Anda di halaman 1dari 15

BAHAN AJAR

Kompetensi Dasar Pendidikan Jarak Jauh (PJJ)

TOPIK-1: Konsep PJJ

SEAMEO SEAMOLEC Jakarta - INDONESIA 2012


1

Pendahuluan

Dalam bab ini akan dibahas mengenai konsep-konsep dasar PJJ, yang mencakup; alasan mengapa terjadi PJJ, definisi PJJ, teori dan filosofi dalam PJJ, karakteristik PJJ, prinsip PJJ, kondisi-kondisi yang perlu diperhatikan dalam program PJJ dan Faktor keberhasilan dalam mengikuti PJJ. Pendidikan berperan sangat besar dalam pengembangan individu dan masyarakat dalam penciptaan kehidupan yang harmonis. Perkembangan ilmu pendidikan yang sangat cepat menuntut proses belajar sepanjang hayat. Untuk itu penciptaan sistem pendidikan dan lingkungan belajar yang fleksibel sangat dibutuhkan. Sistem PJJ telah menjadi sebuah inovasi yang berarti dalam dunia pendidikan di abad ke-20 ini. Sistem PJJ telah menunjukkan kemampuannya untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan belajar dan berbagai macam tipe siswa di banyak negara. Dari awalnya sebagai pendidikan melalui korespondensi, suatu pendidikan alternatif yang dapat menyesuaikan dengan kendala fisik dan geografis siswa, sistem PJJ telah memasuki generasi ke-5, yaitu sistem PJJ yang berbasis teknologi komunikasi dan informasi (TIK).

A. Mengapa PJJ

Pembangunan dan sistem pendidikan di suatu negara ditentukan oleh ciri-ciri politikekonomi-sosial-budaya bangsa yang bersangkutan. Sejarah membuktikan bahwa pendidikan dan pelatihan dalam pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pertanian dan industri telah meningkatkan produktivitas nasional secara signifikan. Sejalan dengan alur berpikir itu pada umumnya semua kalangan, yaitu politisi, pemerintah, ahli ekonomi, pendidikan, dan lain-lain, sepakat bahwa pendidikan itu penting dan harus mendapat perhatian pokok dalam pembangunan. Akan tetapi, penempatan pendidikan sebagai prioritas dalam pembangunan tidak selalu mengambil bentuk dan porsi yang besar seperti yang digambarkan pada alam berpikir di atas, utamanya bila tiba pada pengalokasian dana. Pelaksanaan pendidikan di berbagai negara khususnya negara-negara berkembang menghadapi banyak masalah, seperti masalah, biaya, kendala anggaran, kekuarangan buku teks, dan penggunaan alat bantu dosen yang kurang memadai, sehingga menyebabkan berbagai dampak negatif seperti: pendidikan kurang berkualitas dan kurang efisien, kurangnya penyediaan pendidikan yang relevan dengan sasaran pembangunan, pembaharuan kurikulum, dan sulitnya jangkauan pendidikan yang baik bagi kelompok miskin pedesaan dan mereka yang kurang beruntung. Tuntutan pekembangan zaman serta perubahan pesat ditingkat global dalam berbagai bidang kehidupan sosial, ekonomi, politik serta teknologi menghendaki kompetensi sumber daya manusia yang tinggi. Namun untuk mencapai hal tersebut tidak akan pernah terlepas dari kendala, terutama kendala tempat dan waktu, mengingat Indonesia adalah negara kepulauan dan cukup luas selain itu waktu bagi guru yang akan mengikuti program PJJ yang ada tidaklah cukup, dikarenakan mereka harus mengabdikan dirinya sebagai tenaga dosen. Untuk mengatasi hal tersebut digunakanlah metode PJJ yang dapat memberikan kesempatan bagi siap saja untuk meningkatkan kualitasnya, sambil tetap menjalankan tugas mereka sehari-hari. Smith (1986:2-3) menyebutkan tiga faktor yang mendorong penggunaan PJJ: 1. Laju pertumbuhan yang sangat cepat dari teknologi komunikasi seperti radio, televisi, telepon, dan komputer. 2. Karena perkembangan yang cepat dari ilmu pengetahuan sendiri, orang dewasa, baik demi alasan pekerjaan maupun minat, merasa perlu mencari bentuk pendidikan yang sesuai. 3. Kenaikan biaya pendidikan meningkatkan penggunaan metode PJJ.

