Anda di halaman 1dari 30

DAFTAR ISI Halaman

BAB I Pendahuluan 1.1 Definisi 1.2 Sejarah

BAB II Terapi Sinar 2.1 Karakteristik Dari Sinar 2.2 Gelombang Elektromagnetik 2.3 Sifat Fisik Dari Sinar

BAB III LASER 3.1 Prinsip Kerja Laser 3.2 Karakteristik Dasar Laser 3.3 Komponen Dasar Laser 3.4 Klasifikasi Laser 3.5 Efek Biologis Laser

BAB IV ILIB 4.1 Prinsip Kerja ILIB 4.2 Efek Biologis ILIB 4.3 Dosis 4.4 Indikasi 4.5 Kontraindikasi BAB VI PENUTUP 1

BAB I

PENDAHULUAN

Kemajuan pesat dibidang ilmu dan teknologi saat ini sangat berpengaruh terhadap kemajuan dibidang ilmu kedokteran. Kemajuan dibidang ilmu kedokteran dan medis akan memberikan banyak kemudahan, baik bagi praktisi medis maupun masyarakat luas. Salah satu bentuk kemajuan dibidang medis antara lain penggunaan berbagai macam modalitas sebagai sebagai salah satu bagian dari terapi dibidang kedokteran terutama dibagian ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi medik. Salah satu modalitas yang berkembang pesat baik penggunaan dan teknologi alatnya yaitu modalitas LASER (Light Amplification by Stimulated Emission or Radiation) terutama LASER darah (Intravasculer LASER Irradiation of Blood).1 Pada awal perkembangannya, orang tidak menyebut dengan nama LASER. Para ahli masa itu menyebutnya sebagai MASER (Microwave Amplification by Stimulated Emission of Radiation) dan orang yang pertama kali mengungkapkan keberadaan MASER adalah Albert Einstein antara tahun 1916 1917. Ilmuwan yang terkenal eksentrik ini juga yang pertama kali berpendapat bahwa cahaya atau sinar bukan hanya terdiri dari gelombang elektromagnetik, tetapi juga bermuatan partikel dan energi sehingga disebut sebagai radiasi

meskipun MASER dari Einstein ini baru sebatas teori karena teknologi pada dekade kedua abad 20 belum mampu mewujudkannya. Disamping itu, banyak ilmuwan yang menganggap teori dari Einstein itu sebagai teori yang kontroversial. Pada tahun 1958, Gordon Gould telah berhasil membuat MASER optik bahkan dia adalah orang yang pertama kali menggunakan istilah LASER, tetapi Gordon gagal mendaftarkan paten LASER-nya pada tahun 1959 dan baru pada tahun 1977 Gordon memenangkan paten tersebut.

Perkembangan yang cukup penting terjadi pada tahun 1962 ketika seorang ilmuwan yang bekerja pada perusahaan General Electric, Robert Hall, menemukan LASER semikonduktor berukuran mini dengan biaya murah. Penggunaan metode LASER dalam darah diperkenalkan sebagai terapi pada tahun 1981 oleh ilmuwan berkebangsaan Soviet yaitu EN Meschalkin dan VS Sergiewski. Metode ini dikembangkan pertama kali untuk pengobatan pada penyakit kardiovaskular dan hasilnya adalah perbaikan mikrosirkulasi dan berkurangnya area infark yang diikuti penurunan disaritmia dan angka kematian mendadak pada penderita penyakit kardiovaskular. Penggunaan laser dalam darah telah banyak dikembangkan aplikasi klinisnya terutama dinegara-negara berkembang seperti Jerman, Amerika, Perancis, Kanada, Australia, Singapura dan Cina. Teknik dan penggunaan laser dalam darah ini belum banyak ditemukan dan belum cukup popular di Indonesia karena masih sedikitnya ahli yang mendalami laser darah dan

BAB II

TERAPI SINAR

Terapi sinar atau light therapy adalah terapi menggunakan sinar yang difilter untuk menghasilkan panjang gelombang tertentu dan menghasilkan warnawarna spesifik. Sinar merupakan salah satu bentuk dari energi elektromagnetik yang mempunyai karakteristik yang berbeda dari bentuk energi lainnya. Jenis sinar ditentukan sesuai dengan amplitudo, panjang gelombang dan frekuensinya sehingga sinar dapat dibedakan jenisnya contohnya sinar gamma, sinar X rays, sinar ultraviolet, sinar inframerah.2,3,4

2.1 Karakteristik dari sinar a. Panjang Gelombang Panjang gelombang suatu sinar merupakan jarak dari awal sampai akhir pada satu siklus gelombang. Biasanya memiliki denotasi huruf Yunani lambda (). Sinar tampak adalah suatu sinar yang dapat terlihat oleh mata kita. Spektrum dari suatu sinar tampak berada dalam panjang gelombang yang berbeda beda yang diperlihatkan oleh warna warni yang spesifik. Spektrum kasat mata adalah bagian dari spektrum elekromagnetik yang tampak oleh mata manusia. Radiasi elektromagnetik dalam rentang panjang gelombang ini disebut sebagai cahaya tampak atau cahaya saja. Tidak ada batasan yang tepat dari spektrum optik. Mata normal manusia akan dapat menerima panjang gelombang dari 400 sampai 800 nm, meskipun beberapa orang dapat menerima panjang gelombang dari 380 sampai 780 nm (atau dalam frekuensi 790-400 terahertz). Mata yang telah beradaptasi dengan cahaya biasanya memiliki sensitivitas maksimum di sekitar 555 nm, di wilayah hijau dari spektrum optik. Warna pencampuran seperti pink atau ungu, tidak terdapat dalam spektrum ini karena warna-warna tersebut hanya akan didapatkan dengan mencampurkan beberapa panjang gelombang. Suatu panjang gelombang diukur dalam nanometer, dimana panjang gelombang

sinar tampak diantara 400nm sampai 800nm. Panjang gelombang diatas sinar tampak adalah sinar tampak adalah sinar infra merah dan microwave, sedangkan panjang gelombang dibawah sinar tampak adalah ultraviolet, x-ray, sinar gamma dan sinar kosmik. Sinar LASER berada diantara sinar tampak dan mendekati area sinar infra merah.3,5

