Anda di halaman 1dari 4

Perkembangan Sulkus Gingiva

Setelah pembentukan enamel selesai, enamel tertutup oleh reduced enamel epithelium (REE), dimana melekat pada gigi oleh basal lamina dan hemidesmosom. Bila gigi penetrasi ke dalam mukosa rongga mulut, unit REE dengan oral epithelium dan berubah menjadi junctional epithelium. Ketika gigi erupsi, unit epithelium ini berkondensasi sepanjang mahkota, dan ameloblast, dimana membentuk lapisan dalam REE (lihat Gambar 4-17), secara bertahap menjadi sel epitel skuamosa. Perubahan REE menjadi junctional epithelium berjalan dalam arah apikal tanpa mengganggu perlekatan gigi. Menurut Schroeder dan Listgarten, proses ini terjadi antara 1 dan 2 tahun. Junctional epithelium merupakan struktur yang secara terus-menerus terbentuk kembali dengan sendirinya, dengan aktivitas mitotic yang terjadi pada semua lapisan sel. Sel epitel yang mengalami regenerasi bergerak maju ke permukaan gigi dan sepanjang itu dalam arah koronal sulkus gingiva, dimana mereka berasal (Gambar 4-18). Anak sel yang bermigrasi memberikan perlekatan terus-menerus pada permukaan gigi. Kekuatan perlekatan epitel pada gigi tidak diukur. Sulkus gingiva dibentuk ketika gigi erupsi ke dalam kavitas rongga mulut. Pada saat itu, junctional epithelium dan REE membentuk pita lebar yang melekat pada permukaan gigi dari dekat ujung mahkota hingga cementoenamel junction. Sulkus gingiva celah berbentuk V atau groove/alur dangkal antara gigi dan gingiva yang mengelilingi ujung mahkota yang baru erupsi. Pada gigi yang erupsi sempurna, hanya junctional epithelium yang masih ada. Sulkus merupakan celah dangkal yang terletak koronal perlekatan jucntional epithelium dan melekat pada gigi pada satu sisi dan sulkular epithelium pada sisi lainnya. Perluasan koronal sulkus gingiva adalah margin gingiva.

Tiga sumber suplai darah pada gingiva adalah sebagai berikut (Gambar 4-22 dan 423): 1. Arteri supraperiosteal sepanjang permukaan fasial dan lingual tulang alveolar, dari dimana kapiler meluas sepanjang sulcular epithelium dan antara rete peg permukaan gingiva eksternal. Kadang-kadang cabang arteriol melewati tulang alveolar ke ligament periodontal atau berjalan melewati puncak tulang alveolar. 2. Pembuluh darah ligament periodontal, yang meluas ke dalam gingiva dan beranastomosis dengan kapiler pada area sulkus. 3. Arteriol, yang muncul dari puncak septa interdental dan meluas paralel terhadap puncak tulang untuk beranastomosis dengan pembuluh darah ligament periodontal, dengan kapiler pada area krevikular gingiva dan pembuluh darah yang berjalan melewati puncak tulang alveolar. Dibawah epithelium pada permukaan outer gingival, kapiler meluas ke dalam jaringan ikat papilla antara rete peg epitel dalam bentuk terminal hairpin loop dengan cabang eferen dan aferen, spiral dan varises (Gambar 4-23 dan 4-240. Loop kadang terhubung melalui komunikasi silang, dan kapiler gepeng bertindak sebagai pembuluh darah cadangan bila sirkulasi meningkat dalam merespon iritasi. Sepanjang sulcular epithelium, kapiler tersusun datar, pleksus anastomosis yang meluas paralel terhadap enamel dari dasar sulkus ke margin gingiva. Pada area col, pola campuran kapiler anastomosi dan loop terjadi. Seperti yang telah disebutkan, perubahan anatomis dan biologis terjadi pada mikrosiskulasi gingiva dengan gingivitis. Penelitian prospektif vaskulatur gingiva pada hewan menunjukkan bahwa tidak adanya inflamasi, jaringan vaskular tersusun pola teratur, berulang, dan berlapis-lapis. Sebaliknya, pada gingiva terinflamasi, vaskulatur menunjukkan pola pleksus vaskular tidak teratur, dengan pembuluh darah mikro menunjukkan bentuk melingkar, dilatasi dan terbelit-belit. Peran sistem limfatik dalam pembuangan cairan, selular dan debris protein yang berlebih, mikroorganisme dan elemen lain adalah penting dalam mengontrol

