Anda di halaman 1dari 26

hAKALAH

AhAN0EhEN UU0 145 SEACAI ENTUK


PEhANCUNAN HUKUh 0AN IhPLIKASINYA
TEPHA0AP SISTEh KETATANECAPAAN IN0DNESIA
0SUSUN DLEH :
8EWA FACAWND, S.H.

FAKULTAS L|U SDSAL 0AN L|U PDLTK
UN7EFSTAS PA0JA0JAFAN
2004

Penyusun

Kata Pengantar

PujI Tuhan Yang |aha Esa bahwa Negara FepublIk ndonesIa telah berhasIl
melakukan Amandemen UU0 1945 walaupun melaluI empat kalI. 0engan adanya
perubahan InI maka telah terjadI perubahan mendasar terhadap hukum khususnya
SIstem Ketatanegaraan ndonesIa.
|elaluI makalah InI akan membahas mengenaI sejauhmana pengaruh amandemen InI
terhadap pembangunan hukum dI negara InI.
KamI sadarI bahwa makalah InI jauh darI sempurna, untuk Itu semua saran, tanggapan,
bahkan krItIkan kamI ucapkan terIma kasIh.

8andung, 2004


0AFTAF S
Kata Pengantar
0aftar sI
8A8 Pendahuluan 8A8 11
TInjauan Pustaka 8A8
Pembahasan 0aftar Pustaka

1
8A8
PEN0AHULUAN

Pada tahun 1998, suatu orde yang baru dImulaI, yaknI orde reformasI. Hal
tersebut dItandaI oleh pergerakan mahasIswa ndonesIa telah berhasIl mendongkel
kekuasaan presIden FepublIk ndonesIa pada saat Itu yaknI Soeharto yang mendIrIkan
dan menguasaI orde baru. Soeharto sepertI samasama kIta l:etahuI telah berkuasa dI
FepublIk ndonesIa selama kurang lebIh J2 tahun. Ualam kurun waktu tersebut,
Soeharto memerIntah dengan caracara yang dIktatorIs. Tak ada ruang bagI publIk
untuk menyatakan pendapat yang cukup, bahkan boleh dIbIlang tIdak ada sama
sekalI. Kalaupun ada yang tetap nekat, mal:a sudah bIsa dIpastIkan teralI besI adalah
ganjarannya.
Jatuhnya pemerIntahan orde baru dan dImualInya orde reformasI telah
memberIkan angIn segar bagI demokrasI dI ndonesIa. 0emokrasI yang selama InI dI
ndonesIa lumpuh, kembalI bergaIrah. 8erbagaI perubahan dI berbagaI sektor
dIlalukan dIlnulaI darI perubahan ekonomI, polItIl, sosIal, budaya, dan juga hulum tIdal
ketInggalan.
0I bIdang ekonomI dImulaI dengan usaha perbaIkan kondIsI elconomI
ndonesIa, yang pada saat Itu memang sedang dalam kondIsI krIsIs. 8erbagaI
kebIjalanpun dIambIl untuk menstabIlkan harga nIlaI tukar rupIah yang saat Itu
mencapaI Fp 20.000. ebIjalan laInnyapun dIambIl demI memulIhkan kondIsI makro
ekonomI ndonesIa yang pada ssat Itu memang compangcampIng.
0I bIdang polItIk, perubahan dIlakukan dengan mencoba untuk mencIptakan
suatu system, tatanan, serta IklIm polItIk yang lebIh sehat dan demolcratIs. 0I
bIdang sosIal budayapLun demIkIan. 8erbagaI kebIjakan dIambIl untuk perbaIkan dan
peanggulangan krIsI moral yang pada saat Itu juga terjadI dI lndonesIa bersamaan
dengan krIsIskrIsIs laInnya yang melanda, sebagaI akIbat darI krIsI ekonomI.
0I bIdang hulcumpun demIkIan, berbagaI perubahan dIlakukan demI
perbaIlcan dan pembangunan hukum. Salah satu upaya yang dIlakukan pada saat Int
adalah mengamandemen undangundang dasar 1945. Hal tersebut dIlakukan .,arena
dIsInyalIr UU0 1945 memIlIkI banyak kelemahan, sehIngga rezIm orde


2
baru bIsa menyalahgunakan kekuasaan dan bertIndak secara dIktatorIs. Dleh karena
Itu dIperlukan suatu perubahan terhadap UU0 1945 untuk penyernpurnaan dan
memInImalIsasI celahcelah untuk penyelewengan terjadI.
Amandemen UU0 1945 juga bertujuan untuk memberI payung hukum bagI
reformasI dan berbagaI perubahan yang terjadI dan yang akan terjadI. Untuk merubah
suatu system yang memang benarbenar korup pada saaat Itu dIperlukan suatu payung
hukum yang jelas, sehIngga perubahan dapat terealIsasI. UU0 1945 yang memIlIkI
kedudukan tertInggI dalam tata urutan perundangan FepublIk ndonesIaI saat Itu
harus dapat memayungI secara legal perubahan yang terjadI.
0alam makalah InI penulIs akan mengkajI beberapa hal yaknI mengenaI apakah
amandemen UU0 1945 benarbenar merupakan suatu upaya pembangunan hukum,
ataukah suatu pelanggaran hukum. Juga akan dIbahas berbagaI ImplIkasI yang
muncul sebagaI konsekuensI atas amandemen UU0 1945.