Gambar no. 1 Spektrum elekromagnetik

b. Amplitudo Amplitudo adalah pengukuran skala dari besar osilasi suatu gelombang. Bisa dihitung dari jarak puncak dan lembah gelombang sinusoide. Amplitudo juga dapat didefinisikan sebagai jarak terjauh dari garis kesetimbangan dalam gelombang sinusoide yang kita pelajari pada mata pelajaran fisika dan matematika geometrika.3,5

Gambar 2. Amplitudo

c. Frekuensi Frekuensi adalah ukuran jumlah putaran ulang per peristiwa dalam selang waktu yang diberikan. Untuk memperhitungkan frekuensi, seseorang menetapkan jarak waktu, menghitung jumlah kejadian peristiwa, dan membagi hitungan ini dengan panjang jarak waktu. Hasil perhitungan ini dinyatakan dalam satuan hertz (Hz) yaitu nama pakar fisika Jerman Heinrich Rudolf Hertz yang menemukan fenomena ini pertama kali. Frekuensi sebesar 1 Hz menyatakan peristiwa yang terjadi satu kali per detik. Frekuensi dari warna suatu sinar berlawanan dengan panjang gelombangnya. Semakin tinggi frekuensi maka semakin pendek suatu panjang gelombang. Frekuensi dan panjang gelombang mempengaruhi penyerapan dari suatu sinar. Suatu sinar dengan frekuensi yang tinggi dan panjang gelombang yang pendek dapat diserap pada tingkat lebih superficial daripada sinar dengan frekuensi yang rendah dan panjang gelombang yang panjang.3,4,5

Gambar 3. Hubungan frekuensi dengan panjang gelombang

2.2 Gelombang Elektromagnetik Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walau tidak ada medium. Energi elektromagnetik merambat dalam gelombang dengan beberapa karakter yang bisa diukur, yaitu: panjang

gelombang/wavelength, frekuensi, amplitude, kecepatan. Amplitudo adalah tinggi gelombang, sedangkan panjang gelombang adalah jarak antara dua puncak. Frekuensi adalah jumlah gelombang yang melalui suatu titik dalam satu satuan waktu. Frekuensi tergantung dari kecepatan merambatnya gelombang. Karena kecepatan energi elektromagnetik adalah konstan, panjang gelombang dan frekuensi berbanding terbalik. Semakin panjang suatu gelombang, semakin rendah frekuensinya dan semakin pendek suatu gelombang semakin tinggi frekuensuinya. Energi elektromagnetik dipancarkan, atau dilepaskan, oleh semua masa di alam semesta pada level yang berbeda-beda. Semakin tinggi level energy dalam suatu energy, semakin rendah panjang gelombang dari energy yang dihasilkan, dan semakin tinggi frekuensinya. Perbedaan karakteristik energy gelombang digunakan untuk mengelompokan energi elektromagnetik.1,2,3 Dari uraian diatas dapat disimpulkan beberapa ciri gelombang elektromagnetik adalah sebagai berikut : 1. Perubahan medan listrik dan medan magnetik terjadi pada saat yang bersamaan

2. Arah medan listrik dan medan magnetik saling tegak lurus dan keduanya tegak lurus terhadap arah rambat gelombang 3. Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang universal. 4. Gelombang elektromagnetik mengalami peristiwa pemantulan, pembiasan Cepat rambat gelombang elektromagnetik hanya bergantung pada sifatsifat listrik dan magnetic medium yang ditempuhnya. Susunan semua bentuk gelombang elektromagnetik berdasarkan panjang gelombang dan frekuensinya disebut spectrum elektromagnetik. Gambar spektrum elektromagnetik disusun berdasarkan panjang gelombang (diukur dalam satuan nm) mencakup kisaran energy yang sangat rendsh, dengan panjang gelombang tinggi dan frekuensi rendah, seperti gelombang radio sampai ke energy yangsangat tinggi, dengan panjang gelombang rendah dan frekuensi tinggi seperti radiasi X-ray dan Gamma Ray.

