Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MIKROBIOLOGI

“PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MIKROBIOLOGI”

DISUSUN OLEH
NAMA : GINA NAFSIAH PUTRI
NIM : G 701 19 095
KELAS : B
DOSEN PENGAMPU : ARMINI SYAMSIDI, S.Si.,
M.Si., Apt.

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2021
A. KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
MIKROORGANISME
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu
substrat yang disebut medium. Untuk mengembangbiakkan mikroorganisme
seperti jamur, bakteri, ataupun yang lainnya diperlukan media. Media adalah
suatu substansi yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan jasad renik
(mikroorganisme). Media dapat berbentuk padat, cair dan semi padat (semi
solid). Didalam laboratorium mikrobiologi, kultur media sangat penting untuk
isolasi, pengujian sifat-sifat fisik dan biokimia bakteria serta untuk diagnosa
suatu penyakit.

Pertumbuhan pada mikroorganisme diartikan sebagai penambahan jumlah


atau total massa sel yang melebihi inokulum asalnya. Pertumbuhan merupakan
suatu proses kehidupan yang irreversible artinya tidak dapat dibalik
kejadiannya. Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan kuantitas
konstituen seluler dan struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan
ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan ukuran sel, pertambahan
berat atau massa dan parameter lain. Sebagai hasil pertambahan ukuran dan
pembelahan sel atau pertambahan jumlah sel maka terjadi pertumbuhan
populasi mikroba.

Pertumbuhan mikroba dalam suatu medium mengalami fase-fase yang


berbeda, yang berturut-turut disebut dengan fase lag, fase eksponensial, fase
stasioner dan fase kematian. Pada fase kematian eksponensial tidak diamati
pada kondisi umum pertumbuhan kultur bakteri, kecuali bila kematian
dipercepat dengan penambahan zat kimia toksik, panas atau radiasi.

Dalam pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang


mencukupi serta kondisi lingkungan yang mendukung demi proses
pertumbuhan tersebut, termasuk juga bakteri. Pertumbuhan bakteri pada
umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengaruh faktor ini akan
memberikan gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang
berbeda dan pada akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva
pertumbuhannya.

Kebutuhan mikroorganisme untuk pertumbuhan dapat dibedakan menjadi


dua kategori, yaitu: kebutuhan fisik dan kebutuhan kimiawi atau kemis.
Aspek-aspek fisik dapat mencakup suhu, pH dan tekanan osmotik. Sedangkan
kebutuhan kemis meliputi air, sumber karbon, nitrogen oksigen, mineral-
mineral dan faktor penumbuh.

