Anda di halaman 1dari 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Klinik 1. Definisi Pembelajaran Klinik Pembelajaran adalah suatu proses yang kompleks. Pembelajaran klinik dalam keperawatan merupakan wahana yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untukmenerjemahkan pengetahuan teoritis kedalam pembelajaran (Emilia,2008). Pembelajaran klinik harus ditata sedemikian rupa sehingga mahasiswa mempunyai kemampuan untuk berhubungan dengan masalah nyata tersebut. Pembelajaran klinik memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari di tahap akademik. Mahasiswa dalam mengaplikasikan teori tersebut mencoba untuk mempelajari kembali teori yang sudah pernah diperoleh di tahap akademik, membendingkan dengan realitas yang ada di lahan praktik, da kemudian mencoba memahami realitas tersebut

(Syahreni&Waluyanti,2007).

2. Faktor Pendukung Pembelajaran Klinik Peran Pembimbing Tehnik/ Strategi Metode Kualitas Bimbingan

Mahasiswa

Sarana/ Kebijakan Pasien

a. Peran Pembimbing 1) Prinsip-prinsip bimbingan Menurut Hidayat, (2000) upaya untuk mendapatkan bimbingan di lapangan yang lebih optimal waktu di dalam pelaksanaan bimbingan praktek lapangan hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari di kelas dari berbagai disiplin ilmu secara terintegrasi dalam situasi nyata. b) Mengembangkan potensi peserta didik untuk mengumpulkan perilaku atau ketrampilan yang bermutu dalam situasi nyata di tempat pelayanan kesehatan. c) Memberi kesempatan pengalaman belajar kepada peserta didik bekerja secara tim kesehatan dan membantu proses

penyembuhan pasien.

d) Memberikan pengalaman awal dan memperkenalkan kepada peserta didik dunia kerja professional. e) Membantu mengatasi masalah yang dihadapi peserta didik yang ditemukan. 2) Pembimbing Lahan/ Klinik Pembimbing klinik merupakan tenaga perawat yang ditunjuk atau diangkat oleh instansi yang digunakan sebagai lahan praktek. Membimbing adalah suatu proses pemberian bantuan yang terusmenerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian diri dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan

lingkungan (Asyahadi, 2004). Menurut Asyahadi, (2004) tugas dari pembimbing klinik adalah sebagai berikut : a) Pembimbing mengikuti dan memandu pre dan post conference b) Membimbing dan mendampingi mahasiswa selama

melaksanakan keterampilan. c) Mengevaluasi keterampilan mahasiswa. d) Mengoreksi laporan mahasiswa. e) Mengecek kehadiran mahasiswa. f) Memberi nilai bimbingan selama praktik.

3) Pembimbing Akademik a) Melaksanakan bimbingan dari laporan kasus b) Membimbing ke lapangan untuk pencapaian keterampilan yang telah ditentukan c) Memberikan nilai bimbingan 4) Kriteria Pembimbing Menurut Nursalam dan Efendy, (2008) pembimbing klinik dan lapangan perlu ditingkatkan kualitasnya karena pembimbing sangat berperan pada perkembangan kemampuan kpgnitif dan afektif peserta didik. Peran pembimbing klinik yang perlu ditingkatkan adalah peran sebagai model/ contoh, pengamat, peserta, dan narasumber. Kriteria yang harus dipenuhi pembimbing antara lain: a) Memiliki pengetahuan keilmuan yang dalam dan luas serta minimal setara dengan jenjang pendidikan peserta didik. b) Kompeten dalam kemampuan klinik. c) Terampil dalam pengajaran klinik d) Mempunyai komitmen dalam pembelajaran klinik, salah satu cara meningkatkan kualitas pembimbing adalah dengan mengadakan pelatihan clinical educator. Komunitas yang terbentuk dari para perawat professional yang ada di Rumah Sakit dan melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan yang professional perlu dikembangkan dan dibangun dengan cara sebagai berikut:

a) Membangun dan membina pelayanan/asuhan keperawatan Rumah Sakit sebagai bagian integral dari pelayanan Rumah Sakit, sehingga dapat diterima dan diakui sebagai pelayanan

professional. b) Mengidentifikasi dan membina perawat yang diakui dan diberi kewenangan serta tanggung jawab melaksanakan

pelayanan/asuhan keperawatan secara professional. c) Membina para perawat sebagai komunitas dengan tradisi/budaya sebagai komunitas professional. Upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang suportif diperlukan pembimbing klinik yang mempunyai pengetahuan yang kokoh, mempunyai kemampuan klinik, trampil sebagai pengajar dan mempunyai komitmen sebagai pembimbing klinik (Oermann, 1985). Pembimbing harus mempunyai latar belakang pendidikan keperawatan yang lebih tinggi dari pendidikan mahasiswa bila ia sudah lulus, mempunyai kemampuan profesional dalam area klinik tertentu sehingga dapat memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan berdasarkan prinsip saintifik. Hal ini sangat esensial karena role model yang diciptakan oleh pengajar klinik akan dengan mudah dipelajari oleh mahasiswa. Disamping secara terusmenerus memperbarui pengetahuan dan ketrampilan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi khusus keperawatan (Oermann, 1985).