2.3 Sifat fisik dari sinar Sinar seperti halnya suara berjalan pada pola gelombang dan mempunyai sifat yang spesifik seperti refleksi, refraksi dan absorpsi.1,2,3,4,5 a. Refleksi Refleksi merupakan pancaran sinar energy yang dipantulkan kembali dari suatu permukaaan. Sinar mempunyai kemampuan untuk memantul kembali pada permukaan yang berbeda-beda. Derajat suatu refleksi berkurang pada sudut yang mendekati 90. b. Refraksi Refraksi merupakan sinar dari suatu sumber energy yang dibelokan sesuai dengan sudut datangnya sinar. Suatu sinar dapat diarahkan kembali dari permukaan pada suatu sudut tertentu. Sebagai contoh, jika suatu sinar diarahkan pada kaca maka akan direfleksikan kembali pada sinar yang diarahkan pada posisi tegak lurus permukaan kaca. Jika sudut tidak tegak lurus, maka sinar akan direfraksikan atau dibelokan ke arah yang lain.

c. Absorpsi Kemampuan suatu substansi untuk menerima sinar atau pancaran energy. Intensitaas suatu sinar akan berkurang saat melewati substansi tersebut. Absorpsi berhubungan dengan penetrasi. Jika sumber energy banyak diabsorpsi pada saat melewati suatu substansi maka penetrasinya pada substansi tersebut tidak dalam. Tapi apabila sumber energy tersebut pada suatu substansi tidak banyak direfleksi, direfraksi dan diabsorpsi maka penetrasinya akan lebih dalam pada substansi tersebut.

Gambar no. 4 Sifat fisik sinar. (Diambil dari kepustakaan no.1)

BAB III

LASER

LASER merupakan akronim dari light amplification by stimulated emission of radiation. Radiasi adalah proses dimana energy dipancarkan melalui ruang. Karakteristik umum untuk semua bentuk energy radiasi adalah : (1) dihasilkan dengan pemberian tenaga listrik atau tenaga lainnya pada berbagai bentuk zat, (2) dapat ditransmisikan tanpa bantuan medium yang dapat dilihat/diraba, (3) kecepatan hantaran sama dalam medium vakum, tetapi bisa berbeda dalam medium yang berbeda. Arah pancaran normalnya adalah garis lurus, tetapi akan mengalami refleksi, defleksi dan absorbsi oleh media yang dilaluinya. Dibidang kedokteran dikenal 2 macam LASER, yaitu LASER berdaya tinggi (high power LASER) dan LASER berdaya rendah (low power LASER). LASER berdaya tinggi banyak digunakan dalam bidang bedah, THT, bedah saraf, kandungan dll karena memiliki kemampuan untuk memotong, mengiris dan membakar jaringan. Sedangkan LASER berdaya rendah tidak mempunyai efek panas pada jaringan, tetapi mempunyai efek biologis yang dimanfaatkan untuk mempercepat penyembuhan jaringan dan penatalaksanaan nyeri.

3.1 Prinsip Fisis LASER Jika foton atau partikel energi sinar diarahkan pada sebuah atom maka kemungkinan akan diabsorbsi, , direfleksikanm atau ditransmisikan. Jika partikel direfleksikan atau ditransmisikan, tidak terjadi perubahan energi sinar, tetapi jika foton diabsorbsi, terjadi peningkatan energy pada electron orbit. Satu atau lebih electron mengalami perubahan posisi dari orbit yang lebih dalam ke orbit yang lebih perifer. Atom yang telah menerima energy tersebut disebut excited.6,7 Excited atom tidak stabil dan akan berusaha kembali pada keadaan

semula (ground state) dengan cara yang berbeda-beda, dalam waktu singkat, tanpa

10

stimulasi external lebih jauh. Fenomena ini menghasilkan emisi sinar secara spontan (spontaneous emission). Jika dibiarkan, proses ini akan menghambat level transfer energy yang dibutuhkan untuk radiasi LASER. Tetapi jika sebuah foton dengan energy yang tepat menumbuk sebuah atom yang sedang dalam excited state, atom tersebut segera akan terstimulasi untuk mengemisikan kelebihan energinya dan melakukan transisi ke ground state. Proses ini disebut stimulated emission. Foton yang diemisi merupakan suatu amplifikasi radiasi yang distimulasi (amplification of stimulating radiation). LASER bisa merupakan bentuk energy elektromagnetik yang dapat dilihat atau tidak dapat dilihat (inframerah) dalam spektrum elektromagnetik.6,7 Dalam sebuah LASER, ketika electron distimulasi oleh suatu sumber tenaga eksternal dengan kecepatan tinggi, gabungan foton-foton disearahkan dalam ruang pantul (reflecting chamber). Ketika menumbuk cermin pantul perak yang semipermeabel, foton-foton dipantulkan balik ke cermin pantul (reflecting mirror). Refleksi foton bolak-balik antara kedua cermin melalui medium LASER selanjutnya akan mengaktivasi sinar. Proses ini belanjut terus dengan semakin banyak foton yang terstimulasi, hingga ruang tidak dapat lagi menampung level energy tersebut. Akhirnya, foton dipancarkan melalui cermin semipermeabel dan keluar melalui kabel serat optik. Serat optik adalah filament serupa benang yang terbuat dari kaca yang mengarahkan foton yang terstimulasi kea rah permukaan yang diterapi. Ketika foton melalui jaringan silindris, beberapa excited atom dalam reflecting chamber mulai kembali ke groung state. Proses emisi spontan ini, seperti yang telah disebutkan diatas, menyebabkan intensitas foton yang diemisikan ke jaringan berkurang. Tipe LASER lainnya memakai diode pada ujung aplikator yang lebih baik daripada serat optik.