B. JENIS, KOMPOSISI DAN FUNGSI MEDIA PERTUMBUHAN


Media pertumbuhan bakteri juga memerlukan sumber karbon dan energi.
Berbagai sumber karbohidrat untuk media pertumbuhan bakteri dapat dibuat
dari biji-bijian yang kaya akan karbohidrat. Beberapa peneliti telah melakukan
penelitian tentang media pertumbuhan bakteri dari berbagai sumber
karbohidrat seperti singkong, kentang, umbi garut, gembili dan ganyong.
Media pertumbuhan bakteri dari sayur-sayuran seperti wortel, tomat, kubis
dan labu. Sayuran tersebut menunjukkan hasil yang cukup baik terhadap
pertumbuhan bakteri baik itu pada medium cair maupun padat.
Selain dari umbi-umbian, sayuran maupun buah, pertumbuhan bakteri dari
berbagai sumber protein berhasil digunakan sebagai media alternatif
pertumbuhan mikroorganisme. Pada penelitian tersebut menggunakan
beberapa biji dari suku Leguminosae yaitu kacang tunggak, kacang hijau,
kacang kacang kedelai hitam, dan kedelai untuk pertumbuhan berbagai macam
bakteri seperti Escherichia coli, Bacillus sp., Staphyllococcus sp., Klebsiella
sp. dan Pseudomonas sp. Sumber karbohidrat lain yang dapat ditemui dengan
mudah dan belum dimanfaatkan secara optimal yaitu biji nangka dan biji
kluwih. Pada hasil penelitian biji nangka dan biji kluwih terdapat beberapa
zat-zat kimia yang dapat digunakan untuk pertumbuhan bakteri misalnya
karbon, karbohidrat, nitrogen, dan zat-zat lainnya yang dibutuhkan untuk
mengganti media NA pada pertumbuhan bakteri.
Adapun macam-macam media Pertumbuhan antara lain :
1. Medium berdasarkan sifat fisik
 Medium padat yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga
setelah dingin media menjadi padat.
 Medium setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-
0,4% sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu
cair. Medium semi solid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan
mikroba dapat menyebar ke seluruh medium tetapi tidak
mengalami percampuran sempurna jika tergoyang.
 Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya
adalah NB (Nutrient Broth), LB (Lactose Broth).
2. Medium berdasarkan komposisi
 Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya
diketahui jenis dan takarannya secara pasti, misalnya Glucose
Agar, Mac Conkey Agar.
 Medium semi sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya
diketahui secara pasti, misanya PDA (Potato Dextrose Agar) yang
mengandung agar, dekstrosa dan ekstrak kentang. Untuk bahan
ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui secara detail tentang
komposisi senyawa penyusunnya.
 Medium non sintesis yaitu media yang dibuat dengan komposisi
yang tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung
diekstrak dari bahan dasarnya, misalnya Tomato Juice Agar, Brain
Heart Infusion Agar, Pancreatic Extract.

3. Medium berdasarkan tujuan

 Medium untuk isolasi., Media ini mengandung semua senyawa


esensial untuk pertumbuhan mikroba, misalnya Nutrient Broth,
Blood Agar.

 Medium selektif/penghambat, Media yang selain mengandung


nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga media tersebut
dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang
pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Contohnya adalah Salt
broth yang ditambah NaCl 4% untuk membunuh Streptococcus
agalactiae yang toleran terhadap garam.

 Medium diperkaya (enrichment), Media diperkaya adalah media


yang mengandung komponen dasar untuk pertumbuhan mikroba
dan ditambah komponen kompleks seperti darah, serum, kuning
telur. Media diperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba
tertentu. Bakteri yang ditumbuhkan dalam media ini tidak hanya
membutuhkan nutrisi sederhana untuk berkembang biak, tetapi
membutuhkan komponen kompleks, misalnya Blood Tellurite
Agar, Bile Agar, Serum Agar, dll.

 Medium untuk peremajaan kultur, Media umum atau spesifik yang


digunakan untuk peremajaan kultur

 Medium untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik., Media ini


digunakan unutk mendiagnosis atau menganalisis metabolisme
suatu mikroba. Contohnya adalah Koser’s Citrate medium, yang
digunakan untuk menguji kemampuan menggunakan asam sitrat
sebagai sumber karbon.

 Medium untuk karakterisasi bakteri, Media yang digunakan untuk

mengetahui kemempuan spesifik suatu mikroba. Kadang-kadang

indikator ditambahkan untuk menunjukkan adanya perubahan

kimia. Contohnya adalah Nitrate Broth, Lactose Broth, Arginine

Agar.