8A8 11
TNJAUAN PUSTAKA

|enurut kamus bahasa ndonesIa, pembangunan adalah proses, perbuatan,
cara membangun. |embangun sendIrI dIartIkan sebagaI mendIrIkan, mengadakan
(gedung dan sebagaInya); membIna; (bersIfat) memperbaIkI. I KamIsa. 1997 : J8). JadI
dapat dIsImpullan, pembangunan adalah proses, perbuatan, cara mendIrIlan,
mengadakan, membIna, memperbaIlcI.
PengertIan pembangunan menurut para ahlI :

1.|enurut Todaro, pembangunan adalah suatu proses multI dImensI yang
mencalcup perubahanpenlbahan pentIng dalam struktur sosIal, sIkapsIkap
masyarakat dan lembagalambaga nasIonal serta adanya akselerasI (percepatan)
pertumbuhan ekonomI, pengurangan kesenjangan dan pemberantasan lcemIskInan
absolut.
2.|enurut 8rant and WhIte, pembangunan adalah suatu upaya besarbesaran
melakukan perubahan secara bersama darI suatu bangsa dan suatu keadaan yang
lebIh baIk.
|enurUt kamus bahasa ndonesIa, hukum adalah peraturan yang dIbuat dan
dIsepakatI baIk secara tertulIs maupun tIdak tertulIs; peraturan, undangundang
yang mengIkat perIlaku setIap masyarakat tertentu. (KamIsa, 1997 : 2J2)
1'engertIan hukum menurut para ahlI :
1.|enurut AmIn, SH, hukum adalah kumpulankumpulan peraturanperahIran
yang terdIrI darI norma dan sanksIsanksI. (KansIl, 1989 : J8)
2.|enurut manuel Kant, hukum adalah keseluruhan syaratsyarat yang dengan
InI kehendak bebas darI orang yang satu dapat menyesuaIkan dIrI dengan kehendak
bebas darI darI orang yang laIn, menurutI peraturan hukum tentang kemerdekaan.
(KansIl, 1989 : J6)
J.|enurut Leon 0uguIt, hukum adalah aturan tIngkah laku para anggota
masyarakat, aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu dIIndahkan oleh suatu
masyarakat sebagaI jamInan darI kepentIngan bersama dan yang jIka dIlanggar
menImbulkan reaksI bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran Itu. (KansIl,
1989 : J6 )



4.|enurut Laud, hukum adalah seperangkat peraturanperaturan yang harus
dIpatuhI oleh manusIa dI dalam masyarakat. (FagawIno, 200J : 17)
5.|enurut 7Ictor Hugo, hukum adalah kebenaran dan keadIlan (FagawIno,
200J : 19)
Pembangunan hukum, sebagaImana dIkemukakan oleh Paton (1951) pada
hakIkatnya Ialah pembInaan hukum dan pembaharuan hukum. Pembangunan hukum
mencakup apa yang dIburu oleh hukum pada penghabIsan dan pengkukuhan unIfIkasI
hukum. PembInaan hukum Ialah perawatan hukum yang telah ada, jadI bukan
menghancurkan, memanjal:an, dan membIarkamlya tumbuh
sesUIlanya. (dIkutIp darI : bphn.go.Id)
Pembaharuan hukum Ialah membentuk tatanan hukum yang baru lcembalI.
Pembangunan hukum tIdak sekedar pembaharuan aturanaturan hukum. (dIkutIp darI :
bphn.go.Id)
Undangundang 0asar adalah peraturan Negara yang tertInggI dalam Negara,
yang memuat ketentuanketentuan pokok dan menjadI salah satu sumber darIpada
peraturan perundangan laInnya yang lcemudIan dIkeluarkan oleh negara Itu. (KansIl,
1989 : 5455)
UndangIuldang 0asar 1945 adalah bentul: peraturan perundangan yang
tertInggI, yang menjadI dasar dan sumber bagI semua peraturan perundangan
bawahan dalam negara FepublIk ndonesIa. (KansIl, 1989 : 55)