3.2 Komponen Dasar LASER Ada 3 sifat dasar yang membedakan LASER dari sumber sinar pijar dan fluoresen (neon), yaitu koheren, monokromatis dan pancaran yang terkolimasi. Sifat koheren berarti semua foton yang diemisi dari tiap-tiap molekul mempunyai fase panjang gelombang sama. Masing-masing gelombang sinar

11

terkunci dalam langkah yang sama dengan yang lain. Karena mempunyai fase yang sama, gelombang-gelombang tersebut dikatakan temporally coherent. Mereka juga berjalan dalam arah yang sama, sehingga disebut spatial coherent. Sinar yang bersifat spatial coherent dapat difokuskan dengan lensa menjadi spot yang sangat kecil. Monokromatisitas didefinisikan sebagai spesifitas sinar dalam panjang gelombang tertentu dan tunggal serta frekuensi yang sama, yang memberikan sifat murni yang tidak ditemukan pada sumber sinar pada umumnya. Jika spesifitas ini berada dalama spectrum yang dapat dilihat, maka akan berupa warna tunggal. Jika sinar ini dilewatkan pada sebuah prisma, maka akan keluar sinar dengan warna yang sama seperti sinar yang masuk. Sebagai contoh, He-Ne menghasilkan warna merah Pancaran LASER terkolimasi dengan baik, artinya divergensi atau pemisahan foton minimal, sehingga sinar berjalan pararel.

3.3 Klasifikasi LASER LASER keamanan.8,9 dapat diklasifikasikan menurut medium LASER yang

digunakan, intensitas energi yang dikeluarkan dari suatu alat dan tingkat

3.3.1 Medium LASER Medium LASER yang digunakan untuk pembangkit LASER dapat berupa Kristal, gas, semikonduktor, zat cair atau bahan kimia. LASER Kristal meliputi LASER ruby (694,3 nm), LASER neodymium yttrium-alumuniumgarnet (Nd:YAG) (1060 nm). LASER gas meliputi helium-neon (He-Ne) (632,8 nm), argon (476,5-514,5 nm) dan karbondioksida (CO2) (10.600 nm). LASER semikonduktor atau diode meliputi gallium-arsenide (Ga-as). LASER cair atau dye LASER (panjang gelombang dapat diatur). LASER kimia biasanya digunakan untuk keperluan militer.

12

Medium LASER yang digunakan pada ILIB (intravascular laser irradiation of blood) umumnya menggunakan medium LASER gas He-Ne dengan energi rendah, yang langsung disorotkan kedalam darah melalui jarum LASER dengan panjang gelombang 632,8 nm.6,9

3.3.2 Intensitas Seperti sinar difus, LASER yang menghasilkan foton merah atau inframerah memanaskan jaringan, dan foton ultraviolet menghasilkan reaksi fotokimia. Perbedaan utama dengan sinar difus adalah bahwa dengan LASER, dimungkinkan untuk dihasilkan iradiasi dan intensitas daya yang sangat tinggi. Reaksi non termal dapat dihasilkan bahkan dalam spectrum merah dan inframerah Menurut intensitasnya, LASER diklasifikasikan menjadi high power LASER dan low power LASER. Perbedaan intensitas LASER tersebut disebabkan oleh nperbedaan panjang gelombang. Secara umum, untuk tujuan rehabilitasi medik, dipakai radiasi dengan panjang gelombang antara 600-1100 nm, karena diluar rentang tersebut absorbsi di kulit sangat besar sehingga penetrasi kedalam menjadi sangat berkurang.7 Respon jaringan akibat LASER meliputi reaksi termal dan nontermal. LASER berintensitas tinggi memungkinkan reaksi termal dengan tahap-tahap: peningkatan temperature jaringan, dehidrasi jaringan, koagulasi protein, termolisis dan evaporasi. Denaturasi protein terjadi mulai temperature jaringan sebesar 40C, koagulasi mulai 68C, evaporasi mulai 100C dan karbonisasi mulai 500C Jika kekuatan rata-rata LASER kurang dari kemampuan untuk memanaskan jaringan, maka disebut LASER berdaya rendah (low power LASER0 atau LASER dingin (cold LASER) atau LASER berenergi rendah low energy LASER) atau LASER lunak (soft LASER). LASER berdaya rendah mempunyai output power 1 sampai 75 mW, menyebabkan respon termal yang minimal atau tidak ada (kurang dari 0,5-0,75C). Sistem LASER berenergi rendah member reaksi bioaktivasi dan secara eksperimental maupun klinik terbukti menstimulasi penyembuhan jaringan serta mempunyai efek analgesic.

13

3.3.3 Keamanan LASER juga dibedakan berdasarkan tingkat keamanan atau efeknya pada mata dan kulit. Menurut U.S FDAs Center for Device and Radiological Health, LASER dikelompokan dalam 4 kelas:1,2,6,7 Kelas 1 : LASER bebas, tidak berbahaya untuk tubuh dan tidak mempunyai efek pada mata dan kulit. Sinar dari LASER bebas tidak tampak dengan rata-rata keluaran daya 1 mW atau kurang. Termasuk dalam kelompok ini adalah LASER GaAs Kelas 2 : LASER berkekuatan rendah. Aman pada kulit, tidak merusak mata kecuali melihat langsung dalam waktu yang lama (lebih dari 1000 detik). Termasuk LASER tampak yang menghasilkan rata-rata keluaran daya 1 mW, seperti LASER HeNe Kelas 3 : LASER resiko sedang. LASER ini tidak menimbulkan bahaya bila melihat sekejap tanpa pelindung mata tetapi dapat meniumbulkan bahaya jika menggunakan optic yang mengumpulkan berkas sinar (daya rendah-sedang 5 mW) Kelas 3B : Dapat menimbulkan bahaya jika dilihat langsung atau pantulannya, operator dan pasien harus memakai kacamata pelindung (daya sedang 500 mW) Kelas 4 : LASER bertenaga tinggi yang dapat merusak mata dan menyebabkan cedera kulit serius jika terpapar langsung, pada paparan singkat kurang dari 0,25 detik (daya >500 mW)

