Anda di halaman 1dari 16

Kumpulan Teknik Penyaringan Air Sederhana

Posted by aimyaya | Under teknologi tepat guna Rabu Jan 28, 2009

Air merupakan sumber bagi kehidupan. Sering kita mendengar bumi disebut sebagai planet biru, karena air menutupi 3/4 permukaan bumi. Tetapi tidak jarang pula kita mengalami kesulitan mendapatkan air bersih, terutama saat musim kemarau disaat air umur mulai berubah warna atau berbau. Ironis memang, tapi itulah kenyataannya. Yang pasti kita harus selalu optimis. Sekalipun air sumur atau sumber air lainnya yang kita miliki mulai menjadi keruh, kotor ataupun berbau, selama kuantitasnya masih banyak kita masih dapat berupaya merubah/menjernihkan air keruh/kotor tersebut menjadi air bersih yang layak pakai. Ada berbagai macam cara sederhana yang dapat kita gunakan untuk mendapatkan air bersih, dan cara yang paling mudah dan paling umum digunakan adalah dengan membuat saringan air, dan bagi kita mungkin yang paling tepat adalah membuat penjernih air atau saringan air sederhana. Perlu diperhatikan, bahwa air bersih yang dihasilkan dari proses penyaringan air secara sederhana tersebut tidak dapat menghilangkan sepenuhnya garam yang terlarut di dalam air. Gunakan destilasi sederhana untuk menghasilkan air yang tidak mengandung garam. Berikut beberapa alternatif cara sederhana untuk mendapatkan air bersih dengan cara penyaringan air : 1. Saringan Kain Katun. Pembuatan saringan air dengan menggunakan kain katun merupakan teknik penyaringan yang paling sederhana / mudah. Air keruh disaring dengan menggunakan kain katun yang bersih. Saringan ini dapat membersihkan air dari kotoran dan organisme kecil yang ada dalam air keruh. Air hasil saringan tergantung pada ketebalan dan kerapatan kain yang digunakan.

2. Saringan Kapas Teknik saringan air ini dapat memberikan hasil yang lebih baik dari teknik sebelumnya. Seperti halnya penyaringan dengan kain katun, penyaringan dengan kapas juga dapat membersihkan air dari kotoran dan organisme kecil yang ada dalam air keruh. Hasil saringan juga tergantung pada ketebalan dan kerapatan kapas yang digunakan.

3. Aerasi Aerasi merupakan proses penjernihan dengan cara mengisikan oksigen ke dalam air. Dengan diisikannya oksigen ke dalam air maka zat-zat seperti karbon dioksida serta hidrogen sulfida dan metana yang mempengaruhi rasa dan bau dari air dapat dikurangi atau dihilangkan. Selain itu partikel mineral yang terlarut dalam air seperti besi dan mangan akan teroksidasi dan secara cepat akan membentuk lapisan endapan yang nantinya dapat dihilangkan melalui proses sedimentasi atau filtrasi.

4. Saringan Pasir Lambat (SPL) Saringan pasir lambat merupakan saringan air yang dibuat dengan menggunakan lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan pasir terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan kerikil. Untuk keterangan lebih lanjut dapat temukan pada artikel Saringan Pasir Lambat (SPL).

5. Saringan Pasir Cepat (SPC) Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat, terdiri atas lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi arah penyaringan air terbalik bila dibandingkan dengan Saringan Pasir Lambat, yakni dari bawah ke atas (up flow). Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan kerikil terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan pasir. Untuk keterangan lebih lanjut dapat temukan pada artikel Saringan Pasir Cepat (SPC).

6. Gravity-Fed Filtering System Gravity-Fed Filtering System merupakan gabungan dari Saringan Pasir Cepat(SPC) dan Saringan Pasir Lambat(SPL). Air bersih dihasilkan melalui dua tahap. Pertamatama air disaring menggunakan Saringan Pasir Cepat(SPC). Air hasil penyaringan tersebut dan kemudian hasilnya disaring kembali menggunakan Saringan Pasir Lambat. Dengan dua kali penyaringan tersebut diharapkan kualitas air bersih yang dihasilkan tersebut dapat lebih baik. Untuk mengantisipasi debit air hasil penyaringan yang keluar dari Saringan Pasir Cepat, dapat digunakan beberapa / multi Saringan Pasir Lambat.

7. Saringan Arang Saringan arang dapat dikatakan sebagai saringan pasir arang dengan tambahan satu buah lapisan arang. Lapisan arang ini sangat efektif dalam menghilangkan bau dan rasa yang ada pada air baku. Arang yang digunakan dapat berupa arang kayu atau arang batok kelapa. Untuk hasil yang lebih baik dapat digunakan arang aktif. Untuk lebih jelasnya dapat lihat bentuk saringan arang yang direkomendasikan UNICEF pada gambar di bawah ini.

8. Saringan air sederhana / tradisional

Saringan air sederhana/tradisional merupakan modifikasi dari saringan pasir arang dan saringan pasir lambat. Pada saringan tradisional ini selain menggunakan pasir, kerikil, batu dan arang juga ditambah satu buah lapisan injuk / ijuk yang berasal dari sabut kelapa. Untuk bahasan lebih jauh dapat dilihat pada artikel saringan air sederhana.

