pada aliran kondeksi di medium untuk menentukan adanya sel. Suspense dialirkan melalui benang yang kecil.

4. PEMBAHASAN 4.1 Analisa Prosedur Dalam praktikum mikrobiologi dasar tentang perhitungan koloni bakteri adalah ,langkah pertama yang harus dilakukan adalah disiapkan alah dan bahan. Alat yang digunakan adalah cawan petri sebagi media atau pertumbuhan, incase sebagai tempat untuk menginkubasi pada suhu kamar dan koloni counter untukn menghitung jumlah koloni bakteri. Sdangkan bahan yang digunakan adalah NA untuk media prtumbuhan bakteri, alcohol 70% sebagai bahan untuk pengkondisian aseptis, kapas, erlenmenyer saat pembuatan media NA, k,oran untuk membungkus cawan petri sebelum di incubasi dalam incase, dan tali sebagai pengikat cawan petri seblum dilakukan inkubasi. Kemudian disiapkan media NA, la,lu dihitung koloni bakteri dengan cara diambil cawan petri yang terdapat bakteri dari media NA. kemudian dengan menggunakan koloni counter bakteri dihitung. Dengan cara disntuh dengan pulpen pada bagian koloninya, lalu dicatat

hasilnya. Setelah bakteri dihitung dengan koloni counter, selanjutnya menghitung total koloni dengan sistematis yaitu Adapun syarat perhitungan koloni sehingga koloni dapat dihitung yaitu: Jumlah koloni yang akan dihitung harus dapat dihitung bakan berupa TBUD ( ditak bisa untuk dihitung ) atau spreader ( jumlah bakteri melebihi dari cawan petri ) sehingga tidak bisa dihitung dan jumlanya harus rasional dsalam 1 faktor pengenceran. Jumlah koloni kisaran ratio / dalam kisaran ratio Jumlah koloni antara 30-300 Melihat tingkat pengenceran karena semakin tinggi pengencera makin sedikit jumlah mikroba sehingga jumlah koloni dapat dihitung 4.2 Analisa Hasil 4.2.1 Perhitungan Pada hasil praktikum mikrobiologi dasar tentang perhitungan koloni, didapatkan jumlah hasil koloni yang setelah 24 jam media diinkubasi dalam incase, kemudian diambil dan diamati. Dari 6 cawan petri yang ada, cawan petri 10-3 lebih banyak terdapat koloni mikroba. Hal ini dikarenakan proses pengenceran sesuai dan tidak terkontaminasi dengan udara luar. Sedangkan pada cawan petri 10-4 da 10-5 mikrobanya ada yang sedikit dan ada yang tidak dapat dihitung bahkan melebihi dari seperempat cawan. Dari hasil penanaman dapat diketahui bahwa pada cawan petri 10-3 A ditumbuhi 209 koloni dan pada cawan C B ditumbuhi 187 koloni. Pada cawan petri 10-4 Aditumbuhi 85 koloni dan 10-4 B ditumbuhi 64 koloni. Sedangkan pada cawan petri 10-5 A ditumbuhi 102 koloni dan 10-5 B ditumbuhi 132 koloni. Cara perhitungan koloninya, setelah koloni yang ditemukan ditandai dengan spidol. Dihitung dengan rumus Total koloni = koloni x dengan satuan 10-5 untuk hasil akhirnya. Total koloni = koloni x = = 198 = 1,98 x 10-5 4.2.2 Hasil Perhitungan Dibandingkan dengan Tiap Kelompok Pada praktikum mikrobiologi dasar didapatkan hasil tiap kelompok adalah sebagai berikut : Kelompok 21 (sampel tanah beringin) F. Pengenceran A B 10-3 124 214 10-4 72 64 10-5 50 123

Total koloni = koloni x = = 169 x 10-3 = 1,69 x 10-5

Kelompok 22 (sample tanah lapangan volley) F. Pengenceran A B 10-3 183 107 10-4 213 155 10-5 56 78

Total koloni = koloni x = = 145 x 10-3 = 1,45 x 10-5 Kelompok 23 (sampel tanah kortim) F. Pengenceran A B 10-3 89 57 10-4 184 105 10-5 32 64

Total koloni = koloni x = = 73 x 10-3 = 0,73 x 10-5 Kelompok 24 (sampel tanah gazebo) F. Pengenceran A B 10-3 36 33 10-4 350 TBUD 10-5 61 29

Total koloni = koloni x = = 34,5 x 10-3 = 0,345 x 10-5 Kelompok 25 (sampel tanah himpunan) F. Pengenceran A B 10-3 209 187 10-4 85 64 10-5 102 132