3.4 Efek Biologis LASER Berdaya Rendah Ketika LASER difokuskan pada epidermis, jumlah energy yang diabsorbsi sebanding dengan kemapuan absorbsi kulit tersebut. Karena jaringan tidak homogen, kualitas masing-masing struktur menyebabkan absorbsi, refleksi

14

dan transmisi energy LASER berbeda-beda. Variabilitas fisiologis efek pada jaringan juga tergantung pada panjang gelombang, densitas daya/energy dan lamanya paparan serta aliran darah. Ketika menembus ke dalam, 10% energi LASER tertinggal. Penetrasi ini tidak lebih dari 6-8 mm. fakta bahwa terjadi efek yang lebih dalam dapat diterangkan karena adanya induksi elektromagnetik intrinsic sel-sel yang tidak terstimulasi melalui difusi normal serta proses-proses osmotik dan sirkulatorik.1 Apabila stimulasi LASER level rendah ditujukan pada suatu sel maka akan mempengaruhi plasma sel dengan merubah ketegangan membrane sel tersebut. Perubahan tegangan sel tadi merupakan suatu frekuensi oscilasi pada membrane sel sehingga mempengaruhi pembebasan ion Calsium (Ca+) yang merangsang prostaglandin dan zat-zat algogenic lainnya untuk menghambat proses peradangan, sehingga dapat berfungsi menormalisir jaringan yang cedera melalui reaksi radang. Melalui absorbsi foton, level energy molekul meningkat sehingga terjadi laser catalyzed reaction. Selanjutnya terjadi reaksi kimiawi dan peningkatan produksi ATP akibat absorbsi foton pada sistem redoks ferri sulfide dalam mitokondria. Sel-sel yang mengalami peningkatan produksi energi aerob ini akan berfungsi lebih baik Sebagai katalisator stimulasi LASER level rendah akan merangsang mitochondria sel, sehingga sintesa ATP dan ADP akanmeningkat serta memacu ferric sulphide system (dalam mitochondria) yang akan diikuti peningkatan aktivitas sel-sel makrofag, sel schwan, fibrosit lainnya. Dari perubahan aktivitas tersebut secara keseluruhan akan memberikan efek terapeutik yang sesuai dengan tujuan terapi yang dikehendaki.2

15

Gambar no. 5 Efek seluler LLT

LASER

mampu

membebaskan

enzim-enzim

endorphins

dan

mengaktifkan sel-sel makrofag serta mampu mengurangi pengeluaran nociceptor sebagai kelanjutan dari perbaikan system mikrovaskuler. Tujuan LASER ini antara lain vasodilatasi khususnya pada level mikrovaskuler, peningkatan aktivitas enzim akibat super dilatasi local pada kapiler dan membuat normalisasi keseimbangan intra dan ekstra seluler, stimulasi pertahanan yang akan menyebabkan peningkatan aktivitas anti bacterial (stimulasi makrofag), stimulasi fibroblast untuk penyembuhan proses peradangan pada jaringan lunak akibat trauma, stimulasi suppressor T-Cell pada saat produksi antibody yang tidak seimbang dapat menormalisir komplek imun, peningkatan energy sel intrinsic bertujuan untuk menjaga sel dari keadaan patologis yang mengakibatkan terjadinya nekrotik jaringan. 16

Jadi dapat disimpulkan, efek terapeutik LASER berdaya rendah terhadap sel dan jaringan adalah :1,6 1. Efek anti inflamasi dengan meningkatkan aktifitas superoxide dismutase. Penting bahwa superoxide dismutase dapat menghilangkan persepsi nyeri dengan mengurangiprostaglandin sehingga mengurangi sensitivitas ujungujung saraf untuk merangsang nyeri 2. Meningkatkan fagositosis makrofag. 3. Dapat mengurangi edema dengan memperbaiki drainase cairan ekstrasel yang berlebihan melalui system limfatik 4. Mempercepat vaskularisasi jaringan baru atau melonggarkan jalinan fibrin dan bekuan pada luka yang menyembuh. 5. Peningkatan produksi kolagen oleh fibroblast. Pada tahap awal penyembuhan luka pembentuikan kolagen meningkat tapi berlangsung secara bertahap sehingga bila telah terjadi homeostatis, produksi dan degradasi dibatasi oleh kolagenase dan faktor lain sebagai awal dari fase maturasi. Pada mikroskop electron terdapat hipertropi alat sekretori dengan penambahan kompleks golgi dan peningkatan ukuran dan jumlah mitokondria dan reticulum endoplasmikum yang kasar dengan pembesaran sisterna. Banyak mikrofibril terdapat dibagian luar sitoplasma terutama dekat apparatus golgi. 6. Meningaktkan regenerasi sel saraf. 7. Merangsang fungsi saraf dengan meningkatkan amplitude aksi potensial (43%)

3.4 Komponen Dasar LASER Komponen dasar LASER, tidak tergantung tipe, ukuran dan maksud penggunaannya dapat dibagi menjadi 4 elemen : 1. Media aktif 2. Mekanisme eksitasi 3. Mekanisme feed back

17

4. Output coupler Media aktif dapat berupa zat padat, cair, gas atau

semikonduktor,merupakan media yang menghasilkan sinar laser. Pemilihan media menentukan karakteristik laser, misalnya panjang gelombang. Mekanisme eksitasi adalah mekanisme yang menyediakan energi, dapat berupa sinar yang kuat atau listrik. Mekanisme feed back terdiri dari dua buah kaca yang didesain khusus. Kaca refleksi tinggi dapat merefleksikan 100% sinar dan kaca yang lain merefleksikan sinar kurang dari 100%. Sisa sinar yang dibiarkan lewat disebut output coupler.