10

Pembimbing menganjurkan mahasiswa untuk belajar mandiri dan bertanggung jawab atas kebutuhan belajarnya. Dengan kemandirian ini mahasiswa belajar untuk mengembangkan tanggung jawab dan kreatifitas. Pengajaran klinik juga diciptakan agar mahasiswa tidak takut untuk membuat kesalahan tetapi menggunakan setiap

kesempatan sebagai proses belajar. Untuk ini pembimbing klinik bertanggung jawab dalam menentukan proses belajar yang digunakan sebagai pengajaran sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan dapat dihindari kesalahan yang membahayakan pasien. Pembimbing klinik diharapkan memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut (Hidebrand, 1971): a) Profesional dalam ketrampilan yang diajarkan b) Mendorong mahasiswa untuk mempelajari ketrampilan baru c) Meningkatkan komunikasi yang terbuka (2 arah) d) Memberikan umpan balik segera e) Mengatur stress para mahasiswa f) Memusatkan pada keberhasilan mahasiswa bukan pada kegagalan g) Sabar dan mendukung h) Memberi penghargaan dan dukungan positif i) Memperbaiki kesalahan mahasiswa tapi tetap mempertahankan rasa harga diri j) Mendengar aktif k) Humor yang tepat

11

l) Memberi kesempatan untuk istirahat m) Mengamati respon peserta didik n) Memberi pujian Karakteristik dari seorang pembimbing klinik yang efektif dapat dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu :

a) Pengetahuan dan kompetensi klinik


Pengetahuan dan kompetensi klinik disini meliputi

pengetahuan akan ilmu keperawatan yang dimiliki pengajar harus luas dan memahaminya secara mendalam. Disamping ilmu keperawatan yang diberikan kepada peserta didik, pengajar juga harus memiliki pengetahuan akan materi-materi yang

berhubungan dengan hal itu. Kemampuan untuk menganalisa teori dan mengumpulkannya dari berbagai sumber, menitik

beratkan pada pemahaman, kemauan untuk mendiskusikan dengan peserta didik mengenai pandangan atau pendapat yang berkaitan dengan bimbingan. Pengajar klinik yang efektif juga berperan sebagai perawat pelaksana ( clinician ).

Mempertahankan kompetensi klinik sangat penting, diantaranya untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan peserta didik.

b) Hubungan interpersonal dengan peserta didik


Kemampuan dalam berinteraksi dengan para peserta didik dan tenaga kesehatan lain juga merupakan perilaku dari pengajar

12

yang

efektif.

Disamping

itu

adalah

kemampuan

untuk

menyatukan kelompok-kelompok dari peserta didik ke dalam kesatuan dan membangun respek serta mengadakan hubungan yang baik antara pengajar dengan peserta didik.

c) Kemampuan membimbing
Kemampuan dalam membimbing termasuk diantaranya kemampuan kebutuhan proses bimbingan bagi peserta didik, merencanakan bahan pembimbingan (plan instruction) dalam tiap-tiap bagian atau pokok bahasan dan tujuan yang harus dicapai, mensupervisi peserta didik dan mengevaluasi proses bimbingan. Seorang pengajar yang efektif juga memberikan informasi yang terstruktur, memberikan penjelasan yang lengkap dan langsung kepada peserta didik, menjawab pertanyaan secara jelas, mendemonstrasikan prosedur dan beberapa proses

perawatan lainnya dengan efektif. Pembimbing klinik juga harus mampu mengkomunikasikan atau mentransfer pengetahuan ke peserta didik.

d) Karakteristik pribadi
Karakteristik pribadi dapat mengasosiasikan antara

dinamisasi dari program studi dengan semangat untuk pengajaran di area klinik. Pengamatan yang tajam atau kepandaian dalam memutuskan dan semangat tersebut bisa didapat jika merasa nyaman bekerja dengan para peserta didik dan memiliki

13

kepercayaan

diri

terhadap

kemampuan

mengajarnya

dan

ketrampilan kliniknya. Penelitian lain menyatakan karakteristik lainnya yaitu bersahabat, dapat memahami, mendukung, dan bersemangat tinggi . Kejujuran, kemampuan untuk mengakui kesalahan dan keterbatasan serta kekurangan dalam pengetahuan. b. Teknik / Strategi Pembelajaran Praktik 1) Mahasiswa memperoleh informasi tentang target kegiatan yang harus dicapai. 2) Mahasiswa memperoleh pembekalan sebelum praktek. 3) Pelaksanaan praktek klinik KDPK 4) Proses belajar praktik Menurut Ngalim, (2002) bahwa proses belajar dalam praktik dibagi menjadi tiga yaitu: a) Pre Conference b) Informasi tentang pelaksananan praktek (1) Penjajagan tentang kesiapan praktek (2) Perencanaan praktek mahasiswa c) Ronde (1) Penyeliaan pembimbing praktek dari pendidikan / lahan praktek (2) Problem solving masalah masalah praktek dan kasus kasus yang ditemukan mahasiswa (3) Pembinaan mahasiswa dalam praktek