9. Saringan Keramik Saringan keramik dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat dipersiapkan dan digunakan untuk keadaan darurat. Air bersih didapatkan dengan jalan penyaringan melalui elemen filter keramik. Beberapa filter kramik menggunakan campuran perak yang berfungsi sebagai disinfektan dan membunuh bakteri. Ketika proses penyaringan, kotoran yang ada dalam air baku akan tertahan dan lama kelamaan akan menumpuk dan menyumbat permukaan filter. Sehingga untuk mencegah penyumbatan yang terlalu sering maka air baku yang dimasukkan jangan terlalu keruh atau kotor. Untuk perawatan saringn keramik ini dapat dilakukan dengan cara menyikat filter keramik tersebut pada air yang mengalir.

10. Saringan Cadas / Jempeng / Lumpang Batu Saringan cadas atau jempeng ini mirip dengan saringan keramik. Air disaring dengan menggunakan pori-pori dari batu cadas. Saringan ini umum digunakan oleh masyarakat desa Kerobokan, Bali. Saringan tersebut digunakan untuk menyaring air yang berasal dari sumur gali ataupun dari saluran irigasi sawah.

Seperti halnya saringan keramik, kecepatan air hasil saringan dari jempeng relatif rendah bila dibandingkan dengan SPL terlebih lagi SPC.

11. Saringan Tanah Liat. Kendi atau belanga dari tanah liat yang dibakar terlebih dahulu dibentuk khusus pada bagian bawahnya agar air bersih dapat keluar dari pori-pori pada bagian dasarnya. Lihat saringan keramik.

Kualitas Air
Temperatur berpengaruh pula terhadap kualitas air. Peran temperatur dalam hal ini terutama pada pelarutan gas. Terdapat hubungan yang positif antara temperatur dan pelarutan gas, yaitu semakin tinggi tinggi temperatur semakin tinggi pelarutan gas, sebaliknya semakin rendah temperatur semakin sedikit gas yang dapat terlarut di dalam air. Peran temperatur lainnya pada kualitas air adalah bahwa tinggi rendah temperatur akan berpengaruh pada penguapan air. Semakin tinggi temperatur akan semakin besar penguapan, yang pada gilirannya akan mengakibatkan konsentrasi zat kimia terlarut akan semakin besar. Sebaliknya semakin rendah temperatur akan semakin kecil penguapan, sehingga konsentrasi zat terlarut dalam air juga akan semakin kecil. Seperti halnya dengan temperatur, tekanan juga berpengaruh pada pelarutan gas. Semakin tinggi tekanan air akan semakin banyak gas yang larut dalam air, demikian pula sebaliknya semakin rendah tekanan air akan semakin kecil pula gas yang dapat terlarut dalam air. (2). Geologi Kandungan unsur kimia dalam air sangat tergantung pada formasi geologi tempat air itu berada dan formasi geologi tempat dilaluinya air. Apabila selama perjalanannya air tersebut melalui suatu batuan yang mengandung silikat, maka air tersebut akan mengandung silikat, apabila air tersebut melalui batuan yang mengandung besi maka secara otomatis air akan mengandung besi, demikian seterusnya untuk unsur-unsur kimia lainnya. Disamping itu peran formasi geologi tempat air tinggal juga banyak