5
8A8
PE|8AHASAN

J.1. Amandemen UU0 1945 sebagaI upaya Pembangunan Hukum
SeIrIng bergulIrnya reformasI, bergulIr pula berbagaI perubahan yang
terjadI dI berbagaI sektor, termasuk dI bIdang hukum. Perubahan UU0 1945 pun
dIlakukan oleh |ajelIs Permusyawaratan Fakyat (|PF). SeIrIng dengan amandemen
yang terjadI, muncul berbagaI pro dan kontra mengenaI keabsahan amandemen UU0
1945 tersebut.
Ada beberapa pIhak yang menyebut amandemen UU0 1945 sebagaI
bentuk peIryImpangan. |ereka berpendapat bahwa UU0 1945 adalah peraturan yang
palIng fundameutal dalam ketatanegaraan ndonesIa, sehIngga tIdak boleh dIrubah atau
dIamandemen.
Ada juga pIhalcpIhak yang berpendapat bahwa amandemen adalah hal dan
langkah yang wajar dalam upaya pembangunan hukum Itu sendIrI. |ereka betpandangan
bahwa UU0 1945 bukanlah sesuatu yang luar bIasa, sehIngga janganlah dIpandang
sebagaI berhala. Dleh karena Itu amandemen yang dIlakukan adalah sebagaI
sesuatu hal yang bIasa pula sebagaI upaya untuk pernbangunan httlcum Itu sendIrI.
Pembangunan hukum, sebagaImana dIkemukakan oleh Paton (1951) pada
hakIkatnya Ialah pembInaan hukum dan pembaharuan hukum. Pernbangunan hukum
mencakup apa yang dIburu oleh hukum pada penghabIsan dan pengkukuhan
unIfIkasI hukum. PembInaan hukum Ialah perawatan hukum yang telah ada, jadI
bukan meughanctu

kan, memanjakan, dan membIarlcannya tumbuh sesukanya. (dIkutIp


darI : bphn.go.Id)
JIka kIta melIhat pada toerI tersebut, maka bIsa dIsImpulkan bahwa
amandemen UU0 1945 merupakan salah satu bentuk darI pernbaharuan hukum, dan
pembaharuan hulcum Itu sendIrI merupakan salah satu bentuk darI pembangunan
hukum.
Pembangunan hukum bertujuan membentuk atau mewujudkan sIstem
hukum ndonesIa yang bersIfat nasIonal (The lndonescn Leycl System). 0alam
pembangunan, pembaharuan atau pembInaan sIstem hukum ndonesIa yang



bersIfat nasIonal harus dIIkutI oleh pembangunan, pembaharuan atau pembInaan
subscns dcr sstem hukumnyc. SubstansI darI sIstem hukum Itulah yang akan
menentulcan sejauhmana sIstern huktun ndonesIa yang bersIfat nasIonal
mencermInkan ndonesIa baru dan mempu melayanI kebutuhan ndonesIa baru.
0engan demIkIan dalam pembangunan sIstem hukum nasIonal harus mencakup
pembangunan bentuk dan s darI peraturan perundangundangan, termasuk perubahan
UU0 1945, jIka memang dIanggap perlu.
|enurut teorI etIs, salah satu tujuan pokok hul.um adalah memperbaharuI
sIkap mental dan cara berpIkIr masyarakat darI tradIsIonal kearah modern. .adI
hukum harus mampu mengarahkan dan merubah sIkap, mental dan cara berfIkIr
masyarakat kearah yang lebIh baIk.
JIka kIta kontekstualIsasIkan kepada konteks amandmen UU0 1945, maka kIta
bIsa anggap cara berfIkIr masyaralcat yang trdIsIonal dalam teorI etIs tersebut adalah
caracara otorIter dan sIsItem yang korup. KIta juga bIsa anggap cara berfIkIr
modern dalam teorI etIs tersebut adalah cara berpIkIr dan pandangan yang
demokratIs dan terbuka. Dleh karena Itu, jIka kIta merujuk pada teorI etIs,
111141111 (dalam konteks InI adalah UU0 1945) berkewajIban dan harus mampu
mengarahkan/ merubah pandangan/sIkap masyarakat darI cara berpIkIr/pandang yang
otorIter ke cara berpIkIr/pandang yang demolcratIs.
Amandemen UU0 1945 adalah salah satu upaya untuk merubah
pandan,,an/cara berpIkIr masyaralat darI cara berpIkIr/pandang otorIter ke cara
pandang/berpIkIr demokratIs dengan mengubah dIrI ke bentuk pasca amandemen
yang dIanggap akan menjadI landasan legal akan perubahan tersebut. Dleh karena
demIlcIan, maka pembangunan hukum yang dIlakukan dalam bentuk amandemen UU0
1945, tIdalc melanggar dan telah sesuaI dengan tujuan hukum Itu sendIrI.
.Ika kIta berpIkIr dIluar konteks teorI etIs, amandemen UU0 1945
tetaplah sah. |anusIa bIsa merubah hukurn sesuaI dengan tujuan hukum Itu
sendIrI. 0an tujuan hukum Itu sendIrI adalah tujuan darI manusIa. Hukum adalah alat,
hukum tak punya tujuan, yang punya tujuan adalah manusIa. Dleh karena Itu manusIa
bebas merubah hukum sesuaI dengan tujuan manusIa. 0alam konteks amandemen
UU0 1945, amandemen yang dIlakukan adalah sah, karena hanya