14

d) Post Conference Evaluasi pelaksanaan praktek mahasiswa. c. Metode bimbingan klinik Menurut Nursalam dan Efendy, (2008) metode pembelajaran yang perlu diterapkan dalam pembelajaran klinik antara lain: 1) Metode pengalaman dengan penugasan klinik, penugasan tertulis 2) Metode pemecahan masalah 3) Konferensi 4) Observasi 5) Medis 6) Metode pengarahan Individu 7) Metode bimbingan individu Menurut Nursalam, (2002) ada empat metode bimbingan klinik yang dianjurkan, yaitu : 1) Exsperensial Yaitu suatu metode yang dipergunakan pembimbing akademik dalam membatu peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan terhadap kasus yang terjadi dengan pasien atau keluarga pasien. Metode eksperensial meliputi situasi penyelesaian masalah (membantu peserta didik meningkatkan sikap profesional, mampu menerapkan masalah konseptual keperawatan dalam kurikulum berdasarkan masalah aktual, menggambarkan secara tertulis kejadian atau peristiwa klinik) dan situasi

15

pengambilan keputusan (pengujian data yang ada, pengidentifikasian alternatif tindakan, penentuan prioritas tindakan, pembuatan keputusan) (Nursalam, 2002). 2) Proses Insiden a) Membantu peserta didik mengembangkan keterampilan

reflektif berdasarkan kejadian klinik/insiden. b) Insiden berasal dari pengalaman praktik aktual atau

dikembangkan secara hipotetikan. c) Bisa dalam bentuk insiden terkait klien, staf atau tatanan praktik. (Nursalam, 2002) 3) Konferensi a) Dirancang melalui diskusi kelompok b) Meningkatkan kelompok, pembelajaran analisis penyelesaian kritikal, masalah dalam

melalui

pemilihan

alternatif

pemecahan masalah, dan pendekatan kreaktif. c) Memberikan kesempatan mengemukakan pendapat dalam

menyelesaikan masalah. d) Menerima umpan balik dari kelompok atau pengajar. e) Memberi kesempatan terjadi peer review, diskusi

kepedulian, issue, dan penyelesaian masalah oleh disiplin lain. f) Berinteraksi dan menggunakan orang lain sebagai narasumber. g) Meningkatkan kemampuaan memformulasikan idea. h) Adanya kemampuan konstribusi peserta didik.

16

i) Meningkatkan percaya diri dalam berinteraksi dengan kelompok.] j) Kemampuan menggali perasaan, sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi praktik. k) Mengembangkan keterampilan beragumentasi. l) Mengembangkan keterampilan kepemimpinan. m) Jenis konferensi adalah pre dan post konferensi, peer review, issue dan multidisiplin. (Nursalam, 2002) n) Konferen hari pertama Konferen pra praktik klinik dimana Pembimbing

menjelaskan tentang karakteristik ruang rawat, staf dan tim pelayanan kesahatan lain dimana para peserta didik akan ditempatkan. Pembimbing mengkaji kembali persiapan peserta didik untuk menghadapi dan memberikan asuhan keperawatan dengan klien secara baik. mengingatkan peserta didik untuk membawa perlengkapan dasar. Sedangakan konferensi paska praktik klinik dimana Pembimbing melakukan diskusi dengan peserta didik untuk membahas tentang klien, pembimbing memberikan kesempatan untuk peserta didik dalam mengutarakan pendapat, diskusi dilakukan ditempat khusus atau terpisah. o) Konferen hari ke dua dan selanjutnya Konferen pra praktik klinik dimana pembimbing membahas tentang perkembangan klien dan rencana tinakan dihari kedua dan selanjutnya, menyiapkan kasus lain apabila kondisi klien tidak

17

mungkin untuk diintervensi. Sedangkan konfenren pasca praktik klinik dilakukan segera setelah praktik, konferen ini berguna untuk memperoleh kejelasan tentang asuhan yang telah diberikan, membagi pengalaman antar peseta didik, dan mengenali kualitas keterlibatan peserta didik. 4) Observasi (Ronde Keperawatan) a) Pengertian Ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang memungkinkan peserta didik teoritis menstranfer kedalam dan praktik

mengaplikasikan

pengetahuan

keperawatan langsung (Nursalam, 2002). b) Karakteristik (1) Klien dilibatkan langsung (2) Klien merupakan fokus kegiatan peserta didik (3) Pesrta didik dan pembimbing melakukan diskusi (4) Pembimbing memfasilitasi kreaktifitas pesrta didik adanya ide-ide baru. (5) Pembimbing klinik membantu mengembangkan kemampuan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah. c) Kelemahan Klien dan keluarga merasa kurang nyaman

dan privacy terganggu.