berperan terhadap kualitas air, sebab air mempunyai sifat melarutkan batuan yang ditempati dan dilaluinya. Secara garis besar batuan di muka bumi ini dapat dikelompokan menjadi tiga macam yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan metamorf. Kondisi ketiga batuan ini berbeda dalam bentuk, struktur, bahkan kekerasan serta susunan kimianya. Sehingga air yang melalui ketiga batuan ini, kandungan kimia dan konsentrasinya akan berbeda, karena susunan kimia masing-masing jenis batuan tersebut berbeda dan kemudahan untuk dilarutkan juga berbeda. (a). Kualitas Air pada Batuan Beku Batuan beku terdiri dari batuan intrusi dan batuan ekstrusi. Batuan intrusi bersifat impermeable. Oleh karena itu air yang mengalir melalui batuan interusi akan sedikit mengalir kandungan kimianya, karena air mengalir dengan cepat sehingga kontak antara air dengan batuan intrusi tersebut tidak lama. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa kualitas air yang melalui batuan intrusi adalah rendah. Lain halnya dengan batuan ekstrusi yang lebih bersifat permeable. Pada batuan itu air dapat masuk menembus pori-pori batuan sehingga memungkinkan terjadinya kontak antara air dengan batuan lebih lama. Dengan demikian kualitas air pada batuan ekstrusi baik, maksudnya unsur-unsur kimia yang terlarut cukup tinggi. Misalnya pada batuan rhiolit (ekstrusi), air banyak mengandung silikat (SiO2). (b). Kualitas Air pada Batuan Sedimen 1) Batu Pasir Pada batu pasir (sand stone) kandungan kimianya lebih didominasi oleh unsur pengikatnya. Batu pasir berupa pasir yang membatu karena adanya unsur pengikat yang berada diantara butir-butir pasir. Pada kenyataannya unsur pengikat lebih mudah larut dalam air jika dibandingkan dengan pasir itu sendiri, sehingga yang banyak terpengaruh pada kualitas air unsur pengikat tersebut. Misalnya batu pasir sungai, padas sumur dan padas sawah merupakan batu pasir magnetik, dengan unsur pengikat FE3O4 (ferri oksida), sehingga air yang melalui batuan ini akan banyak mengandung unsur besi (Fe). Secara rinci, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas air pada batuan pasir meliputi:1) Material pengikat yang mengeras2) Pergantian ion dan kation3) Adanya rekasi reduksi pembentukan pirit4) Terjadinya mineralisasi dalam air 2) Batu Lempung Batuan lempung sering dijumpai pada breckist water (saline water) di daerah lagon/pantai. Lagon adalah genangan air di pantai, namun air yang menggenangi berasal dari daratan, dan dalam prosesnya mendapat pengaruh dari laut. Bahan asal dari batuan lempung bisanya berasal dari tempat yang tinggi. Daerah itu dengan aquifer yang cukup luas. Air yang masuk di daerah itu, karena selama mengalir telah mengalami kontak dengan batuan yang dilalui, maka terjadi pelarutan lempung dalam air yang mengalir tersebut. Pada air di daerah lagon ini, saline water umumnya mengandung unsur Na, K cukup tinggi. Namun karena tidak menetapnya

Na, K ini maka sering terjadi pergantian ion yaitu ion Na, dan K diganti oleh ion Ca dan Mg. 3) Batuan Endapan Salah satu contoh batuan endapan adalah batu gamping. Secara umum kecepatan aliran air yang melalui batuan gamping lebih cepat dari pada batu pasir. Pada batuan gamping gerakan air hanya terjadi pada bagian luarnya saja, sehingga kontak antara batuan dengan air secara keseluruhan kurang intensif. Akibatnya jumlah zat terlarut yang dihasilkan pada batu gamping kecil, lebih kecil jika dibanding pada batuan pasir. Misalnya air yang melalui batuan kapur banyak mengadung kalsium dan bikarbonat. c. Kualitas Air Pada Batuan Metamorf Ciri utama dari batuan metamorf adalah bahwa pada umumnya struktur batuan ini bersifat masif. Sifat demikian ini kurang mengandung unsur-unsur terlarut. Seandainya pada air ini di jmpai unsur kimia terlarut yang tinggi, paling-paling hanya unsur silikat sebagai akibat dari proses pelapukan kwarsa. Jadi dari ketiga jenis batuan beku, sedimen dan metamorf, sebenarnya kualitas air pada batuan metamorf adalah paling rendah atau miskin unsur kimia terlarut. c.Vegetasi Vegetasi mempunyai peran yang cukup besar terhadap kualitas air yang melaluinya. Terutama vegetasi yang telah mati akan membusuk dan akan mengeluarkan unsurunsur hara seperti N, P, K dan sebagainya, yang selalu siap dilarutkan dan dibawa oleh air yang melalui. Peran lain dari pembusukan vegetasi adalah pada pH tanah. Tanah yang banyak mengandung sisa-sisa tumbuhan yang telah mati relativ akan mempunyai pH yang rendah atau bersifat asam. Sifat asam air ini lebih lanjut akan banyak berpengaruh terhadap yang besar pada pelarutan unsur kimia tertentu, sebab pH mempunyai pengaruh yang besar pada pelarutan unsur-unsur kimia di dalam air. Misalnya pada pH di bawah 10,5 unsur Mg akan larut dalam air, namun pada pH lebih dari 10,5 ion Mg akan mengendap. d. Aktivitas Manusia Sewaktu jumlah manusia di bumi masih sedikit, kondisi potensi sumber daya alam masih mampu mengatasi masalah kerusakan yang ditimbulkan oleh manusia. Pertumbuhan jumlah manusia yang sangat tinggi menuntut kebutuhan hidup yang lebih tinggi. Mau tidak mau manusia memeras alam unruk dimanfaatkan. Tidak dapat di pungkiri bahwa sisa-sisa pemanfaatan sumber daya alam meruapakan masalah tersendiri. Disatu sisi alam rusak oleh pemerasan manusia, disisi lain manusia membuang sisa sampah kedalam alam yang justru memperparah kondisi alam sendiri. Pertumbuhan jumlah penduduk selalu diikuti pula oleh peningkatan kemampuan teknologinya. Hal ini juga justru memperparah keadaan, sebab dengan teknologi manusia mampu memeras alam habis-habisan, dan dengan teknologi pula manusia