dengan amandemen tersebutlah tujuan bangsa ndonesIa untuk melakukan reformasI
bIsa tercapaI.
KIta jangan terlalu berpandangan konservatIf bahwa UU0 1945 tIdak boleh
dIamandemen. UU0 1945 adalah buatan manusIa, sehIngga tIdak akan sempurna.
TIdak ada hukum yang sejatI. ulcum yang sejatI adalah rasIo manusIa yang sesuaI
dengan ketertIban alam serta terdapat dalam alam seluruhnya. FasIo murnI bersIfat
kekal sepanjang zaman, rasIo murnI terdapat dalam jIwa manusIa. (CIcero dalam
FagawIno, 200J : 161).
8erdasarkan halhal yang telah dIkemukakan tersebut dIatas, maka kIta dapat
mengambIl kcsImpulan bahwa amandemen UU0 1945 adalah sah, dan upaya
tersebut adalah benarbenar merupakan upaya pembangunan huktun. Hulcum
buatan manusIa tIdak ada yang sempurna, oleh karena Itu sudah sewajarnyalah
dIlakulan evaluasI dan penyempurnaan akan hukum tersebut, sehIngga relevan dengan
perl:embangan zaman.
0alam perspektIf hukum teorI hukum tata negara, tata cara perubahan UU0
1945 dapat dIlakukan melaluI pola 8elanda, yaknI dengan mengubah langsung pasal
yang bersangkutan, dan pola AmerIka SerIkat (AS), yaknI dalam bentuk anlandemen yang
dIlampIrkan pada 1onstItusI AS. Perubahanperubahan dImaksudl:an agar UU0
merupal:an UU0 yang hIdup (a lIvIng constItutIon). 0I ndonesIa, wacana reformasI
sIstem ketatanegaraan, perubahan terhadap UU0 1945 berangkat darI tuntutan
akan pentIngnya pemerIntahan konstItusIonal yang demokratIs. 0alam hal InI,
pemberlakuan Ketetapan |PF No. 7U|PF/1998 tentang Pencabutan Ketetapan |PF No.
7/|P1Z/198J tentang Feferandum merupakan pemberlakuan lcembalI Pasal J7 UU0
1945. 8erdasarkan landasan Itulah perubahan UU0 1945 dIlakukan.
Amandemen yang dIlakukan terhadap UU0 1945, tIdak serta merta
muncul. Namtul hal tersebut telah melaluI berbagaI tahap dan berbagaI kajIan,
baIk Itu dI lIngkungan akademIs, maupun dI lIngkup |PF Itu sendIrI. 0emI
memInImalIsasI penyImpanganpenyImpangan yang bIas muncul dalam proses
amandemen, panItIa ad hoc tentang amandemen UU0 1945 pun, menyepakatI
beberapa hal, yaknI :


8
1. Amandemen yang dIlakukan terhadap UU0 1945, tIdak serta merta muncul.
Namun hal tersebut telah melaluI berbagaI tahap dan berbagaI kajIan, baIk Itu dI
lIngkungan akademIs, maupun dI lIngkup |PF Itu sendIrI. TIdak mengubah
Pembukaan UndangUndang 0asar 1945, sIstematIka, aspek kesejarahan dan
orIsInalItasnya.
2. Tetap mempertahankan Negara Kesatuan FepublIk ndonesIa (NKF).
J. |ernpertegas SIstem PemerIntahan PresIdensIal.
4. Penjelasan UU0 1945 dItIadakan serta halhal normatIf dalam penjelasan
dImasukkan dalarn pasalpasal.
5. Perubahan dIlakukan dengan cara adendum.
0engan ramburambu yang telah dIbuat tersebut, dIharapkan amandemen UU0 1945,
akan benarbenac sesuaI sasaran yang alwuI dItuju. 8erIkut InI adalah beberapa
dasar pernIkIran anIandernen UU0 1945 :
l. UndangUndang 0asar 1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang
berturnpu pada kekuasaan tertInggI dI tangan |PF yang sepenuhnya Inelaksanakan
kedaulatan rakyat. Hal InI berakIbat pada tIdak terjadInya checks ccncl bcl cnces
pada InstItusIInstItusI ketatanegaraan.
2. UndangUndang 0asar 1945 memberIkan kekuasaan yang sangat besar
kepada pemegang kekuasaan eksekutIf (PresIden). SIstem yang dIanut UU0 1945
adalah execulve heuvy yalau kekuasaaII domInan berada dI tangan PresIden dIlengkapI
dengan berbagaI hak konstItusIonal yang lazIm dIsebut hak prerogatIf (antara laIn:
memberI grasI, amnestI, abolIsI dan rehabIlItasI) dan kekuasaan legIslatIf karena
memIlIkI kekuasan membentuk Undangundang.
J. UU0 1945 mengandung pasalpasal yang terlalu luwes dan fleksIbel
sehIngga dapat menImbulkan lebIh darI satu penafsIran (multItafsIr), mIsalnya
Pasal 7 UU0 1945 (sebelum dIamandemen).
4. UU0 1945 terlalu banyak memberI kewenangan kepada kekuasaan PresIden
untuk mengatur halhal pentIng dengan Undangundang. PresIden juga memegang
kekuasaan legIslatIf sehIngga PresIden dapat merumuskan halhal pentIng sesuaI
kehendaknya dalam Undangundang.