 Medium diferensial, Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi


mikroba dari campurannya berdasar karakter spesifik yang
ditunjukkan pada media diferensial, misalnya TSIA (Triple Sugar
Iron Agar) yang mampu memilih Enterobacteria berdasarkan
bentuk, warna, ukuran koloni dan perubahan warna media di
sekeliling koloni.
C. PENGUKURAN PERTUMBUHAN
Pertumbuhan mikroorganisme dapat diukur berdasarkan konsentrasi sel
(jumlah sel per satuan isi kultur) ataupun destilasi sel (berat kering dari sel-sel
persatuan isi kultur). Dua parameter ini tidak selalu sama karena berat kering
sel rata-rata bervariasi pada tahap berlainan dalam pertumbuhan kultur, kedua
para meter tersebut juga tidak bermakna sama dalam penelitian mengenai
biokimia mikroorganisme atau gizi mikroorganisme. Densitas sel adalah
kuantitas yang lebih bermakna, sedangkan dalam penelitian mengenai
inaktivitas mikroorganisme, kosentrasi sel adalah kuantitas yang bermakna.
 Metode Pengukuran Pertumbuhan Mikroorganisme Secara Langsung
1. Metode Total Count
Pada metode ini sampel ditaruh di suatu ruang hitung (seperti
hemasitometer) dan jumlah sel dapat ditentukan secara langsung
dengan bantuan mikroskop (Hadioetomo, 1993). Jika setetes kultur
dimasukkan kedalam wadah (misalnya hemasitometer) yang diketahui
volumenya, maka jumlah sel yang dapat dihitung. Akan tetapi cara
tersebut memiliki keterbatasan, yaitu tidak dapat membedakan sel
hidup atau mati dan tidak dapat digunakan pada jumlah sel yang sangat
sedikit (kurang dari 102 sel/ml).
Kelemahan lainnya ialah sulitnya menghitung sel yang berukuran
sangat kecil seperti bakteri karena kekebalan hemositometer tidak
memungkinkan digunakannya lensa objektif celup minyak. Hal ini
dibatasi dengan cara mencernai sel sehingga menjadi lebih mudah
dilihat. Kelemahan lain lagi ialah kadang-kadang cenderung
bergerombol sehingga sukar membedakan sel-sel individu. Cara
mengatasinya ialah mencerai-beraikan gerombolan sehinggga tersebut
dengan menambahkan bahan anti gumpalan seperti dinatrium
etilanadiamina tetra asetat dan tween-80 sebanyak 0,1%. Keuntungan
metode ini ialah pelaksanaannya cepat dan tidak memerlukan banyak
peralatan.
2. Metode Turbidimetrik
Bila kita harus memeriksa kosentrasi sel jumlah besar biakan,
maka metode cawan bukanlah pilihan yang baik karena tidak hanya
memakan waktu tetapi juga memerlukan media dan pecah-belah dalam
jumlah besar. Untuk kasus demikian tersedia metode yang lebih cepat
dan praktis, yaitu pengukuran kekeruhan biakan dengan fotokilometer.

Secara rutin jumlah sel bakteri dapat dihitung dengan cara


menghitung kekeruhan (turbiditas) kultur. Semakin keruh suatu kultur,
semakin banyak jumlah sel. Prinsip dasar metode turbidimeter adalah
jika cahaya mengenai sel, maka sebagian cahaya diserap dan sebagian
cahaya diteruskan. Jumlah cahaya yang diserap propisional (sebanding
lurus dengan jumlah sel bakteri). Ataupun jumlah cahaya yang
diteruskan berbanding terbalik dengan jumlah sel bakteri. Semakin
banyak jumlah sel, semakin sedikit cahaya yang diteruskan. Metode ini
memiliki kelemahan tidak dapat membedakan antara sel mati dan sel
hidup.

3. Metode Berat Kering


Cara yang paling cepat mengukur jumlah sel adalah metode berat
kering. Metode tersebut relatif mudah dilakukan, yaitu kultur
disaringan atau disentrifugasi, kemudian bagian yang disaring atau
yang mengendap hasil sentrifugasi dikeringkan. Pada metode ini juga
tidak dapat membedakan sel yang hidup dan mati. Akan tetapi
keterbatasan itu tidak mengurangi manfaat metode tersebut dalam hal
mengukur efesiensi fermentasi, karena pertumbuhan diukur dengan
satuan berat, sehingga dapat diperhitungkan dengan parameter
konsumsi substrat dan produksi senyawa yang diinginkan.