akan menghasilkan sisa sampah buangan secara besar-besaran dengan kualitas atau kadar yang sangat berat. Perusakan alam oleh aktivitas manusia pada tubuh-tubuh air (pemcemaran air) merupakan salah satu contoh masalah tersebut. Kegiatan manusia dalam bidang industri, bidang pertambangan, bidang pertanian maupun dalam kehidupan masyarakat sehari-hari telah banyak menimbulkan masalah pencemaran, yang sampai ini masih terus berlangsung bahkan kian hari kian intensif. Sementara orang mengatakan bahwa sumber pencemaran air berasal dari limbah industri (industrial waters), limbah rumah tangga (domestig waters), limbah pertanian (agricultural waters), limbah pertambangan (mining waters). Sumber-sumber pencemar ini secara intensif selalu mengotori tubuh-tubuh perairan di darat seperti sungai, danau, air tanah, dan air laut, bahkan telah disinyalir bahwa sewaktu di atmosfer uap air sebelum menjadi titik-titik air hujan telah terkena polusi oleh gas-gas buangan industri yang dikeluarkan lewat cerobong asapnya. e. Waktu Waktu merupakan faktor yang tidak langsung berpengaruh terhadap kualitas air. Waktu hanya berperan pada lama tidaknya kontak air dengan batuan atau tanah dan sumber pencemaran lain. Secara logika dapat dikatakan bahwa semakin lama kontak antara benda satu dengan benda lainya akan semakin intensif reaksi atau percampuran antara benda yang berhubungan tersebut. Demikian juga kontak antara air dengan benda (batuan dengan sumber lain) akan semakin intensif apabila kontak semakin lama, sehingga hal ini berpengaruh besar terhadap besarnya konsentrasi ion dalam air. Semakin lama air menempati pori-pori batuan, akan semakin besar konsentrasi ion dalam air. Demikian juga semakin jauh air melewati batuan dan semakin lambat air mengalir melewati batuan, maka akan semakin besar konsentrasi ion dalam air. G. Kebutuhan Air Bersih a. Air Sebagai Sumber Kehidupan Adanya kehidupan di dunia diawali dalam air prasyarat bagi kelangsungan kehidupan adalah air tersebut tersedia dalam bentuk cair. Air merupakan pembawa kehidupan dan unsur-unsur protoplasma yang utama, satu-satunya bentuk lahan di mana fenomena kehidupan diwujudkan (Lee, 1990:6). Ketergantungan antara lingkungan hidup dengan lingkungan tidak hidup diungkapkan oleh Subroto (1989:19), yaitu kehidupan di bumi ini tidak dapat sebagai medium untuk proses hidup, energi untuk mewujudkan proses hidup, energi untuk menjalankan proses hidup dan nutrisia kimia yang menyusun subtansi hidup kelangsungan yang berkaitan dengan air. Lebih lanjut Subroto (1989:19) menegaskan, bahwa organisme yang hidup di air dan di darat memiliki ketergantungan yang sangat erat berupa air sebagai tempat terjadinya proses hidup. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa air adalah kebutuhan mutlak yang diperlukan dalam kehidupan.

b. Air Bersih Bagi Manusia Kebutuhan air bersih untuk masing-masing manusia tergantung pada banyak sedikitnya aktivitas manusia selain itu juga tergantung pada kondisi sosial ekonomi dan tempat tinggal manusia tersebut. Linsley dan Franzini (1986:92) menjelaskan, bahwa penggunaan air berbeda antara satu kota dengan kota lainnya, tergantung pada cuaca, ciri-ciri masyarakat, masalah lingkungan hidup, penduduk, industrialisasi, dan faktor-faktor lainnya. Menurut Priyono (1990/1991:28) bahwa rata-rata perhari perkapita konsumsi air bervariasi, untuk ukuran Indonesia 90 liter sampai 140 liter, sedangkan di Amerika Serikat 130 liter sampai 2000 liter, sedangkan banyaknya air untuk keperluan primer tiap jiwa adalah: 1. 2. 3. 4. Mandi 2 kali sehari 90 liter Mencuci25 liter Memasak dan minum15 liter Air pengelontor untuk WC10 liter

Jumlah 140 liter Sedangkan untuk kebutuhan yang lain (skunder) relatif masih banyak, yaitu 1. 2. 3. 4. Air wudlu 5 kali @ 8 liter 40 liter Membersihkan lantai1-1,5 liter/m2 Menyiram tanaman/halaman 0,5-1,0 liter/m2 Mencuci motor/mobil100-150 liter/mobil