18

d) Tujuan Ronde Keperawatan (1) Menumbuhkan cara berpikir kritis (2) Menumbuhkan pemikiran bahwa tindakan keperawatan berasal dari masalah klien. (3) Meningkatkan pola pikir sistematis (4) Meningkatkan validitas data klien (5) Menilai kemampuan menentukan diagnosa keperawatan. (6) Menilai kemampuan membuat justifikasi (7) Menilai kemampuan menilai hasil kerja (8) Menilai kemampuan memodifikasi rencana keperawatan. e) Masalah (1) Berorientasi pada prosedur keperawatan. (2) Persiapan sebelum praktik kurang memadai (3) Belum ada keseragaman tentang hasil ronde keperawatan. (4) Belum ada kesepakatan tentang rmodel ronde keperawartan 5) Observasi (Bed Side Teaching) a) Pengertian Bed Side Teaching merupakan metode mengajar pada peserta didik, dilakukan disamping tempat tidur klien meliputi kegiatan mempelajari kondisi klien dan asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh klien (Nursalam, 2002).

19

b) Manfaat Agar pembimbing klinik dapat mengajarkan dan mendidik peserta didik untuk menguasai keterampilan prosedural, menumbuhkan sikap profesional, mempelajari perkembangan biologis/fisik, melakukan komunikasi melalui pengamatan langsung (Nursalam, 2002). c) Prinsip (1) Sikap fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik peserta didik dan klien. (2) Jumlah peserta didik dibatasi (ideal 5-6 orang) (3) Diskusi pada awal dan paska demonstrasi didepan klien dilakukan seminimal mungkin. (4) Lanjutkan dengan redemonstrasi (5) Kaji pemahaman peserta didik sesegera mungkin terhadap apa yang didapatnya saat itu. (6) Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum pernah diperoleh peserta didik sebelumnya, atau apabila peserta didik menghadapi kesulitan menerapkan (Nursalam, 2002). d) Persiapan (1) Mendapatkan kasus yang sesuai yang dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menerapkan

keterampilan teknik prosedural dan interpersonal.

20

(2) Koordinasi dengan staff diklinik agar tidak mengganggu jalannya rutinitas perawatan klien. (3) Melengkapi peralatan atau fasilitas yang akan digunakan (Nursalam, 2002) Sedangkan menurut Ngalim (2002) ada empat metode bimbingan klinik yang dianjurkan, yaitu : a) Konferensi Diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah. Konferensi yang dianjurkan : (1) Konferensi awal (Pre-conference) Diskusi tentang persiapan peserta didik, pengenalan masalah klien, rencana tindakan keperawatan, cara dan strategi pelaksanaan tindakan (2) Konferensi akhir (Post-conference) Diskusi tentang penyelesaian masalah klien, evaluasi perkembangan klien, pengalaman praktik langsung b) Bed-side teaching/demonstrasi Metode bimbingan klinik untuk meningkatkan kemampuan psikomotor peserta didik Pelaksanaan bed-side teaching/demonstrasi : (1) Sebelumnya diskusikan tindakan yang akan dilakukan oleh peserta didik

21

(2) Awalnya pembimbing dapat memberikan contoh langsung pada peserta didik (3) Selanjutnya pembimbing mengobservasi kegiatan atau tindakan keperawatan yang dilakukan oleh peserta didik (4) Setelah selesai pembimbing bersama peserta didik

mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan dan memberikan umpan balik c) Penugasan klinik Penempatan peserta didik pada lahan praktik Tujuan : memberikan pengalaman praktik klinik yang nyata sebagai tempat mengembangkan ketrampilan professional Pelaksanaan penugasan klinik : (1) Buat kontrak yang jelas dengan peserta didik : (2) Lamanya waktu penugasan klinik (3) Objektif dan kompetensi yang harus dicapai (4) Metode bimbingan (5) Metode evaluasi (6) Bagi peserta didik dalam kelompok yang beranggotakan maksimal (7) Setiap hari setiap kelompok dibimbing oleh satu orang pembimbing

22

d) Diskusi kelompok Modifikasi dari metode pengajaran diskusi, diskusi kasus dan brainstorming. Tujuan : membahas masalah-masalah atau kebutuhan-kebutuhan yang ditemukan dalam praktik klinik setiap hari. Pelaksanaan diskusi kelompok: (1) Dilakukan dipertengahan proses klinik setiap hari (2) Dilakukan dalam satu kelompok praktik (3) Dipimpin oleh satu orang pembmbing yang berfungsi sebagai fasilitator (4) Mendiskusikan kesulitandan keberhasilan dalam melakukan askep maupun isu-isu terkait (5) Pembimbing menstimulus kelompok untuk mencari

penyelesaan masalahnya sendiri.