Total koloni = koloni x = = 302,5 x 10-3 = 3,025 x 10-5 Kelompok 26 (sampel tanah) F. Pengenceran A B 10-3 - 10-4 - 10-5 - -

Total koloni = koloni x =0 Kelompok 27 (sampel tanah gazebo) F. Pengenceran A B 10-3 TBUD TBUD 10-4 86 197 10-5 TBUD TBUD

Total koloni = koloni x = = 141,5 x 10-3 = 14,15 x 10-5 Kelompok 28 (sampel tanah himpunan) F. Pengenceran A B 10-3 TBUD 232 10-4 137 TBUD 10-5 111 TBUD

Total koloni = koloni x = 232 x = 232 x 10-3 = 2,32 x 10-5

Total koloni = koloni x

= 137 x = 137 x 10-4 = 13,7 x 10-5 koloni = 2,32 . 10-5 x 13,7 . 10-5 = 16,02 . 10-5 Kelompok 29 (sampel tanah depan BEM lama) F. Pengenceran A B 10-3 284 19 10-4 32 65 10-5 21 20

Total koloni = koloni x = 284 x 10-3 = 2,84 x 10-5 Kelompok 30 (sampel tanah depan musholla) F. Pengenceran A B 10-3 44 TBUD 10-4 345 139 10-5 TBUD TBUD

Total koloni = koloni x = 44 x 10-3 = 0,44 x 10-5 Total koloni = koloni x = 139 x 10-4 = 13,9 x 10-5 koloni = 0,44 . 10-5 x 13,9 . 10-5 = 14,34 . 10-5 Kelompok 31 (sampel tanah lapangan volley) F. Pengenceran A B 10-3 TBUD TBUD 10-4 TBUD TBUD 10-5 298 291

Total koloni = koloni x =0

Kelompok 32 (sampel tanah laboratorium mikro) F. Pengenceran A B 10-3 285 TBUD 10-4 143 TBUD 10-5 TBUD TBUD

Total koloni = koloni x = 285 x 10-3 = 2,85 x 10-5 Kelompok 33 (sampel tanah beringin) F. Pengenceran A B 10-3 67 176 10-4 298 128 10-5 38 228

Total koloni = koloni x = = 121,5 x 10-3 = 1,215 x 10-5 Kelompok 34 (sampel tanah beringin) F. Pengenceran A B 10-3 288 293 10-4 TBUD TBUD 10-5 TBUD TBUD

Total koloni = koloni x = = 290,5 x 10-3 = 2,905 x 10-5 5. KESIMPULAN Pertumbuhan diartikan sebagai penambahn atau dapat dihubungkan dengan penambahan ukuran, jumlah bobot, massa, dan banyak parameter lainnya dari suatu bentuk hidup. Fase-fase pertumbuhan bakteri - Fase adaptasi - Fase pertumbuhan logaritmik - Fase pertumbuhan awal - Fase pertumbuhan tetap

- Fase menuju kematian - Fase kematian Factor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri - Suhu - Bahan bentuk gas - Tekanan osmotic - Pengeringan - Keadaan ektim dingin - Efek ion - Efek radiasi Rumus perhitungan koloni Syarat perhitungan bakteri - Jumlah koloni yang akan dihitung harus dapat dihitung - Jumlah koloni antara 30-300 - Melihat jumlah pengenceran karena semakin tinggi pengnceran maka sedikit jumlah mikroba sehingga jumlah koloni dapat dihitung Kolni bakteri jumlah tertinggi kelompok 24 adalah 239 x 10-5 dan terendah klompok 23 adalah 0.73 x 10-5

DAFTAR PUSTAKA Dwijosaputro, 1964. Dasar Dasar mikrobiologi. Irianto, 2006. Mikrobiologi. Yrama widya; Bandung Lay, 1992. Mikrobiologi. Rajwalivers; Jakarta Pelczar, 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Press; Jakarta Pratiwi, 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga; Jakarta Rachadie, 2006. http://wordpress.com diakses pada tanggal 13 November 2010. Pikul 15.30 WIB.