Gambar no.6 Komponen Dasar Laser

18

BAB IV

ILIB

4.1 Prinsip Kerja ILIB Prinsip kerja dari ILIB (Intravascular Laser Irradiation of blood) adalah dengan melakukan penyinaran in vivo dalam darah melalui jalur intra vascular atau intravena. Proses penyinaran dengan memakai medium laser Helium Neon 1-3 mW dengan panjang gelombang 632,8 nm kedalam saluran pembuluh darah, biasanya vena dilengan bawah. Laser Helium Neon (HeNe) merupakan campuran gas helium dan Neon (90% helium) yang diisikan pada sebuah tabung sempit. Arus listrik akan dialirkan dalam campuran gass ini untuk memompa helium dari keadaan dasar ke keadaan eksitasi pada energy sekitar 20,6 eV. Gelombang helium yang tereksitasi tersebut kemudian akan menumbuk atom neon yang berada pada keadaan dasar. Laser HeNe akan memberikan radiasi pada spectrum sinar tampak, yaitu memancarkan sinar merah.10

Gambar no.7 ILIB melalu jalur intravena Pada pemasangan kanul intravena sebaiknya terlebih dahulu dipilih vena yang memiliki lumen yang cukup besar sehingga darah yang terpapar dengan medium laser akan lebih banyak pada periode waktu tertentu. Daerah yang akan dimasukan jarum terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan

19

alkohol atau air hangat. Pada pasien anak biasanya dipakai kanul khusus yang berukuran kecil dan bersayap (wings cannule).

Gambar no. 8 Alat ILIB

4.2 Efek Biologis ILIB 1. Peningkatan sistem imun Ketika laser diaplikasikan kedalam darah maka akan merangsang mitochondria didalam sel sehingga sintesa ATP dan ADP dalam sel akan meningkat. Peningkatan ATP dan ADP tersebut kemudian akan memacu ferric sulphide system yang kemudian diikuti dengan peningkatan aktifitas dari sel-sel makrofag, sel schwan dan fibrosit lainnya. Efek imunologi lainnya yang dapat dijelaskan dengan adanya hubungan normalisasi dari T-Limfosit dengan peningkatan jumlah selsel kekebalan dalam darah. Hal tersebut akan meningkatkan aktivitas fungsi B-Limfosit sehingga akan memperkuat respon kekebalan tubuh.11

20

Gambar no.9. Gambar mitokhondria pada lekosit manusia setelah diberikan irradiasi

Gambar no.10 Peningkatan jumlah ATP setelah dilakukan penyinaran

2. Perubahan Rheologi darah Laser darah memberikan berpengaruh yang positif pada perubahan susunan rheologi dari darah di mana terjadi penurunan kecenderungan agregasi dari trombosit dan perbaikan pembentukan eritrosit yang akan memberikan efek perbaikan suplai oksigen, memperbaiki jaringan yang mengalami hipoksia yang merangsang normalisasi dari metabolisme jaringan tersebut. Proses ini kemudian akan diikuti oleh vasodilatasi yang berakibat pada terbukanya pembuluh darah kapiler

21

dan kolateral yang tersumbat. Pada studi kasus membuktikan bahwa penggunaan laser darah akan memgurangi kemampuan dari agregasi trombosit, mengaktifkan fibrinolisis sebagai hasil dari meningkatnya kecepatan aliran darah dan peningkatan oksigenasi jaringan. Pada studi yang dilakukan oleh Kapshide dkk, bahwa selain adanya perubahan rheologi dan vasodilatasi pembuluh darah, laser darah juga akan membuka pembuluh darah kapiler dan kolateral yang kemudian akan meningkatkan suplay nutrisi ke jaringan dan memningkatkan fungsi sel saraf. Pada penelitian yang dilakukan di Universitas Hiroshima Jepang pada tahun 2008, menemukan bahwa adanya suatu fungsi protektif dari Laser HeNe terhadap kerusakan eritrosit manusia yang diperiksa dengan menggunakan alat atau mesin jantung paru buatan. Darah yang diawetkan kemudian diencerkan dan dialirkan kedalam alat perfusi dan sebelumnya dibagi ke dalam dua kelompok (kelompok control dan kelompok laser). Pada kelompok laser setelah dilakukan radiasi dengan dosis sekitar 0-54 J/cm2 dan dilakukan pengenceran dengan menggunakan EDTA antikogulan ditemukan adanya peningkatan deformabilitas dan ATP yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol. 3. Aktivasi mikrosirkulasi Aktivasi mikrosirkulasi merupakan efek yang paling menonjol dari pemakaian laser darah. Peningkatan mikrosirkulasi setelah dilakukan laser darah terdeteksi pada semua struktur dari system saraf pusat. Efek yang terkuat dapat ditemukan pada system vascular di hipotalamus. Pembuluh-pembuluh darah kapiler di hipotalamus memiliki

permeabilitas jaringan yang sangat baik sehingga akan lebih memperkuat pengaruh iradiasi darah kedalam inti subtalamic dan berakibat adanya peningkatan aktivitas fungsional hipotalamus dan semua system limbik. Pada penelitian yang dilakukan di cina terhadap pasien dengan penyumbatan pembuluh darah diotak, dari 35 pasien 18 diantarannya menunjukan adanya perbaikan yang jelas setelah