Banyaknya keperluan air perorang tiap hari untuk daerah pedesaan antara 60-80 liter, sedangkan untuk daerah perkotaan dengan penduduk 50.000 jiwa adalah 80-120 liter, dan jika jumlah penduduk lebih dari 50.000 banyaknya air yang dibutuhkan 120-200 liter. Menurut Lee (1980:6), bahwa manusia membutuhkan pasokan air yang rutin, yaitu sekitar 1-2 liter/orang/hari untuk orang dewasa guna mempertahankan fungsifungsi yang normal, dan untuk mengimbangi kehilangan air karena penguapan. Pada umumnya kebutuhan banyaknya air tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu karakteristik penduduk, kepadatan penduduk, aktivitas dan letak suatu daerah yang satu berbeda dengan daerah yang lain dan berbeda pula dalam hal kebutuhan air bersih, hal ini karena adanya daerah permukiman dan daerah industri yang berarti bahwa daerah dengan permukiman dan industri akan membutuhkan air lebih banyak dari daerah pertanian dan perkebunan. Untuk mengetahui banyaknya air bersih yang dibutuhkan oleh seluruh penduduk suatu daerah menurut Hadenberg (1952) dalam Taryana (1992) dapat dihitung dengan mengalikan jumlah penduduk seluruh daerah itu dengan kebutuhan air bersih rata-rata perkapita perhari. c. Evaluasi Kebutuhan dan Penyediaan Air Bersih Untuk memenuhi cukup tidaknya persediaan air dapat dilakukan dengan cara membandingkan jumlah persediaan air bersih yang ada dengan kebutuhan air bersih.

Hal itu sangat penting mengingat laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif besar. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah kualitas air dari sumber air bagi kesehatan manusia. Mengingat air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi manusia, sehingga apabila air itu tercemar, dikhawatirkan mengganggu kesehatan penduduk yang mengkonsumsi air tersebut sehari-hari. Evaluasi ini penting untuk mengetahui kualitas air tanah yang akan diteliti, apakah layak dan dapat menyediakan kebutuhan air bersih masyarakat, sehingga segala sesuatu yang menyangkut proyek penyediaan air bersih, tidak akan terjadi kesalahan prosedur kebijakan diakhir kerja. d. Penyediaan Air Bersih Dibeberapa negara berkembang , kondisi penyediaan air sangat tidak mutu, sehinga pembicaraan tentang peralatan tentang hemat air tampak lucu. Bahkan dalam kondisi demikian air yang terbuang masih banyak. Rumah-rumah orang kaya menggunakan peralatan boros air, dan orang-orang miskin mencuci dibawah kran yang mengalir terus. Kondisi yang demikian, peralatan hemat air akan bermanfaat karena yang kaya akan menggunakan air lebih sedikit, sedangkan standart yang mereka inginkan tetap terjaga; yang miskin akan bisa berbuat lebih banyak dengan persediaan yang terbatas ( Lee, 1997:15). Ada 2 aspek yang mempengaruhi distribusi air bersih, yaitu faktor fisik dan non fisik. Faktor fisik berupa iklim, geomorfolofi, angin, kelembaban udara dan lain-lain. Faktor non fisik merupakan faktor yang disebabkan oleh perlakuanmanusia di dalamnya seperti adanya kerusakan sumber-sumber air (lingkungan hancur jarena adanya desakan sosial maupun budaya). Penyediaan air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia, karena sangat menunjang kesehatan dan hal ini diharapkan pemerintah dalam pembangunan nasional. Untuk penyediaan air bersih yang mampu dikonsumsi untuk kebutuhan masyarakat biasanya meliput penyediaan sumber-sumber air, dan cra distribusi. Menurut Linsley dan Franzini (1986:89), suatu sistem penyediaan air yang mampu menyediakan air dapat diminum dalam jumlah yang cukup merupakan hal yang penting bagi suatu kota yang modern. H. Sumberdaya Air dan Permasalahannya a. Klasifikasi Sumberdaya Air Menurut Sutikno (2001:12) Sumber daya air bila diklasifikasikan adalah sebagai berikut: No. Dasar Kasifikasi Jenis Sumber Air 1. Air hujan langsung 2. Air permukaan a. Mata air b. Air sungai

01. Keterdapatan/ketersediaan

c. Air danau alamiah d. Air situ alamiah e. Air danau buatan f. Air beku/salju 3. Air tanah a. Aquifer tertekan b. Aguifer air tanah semi tertekan c. Aquifer air tanah tertekan d. Air tanah dangkal <> e. Air tanah dalam 40 - 200 m f. Air tanah sangat dalam > 200 02. Fungsi 1. Untuk kehidupan manusia 2. Untuk kehidupan flora fauna 3. Untuk media transportasi b. Air dan Permasalahanya bagi Kehidupan Bumi merupakan satu-satunya planet yang ditemukan berbagai jenis kehidupan, dari kehidupan sederhana hingga kehidupan yang kompleks. Faktor pendukung kehidupan tersebut disebabkan, karena dipermukaan bumi tersedia air. Dipermukaan bumi 70% tertutup oleh perairan. Seandainya semua air diratakan dipermukaannya, maka akan didapatkan air yang kedalamannya hingga 3000 meter. Perairan dipermukaan bumi terdiri dari berbagai macam air, secara garis besar berupa air laut dan air tawar. Sekitar 98% air dipermukaan bumi merupakan air laut, dan 2% diantaranya berupa air tawar. Dari semua air tawar 87% diantaranya membentuk es yang membeku di kutub. Selebihnya air di bawah tanah, di dalam tanah, dan di udara sebagai uap air serta di tubuh makhluk hidup (Syamsuri, 1997:96-97). Air merupakan kebutuhan utama bagi setiap insan dipermukaan bumi baik manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Setiap melakukan kegiatan makhluk itu tidak lepas dari kebutuhan air, bahkan segala sesuatu yang hidup berasal dari air. Tubuh manusia itu sendiri, lebih dari 70% tersusun dari air, sehingga ketergantungannya akan air sangat tinggi. Untuk bisa menopang hidup, penduduk membutuhkan air yang cukup. Air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertanian, industri, maupun kebutuhan domestik, termasuk air bersih. Hal ini berarti, bahwa pertambahan jumlah penduduk yang terus menerus terjadi membutuhkan usaha yang sadar dan sengaja agar sumber daya air dapat tersedia secara berkelanjutan. Dewasa ini kebutuhan air minum untuk memenuhi aktivitas penduduk makin meningkat. Peningkatan itu terjadi bukan hanya karena penduduk yang bertambah, tetapi juga karena aktivitas yang membutuhkan air meningkat, seperti kawasan industri, perdagangan, pendidikan, pariwisata, dan sebagainya. Menurut Syamsuri (1997:97) peningkatan kebutuhan air mencapai 4-8% pertahun. Peningkatan tersebut perlu diantisipasi secara baik agar tidak terjadi krisis air dimasa mendatang, seperti yang telah terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Minimnya air yang layak dikonsumsi, baik untuk konsumsi maupun untuk kegiatan produksi pada prinsipnya