1. PENDAHULUAN Diantara tumbuh-tumbuhan rendah (bersahaja), maka golongan ganggang (alga) dan golongan jamur merupakan kelanjutan daripada golongan bakteri. Baik jamur yang bersahaja maupun jamur yang tingkat tinggi, tubuhnya mempunyai cirri yang khas, yaitu berupa benang tunggal yang bercabang-cabang yang disebut misselium atau berupa kumpulan benang-benang yang padat menjadi satu. Hanya golongan ragi (saccharomycetes) itu tubuhnya berupa sel-sel tunggal. Ciri kedua ialah, jamur tidak mempunyai klorofil, sehingga hidupnya terpaksa heterotrof. Golongan jamur mencakup lebih dari 55.000 species. Jumlah ini jauh melebihi jumlah species bakteri. Tentang klasifikasinya belum ada kesatuan pendapat yang menyeluruh diantara para sarjana taksonomi. Bakteri dan jamur merupakan golongan tumbuh-tumbuhan yang tubuhnya tidak mempunyai diferensiasi, oleh karena itu disebut tumbuhan talus (thallophyta), lengkapnya thallophyta yang tidak berklorofil. Klasifikasi jamur Menurut ALEXCOUPOULUS (1962) thallophyta yang tidak berklorofil dibagi atas: 1. Phylum Schizomycophyta (Bakteri) 2. Phylum Mxyomycophyta (Jamur lendir) 3. Phylum Eumycophyta (Jamur benang) Phylum Eumycophyta terbagi atas 4 kelas, yaitu : 1. Klas Phychomycetes 2. Klas Aschomycetes 3. Klas Deuteromycetes atau fungi imperfecti (jamur tak sempurna) 4. Klas Basidiomycetes Maksud dan tujuan Maksud dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui dan memahami cara mengidentifikasi jamur dengan media PDA. Sedangkan tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan terampil dalam melakukan ppembuatan media, pengenceran dan penanaman jamur serta identifikasinya.

2. METODE 2.1. Alat Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : Tabung reaksi : untuk melakukan pengenceran bertingkat. Cawan Petri : tempat / media penanaman Erlenmeyer : tempat larutan sementara saat sterilisasi Rak tabung reaksi : tempat tabung reaksi Bunsen : pengkondisian aseptis Gelas ukur : menakar larutan sejumlah 50, 100, 250 ml. Pipet volume : mengambil larutan dengan skala (1-10 ml). Autoklaf : sterilisasi basah. Inchase : inkubasi pada suhu kamar (24o-27oC) Tali : mengkikat alat-alat. Koran : membungkus peralatan. Timbangan analitik: menimbang bahan yang akan digunakan. Sprayer : tempat alcohol 70%. Mikroskop : untuk benda-benda berukuran mikroskopik. 2.3 Bahan Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : PDA : media penanaman. Aquades : pelarut media. Sampel : sebagai sumber yang diamati Na Fisiologis : untuk pengenceran. Koran : membungkus peralatan. Kapas : menyumbat pangkal pipet serologis saat streilisasi. Alkohol 70% : pengkondisian aseptis. Tali : mengikat peralatan 2.3 Skema Kerja Identifikasi Jamur

3. TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Pengertian Jamur Fungi atau jamur merupakan organism eukariotik yang mempunyai ciri mempunyai spora, memproduksi spora, tidak punya klorofil, dapat berkembangbiak secara seksual dan aseksual (Waluyo, 2004). Fungi merupakan decomposer/ organisme pembusukan yang utama pada bagian tanaman yang juga dapat dimanfaatkan misalkan pada makanan (Tortora, 2007). Fungi adalah organisme heterotrofik memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya (Pelczar et al, 1986). 3.2. Jelaskan macam-macam klasifikasi jamur 1. Zygomicotina, karena membentuk spora istirahat yng berdinding tebal yang disebut Zygospora. 2. Ascomycotina, bercirikan talus yang terdiri dari miselium bersepta. 3. Pyrenomycetes, askoskarp berbentuk khusus yang dilengkapi ostiolum. 4. Deuteromycotina, fungi imperfecti karena belum diketahui adanya reproduksi seksual, hefaseptat, atau uniseluler. 5. Mycophycphyta, liken atau lumut kerak biasanya dianggap sebagai kelompok khusus walaupun dasarnya merupakan asosiasi simbiosis antara jamur mikrobion dan gangguan tikobion (Mahyudin, 2009).

3.3. Macam-macam metode penanaman jamur beserta kelebihan dan kekurangannya Menurut Dwijoseputro (1964), metode penanaman jamur ada 4 macam yaitu: 1. Spora biasa yang terjadi karena protoplasma dalam satu sel tertentu berkelompok kecil. 2. Konidiospora: spora yang terjadi karena ujung suatu hifa berbelah-belah seperti tasbih. 3. Pada beberapa spesies bagian-bagian miselium dapat membesar serta berdinding tebal. 4. Jika bagian miselium itu tidak lebih besar daripada aslinya maka bagian ini disebut

spora.