d. Mahasiswa 1) Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai peserta didik Menurut Hidayat, (2000) ada beberapa hal yang perlu dilakukan mengenai peserta didik, hal ini ditujukkan agar lebih optimal dalam pembelajaran klinik :

23

a) Jumlah b) Tingkatan c) Kesiapan belajar d) Motivasi belajar e) Status kesehatan 2) Tugas Mahasiswa: a) Mengikuti pre dan post conference b) Membuat laporan praktik c) Melaksanakan ujian praktik. 3) Evaluasi Evaluasi dilaksanakaan dengan cara : a) Aspek kognitif diperoleh dari responsi dan penyususnan laporan b) Aspek psikomotor diperoleh dari observasi pada saat melakukan keterampilan c) Aspek afektif diperoleh dari sikap yang meliputi

kedisiplinan,kejujuran dan penampilan / kerapihan mahasiswa selama praktik. e. Sarana/ Lingkungan Praktik (Rumah Sakit) Menurut Nursalam dan Efendy, (2008) tempat praktik (Rumah Sakit) yang digunakan untuk melaksanakan pengalaman belajar klinik pada program pendidikan profesi dalam bidang kesehatan harus memenuhi beberapa criteria sebagai berikut:

24

1) Terdapat pelayanan/asuhan keperawatan professional dengan berbagai kekhususan yang diperlukan dan dilaksanakan oleh perawat professional. 2) Manajemen Rumah Sakit memungkinkan berbagai kegiatan pengembangan pengalaman belajar klinik, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan 3) Teknologi keperawatan merupakan teknologi maju untuk

melaksanakan asuhan keperawatan yang diperlukan. 4) Klien dan lingkungan, terutama hubngan interpersonal dan kepemimpinan, memungkinkan terlaksananya proses pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, termasuk pelayanan /asuhan keperawatan. 5) Lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman sehingga tiga fungsi utama pendidikan tinggi dapat dilaksanakan. 6) Tersedia cukup peralatan dan staf professional sehingga

pelaksanaan pelayanan keperawatan, serta kegiatan pendidikan dan penelitian dapat berjalan dengan baik. 7) Terdapat model peran untuk penumbuhan dan pembinaan sikap, tingkah laku, serta keterampilan professional keperawatan pada peserta didik. f. Pasien Ketrampilan berpikir kritis tidak dapat dicapai dengan hamya pembelajaran di kelas atau di klinik saja tetapi juga melalui pengalaman

25

yang bervariasi mulai dari pengalaman melakukan pengkajian hingga menyelesaikan masalah pasien. Mahasiswa menghadapi peristiwaperistiwa yang di luar perkiraan saat berhadapan dengan kondisi nyata respon pasien yang tidak diharapkan. Mahasiswa disini juga harus berperan sebagai perawat yang memberikan perawatan langsung kepada pasien (Syahreni&Waluyanti,2007).

3. Perencanaan pembelajaran Klinik Menurut William H Newman dalam bukunya Administrative

Action Techniques of Organization and Management dalam Majid (2005) menyatakan bahwa perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Sedangkan menurut Nana Sujana dalam sumber yang sama menyatakan bahwa perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Dalam konteks pembelajaran, perencanaan juga dapat dikatakan sebagai proses penyusunan materi, penggunaan media, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran. Sebelum membuat rancangan, sebaiknya dilakukan pengkajian terlebih dahulu. Melalui pengkajian akan didapatkan status kemampuan awal peserta didik sehingga akan membantu menetapkan tujuan pembelajaran. Tidak semua mahasiswa harus mendapatkan proses pembelajaran yang sama walaupun tujuan akhir dari pembelajarannya sama. Sedangkan untuk makna

26

pembelajaran, banyak ahli pendidikan yang menyatakan bahwa pengajaran merupakan terjemahan dari instruction atau teaching.

4. Pelaksanaan Pembelajaran Klinik Menurut Schweek and Gebbie (1996) praktek klinik merupakan the heart of the total curriculum plan . Hal ini berarti unsur yang paling utama dalam pendidikan keperawatan adalah bagaimana proses

pembelajaran dikelola di lahan praktek. Untuk itu perlu disiapkan panduan pembelajaran klinik bagi mahasiswa dan juga bagi pembimbing atau instruktur klinik agar dapat melakukan asuhan keperawatan yang menitikberatkan pada kualitas melalui terciptanya suatu lingkungan belajar yang sarat dengan model peran (role model). Pembelajaran di lahan praktik atau praktik klinik diharapkan tidak hanya menjadi kesempatan untuk menerapkan teori yang dipelajari di kelas ke dalam praktik profesional. Akan tetapi melalui praktik klinik mahasiswa diharapkan lebih aktif dalam setiap tindakan sehingga akan menjadi orang yang cekatan dalam menggunakan teori tindakan. Lebih jauh lagi, praktik profesional di bidang pelayanan keperawatan mencakup banyak hal diantaranya keputusan klinis yang berasal dari teori, hukum, pengetahuan, prinsip dan pemakaian keterampilan khusus. Tidak kalah pentingnya adalah bagaimana perawat menerima klien sebagai makhluk hidup yang unik dan mandiri dengan hak-hak yang tidak dapat dipisahkan.