4. Metode Elektronic Counter

Pada pengukuran ini, suspensi mikroorganisme dialirkan melalui


lubang kecil (orifice) dengan bantuan aliran listrik. Elektroda yang
ditempatkan pada dua sisi orifice mengukur tekanan listrik (ditandi
dengan naiknya tekanan) pada saat bakteri melalui orifice. Pada saat
inilah sel terhitung. Keuntungan metode ini adalah hasil bisa diperoleh
dengan lebih cepat dan lebih akurat, serta dapat menghitung sel dengan
ukuran besar. Kerugiannya metode ini tidak bisa digunakan untuk
menghitung bakteri karena adanya gangguan derbit, filamen, dan
sebagainya, serta tidak dapat membedakan antara sel hidup dan sel
mati.

5. Metode Plating Techique


Metode ini merupakan metode perhitungan jumlah sel tampak
(visible) dan di dasarkan pada asumsi bahwa bakteri hidup akan
tumbuh, membelah dan memproduksi satu koloni tunggal. Satuan
perhitungan yang dipakai adalah CFU (colony forming unit) dengan
cara membuat seri pengenceran sampel dan menumbuhkan sampel
pada media padat. Pengukuran dilakukan pada plat dengan jumlah
koloni berkisar 25-250 atau 30-300. Keuntungan metode ini adalah
sederhana, mudah dan sensitif karena menggunakan colony counter
sebagai alat hitung dapat digunakan untuk menghitung
mikroorganisme pada sampel makanan, air ataupun tanah.
Kerugiannya adalah harus digunakan media yang sesuai dan
perhitungannya yang kurang akurat karena satu koloni tidak selalu
berasal dari satu individu sel.

