Anda di halaman 1dari 5

Indira Gandhi National Open University Indira Gandhi National Open University, (Hindi: ) (dikenal sebagai IGNOU) adalah

sebuah universitas nasional dengan kantor pusatnya di New Delhi, Delhi, India. Dinamakan setelah mantan Perdana Menteri India, Indira Gandhi, universitas ini didirikan pada tahun 1985 dengan anggaran sebesar IDR 2000 crore, ketika Parlemen India melewati Indira Gandhi National Open University Act, 1985 (UU IGNOU 1985) . IGNOU, universitas terbesar di dunia ; ini didirikan untuk memberikan pendidikan dengan cara pendidikan jarak jauh dan terbuka, memberikan kesempatan pendidikan tinggi khususnya kepada segmen masyarakat yang kurang beruntung, untuk mendorong, mengkoordinasikan dan menetapkan standar untuk pendidikan jarak jauh dan terbuka di India dan memperkuat sumber daya manusia melalui pendidikan India . Selain mengajar dan penelitian, penyuluhan dan bentuk pelatihan andalan kegiatan akademis. Hal ini juga bertindak sebagai pusat sumber daya nasional, dan berfungsi untuk memajukan dan mempertahankan standar pendidikan jarak jauh di India. IGNOU host Sekretariat Konsorsium SAARC di Buka dan Belajar Jarak Jauh (SACODiL) dan Universitas Mega Global Network (GMUNET) pada awalnya didukung oleh UNESCO.

Sejarah IGNOU Pada tahun 1970 (International Education Tahun), Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan Sosial bekerja sama dengan Departemen Informasi dan Penyiaran, yang UGC dan Komisi Nasional India untuk bekerja sama dengan UNESCO, menyelenggarakan seminar tentang 'Open University'. Seminar ini merekomendasikan pembentukan sebuah universitas terbuka di India secara eksperimental. Pemerintah India ditunjuk delapan anggota kelompok kerja pada Open University di tahun 1974. Peran utama diberikan kepada G. Parthasarathi, kemudian Wakil Rektor Universitas Jawaharlal Nehru. Kelompok kerja yang direkomendasikan mendirikan Universitas Terbuka oleh tindakan parlemen sedini mungkin. universitas harus memiliki yurisdiksi atas seluruh negeri sehingga, ketika berkembang penuh, setiap siswa bahkan di sudut terpencil negara dapat memiliki akses ke instruksi dan derajat (Laporan Kelompok Kerja, 1974). Kelompok kerja menyarankan beberapa langkah yang harus diikuti dalam proses pembelajaran dan manajemen dari universitas terbuka yang meliputi: prosedur penerimaan, relaksasi usia, penyusunan bahan bacaan, pembentukan kelompok inti sarjana di berbagai bidang, mendirikan pusat penelitian, kendaraan program kurikuler, kontak tinggal bersama guru, dan sebagainya. Berdasarkan rekomendasi dari kelompok kerja, Pemerintah Uni menyiapkan draft RUU pembentukan National Open University, namun karena beberapa

alasan kemajuan tertunda. Pada tahun 1985 Pemerintah Uni membuat pernyataan kebijakan untuk pendirian sebuah universitas terbuka nasional. Sebuah Komite dibentuk oleh Departemen Pendidikan untuk kapur dari rencana aksi dari Universitas Terbuka nasional. Atas dasar laporan Komite, Pemerintah Uni memperkenalkan Bill di DPR. Pada bulan Agustus 1985, baik Rumah DPR melewati Bill. Selanjutnya, Universitas Terbuka Nasional muncul pada tanggal 20 September 1985. Dia dinamakan setelah terlambat Perdana Menteri Indira Gandhi Mrs. Indira Gandhi National Open University (ditetapkan oleh Undangundang Parlemen) bertanggung jawab untuk memperkenalkan dan mempromosikan pendidikan jarak jauh di tingkat universitas, dan untuk mengkoordinasikan, menentukan dan mempertahankan standar dalam sistem tersebut berfungsi di negara ini. Pada tahun 1989, pertemuan pertama diadakan dan lebih dari 1.000 siswa lulus dan diberikan ijazah mereka. IGNOU program audio-video pertama kali disiarkan melalui radio dan televisi pada tahun 1990 dan dianugerahi gelar IGNOU menerima pengakuan penuh oleh Universitas Hibah Komisi pada tahun 1992 sebagai setara dengan mereka yang dari universitas lain di negara ini . Pada tahun 1999, IGNOU meluncurkan kampus virtual pertama di India , dimulai dengan pengiriman Ilmu Komputer dan Informasi program melalui Internet.