9
5. Fumusan UU0 1945 tentang semangat penyelenggaraan negara belum cukup
dIdukung ketentuan konstItusI yang memuat aturan dasar tentang kehIdupan yang
demokratIs, supremasI hukum, pemberdayaan rakyat, penghormatan hak asasI
manusIa dan otonomI daerah. Hal InI membuka peluang bagI berkembangnya
praktek penyelengaraan negara yang tIdak sesuaI dengan Pembulaan UU0 1945,
antara laIn sebagaI berIlut:
a. TIdak adanya check and balances antar lembaga negara dan kekuasaan
terpusat pada presIden.
b. nfra struktur yang dIbentuk, antara laIn partaI polItIk dan organIsasI
masyarakat.
c. PemIlIhan Umum (PemIlu) dIselenggarakan untuk memenuhI persyaratan
demokrasI formal karena seluruh proses tahapan pelaksanaannya dIkuasaI
oleh pemerIntah.
d. Kesejahteraan sosIal berdasarkan Pasal JJ UU0 1945 tIdak tercapaI, justru yang
berkembang adalah sIstem monopolI dan olIgopolI.
JIka melIhat beberapa latar belakang amandemen UU0 1945 yang telah
dIkemukakan dIatas, maka kIts harus bIas memahamI dan yakIn bahwa amandemen
yang dIlakukan terhadap UU0 1945 adalah merupalan suatu upaya
yang mengarah dan bertujuan untuk perbaIkan bangsa ndonesIa.
Amandemen terhadap UU0 1945 telah dIlakukan dalam 4 tahapan.
Perubahan pertama terhadap UU0 1945 dIlakukan dalam SIdang Umum |PF pada
bulan Dktober 1999. Perubahan pertama InI mengubah Pasal 5 ayat (1), Pasal 7,
Pasal 9, Pasal 1J ayat (2), Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17 ayat (2) dan (J), Pasal 20,
dan Pasal 21 UU0 1945. 8eberapa aspek pentIng darI perubahan
tersebut antara laIn adalah sebagaI berIkut:
1. Penegasan bahwa PresIden berhak mengajukan rancangan undangundang (FUU)
kepada 0PF (Pasal 5 ayat (1);
2. PresIden dan WakIl PresIden hanya dapat menjabat sebanyakbanyaknya
dalam 2 (dua) kalI masa j abatan;
J. JIka |ajelIs Permusyawaratan Fakyat atau 0ewan PerwakIlan Fakyat tIdak
dapat mengadakan sIdang, PresIden dan WakIl PresIden bersumpah menurut





10
agama, atau berjanjI dengan sungguhsungguh dI hadapan |ajelIs Permusyawaratan
Fakyat dengan dIsaksIkan oleh pImpInan |ahkamah Agung (Pasal 9 ayat (2));
4. 0alarn hal mengangkat duta dan menerIma penempatan duta negara laIn,
PresIden memperhatIkan pertImbangan 0ewan PerwakIlan Fakyat (Pasal 1J ayat (2)
dan (J));
5. PresIden memberI grasI dan rehabIlItasI dengan memperhatIkan pertImbangan
|ahlcamah Agung (Pasal 14 ayat 91));
6. PresIden memberI amnestI dan abolIsI dengan memperhatIkan pertImbangan
0ewan PerwakIlan Fakyat (Pasal 14 ayat (2));
7. SetIap menterI membIdangI urusan tertentu dalam pemerIntahan (Pasal 17
ayat (J));
8. PresIden mengesahkan rancangan tuldangundang yang telah dIsetujuI bersama
untuk menjadI undangundang (Pasa121).
0alam batasbatas tertentu, perubahan pertama InI telah menggeser tItIk
berat pernerIntahan darI pIhak eksekutIf ke pIhak legIslatIf. Perubahan pertama
teIsebut l:emudIan dIlanjutkan dengan perubahan kedua dan ketIga. Hal InI nampak
dengan penegasan Ketetapan |PF No. X/|PF/1999 tentang Penugasan 8adan Pekerja
|ajelIs Permusyawaratan Fakyat FepublIk ndonesIa Untuk |elanjutkan Perubahan
UndangUndang 0asar Negara FepublIk ndonesIa Tahun 1945' yang memerIntahlcan agar
8adan Pekerja |PF mempersIapkan rancangan termaksud untuk dIsahkan dalam SIdang
Tahunan |PF pada tanggal 18 Agustus 2000.
SebagaImana dIamanatkan Ketetapan |PF No. X/|PF/1999 sebagaImana
dIsebutkan dImuka, Perubahan Kedua UU0 1945 pada akhIrnya dIlakulcan pada
SIdang 1'ahunan |PF pertama yang dIselenggarakan pada tanggal 7 18 Agustus 2000.
0alam perubahan kedua InI, |PF mengubah dan/atau menambah beberapa pasal,
sepertI Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 188, Pasal 19, Pasal 20 ayat (5), Pasal 20A, Pasal
22A, Pasal 228, Pasal 25E, Pasal 26 ayat (2) dan ayat (J), Pasal 27 ayat 9J), Pasal
28A, Pasal 288, Pasal 28C, Pasal 280, Pasal 28E, Pasal 28F, Pasal 28C, Pasal 28H,
Pasal 281, Pasal 28J, Pasal J0, Pasal J6A, Pasal J68, dan Pasl J6C UU0 1945.
Perubahan Itu dIantaranya dIlakukan dengan