27

Pelaksanaan pembelajaran klinik terkait erat dengan peran pengajar pada lingkungan klinis yang bertujuan untuk mendorong kemandirian dan kepercayaan diri mahasiswa. Bukan mendukung berkembangnya

ketergantungan dan kepercayaan terhadap pengajar. Setelah melalui proses pembelajaran diharapkan ma hasiswa benar-benar mandiri sebab mereka akan kembali ke masyarakat sebagai pengguna (user ) jasa. Oleh karena itu kemampuan mahasiswa selama pembelajaran di klinik sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan pengalaman instruktur klinik. Pembelajaran klinik bagi mahasiswa keperawatan di rumah sakit dilakukan secara kolaborasi antara perseptor atau instruktur klinik yang berasal dari institusi pendidikan dan perseptor yang berasal dari lahan praktik yang diperbantukan untuk mengajar mahasiswa selama

pembelajaran klinik. Beberapa tanggung jawab perseptor klinis antara lain sebagai berikut: a. Mengorientasikan mahasiswa yang praktik terkait dengan prosedurprosedur dan kebijakan di lahan praktik. b. Berperan menjadi seorang praktisi klinis, guru sekaligus pementor. c. Melaksanakan supervisi terhadap mahasiswa selama berada di lahan praktik. d. Memperbaiki kemampuan mahasiswa untuk mendukung perencanaan dan tindakan keperawatan. e. Memberi masukan dan membantu serta mendorong kemampuan mahasiswa untuk tujuan klinis.

28

f. Berkordinasi dengan institusi pendidikan untuk membahas masalahmasalah yang muncul selama pengajaran klinik. g. Memberikan pendelegasian untuk menjaga hal-hal tidak diharapkan saat perseptor tidak dapat mendampingi mahasiswa pengajaran klinik. h. Mendokumentasikan perkembangan mahasiswa selama pengajaran sebagai bahan untuk evaluasi. i. Memberikan laporan tertulis pada institusi sebagai bahan evaluasi pada akhir pembelajaran klinis. selama

5. Evaluasi Pembelajaran Klinik Menurut Nursalam dan Efendy, (2008) evaluasi dapat dibagi menjadi: a. Observasi Observasi sering digunakan dalam evaluasi klinik, mengingat kemampuan utama yang harus dimiliki melalui pengalaman belajar klinik adalah kemampuan melaksanakan tindakan. Observasi

digunakan untuk mengevaluasi penampilan psikomotor; sikap, perilaku; interaksi, baik verbal maupun non verbal. b. Tertulis Digunakan untuk mengevaluasi kemampuan kognitif, yaitu pada jenjang dan aplikasi pemecahan masalah (problem solving) melalui proses analisis, ini dilakukan dengan cara memberikan penugasan pada peserta didik untuk menuliskan hasil pengamatan atau hasil

29

rangkaian

kegiatan

dalam

melakukan

tindakan

atau

asuhan

keperawatan berupa laporan tertulis. Tulisan mahasiswa yang dapat dijadikan bahan evaluasi adalah sebagai berikut: 1) Rencana keperawatan 2) Laporan studi kasus 3) Laporan proses keperawatan 4) Rencana pendidikan kesehatan 5) Catatan studi obat atau cairan

B. Problem Solving dalam Manajemen Bimbingan klinik 1. Definisi Problem Solving\ Problem solving adalah suatu cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi (Rangkuti, 2006). Langkah-langkah pemecahan masalah dengan metode problem solving cycle Pendekatan integral dan komprehensif dalam penyusunan rencana dan program Membantu memberikan pemahaman situasi dan masalah yang dihadapi terdiri atas berbagai teknik dan metode kerja, Road-map pengembangan program

30

Problem solving cycle

a. Definisikan masalah. Ada dua hal untuk mendefinisikan masalah, antara lain : b. Susun pernyataan masalah Pernyataan masalah harus objektif dan ditulis dengan kalimat jelas dan sederhana. c. Identifikasi keadaan yang diinginkan / tujuan Bila masalah telah teridentifikasi, maka akan memudahkan

mengidentifikasi masalah yang mereka inginkan sehingga bisa memberikan fokus dan arahan. Tujuan yang terukur memungkinkan untuk mengikuti perkembangan pada saaat masalah sedang dipecahkan. Juga membuat evaluasi efektifitas solusi akan menjadi lebih mudah.

