Anda di halaman 1dari 2

Janggel Jagung Fermentasi, Pakan Alternatif Musim Kemarau

Janggel jagung merupakan limbah pertanian yang biasanya hanya dibuang. Namun dengan sedikit sentuhan teknologi, bahan yang semula hanya dianggap sampah itu dapat diubah menjadi pakan sapi yang bergizi, bahkan dapat mengatasi kelangkaan pakan pada musim kemarau.

eternak sapi di lahan kering selalu menghadapi masalah kekurangan pakan terutama pada musim kemarau, karena mereka tidak terbiasa menanam hijauan makanan ternak (HMT). T ernak umumnya hanya diberi rumput dari alam yang ketersediaannya sangat bergantung pada musim. Untuk mendapatkan hijauan pakan, biasanya peternak mencarinya ke wilayah lain dengan cara perorangan atau berkelompok, bahkan banyak pula peternak yang menjual ternaknya sehingga timbul istilah sapi makan kambing atau sapi makan sapi. Dalam sistem usaha ternak sapi potong rakyat, suplai pakan sangat

bergantung pada ketersediaan hijauan yang tumbuh di luar lahan usaha tani serta limbah tanaman pangan. Ketersediaan bahan pakan tersebut berfluktuasi, bergantung pada musim. Musim kemarau (pertengahan sampai akhir musim) merupakan periode kritis ketersediaan bahan pakan. Untuk mengatasi masalah tersebut, peternak diharapkan dapat mengelola HMT dan limbah pertanian pada saat produksi berlebihan seperti musim panen, misalnya dengan pengawetan. Untuk meningkatkan mutu gizi limbah pertanian ada beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain dengan perlakuan secara fisik (me-

kanis), biologis (enzimatis, jamur maupun mikroba), kimiawi (amoniasi urea), serta kombinasi perlakuan kimiawi dan biologis. Cara tersebut dapat meningkatkan kandungan protein kasar, protein mudah larut, serta kecernaan bahan organik. Salah satu limbah tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah batang, daun, dan janggel jagung. Batang dan daun jagung sudah biasa dimanfaatkan untuk pakan sapi, namun janggel atau tongkol jagung terutama di Kalimantan Selatan belum biasa dimanfaatkan untuk pakan sapi. Janggel hanya dibakar karena merupakan limbah dan mengganggu lingkungan. Permasalahan utama penggunaan janggel jagung sebagai pakan sapi adalah tingginya kandungan serat kasar yang berupa selulosa, hemiselulosa, lignin, dan silika. Kadar lignin dan silika yang tinggi mengakibatkan kecernaan janggel jagung menjadi rendah dan konsumsinya oleh ternak terbatas. Dengan rendahnya konsumsi dan kecerna-

Tabel 1. Analisis pemeliharaan sapi potong dengan pakan janggel jagung fermentasi. Uraian Masukan Sapi 6 ekor x 200 kg x Rp15.000 HMT: 6 ekor x 101 hari x 15 kg x Rp50 Dedak: 0,5 kg x 6 ekor x 101 hari x Rp750 Janggel fermentasi: 6 ekor x 2 kg x 101 hari x Rp60 Kandang Tenaga kerja Jumlah (Rp) Kooperator 18.000.000 454.500 227.250 72.720 200.000 1.262.500 20.216.970 Nonkooperator 18.000.000 454.500 200.000 947.500 19.602.000 19.980.000 303.000 20.283.000 681.000

Keluaran: Sapi 6 ekor x 235 kg x Rp15.000 21.150.000 Sapi 6 ekor x 222 kg x Rp15.000 Kotoran sapi 6 ekor x 5 kg x 101 hari x Rp100 303.000 Jumlah (Rp) 21.453.000 Pendapatan (Rp) 1.236.030

cairan starter yang mengandung T. viridae lalu dimasukkan ke dalam tempat bertutup dan dibiarkan selama 4-7 hari. Janggel jagung fermentasi dapat diberikan kepada sapi dengan komposisi 3 bagian janggel dan 1 bagian dedak dan hijauan. Hijauan yang diberikan pada ternak dapat disubstitusi dengan janggel jagung fermentasi sehingga hijauan cukup diberikan sekitar 75% dari kebutuhan atau 7,5% dari bobot badan ternak. Pemeliharaan sapi dengan pakan janggel jagung fermentasi ternyata menguntungkan (T abel 1). Meskipun biaya pakan meningkat, bobot akhir sapi yang diberi pakan janggel fermentasi lebih tinggi daripada tanpa janggel fermentasi (Ahmad Subhan). Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

an tersebut maka absorpsi energi menjadi faktor pembatas utama bagi ternak. Untuk meningkatkan pemanfaatan janggel jagung sebagai pakan ternak, janggel dapat diberi perlakuan fermentasi dengan menggunakan mikroba Trichoderma viridae.

Mikroba T. viridae antara lain dapat diperoleh di Balai Penelitian Ternak (Balitnak) di Ciawi, Bogor. Sebelum difermentasi, janggel jagung dihaluskan atau digiling dengan alat penghancur sampai sebesar butiran jagung pipilan. Janggel yang telah hancur kemudian dicampur dengan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Jalan Panglima Batur Barat No. 4 Kotak Pos 1832 Banjarbaru 70700 T elepon : (051 4772346 1) Faksimile : (051 4778180 1) E-mail : bptpksel@indo.net.id

Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 28, No. 4, 2006

Anda mungkin juga menyukai