22

dilakukan penyinaran menggunakan medium He Ne 7-10 hari selama 30 menit setiap hari dan sebanyak 17 pasien menunjukan adanya perluasan daerah perfusi setelah dibandingkan dengan sebelum diterapi yang dipantau dengan menggunakan SPECT (single photon Emission Computed Tomography) 4. Peningkatan aktivitas Superoxide Dismutase Superoxide Dismutase (SOD) merupakan suatu enzym yang dapat mengkatalisasi dismutasi atau pengurangan bentuk atau perubahan morfologi bentuk superoxide menjadi oksigen dan hydrogen peroksida. SOD juga merupakan antioksidan yang penting karena kemampuan superoxide yang dapat beraksi dengan radikal NO (nitric oxide). Keberadaan SOD juga telah diteliti pada tikus-tikus yang lahir dengan kurangnya kadar SOD dalam darah akan mengalami kematian dalam beberapa hari dan akan berkembang menjadi karsinoma hepatoseluler pada tikus-tikus yang hidup. 5. Peningkatan konsentrasi antibiotik Pada edema lokal atau peradangan, sirkulasi darah dapat terganggu sehingga mengakibatkan kosentrasi obat menjadi berkurang contohnya pada kasus peradangan didaerah ginjal, kosentrasi antibiotik dalam ginjal yang sehat adalah sekitar 10 kali lebih tinggi daripada di ginjal yang meradang. Iradiasi laser akan membantu meningkatkan kosentrasi antibiotic di wilayah sasaran. Pada beberapa penelitian yang pemberian iradiasi laser menunjukan efek yang menguntungkan yaitu peningkatan kosentrasi antibiotik pada daerah yang meradang pada kasus infeksi kelenjar prostat.

23

Gambar no.11 Diagram skematik efek biologi ILIB

5.3 Dosis Parameter yang biasa digunakan dalam prosedur pemberian iradiasi darah antara lain : power output yang dimasukan ke dalam vena terutama di vena lengan bawah dengan tegangan berkisar dari 1-3 mV dan waktu terapi 20 -60 menit. Prosedur dapat dilakukan tiap hari pada minggu I,III,V,VII dan waktu istirahat pada minggu II,IV,VI serta dapat diulang setelah 3 bulan istirahat tergantung respon pengobatan terhadap pasien.

24

5.4 Indikasi 1. Keadaan sepsis (virus, mikoplasma, toksoplasma dan infeksi lainnya) 2. Akut Miokard Infark Pada penelitian yang dilakukan Kipshidze dkk pada tahun 2000 terhadap 295 pasien penderita AMI setelah mendapatkan terapi irradiasi laser selama 5 hari didapatkan gambaran EKG berupa penurunan segmen ST.12 3. Infark pembuluh darah otak 4. Kedokteran Olahraga Pada studi kasus yang dilakukan Vallesi G dan Rally F pada tahun 2007 terhadap 4 orang atlet binaraga setelah diberikan terapi irradiasi selama 1 bulan didapatkan adanya peningkatan

kemampuan angkat pada otot pektoralis dan efeknya dapat bertahan selama 16 minggu. 5. Mengurangi edema 6. Tinitus Pada studi kasus yang dilakukan terhadap pasien penderita tinnitus yang dilakukan terapi irradiasi selama 10 kali sesi pengbatan didapatkan hasil yang menggembirakan berupa penurunan

frekuensi tinnitus sebanyak 50% dibandingkan sebelum diterapi. 7. Sindrom Fatique 8. Rheumatoid arthritis 9. Asma bronkhiale dan PPOK akut 10. Pengobatan luka trauma abdomen 11. Penyakit urologi (peradangan prostat, pielonefritis, sistitis, uretritis) 12. Penyakit psikiatri Pada penelitian yang dilakukan Zhang Pei Yan dkk di Cina terhadap 65 penderita skizoprenia kronik yang diberikan

pengobatan dan terapi irradiasi menunjukan pada kelompok yang

25

diberikan pengobatan dan terapi iradiasi menunjukan perbaikan yang berarti berupa menurunnya symptom (halusinasi, delusi, anxietas, depresi dll) dibandingkan pada kelompok yang hanya mendapatkan pengobatan tanpa terapi iradiasi.16 13. Penyakit kulit (dermatitis atopic, psoriasis, pioderma dan penyakit kulit lainnya yang disebabkan bakteri dan virus)