31

d. Prioritas masalah Dari berbagai masalah yang ditemukan tidak mungkin seluruhnya dapat ditanggulangi, untuk itu perlu adanya prioritas masalah, metode untuk penentuan prioritas masalah dapat menggunakan : 1) Metode Delphi Kelompok masalah yang akan diprioritaskan dengan cara diskusi, masalah diambil dari stratifikasi. Metode ini diterapkan terutama bila dihadapi masalah yang kompleks, sementara data kwantitatif yang mendukung kejelasan masalah tersebut tidak dan tersedia. Tiap orang anggota kelompok penilai diminta pendapatnya untuk tiap masalah yang kemudian tiap penilai tadi menetapkan kategori masalah tadi menjadi berat sekali (skor 5), berat (skor 4), sedang (skor 3), ringan (skor 2), ringan sekali (skor 1). Kemudian hasil penilaian untuk masalah tadi dikumpulkan untuk mendapatkan skor total untuk setiap masalah. Skor total inilah yang dipakai untik menetapkan prioritas masalah. 2) Metode Delberg a) Menentukan faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya nilai permasalahan sehingga masalah yang satu dengan yang lain dapat dibedakan. b) Mengkaji apakah kriteria tersebut dapat dipakai untuk dapat menilai suatu permasalahan c) Menentukan bobot dari masing-masing kriteria.

32

d) Menentukan skala nilai misalnya 1-10 e) Menentukan prioritas masalah 3) Metode Hanlon Menurut Hanlon dalam winarni (2000) menyebutkan bahwa Hanlon terdiri dari a) Hanlon kwantitatif Prinsip dasarnya adalah mengidentifikasi faktor-faktor dari luar yang dapat diikut sertakan dalam proses penentuan masalah. Untuk mengubah faktor dan nilai sesuai dengan kebutuhannya. b) Hanlon kwalitatif c) Prinsip dasarnya adalah membandingkan pentingnya masalah satu dengan yang lainnya dengan cara matching untuk tiap-tiap masalah. 4) Analisis sebab-sebab potensial. Yaitu tahap pemecahan masalah ke tempat mana pernyataan perlu diajukan dan informasi perlu dikumpulkan serta disaring. Analisis sebab-sebab pemecahan masalah dapat dilakukan dengan langkahlangkah : a) Identifikasi sebab potensial. Sebab potensial bisa di kategorikan dengan berbagai cara misalnya materials (bahan), methods (metode), machines (mesin), dan people (orang) yang biasa dikenal dengan 3M dan 1P yaitu materials (bahan), methods (metode), machine (

33

mesin) dan people ( orang) atau dengan sistem 4S yaitu surroundings( lingkaran), suppliers(pemasok), systems

(sistem)dan skills (ketrampilan). Penggunaanya tegantung stituasi. Diagram Sebab Akibat

Sebab

Sebab

Sebab

Sebab Akibat

Sebab Sebab

Sebab

Sebab

Dari diagaram kita bisa melihat bahwa kotak diujung panah mencantumkan akibat, atau masalah aktualnya.Seluruh kategori dari sebab-sebab potensial menyusuri garis mendatar atau tulang belakang dari diagram tulang ikan.

34

Diagram Sebab Akibat Sebab Sebab

Sebab Akibat Sebab

Sebab

Sebab

Sebab Sebab

Diagram sebab akibat mungkin tidak membangkitkan jumlah gagasan seperti sumbang saran tetapi pendekatannya lebih terstruktur.Dalam menggunakan kategori akan membawa suatu tim menjadi lebih dekat kepada klarifikasi sebab-sebab potensial. b) Menentukan sebab-sebab kemungkinan Gunakan perangkat semacam bagan pareto atau kesepakatan tim untuk mengidentifikasi sebab-sebab mana yang paling

memungkinkan, sebab-sebab yang memberi andil paling besar pada masalah. Bagan Pareto membantu menghindari jebakan yang memusatkan pada bidang-bidang yang mudah

dipersalahkan. Didalamnya juga menggunakan kaidah 80/20

35

(disebut juga Hukum Pareto) yang menyatakan bahwa 80 % dari akibat biasanya dapat didistribusikan kepada 20% penyebab. Untuk membantu mengorganisasi sebab-sebab yang paling memungkinkan yang merupakan langkah selanjutnya dalam proses menyelesaikan masalah. c) Identifikasi akar penyebab. Analisis kembali sebab-sebab yang paling memungkinkan untuk mengidentifikasi akar penyebab dengan menanyakan

mengapa? beberapa kali. Teknik lain adalah membangun suatu aliran proses kerja dibelakang sebab yang teridentifikasi. Teknik ini membantu menentukan apa yang sedang terjadi. d) Menetapkan tujuan Setelah memikirkan tentang masalah dari sudut yang berbeda dapat mengidentifikasi tujuan-tujuan. Tujuan adalah bagian penting dari proses pemecahan masalah. e) Alternatif pemecahan masalah Ketika telah memutuskan tujuan, perlu mencari solusi yang mungkin.Yang mungkin solusi yang lebih menemukan semakin besar kemungkinan adalah bahwa akan dapat menemukan solusi yang efektif. . Tujuan dari brainstorming sebuah adalah untuk panjang

mengumpulkan

bersama

daftar

kemungkinan. Tidak masalah apakah ide-ide yang berguna atau praktis atau dikelola: hanya menuliskan ide-ide ketika mereka