11
mengubah rumusan pasalpasal yang bersangkutan dan atau dengan menambah
beberapa ayat darI pasal yang bersangkutan.
Perubahan ketIga UU0 1945 dIsahkan dalam SIdang Tahunan |PF kedua, yang
dIselenggarakan pada tanggal 9 Nopember 2001. 0alam perubahan ketIga InI, |PF
mengubah dan/atau menambah Pasal 1 ayat (2) dan (J); Pasal J ayat (1), (J) dan (4);
Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2); Pasal 6A ayat (1), (2), (J) dan (5); Pasal 7A, Pasal 78 ayat
(1), (2), (J), (4); Pasal 22C ayat (1), (2), (J) dan (4); Pasal 220 ayat (1), (2), (J), dan (4);
Pasal 22E ayat (1), (2), (J), (4), (5) dan (6); Pasal 2J ayat (1), (2), dan (J); Pasa12JA;
Pasal 2JC; Pasal 2JE ayat (1), (2) dan (J); Pasal 2JF ayat (1) dan 92); Pasal 2JC ayat (1)
dan (2); Pasal 24 ayat (1) dan (2); Pasal 24A ayat (1), (2), (J), (4), dan (5); Pasal 248
ayat (1), (2), (J) dan (4); dan Pasal 24C ayat (1), (2), (J), (4), (5) dan (6) UU0 1945.
0I dalam perubahan ketIga InI antara laIn dIatur tentang halhal yang
becsIfat mendasar, sepertI adanya penegasan bahwa kedaulatan berada dI tangan rakyat
dan dIlaksanakan menurut UU0, juga penarIkan ketentuan mengenaI ndonesIa sebagaI
negara hukum dalam Penjelasan UU0 1945 ke dalam 8atang Tubuh UU0 1945.
0IsampIng Itu dItetapkan pula tentang kewenangankewenangan |PF, mekanIsme
putaran pertama sIstem pemIlIhan PresIden secara langsung, mekanIsme Impeachment
PresIden, tentang 0ewan PerwakIlan 0aerah, tentang PemIlIhan Umum, dan 8adan
PemerIksa Keuangan.
Perubahan keempat UU0 1945 dIsahkan dalam SIdang Tahunan |PF ketIga,
yang dIselenggarakan pada tanggal 10 Agustus 2002. 0alam perubahan ketIga IuI,
|PF mengubah dan/atau menambah Pasal 2 ayat (1); Pasal 6A ayat (4); Pasal 8 ayat (J);
Pasal 11 ayat (1); Pasal 16; Pasal 2JJ; Pasal 2J0; Pasal 24 ayat (J); Pasal J1 ayat (1),
(2), (J), dan (5); Aturan PeralIhan Pasal , 11 dan 111; Aturan Tambahan Pasal dan 11
UU0 1945.
Amandemen terhadap batang tubuh UU0 1945 tersebut dIharapkan akan
mampu membawa ndonesIa ke dalam sIstem polItIk dan sIstem demokrasI yang lebIh
baIk. Amandemen bukan hanya merupakan pembangunan bagI hukum ndonesIa,
namun juga dIharapkan akan berdampak pada pembangunan dI segala bIdang.





12
J.2. mplIkasI Amandemen UU0 1945 terhadap SIstem Ketatanegaraan FepublIk
ndonesIa
Amandemen KonstItusI, sejak amandemen pada tahun 1999 hIngga
amandemen ke7 pada tahun 2002, telah mengamanatkan sejumlah perubahan
sepertI yang telah dIjelaskan sebelumnya. Perubahan tersebut berdampak pada
pengembangan/pembangunan hukum tanpa adanya CarIs 8esar Haluan Negara.
PembangUunan hulcum InI akan dIpengaruhI oleh hasIl darI pemIlIhan presIden secara
langsung sebagaImana dIamanatkan dalam Pasal 6A amandemen ke UU0 1945.
8erdasarkan amandemen KonstItusI, |PF tIdak lagI menjadI lembaga tertInggI
dalam artI bahwa |PF tIdak lagI menetapkan Fencana pembangunan NasIonal yang
dIatur dalam CarIs 8esar Haluan Negara. KonstruksI baru konstItusI tersebut
berImplIkasI bahwa penyusunan program pembangunan hukum, yang selama InI
dItetapkan secara garIs besar oleh |PF, akan beralIh.
SIstem ketatanegaraan ndonesIa saat InI telah mengalamI perubahan yang
sangat pentIng dan mendasar. Perubahan tersebut merupakan hasIl amandemen UU0
1945 yang telah dIlakulcan |PF pada tahun 1999 hIngga 2002. 8erIkut InI adalah
gambaran ketatanegaraan(lembaga Negara) FepublIk ndonesIa, sebelum dan setelah
amandemen UU0 1945 dIlakukan :
1. |ajelIs Permusyawaratan Fakyat(|PF)
Sebelum amandemen UU0 1945, |ajelIs Permusyawaratan Fakyat(|PF)
berkedudukan sebagaI Lembaga TertInggI Negara yang dIberI kekuasaan tak terbatas
(super power) karena kekuasaan ada dI tangan rakyat dan dIlakukan sepenuhnya
oleh |PF dan |PF adalah penjehllaan darI seluruh rakyat ndonesIa yang
berwenang menetapkan UU0, C8HN, mengangkat presIden dan wakIl presIden. SelaIn
Itu, susunan keanggotaannya terdIrI darI anggota 0PF dan utusan daerah serta utusan
golongan yang dIangkat. 0alam praktek ketatanegaraan, |PF pernah menetapkan
antara laIn:
PresIden, sebagaI presIden seumur hIdup.
PresIden yang dIpIlIh secara terus menerus sampaI 7 (tujuh) kalI berturut
turut.