5.5 Kontraindikasi 1. Kehamilan Kehamilan pada trimester pertama menjadi kontraindikasi pada pemberian iradiasi laser walaupun belum ada penelitian-penelitian yang mendukung namun diduga peningkatan kontraksi uterus setelah pemberian iradiasi laser. 2. Penyakit Tiroid Pada beberapa penelitian terhadap tikus-tikus yang diterapi dengan sinar laser dengan dosis tinggi akan mempunyai kecenderungan kerusakan kelenjar tiroidnya. Pada studi yang lain pemberian GaAs akan menurunkan tingkat mRNA dari tiroglobulin, memacu perubahan cytoskeleton dari sel tiroid dan menurunkan tingkat plasma hormone tiroid yang berhubungan dengan peningkatan thyroid stimulating hormone (TSH) 3. Epilepsi Stimulasi cahaya merupakan salah satu pencetus timbulnya awitan dari epilepsi terutama stimulasi cahaya merah dengan frekuensi 510 nm. Walaupun belum ada penelitian mengenai pemberian laser HeNe akan memicu timbulnya epilepsy, pada studi kasus ditemukan pemberian laser GaAs penderita hanya dapat mentolerir pada pemberian dibawah 800 nm. 4. Karsinoma

26

BAB VI PENUTUP

Laser (light amplification by stimulated emission of radiation) merupakan salah satu modalitas terapi yang digunakan dalam Ilmu Kedokteran Fisik & Rehabilitasi Medik. Dengan semakin berkembangnya teknologi dibidang kesehatan, laser banyak di aplikasikan untuk kepentingan medik salah satunya penggunaan laser dalam darah (intravenous laser irradiation of blood) atau disinglkat ILIB. ILIB merupakan teknik aplikasi dengan memasukan medium laser HeNe kedalam pembuluh darah vena. ILIB merupakan teknik yang masih baru dan masih belum banyak ahli yang mendalami ILIB namun telah banyak penelitian-penelitian yang dilakukan dinegara maju yang menunjukan hasil yang menjanjikan untuk dapat dipakai dibidang medis.

27

DAFTAR PUSTAKA

1. Saliba E, Saliba SF. Low-level laser therapy. In : Prentice WE. Therapeutic Modalities in Rehabilitation, ed 3. New York; McGraw-Hill. 2005; 409-28. 2. Robertson V, Ward A, Low J, Reed A. Infrared and visible radiation. In : Electrotheraphy Explained. Ed 4. London: Elseivier. 2006: 16: 473-94. 3. Behrens BJ. Therapeutic Use of Light : Ultraviolet and Cold Laser. In : Behrens BJ, Michlovitz SL. Physical Agents, Theory and practice for the physical therapist assistant. Philadelpia: F.A Davis Company 1996 : 118133. 4. Weber DC, Hoppe KM. Physical Agent Modalities. In : braddom RL. Physical Medicine & Rehabilitation. Ed 3. Philadelphia: W.B Saunders co. 2007; 21: 472. 5. Kahn J. Cold Laser. In : Principle and Practice of electrotherapy, ed 3. New York: Churchill Livingstone. 1994; 3:36-50. 6. Kert J, Rose L. Clinical Laser Low Level Therapy. Denmark: Scandinavian medical laser technology. 1989. 7. Snyder-mackler L, Sertz L. Therapeutic uses of light in rehabilitation. In :Michlovitz SL ed. Thermal agents in rehabilitation. 2nd ed. Philadelphia : FA Davis Co. 1996; 9:200-18. 8. Lehmann JF,De Lateur BJ. Diathermy and superficial heat, laser and cold therapy. In : kottke FJ, lehman JF eds. Krussens handbook of physical medicine and rehabilitation. Philadelphia : WB Saunders CO. 1990: 33740. 9. Tan JC, Horn SE. Practical manual of physical medicine and

rehabilitation. St Louis: Mosby YearvBook. 1998: 51-67, 133-55.

28

10. Basford JR. Physical agents. In: DeLisa JA, Gans BM eds. Physical medicine and rehabilitation : principle and practice. 3rd ed. Philadelphia: JB Lippincot Co.1998; 20:483-500 11. Abergel, R. P.; Lyons, R. F.; Castel, J. C.; Dwyer, R. M., and Uitto, J.Biostimulation of wound healing by lasers: experimentalapproaches in animal models and in fibroblast cultures. J Dermatol Surg Oncol. 1987 Feb; 13(2):127-133. 12. Kipshidze, N.Bokhua M, J. Effectiveness of blood irradiation using helium-neon laser in acute period of myocardial infarction. Soviet. 1990 Apr-1990 Jun 30; 9(2):111-116. 13. Chavez-Cartaya, R. E.; Metcalfe, S.; Ramirez-Romero, P.; Calne, R.,and Jamieson, N. V. Rat liver blood flow after ischemia andreperfusion. The effects of the platelet-activating factor antagonist WEB-2170 and of removing circulating leukocytes.Transplantation. 1994 May 27;

57(10):1440-1444 14. Ananchenko, V. G.; Khanin, A. G., and Gostishcheva, O. V.[Cytological parameters of bronchoalveolar lavage in patientswith chronic obstructive bronchitis exposed to laser radiation ofblood]. Ter Arkh. 1999; 71(11):6567. 15. Barberis, G.; Gamron, S.; Acevedo, G.; Cadile, I.; Juri, H.; Campana,V.; Castel, A.; Onetti, C. M., and Palma, J. A. In vitro synthesisof prostaglandin E2 by synovial tissue after helium- neon laser radiation in rheumatoid arthritis. J Clin Laser Med Surg. 1996 Aug; 14(4):175-177 16. Zhang, S. Z.; He, A. G.; Chen, Y. D., and Liu, X.H. Therapeutic effect of He-Ne laser irradiation of chronic schizophrenic auditory hallucination--a clinical assessment. J Tradit Chin Med. 1986 Dec; 6(4):253-256.

29

30

Anda mungkin juga menyukai