36

datang ke kepala. Beberapa solusi terbaik timbul dari pemikiran kreatif selama otak-storming. Tujuannya adalah untuk

mengumpulkan sebagai solusi alternatif sebanyak mungkin. f) Pemilihan solusi Dari daftar solusi yang memungkinkan dapat pilih yang paling relevan dengan situasi dan yang realistis dan dikelola. Lakukan dengan memprediksi hasil untuk solusi yang mungkin dan juga memeriksa dengan orang lain apa yang mereka pikir hasil mungkin. g) Menerapkan solusi Sekali memilih solusi yang mungkin kemudian siap untuk memasukkannya ke dalam tindakan. Perlu memiliki energi dan motivasi untuk melakukan ini karena menerapkan solusi mungkin memerlukan beberapa waktu dan usaha kemudian dapat mempersiapkan diri untuk mengimplementasikan solusi dengan perencanaan kapan dan bagaimana akan melakukannya. 5) Analisis SWOT a) Pengertian Analisis adalah suatu kegiatan untuk memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus, mengetahui isu apa yang sedang terjadi, dan memutuskan tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memecahkan masalah (Rangkuti, 2006).

37

Menurut Rangkuti, (2006) analisis SWOT itu adalah suatu bentuk analisis situasi dengan mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis terhadap kekuatan-kekuatan (Strengths) dan kelemahan-kelemahan (Weaknesses) suatu organisasi dan kesempatan-kesempatan (Opportunities) serta ancaman-

ancaman (Threats) dari lingkungan untuk merumuskan strategi organisasi yang terdiri dari : (1) Kekuatan (Strengths) adalah kegiatan-kegiatan organisasi yang berjalan dengan baik atau sumber daya yang dapat dikendalikan. (2) Kelemahan (Weaknesses) adalah kegiatan-kegiatan

organisasi yang tidak berjalan dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan oleh organisasi tetapi tidak dimiliki oleh organisasi. (3) Kesempatan (Opportunities) adalah faktor-faktor

lingkungan luar yang positif. (4) Ancaman (Threatss) adalah faktor-faktor lingkungan luar yang negatif. (5) Matrik SWOT (6) Matrik SWOT adalah alat untuk menyusun faktor-faktor strategis organisasi yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi

38

organisasi

dapat

disesuaikan

dengan

kekuatan

dan

kelemahan yang dimilikinya. Alat yang digunakan dalam menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman internal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis, seperti pada Tabel 1. berikut :

Tabel 1. Contoh Matrik SWOT STRENGTH (S) EFI (Tentukan 5-10 faktor EFE kekuatan internal) OPPORTUNITIES (O) (Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal) Strategi SO Daftar kekuatan untuk meraih keuntungan dari peluang yang ada kelemahan internal) Strategi WO Daftar untuk memperkecil kelemahan dengan (Tentukan 5-10 faktor WEAKNESSES (W)

memanfaatkan keuntungan dari peluang yang ada

THREATS (T) (Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal)

Strategi ST Daftar kekuatan untuk menghindari ancaman

Strategi WT Daftar untuk memperkecil kelemahan dan

39

menghindari ancaman Sumber : Rangkuti, 2006 Berdasarkan Matriks SWOT diatas maka didapatkan 4 langkah strategi yaitu sebagai berikut : 1) Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi SO

menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. 2) Strategi ST Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. Strategi ST menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. 3) Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan

memanfaatkan peluang eksternal. 4) Strategi WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. 40

Strategi WT bertujuan untuk mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal. Matrik SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk membantu para manajer mengembangkan empat tipe strategi: Strategi SO (Strengths-Opportunities), Strategi WO (Weaknesses-

Opportunities), Strategi ST (Strengths-Threats), dan Strategi WT (Weaknesses-Threats). Terdapat 8 langkah dalam menyusun matrik SWOT, yaitu: 1) Tuliskan kekuatan internal perusahaan yang menentukan. 2) Tuliskan kelemahan internal perusahaan yang menentukan. 3) Tuliskan peluang eksternal perusahaan yang menentukan. 4) Tuliskan ancaman eksternal perusahaan yang menentukan. 5) Mencocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi SO dalam sel yang tepat. 6) Mencocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi WO dalam sel yang tepat. 7) Mencocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan strategi ST dalam sel yang tepat. 8) Mencocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan strategi WT dalam sel yang tepat

41

Anda mungkin juga menyukai