disebabkan oleh keterbatasan air yang memiliki kualitas baik. Untuk menghadapi meningkatnya kebutuhan air dan kompetisi penggunaaan air yang semakin ketat maka diperlukan pengelolaan sumberdaya air yang memadai. (Sutikno,1997:2). Peningkatan kebutuhan atau demand terhadap air secara umum dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: (1) Air untuk keperluan konsumsi domestik atau rumah tangga misalnya untuk mandi, mencuci, memasak, dan minum. (2) Air untuk keperluan pengairan lahan pertanian misalnya untuk irigasi, mengairi sawah Perikanan, dan usaha tani lainnya. (3) Air untuk kegiatan industri misalnya untuk pembangkit listrik, proses produksi, transportasi, dan kegitan yang lainnya. Diperkirakan kebutuhan ratarata air bersih setiap individu adalah sekitar 27 hingga 200 liter perhari. Kebutuhan dasar tersebut bisa berbeda-beda tergantung keadaan geografis dan karakteristik individu yang bersangkutan. Namun, secara keseluruhan, baku minimum untuk memenuhi kebutuhan dasar minum, sanitasi, mandi, dan memasak rata-rata sebanyak 50 liter per orang per hari (Gleick, 1996) dalam Wisana (2001:34). Hasil proyeksi penduduk dunia diperkirakan lebih dari 3,3 juta penduduk akan tinggal di 50 negara dengan ketersediaan air yang berada pada tingkat water stress atau water scarcity pada tahun 2025. Jumlah itu akan terus meningkat hingga tahun 2050 dimana jumlah negara yang berada pada tingkat ketersediaan air water stress atau water scarcity menjadi 54 negara dengan jumlah penduduk sebesar 4 juta jiwa (Renewable Resaurces Journal, 1999) dalam Prihastuti (2001:47) Sebagai contoh kebutuhan air kota Jakarta dengan kapasitas produksi air bersih hanya sekitar17.285 liter per detik pada tahun 1987, hanya mampu melayani sekitar 30-40% penduduk. Hal ini belum diperhitungkan juga kebutuhan air bersih bagi hotel, perkantoran, industri, rumah sakit, pertamanan, rumah-rumah ibadah, dan sebagainya, maka ancaman akan devisit air betul-betul dirasakan (Warta Demografi, 2001:10). Air di bumi paling banyak digunakan adalah air tanah. Banyak segi positif yang diperoleh dengan menggunakan air tanah, selain airnya relatif bersih, kemungkinan tercemar sangat kecil dan suhunya relatif rendah. Sebagian besar penduduk Indonesia, baik di pedesaan maupun di perkotaan menggunakan air minum dari air sumur atau air bawah tanah bahkan di Amerika Serikat sebagai negara maju sekitar 50% penduduknya menggunakan air bawah tanah sebagai air minum (Keller,1988) dalam Dida (1998:157-158). Tidak semua air tanah layak untuk dikonsumsi manusia, masalah tentang air akan semakin kompleks bila dihubungkan dengan kualitas yang dikonsumsi manusia terutama pengaruhnya terhadap kesehatan. Kualitas air dapat berubah karena adanya pencemaran, sebab semakin tinggi pencemar maka kualitas air yang dimiliki semakin rendah. Pencemaran air tanah tidak hanya di sebabkan oleh limbah industri dan limbah domestik tetapi juga disebabkan oleh kondisi fisik daerah setempat. Kondisi fisik itu misalnya iklim, bentuk lahan, vegetasi, dan jenis tanah. Bentuk lahan sebagai salah satu kondisi fisik, merupakan bentuk pada permukaan bumi sebagai hasil dari perubahan bentuk permukaan bumi oleh proses-proses geomorfologi yaitu tenaga yang ditimbulkan oleh medium alami yang ada di atmosfer (Dibyoso, 1993:3). Berbagai bentuk lahan yang tercakup dipermukaan bumi misalnya cekungan, lembah, ngarai, pegunungan, dataran rendah, karst, dan bentuk lainnya.