1J
- |emberhentIkan sebagaI pejabat presIden.
|emInta presIden untuk mundur darI jabatannya.
TIdak memperpanjang masajabatan sebagaI presIden.
Lembaga Negara yang palIng mungkIn menandIngI |PF adalah PresIden,
yaItu dengan memanfaatkan kekuatan partaI polItIk yang palIng banyak
mendudukI kursI dI |PF.
Setelah amandemen UU0 1945, |PF merupakan Lembaga tInggI negara sejajar
kedudukannya dengan lembaga tInggI negara laInnya sepertI PresIden, 0PF, 0P0, |A,
|K, 8PK. Kewenangannya untuk menetapkan C8HN dan kewenangannya mengangkat
PresIden (karena presIden dIpIlIh secara langsung melaluI pemIlu) dIhIlangkan. Tetap
berwenang untuk menetapkan dan mengubah UU0. Susunan l:eanggotaanya berubah,
yaItu terdIrI darI anggota 0ewan PerwakIlan Fakyat dan angota 0ewan PerwakIlan
0aerah yang dIpIlIh secara langsung melaluI pemIlu.
2. PFES0EN
Sebelum amandemen UU0 1945 :
PrcsIden mcmcgang posIsI sentral dan domInan sebagaI mandatarIs |PF,
meskIpun kedudukannya tIdak neben akan tetapI untergeordnet.
PresIden menjalankan kekuasaan pemerIntahan negara tertInggI
(consentratIon o] power cnd responsblty upon the presdent).
PresIden selaIn memegang kekuasaan eksekutIf (execulve power), juga
memegang kekuasaan legIslatIve (leyslutve power) dan kekuasaan yudIkatIf
0udcctve power).
PresIden mempunyaI hak prerogatIf yang sangat besar.
TIdak ada aturan mengenaI batasan perIode seseorang dapat menjabat
sebagaI presIden serta mekanIsme pemberhentIan presIden dalam masa
j abatannya.


Pasca amandemen UU0 1945 :
|embatasI beberapa kelcuasaan presIden dengan memperbaIkI tata cara
pemIlIhan dan pemberhentIan presIden dalam masa jabatannya serta
memperkuat sIstem pemerIntahan presIdensIal.
Kelcuasaan legIslatIf sepenuhnya dIserahkan kepada 0PF.
|etnbatasI masa jabata-l presIden maksInlunl menjadI dua perIode saja.
Kewenangan pengangkatan duta dan menerIma duta harus memperhatIkan
pertImbangan 0PF.
Kewenangan pemberIan grasI, amnestI dan abolIsI harus memperhatIkan
pertImbangan 0PF.
|emperbaIkI syarat dan mekanIsme pengangkatan calon presIden dan wakIl
presIden menjadI dIpIlIh secara langsung oleh rakyat meluI pemIlu, juga
mengenaI pemberhentIan jabatan presIden dalam masa jabatannya.
- . 0ewan PerwakIlan Fakyat(0PF)
Sebelum Amandemen UU0 1945, 0PF berwenang :
|emberIkan persetujuan atas FUU yang dIusulkan presIden.
|emberIkan persetujuan atas PEFPU.
|emberIkan persehIjuan atas Anggaran.
|emInta |PF untuk mengadakan sIdang IstImewa guna memInta
pertanggung,jawaban presIden.
Setelah amandemen UU0 1945 :
PosIsI dan lcewenangaIulya dIperkuat.