RESENSI BUKU
Judul : Distance Education Editor : Penerbit : Tahun Terbit : Halaman : Global Education Series: 7. B.M. Sharma Commonwealth Publishers 2004 iii + 463

Buku ini ditulis dengan tujuan memberikan informasi tentang Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) ter utama yang berkaitan dengan apa, mengapa, dan bagaimana PJJ,baik dari sudut teori/konsep dan juga dari pengalaman langsung penerapan sistem ini. Pengalaman beberapa institusi di beberapa negara dal am menerapkan PJJ dibahasdalam sebagian artikel dari 18 total artikel dalam buku ini. Ke 18 artikel tersebut ditulis oleh pakar-pakar PJJ, seperti Tony Bates. Materi yang dibahas dalam artikelmenarik untuk diketahui tetapi sayangnya editor buku, BM Sharma, tidak jeli menyusun ke 18 artikel ke dalam susunan yang mudah diikuti. Penempatan artikelb erdasarkan materi yang dibahas akan membantu pembaca memahami isi buku dengan lebih baik. Artikel ke 12 The educational issues, meskipun ditempatkan agak di akhir buku, dapat dianggap memayungi 17 artikel lain dalam b uku ini. Pada artikel ke 12 inidibahas isu yang terkait dengan pendidikan secara umum. Sementara itu, di artikel pertama, The scope of Distance Teaching yang ditulis oleh Hillary Perraton,dijelaskan perkembangan proses dan institusi pembelajaran. Perrato n memberi beberapa contoh penerapan PJJ. Dua diantara contoh yang diberikan adalah bagaimanaka mpanye pendidikan di Tanzania memanfaatkan radio, bahan cetak, dan pertemuan kelompok dalam pr oses pendidikan kesehatan untuk jutaan orang dewasa danbagaimana Inggris menawarkan matapelajar an yang menggabungkan korespondensi, tutorial, siaran radio & televisi, serta kuliah musim panas untuk orang dewasa yangtidak dapat menghadiri kuliah tatap mu ka karena harus bekerja. Artikel lain yang membahas karakter PJJ adalah artikel ke 11, Open learning system. Pada artikel ini diberikan juga contoh beberapa sistem PJJ yangditerapkan di beberapa negara, seperti The Open University of United Kingdom di Inggris, Open Learning di Jepang, the External Degree di Australia, sertaCorrespondence education at Postsecondary Level di Soviet. Pembahasan tentang apa dan bagaimana PJJ dapat ditemukan pada artikel ke 13 yang mendeskripsikanpengalaman dan keterampilan baru yang diperoleh melalui PJJ. Sedangkan artik el ke 14 menambah pengetahuan kita dengan pengaruh PJJ. The aims of continuing education yang merupakan artikel ke lima menjelaskan tujuan dan arah pendidikan yang berkelanjutan. Artikel i ni menarik karenamenggunakan cerita fabel untuk menggambarkan PJJ. Jangan lewatkan fabel dalam artikel ini. Dalam buku ini dapat ditemui juga pembiayaan untuk institusi penyelenggara PJJ yang menjadi pokok bahasan pada artikel yang ditulis DT Jamieson, artikel kedua The cost-