6. Metode filtrasi membran


Pada metode ini sampel dialirkan pada suatu sistem filter membran
dengan bantuan vaccum. Bakteri yang terperangkap selanjutnya
ditumbuhkan pada media yang sesuai dan jumlah koloni dihitung.
Keuntungan metode ini adalah dapat menghitung sel hidup dan sistem
perhitungannya langsung, sedangkan kerugiannya adalah tidak
ekonomis.
 Metode Pengukuran Medium Secara Tidak Langsung
1. Metode Viable Count
Kultur diencerkan sampai batas yang di inginkan. Kultur encer
ditumbuhkan kembali pada media, sehingga di harapkan setiap sel
tumbuh menjadi 1 koloni beberapa saat berikutnya, biasanya 4-12 jam.
Akan tetapi cara ini memiliki keterbatasan, yaitu jumlah sel terhitung
biasanya lebih dari sebenarnya (kemungkinan besar 1 koloni dapat
berasal dari 2 sel) dan tidak dapat di aplikasikan pada bakteri yang
tumbuh lambat. Pada metode tersebut yang perlu diperhatikan adalah
jumlah sel bakteri harus mendekati kelipatan 10 pada setiap
pengencerannya. Jika tidak pengenceran di anggap gagal. Misalnya
cawan yang dapat dihitung jumlah selnya adalah yang mempunyai
jumlah sel sekitar 2-4 untuk sampel pengenceran (10-x ), 20-40 untuk
sampel pengenceran (10(x+1)) dan 200-400 untuk sampel pengenceran
(10-(x+2)).
2. Metode Aktivitas Metabolik
Metode ini di dasarkan pada asumsi bahwa produk metabolit
tertentu, misalnya asam atau CO2, menunjukkan jumlah
mikroorganisme yang terdapat di dalam media. Misalnya pengukuran
produksi asam untuk menentukan jumlah vitamin yang di hasilkan
mikroorganisme.
3. Metode Berat Sel Kering
Metode ini umum digunakan untuk mengukur pertumbuhan fungi
berfilamen. Miselium fungi dipisahkan dari media dan dihitung
sebagai berat kotor. Miselium selanjutnya dicuci dan dikeringkan
dengan alat pengering (desikator) dan ditimbang beberapa kali hingga
mencapai berat yang konstan yang dihitung sebagai berat sel kering.
D. KURVA PERTUMBUHAN
Fase dalam pertumbuhan telah dikenal luas oleh ahli mikrobiologi.
Terdapat 4 fase pertumbuhan bakteri ketika ditumbuhkan pada kultur curah
(batch culture), yaitu fase adaptasi (lag phase), fase perbanyakkan
(exponential phase), fase statis (stationer phase), dan fase kematian (death
phase). Kurva nya adalah sebagai berikut:
1. Fase Adapatasi (Lag phase)
Pada fase ini tidak ada pertambahan populasi. Sel mengalami
perubahan dalam komposisi kimiawi dan bertambah ukurannya, substansi
interaseluler bertambah (Perlazar, 2005). Ketika sel dalam fase statis
dipindahkan ke media baru, sel akan melakukan proses adaptasi. Proses
adaptasi meliputi sintesis enzim baru yang sesuai dengan medianya dan
pemulihan terhadap metabolit yang bersifat toksik (misalnya
asam,alkohol, dan basa) pada waktu media lama.
Fase adaptasi tidak di jumpai pertambahan jumlah sel. Akan tetapi
terjadi pertambahn volume sel karena pada fase statis biasanya sel
melakukan pengecilan ukuran sel. Akan tetapi, fase adaptasi dapat
dihindari (langsung ke fase perbanyakan), jika sel di media lama dalam
kondisi fase perbanyakan dan dipindahkan ke media baru yang sama
komposisinya dengan media lama.
2. Fase Perbanyakan (Logaritma atau eksponensial)
Fase ini pembiakan bakteri berlangsung paling cepat. Jika kita ingin
mengadakan piaraan yang cepat tumbuh, maka bakteri dalam fase ini baik
sekali untuk dijadikan inokolum (Dwidjuseputro, 1998). Sel akan
membelah dengan laju yang konstan massa menjadi dua kali lipat dengan
laju yang sama, aktivitas metabolit konstan dan keadaan pertumbuhan
yang seimbang.
Setelah memperoleh kondisi ideal dalam pertumbuhannya, sel
melakukan pembelahan. Karena pembelahan sel merupakan persamaan
ekponensial, maka fase itu disebut juga fase eksponensial. Pada fase
perbanyakan jumlah sel meningkat pada batas tertentu (tidak terdapat
pertumbuhan bersih jumlah sel), sehingga memasuki fase statis. Pada fase
perbanyakan sel melakukan konsumsi nutrien dan proses fisiologis
lainnya. Pada fase itu produk senyawa yang di inginkan oleh manusia
terbentuk, karena senyawa terbentuk merupakan senyawa yang di inginkan
pada fase perbanyakan adalah etanol, asam laktat dan asam organik
lainnya.
3. Fase Konstan
Fase ini terjadi penumpukan produk beracun dan atau kehabisan
nutrien. Beberapa sel mati sedangkan yang lain tumbuh dan membelah.
Jumlah sel hidup menjadi tetap. Fase ini menunjukan jumlah bakteri yang
berbiak sama dengan jumlah bakteri yang mati, sehingga kurva
menunjukan garis yang hampir horizontal.

Alasan bakteri tidak melakukan pembelahan sel pada fase statis bermacam-
macam yakni :

a. Nutrien habis
b. Akumulasi metabolit toksik (misalnya alkohol,asam, dan basa)
c. Penurunan kadar oksigen
d. Penurunan nilai aw (ketersediaan air)
DAFTAR PUSTAKA

Utomo., dkk. (2015). Pertumbuhan Mikroba. Jambi: Universitas Jambi

Handayani Meuthia. (2012). Fase Petumbuhan Bakteri. Jakarta: Universitas


Indonesia

Meilia. (2015). Pertumbuhan Mikroorganisme. Malang: UB Press

Anda mungkin juga menyukai