|empunyaI kekuasan membentuk UU (sebelumnya ada dI tangan presIden,
sedangkan 0PF hanya memberIkan persetujuan saja) sementara pemerIntah
berhak mengajukan FUU.
Proses dan mekanIsme membentuk UU antara 0PF dan PemerIntah.
|empertegas fungsI 0PF, yaItu: fungsI legIslasI, fungsI anggaran, dan
hulgsI pengawasan sebagaI mekanIsme kontrol antar lembaga negara.
4. 0ewan PertImbangan Agung(0PA)
UU0 1945 tIdak banyak mengIntrodusIr/menyInggung lembagalembaga negara
laIn sepertI 0PA dengan memberIkan kewenangan yang sangat mInIm. 8ahkan
lembaga InI dIhapuskan darI sIstem ketatanegaraan ndonesIa dalam UU0 1945 yang
baru.
5. llewan PerwakIlan 0aerah(0P0)
0P0 adalah lembaga yang terbentuk pasca amandemen UU0 1945. 0alam UUll
1945 yang lama, tIdak ada lembaga 0P0 dalarn sIstem ketatanegaraan ndonesIa.
0P0 adalah lembaga negara baru sebagaI langkah akomodasI bagI keterwakIlan
kepentIngan daerah dalam badan perwakIlan tIngkat nasIonal setelah dItIadakannya
utusan daerah dan utusan golongan yang dIangkat sebagaI anggota |PF Keberadaanya
dImaksudkan untuk memperkuat kesatuan Negara FepublIk lndonesIa. Anggotanya
dIpIlIh secara langsung oleh masyarakat dI daerah melaluI pemIlu. 0P0 mempunyaI
kewenangan mengajukan dan Ikut membahas FUU yang berkaItan dengan otonomI
daerah, hubungan pusat dan daerah, FUU laIn yang berkaIt dengan kepentIngan
daerah.


6. 8adan PemerIlcsa Keuangan(8PK)
0alam UU0 1945 yang lama, Lembaga InI tIdalc dIbahas terlalu banyak.
0alam UU0 1945 pasca amandemen, lembaga InI dIbahas lebIh detaIl. |enurut UU0
1945 pasca amandemen, 8PK 8erwenang mengawasI dan memerIksa pengelolaan
keuangan negara (AP8N) dan daerah (AP80) serta menyampaIkan hasIl pemerIksaan
kepada 0PF dan 0P0 dan dItIndaklanjutI oleh aparat penegak hukum. 8PK
berkedudukan dI Ibu kota Negara dan memIlIkI perwakIlan dI setIap provInsI. Anggota
8PK dIpIlIh 0PF dengan memperhatIkan pertImbangan 0P0. UU0 1945 yang baru juga
mengIntegrasIkan peran 8PKP sebagaI InstansI pengawas Internal departemen yang
bersangkutan ke dalam 8PK
7. |AHKA|AH ACUNC(|A)
Peran dan fungsI lembaga mahkamah agung hampIr tIdak berubah baIk
sebelum maupun setelah arnandemen yaknI bahwa |A adalah :
Lembaga negara yang melakul:an kekuasaan kehakIman, yaItu kekuasaan yang
menyelenggarakan peradIlan untuk menegakkan hukum dan keadIlan [Pasal
24 ayat (1)].
8erwenang mengadIlI pada tIngkat kasasI, mengujI peaturan perundang
undangan dI bawah Undangundang clan wewenang laIn yang dIberIkan Undang
undang.
0I bawahnya terdapat badanbadan peradIlan dalam lIngkungan PeradIlan
Umum, lIngkungan PeradIlan Agama, lIngkungan PeradIlan mIlIter dan
lIngkungan PeradIlan Tata Usaha Negara (PTUN).
8adanbadan laIn yang yang fungsInya berkaItan dengan kekuasaan
kehakIman dIatur dalam Undangundang sepertI : Kejaksaan, KepolIsIan,
Advokat/Pengacara dan laInlaIn.


8. |AHKA|AH KDNSTTUS(|K)
|ahkamah KonstItusI adalah lembaga yang baru terbentuk pasca amandemen
UU0 1945. |ahkamah KonstItusI keberadaanya dImaksudkan sebagaI penjaga
kemurnIan konstItusI (the yucrdcn o] the consttuton). |ahkamah KonstItusI
mempunyaI kewenangan: |engujI UU terhadap UU0, |emutus sengketa kewenangan
antar lembaga negara, memutus pembubaran partaI polItIk, memutus sengketa hasIl
pemIlu dan memberIkan putusan atas pendapat 0PF mengenaI dugaan pelanggaran
oleh presIden dan atau wakIl presIden menurut UU0. HakIm KonstItusI terdIrI darI
9 orang yang dIajukan masIngmasIng oleh |ahkamah Agung, 0PZ dan pemerIntah dan
dItetapkan oleh PresIden, sehIngga mencermInkan perwakIlan darI J cabang
kekuasaan negara yaItu yudIkatIf, legIslatIf, dan eksekutIf.



18
0AFTAF PUSTAKA

8udIman. ArIef. 14. Teor Pembcnyuncn 0unc ketyc. Jakarta : PT. CramedIa PLIstaka
Utama.
KamIsa. 1Z. Kcmus Lenykcp 8chcsc lndonesc. Surabaya : KartIka.
KansIl, C.S.T. 1989. Penycntcr llmu Hukum dcn Tctc Hukum lndonesc. Jakarta : 8alaI
Pustaka
FagawIno, 8ewa. 200J. Penycntcr llmu Hcrkunz fJandung : Fakultas lmu SosIal dan
lmu PolItIlc UnIvesItas Padjadjaran. jurnalhukum.blogspot.com
http://www. komIsIhukum.go. Id/newsletter. php:act=detIlEId=149
komIsIhulum.go.Id

Anda mungkin juga menyukai