difusi dan penyembuhan proses inflamasi. Drainase limfatik gingiva membawa limfatik papilla jaringan ikat. Ini berkembang menjadi kumpulan jaringan eksternal terhadap periosteum prosesus alveolaris, kemudian ke nodus limfa regional, khususnya kelompok submaksila. Selain itu, limfatik dibawah junctional epithelium meluas ke dalam ligament periodontal dan mengikuti pembuluh darah. Elemen syaraf secara luas terdistribusi sepanjang jaringan gingiva. Dalam jaringan ikat gingiva, sebagian besar serabut syaraf diselubungi oleh lapisan myelin dan sangat berhubungan dengan pembuluh darah. Inervasi gingiva berasal dari serabut yang muncul dari syaraf pada ligament periodontal dan dari syaraf labial, bukal, dan palatal. Struktur syaraf berikut ini terdapat dalam jaringan ikat: jaringan serabut argyrofilik terminal, beberapa diantaranya meluas ke dalam epitel; korpus taktil tipe Meissner; ujung bulbus tipe Kraus, dimana merupakan reseptor suhu, encapsulated spindle.

Hubungan gambaran klinis dan mikrosopis Pemahaman gambaran klinis normal gingiva memerlukan kemampuan untuk menginterpretasinya dalam hal struktur mikroskopis yang ditunjukkan.

Warna Warna attached gingiva dan margin gingiva secara umum digambarkan sebagai coral pink dan dihasilkan oleh suplai vaskular, ketebalan dan derajat keratinisasi epitel, dan adanya sel yang mengandung pigmen. Warna bervariasi diantara orangorang yang berbeda dan tampak berhubungan dengan pigmentasi kutaneus. Warnanya lebih terang pada seseorang yang berambut pirang dengan kulit terang daripada pada orang kulit hitam, seseorang dengan warna rambut hitam. Attachd gingiva dibatasi dari mukosa alveolar didekatnya pada aspek bukal oleh garis mucogingiva berbatas jelas. Mukosa alveolar berwarna merah, halus, dan mengkilat dibandingkan berwarna merah muda dan memiliki stippling. Perbandingan struktur mikroskopis attached gingiva dengan mukosa alveolar memberikan

penjelasan untuk perbedaan dalam tampilannya. Epitel mukosa alveolar lebih tipis, tidak berkeratin, dan tidak mengandung rete peg (Gambar 4-26). Jaringan ikat mukosa alveolar tersusun longgar, dan pembuluh darah lebih banyak.

Pigmentasi fisiologis (Melanin) Melanin, pigmen coklat yang berasal dari non hemoglobin, bertanggung jawab untuk pigmentasi kulit normal, gingiva dan membrane mukosa rongga mulut. Ini terdapat pada semua individu normal, sering tidak cukup kuantitasnya untuk terdeteksi secara klinis, tapi tidak terdapat atau sangat kurang pada albino. Pigementasi melanin pada kavitas rongga mulut lebih banyak pada individu berkulit hitam (lihat gambar 4-25). Menurut Dummett, distribusi pigmentasi rongga mulut pada individu kulit hitam adalah sebagai berikut: gingiva 60%, palatum keras, 61%; membrane mukosa, 22%, dan lidah, 15%. Pigmentasi gingiva terjadi secara difuse, diskolorisasi ungu gelap atau berbentuk tidak beraturan, coklat dan bercak coklat muda. Ini dapat tampak pada gingiva segera 3 jam setelah kelahiran dan sering hanya bukti pigmentasi. Pembentukan kembali pigmentasi rongga mulut mengacu pada pemunculan klinis kembali pigmentasi rongga mulut setelah periode depigementasi klinis mukosa rongga mulut yang dihasilkan dari faktor kimia, termal, bedah, farmakologi, atau idiopatik. Informasi mengenai repigmentasi jaringan rongga mulut setelah prosedur bedah sangat terbatas, dan tidak ada perawatan definitif yang diberikan pada saat ini.

Anda mungkin juga menyukai