effectiveness of distance teaching for school equivalency yang ditulis bersama F Orivel dan artikel ke tiga An introduction to the methods of cost analysis. Artikel pertama membahas bagaimana sistem PJJ dapat membantu negara berpenghasilan r endah mengatasi masalah pendidikan, terutama yang berkaitandengan pembiayaan pendidikan. PJJ da pat dijadikan alternatif sistem pendidikan yang dapat mengurangi biaya, meningkatkan kualitas dan re levansi pendidikan, sertameningkatkan akses ke pendidikan. Artikel ini secara rinci membahas 8 studi kasus projek PJJ yang dilaksanakan di enam negara dengan membeberkan biaya aktual danjuga menyajikan perbanding an biaya PJJ dengan biaya sistem pendidikan alternatif yang lain. Jika dalam artikel ini penulis memberikan contoh nyata dari biaya yangdikeluarkan institusi yang menerapkan sistem PJJ maka pada artikelnya yang ke dua, DT Jamieson menyajikan teori dan konsep penghitungan biaya penyelenggaraanPJJ. Sementara itu, media dalam PJJ secara panjang lebar dibahas di artikel ke empat yang ditulis oleh pakar PJJ, Tony Bates. Bates memberikan wawasan terhadappilihan penggunaan media bagi PJJ dibarengi dengan pen yadaran bahwa pemilihan penggunaan media harus didasari upaya rasional untuk menganalisa secara mendalam. Kelebihan dan kekurangan penggunaan radio, audio kaset, media cetak, audiovision, telepon, dan media elektronik lain dibahas dengan mendalam, termasukjuga yang berkaitan dengan faktor biaya. Dalam buku ini dapat juga ditemui artikel yang membahas tentang proses pembelajaran dalam PJJ. Artikel ke enam, Current teaching and learning methods,membahas proses pembelajaran dari beberapa analisis: kritis, sinoptis, dan normatif. Pada a rtikel ke sembilan dibahas sistem PJJ yang interaktif yang melibatkanmasyarakat jejaring, telekonferensi, media berbantuan komputer, dan videotext. Pada artikel ini dijelaskan apa, mengapa, dan bagaimana sistem PJJ yang interaktiftersebut dan perbandingan diantara sistem tersebut. Selain itu, proses pengembangan program dibahas pada artikel ke tujuh. Artikel ini berusaha menjawab dua pertanyaan yang sering kali muncul pada saat kitamembicarakan pendidikan berkelanj utan: apa yang seharusnya menjadi isi program pendidikan? Bagaimana program pendidikan direncan akan? Dalam artikel ini, penulismemberikan cara menyusun prioritas dalam pendidikan yang dilakuka n dengan menganalisa kebijakan pemerintah yang ada saat ini dan menjawab tantangan yangdihadapi pengembang kebijakan untuk pendidikan berkelanjutan. Dalam buku ini pembaca juga disuguhi pengalaman beberapa negara dalam menerapkan siste m PJJ. Lihat misalnya contoh penerapan PJJ di beberapa institusipendidikan di Brazil (artikel ke 10) dan di Amerika Serikat (artikel ke 15, 16, 17, dan 18). Secara keseluruhan, buku ini cukup memberikan pemahaman awal mengenai PJJ. Meskipun demikian, terlihat beberapa aspek penting PJJ yang belum dibahasdalam buku ini. Pembahasan dalam buku masih dititikberatkan pada apa dan men gapa PJJ (lima artikel membahas isu ini, artikel ke 1, 5, 11, 13, dan 14) dan biaya yangdibutuhkan untuk menerapkan sistem PJJ (tiga artikel membahas ini, artikel ke 2, 3, dan 8). Beberapa aspek penting PJJ yang tidak dibahas dalam buku ini antara lainmahasiswa (karakteristik, motivasi, persistensi) dan juga evaluasi hasil belajar. Di samping itu, aspek lain yang juga tidak dibahas adalah jaminan kualitas dalam (institusi) PJJ. Jaminan kualitas saat ini sudah menjadi sesuatu yang tidak dapat ditawar lagi sehingga seyogyan ya juga mendapat porsi dalam penulisan buku PJJ. Satu kelemahan lain dari buku ini adalah beragamnya terminologi yang diperlakukan setara. Dalam buku ini terminologi open learning, distance education, dancontinuing education dikesankan memiliki makna yang sama. Pada dasarnya, ke tiga terminologi ini memiliki ma kna yang agak berbeda meskipun bagi orang awammungkin terlihat sama. Merupakan tanggung jawa b pakar PJJ dan juga editor buku ini untuk mengklarifikasi makna terminologi yang digunakan. Di luar kekurangan tersebut, buku ini bermanfaat bagi mereka yang ingin mengetahui seluk b eluk PJJ di beberapa negara karena ilustrasi penyelenggaraan sistemPJJ ini diberikan secara komprehe nsif dan mendalam.

Anda mungkin juga menyukai