PENCEMARAN AIR OLEH LIMBAH CAIR DAN USAHA PENGELOLAANNYA


Air adalah sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh manusia, bahkan semua makhluk hidup, dalam kebutuhan dan kelangsungan hidupnya. Manusia memerlukan air untuk berbagai keperluan dalam kehidupannya. Air yang bersih adalah merupakan syarat penting yang dibutuhkan manusia dan makhluk hidup lainnya agar air tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal untuk keperluan kehidupan. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi kita untuk menjaga kuantitas dan kualitas dari air tersebut. Agar air dapat tetap bermanfaat bagi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Akan tetapi, oleh berbagai macam kegiatan manusia sehari-hari, kuantitas dan kualitas air mengalami penurunan. Saat ini, permasalahan lingkungan yang perlu diperhatikan adalah permasalahan pencemaran sumber-sumber air, seperti air permukaan dan air tanah oleh berbagai macam aktivitas manusia. Sumber-sumber pencemaran tersebut antara lain berasal dari aktivitas sehari-hari manusia, industri, dan pertanian. Limbah yang dihasilkan dari berbagai macam aktivitas manusia tersebut dapat berupa limbah domestik, limbah industri, dan limbah pertanian. Limbah domestik berasal dari berbagai kegiatan rumah tangga. Limbah domestik ini antara lain adalah detergen dari kegiatan mencuci yang dilakukan penduduk yang tinggal di bantaran sungai, sampah rumah tangga yang juga di buang langsung ke badan air, dan juga kotoran manusia. Sedangkan limbah industri dapat berasal dari industri berskala kecil hingga berskala besar, seperti industri pembuatan tahu, penyamakan kulit, pulp, tekstil, dll. Untuk limbah pertanian, salah satunya berasal dari pestisida yang digunakan dalam berbagai macam kegiatan pertanian. Pestisida ini biasanya merupakan salah satu penyebab pencemaran tanah yang dapat berlanjut pada pencemaran air tanah. Pencemaran air tanah dapat terjadi karena rembesan dari limbah cair domestik, industri, dan pertanian. Karena infiltrasi air yang berjalan sangat lambat, pencemaran air tanah yang terjadi pada saat sekarang, dampaknya kemungkinan akan terlihat pada beberapa tahun kemudian. Air di dalam tanah bergerak sesuai dengan sifat kapilaritasnya dan sifatnya yang mengalir dari tempat tinggi menuju tempat yang rendah sesuai dengan gravitasi bumi. Pergerakan air di dalam tanah tergantung oleh besar kecilnya partikel tanah atau tekstur tanah, struktur tanah, dan ukuran pori tanah. Untuk mencegah terjadinya pencemaran air oleh limbah cair, diperlukan adanya kerjasama antara masyarakat, instansi terkait, dan pemerintah. Adanya permasalahan pencemaran air menyebabkan berbagai dampak negatif yang sekarang ini sangat terasa, terutama di daerah perkotaan. Salah satu permasalahan tersebut adalah kelangkaan air bersih yang nantinya akan berdampak pula pada kesehatan masyarakat sebagai pengguna air. Oleh karena itu, untuk meminimalisasi pencemaran air yang disebabkan oleh pembuangan limbah cair ke sumber air, diperlukan adanya pengolahan limbah cair sebelum di buang ke sumber-sumber air tersebut. Industri kecil dan menengah dapat menggunakan sistem pengolahan limbah cair yang sederhana. Sedangkan industriindustri besar harus memiliki instalasi pengolahan air limbah sendiri yang memenuhi

syarat. Setelah melalui proses pengolahan, apabila limbah cair tersebut masih dapat dimanfaatkan, maka limbah tersebut dapat di daur ulang atau digunakan kembali. Limbah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali, sebelum dibuang ke badan air harus memenuhi standar baku mutu limbah cair. Baku mutu limbah cair adalah batas kadar dan jumlah unsur pencemar yang dapat ditenggang keberadaannya di dalam limbah cair dari suatu jenis kegiatan tertentu yang akan dibuang (Effendi, 2003). Untuk mencegah pencemaran air oleh limbah domestik dapat dimulai dari kesadaran kita sendiri. Misalnya dengan membuang sampah pada tempatnya dan menghemat penggunaan detergen. Pencegahan pencemaran air dan pengolahan limbah cair yang benar memang harus dilakukan sedari dini. Karena air adalah sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup untuk dapat menunjang kelangsungan hidupnya.