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Prosedur Prosedur identifikasi jamur serta tujuan tiap perlakuan adalah diawali dengan penanaman jamur pada cawan petri. Pada penanaman ini dilakukan metode tuang dimana sampel diletakkan terlebih dahulu pada cawan kemudian dimasukkan media PDA. Diletakkan sampel sebanyak 1 ml. Didalam cawan petri yang dibuka setengah dan didekatkan dengan api Bunsen untuk pengkondisian aseptis. Dengan cara yang sama, dimasukkan media PDA 15-20 ml. Media ditunggu hingga dingin lalu dibalik untuk menghindari terjadinya spreader. Cawan yang berisi jamur dibungkus koran dan diikat, cawan petri diinkubasi dalam incase selama 24 jam. Kemudian cawan petri berisi jamur tersebut diambil dari incase dan diinokulasi dengan 2 cara untuk perbedaan dalam identifikasi jamur. Cara pertama, jamur diletakkan pada coverglass dan ditetesi NaFis 0,9% agar jamur lebih mudah diamati jika ditetesi NaFis 0,9%.Kemudian coverglass dibalik dan diletakkan diatas objekglass cekung ini merupakan pengamatan dengan cara tetesan bergantung. Jamur diamati dibawah mikroskop. Difoto dan digambar hasil pengamatan jamur. Cara kedua adalah dimasukkan inokulasi jamur dalam NaFis 0,9% steril dan diinkubasi semalam dalam incase. Pelakuan ini untuk perbedaan perlakuan antara yang telah diamati dengan yang diamati setelah semalam. Setelah diinkubasi semalam dalam incase, diinokulasi dengan jarum loop dan diletakkan dalam coverglass dan ditetesi NaFis 0,9% steril. Coverglass dibalik dan diletakkan di atas objekglass cekung sehingga ini merupakan pengamatan dengan cara tetesan bergantung. Jamur daiamati dibawah mikroskop, difoto dan digambar hasil pengamatan jamur. 4.2 Analisa Hasil 4.2.1 Hasil Identifikasi Jamur Pada praktikum mikrobiologi dasar materi identifikasi jamur. Hasil-hasil dari proses penghomogenan Na Fis dengan sampel. Setelah diamati dibawah mikroskop, diapatkan jamur pada kaca objek membantu seperti tabung-tabung panjang tanpa sekat yang menumpuk-numpuk yang berwarna untuk dinding selnya. Hal ini disebabkan karena terjadi penebalan pada dinding sel. Akan tetapi hasil identifikasi jamur yang sebelum diinokulasi dengan Na Fis, jamur

bebrbentuk seperti batang lurus dan tidak berkoloni. Hal ini disebabkan karena media pembiakannya hanya dibantu dengan PDA. Sehingga mikroba hanya nampak sedikit dan samar-samar, sedangkan gambar yang sesudah diinokulasi dengan Na Fis dapat dilihat koloni yang nampak jelas bagian-bagianya yang tidak bersekat dan berinti banyak. Hal ini disebabkan karena pada media, diinokulasi dengan jarum loop, lalu media dicampur dengan Na Fis, dimana Na Fis ini berfungsi untuk membantu proses pembiakan jamur. 4.2.2 Gambar Hasil Pengamatan dan Literatur Pada praktikum mikrobiologi dasar materi Identifikasi jamur didapatkan hasil gambar jamur yang telah diinokulasi dengan NaFis

Foto Jamur Gambar Literatur

Gambar Literatur

5. KESIMPULAN Ciri-ciri jamur antara lain adalah tubuhnya berupa benang tunggal bercabang-cabang yang disebut miselium atau berupa kumpulan benang padat. Hanya golongan ragi yang tubuhnya berupa sel-sel tunggal. Jamur tidak berklorofil sehingga hidupnya heterotrof. Thallophyta tidak berklorofil dibagi atas Schizomycophyta, Mycomychophta, Eumychophyta dimana Eumychophyta dibagi atas Phycomycetes, Asomycetes, Deuteromycetes dan Basidiomycetes. Setelah diinkubasi semalam, dalam pengamatan mikroskop, jamur tampak lebih banyak dan semakin melebar koloninya. Bakteri dan jamur merupakan tumbuh-tumbuhan yang tubuhnya tidak memiliki diferensiasi, sehingga disebut tumbuhan tallus. Media penanaman jamur yaitu PDA.

DAFAR PUSTAKA Dwijoseputro. 1964. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan Google Images. 2010. Fungi pic. http:// Google Images.com. Diakses pada tanggal 20 November 2010, pukul 13.00 wib. Mahyudin. 2009. Jamur. http:// Mikro.co.cc. Diakses pada tanggal 15 November 2010, pukul 16.00 wib. Pelczar et al. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press Tortora. 2007. Semua tentang mikrobiologi. http:// Tortora.blogspot.com. Diakses pada tanggal 20 November 2010, pukul 14.00 wib. Waluyo. 2004. Microbiology and science. http:// WaluyoMikrobiologi.blogspot.com. Diakses pada tanggal 20 November 2010, pukul 17.30 wib.

Anda mungkin juga menyukai