Pencemaran Air dan Laut Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar dialam semesta ini tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar. Sifat-sifat kimia-fisika air yang umum diuji dan dapat digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran air adalah: Nilai pH, Keasaman dan Alkalinitas. Nilai pH yang normal adalah sekitar 6 -8. Air yang masih segar dari pegunungan biasanya mempunyai pH yang lebih tinggi. Keasaman adalah kemampuan untuk menetralkan basa. Keasaman dapat dibedakan menjadi keasaman bebas dan keasaman total. Keasaman bebas dapat banyak menurunkan pH. Keasaman total terdiri dari keasaman bebas ditambah keasaman yang disebabkan oleh asam lemah. Alkalinitas berkaitan dengan kesadahan air, yang merupakan salah satu sifat air. Adanya benda-benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya secara normal disebut dengan pencemaran air. Pencemaran terhadap sumber-sumber mata air lebih disebabkan oleh penimbunan sampah pada tanah (landfill) dan merembes dalam air tanah kemudian masuk pada daerah resapan air ke sumber. Air yang kita pakai kemudian menjadi tidak layak diminum karena telah tercemar. Di Amerika serikat, antara tahun 1971 sampai 1985 tercatat 100.000 kasus penyakit yang ditansmisikan lewat air. Secara langsung pencemaran air terjadi karena pembuangan sampah-sampah yang di buang ke dekat sumber-sumber mata air atau ke sungai baik dari pabrik-pabrik, tempat-tempat penambangan dan rumah penduduk. Aktifitas pabrik-pabrik terutama penambangan memiliki efek samping yang sangat berbahaya bagi lingkungan, di mana penggunaan logam berat yang selalu mengikutkan air sebagai pelarut. Hal ini sangat berbahaya jika menggunakan media umum seperti sungai dan seterusnya mengalir ke laut dan masuk dalam sistem rantai makanan. Pada lingkungan laut, bahan pencemar umumnya berasal dari limbah rumah tangga, limbah pabrik kertas, buangan termis, limbah pabrik bahan makanan dan limbah industri organik lain atau sisa-sisa pengolahan bahan organik. Jika bahan-bahan ini terkontaminasi ke perairan, maka akan terakumulasi dalam tubuh organisme (biomagnifikasi) kemudian akan terbawa ke dalam sistem rantai makanan. Banyak kejadian seperti kecelakaan laut yang kita dengar secara langsung mematikan

kehidupan di laut seperti tumpahnya bahan bakar dari kapal-kapal tanker ataupun kegiatan transportasi laut lainnya. Minyak bumi yang tumpah pada suatu daerah di laut berakibat lama bagi kehidupan di laut dan memerlukan waktu yang panjang agar dapat pulih. Manusia saat ini memperlakukan lautan sebagai tempat terbesar untuk membuang sampah secara langsung maupun melalui sungai dan aliran-aliran air. Pencemaran ini termasuk limbah manusia dan buangan domestik, buangan dari sisa-sisa industri, pertambangan dan pabrik-pabrik yang mengandung unsur logam berbahaya dan beracun, minyak dari tempat-tempat pencucian, garasi dan pelabuhan, demikian pula dari daerah pertanian yang menggunakan bahan kimia lewat hujan, dan masih banyak lagi. Setiap harinya materi tersebut masuk ke lingkungan laut termasuk yang paling banyak yaitu plastik-plastik seperti tas dan kantong plastik. Sebagian kecil sampah bisa diurai di laut tetapi dalam kuantitas yang terbatas. Plastik tidak dapat terurai, demikian pula logam berat dan substansi lainnya seperti pestisida dan bahan-bahan kimia yang semakin banyak macamnya. Limbah-limbah dari berbagai macam sumber tersebut tentunya akan membuat kehidupan di laut berbahaya untuk dikonsumsi dan digunakan baik untuk makanan maupun untuk tempat rekreasi/pariwisata. Dewasa ini beberapa negara telah mengelola limbah sebelum dibuang kesungai dan danau. Tidak hanya limbah, bahkan air minum memerlukan perlakuan yang sama jika bersumber dari sungai dan danau. Di Singapura, air buangan diolah kembali sebelum dibuang. Bahkan di Jepang, penduduknya diharuskan membayar limbah air buangan untuk dikelola kembali, dan inilah harga bagi keberlanjutan ekologi. Memang pencemaran yang terjadi semakin banyak jenisnya sekarang ini dan telah menjadi masalah terbesar umat manusia. Apa jadinya jika sungai dipenuhi sampah rumah tangga dan industri? Selain sungai tak bisa lagi jadi sumber air minum, sampah akan mencemari laut dan merusak potensi sumber daya alam sekaligus sumber pangan manusia. Di darat, persediaan air bersih yang semakin menurun memperburuk persoalan ketersediaan kebutuhan air. Seperti ketersediaan air bersih di Indonesia, dari yang diperkirakan telah berkurang sebesar 15-35 persen per kapita per tahun. Dipastikan bangsa Indonesia akan mengalami krisis air pada masa mendatang. Sekarang saja hal tersebut sudah dirasakan, di mana setiap kemarau masyarakat mengalami kekurangan air. Sebaliknya bila datang musim hujan di beberapa daerah juga kesulitan mendapatkan air bersih karena kebanjiran berhari-hari.

Anda mungkin juga menyukai