Secara lebih rinci dan lengkap, berikut ini dikemukakan berbagai faktor yang menyebabkan orang menggunakan PJJ dalam memecahkan masalah pendidikan yang dihadapi. 1. Daya tampung sistem pendidikan biasa selalu terbatas sesuai dengan kemampuan ruang kelas, begitupun jumlah peralatan yang digunakan, dan ketersediaan serta kemampuan tenaga dosen. 2. Tempat tugas pegawai yang menjadi calon peserta didik tersebar di seluruh pelosok tanah air. 3. Tenaga dosen yang baik belum tentu tersedia setiap diperlukan, sehingga pengelola pendidikan terpaksa menggantikannya dengan dosen yang kurang baik. Berdasarkan faktor di atas, maka PJJ dapat diterima oleh mereka secara historis. Perkembangan yang menjadi awal dari perkembangan pendidikan jarak jauh antara lain: Generasi Pertama, Model korespondensi - Bahan Cetak Generasi Kedua, Model Multi Media - Cetak - Kaset - Video Rekaman - Pembelajaran berbasis komputer - Video Interaktif (VCD, DVD, dll ) Generasi Ketiga , Model Pembelajaran Jarak Jauh - Telekonfrensi melalui audio - Konfrensi melalui video - Siaran Televisi/Radio Generasi Keempat , Model Pembelajaran Fleksibel - Multimedia interaktif - Akses internet - Komunikasi bermedia Komputer Generasi Kelima, Model E-Learning - Web-based courses (multimedia terintegrasi) - Komunikasi yang dimediasikan komputer Generasi keenam, Model Pembelajaran Bergerak (mobile) - Koneksi NIrkabel - Akses internet melalui www (World Wide Web) - Palm e-learning (sms, hp/komunikator, personal data assistant)

B. Pengertian PJJ

Setelah kita tahu mengapa PJJ terjadi dan diperlukan, maka kita akan melihat definisinya. Berbagai ahli telah mencoba mendefinisikan PJJ menurut sudut pandangnya masing-masing. Beberapa definisi yang diberikan para ahli menjelaskan bahwa pendidikan jarak jauh adalah: 1. Suatu bentuk pembelajaran mandiri yang terorganisasi secara sistematis, dimana konseling, penyajian materi pembelajaran, dan penyeliaan serta pemantauan keberhasilan siswa dilakukan oleh sekelompok tenaga dosen yang memiliki tanggung jawab yang saling berbeda. Pembelajaran dilaksanakan secara jarak jauh dengan menggunakan bantuan media (Dohmen,1967). 2. Suatu metode pembelajaran yang menggunakan korespondensi sebagai alat komunikasi antar tenaga dosen dengan siswa, ditambah dengan adanya interaksi antar siswa dalam proses pembelajaran (Mackenzie, Christensen, & Rigby, 1968). 3. Sistem pendidikan yang tidak mempersyaratkan adanya tenaga dosen di tempat seseorang belajar, namun dimungkinkan adanya pertemuan-pertemuan antara tenaga dosen dan siswa pada waktu-waktu tertentu (French Law, 1971). 4. Suatu metode untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dikelola berdasarkan pada penerapan konsep ban berjalan (division of labor), prinsipprinsip organisasi, dan pemanfaatan media sevata ekstensif terutama dalam reproduksi bahan ajar, sehingga memungkinkan terjadinya proses pembelajaran pada siswa dalam jumlah banyak pada saat bersamaan dimanapun mereka berada. Merupakan suatu bentuk industri dari belajar dan dosenan (Peters, 1973). 5. Suatu metode pembelajaran dimana proses dosenan terjadi secara terpisah dari proses belajar, sehingga komunikasi antara tenaga dosen dan siswa harus difasilitasikan melalui bahan cetak, media elektronik, dan media-media lainnya (Moore, 1973). 6. Suatu bentuk pendidikan yang meliputi beragam bentuk pembelajaran pada berbagai tingkat pendidikan yang terjadi tanpa adanya penyeliaan tutor secara langsung dan atau terus menerus terhadap siswa dalam lokasi yang sama, namun memerlukan proses perencanaan, pengorganisasian dan pemantauan dari suatu organisasi pendidikan, serta penyediaan proses pembimbingan dan tutorial, baik dalam bentuk langsung (real conversation) maupun simulasi (simulated conversation) (Holmberg, 1977). Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa PJJ adalah sekumpulan metode pengajaran dimana aktivitas dosenan dilaksanakan secara terpisah dari aktivitas belajar. Pemisahan kedua kegiatan tersebut dapat berupa jarak fisik, misalnya karena peserta ajar bertempat tinggal jauh dari lokasi institusi pendidikan. Pemisahan dapat pula jarak non-fisik yaitu berupa keadaan yang memaksa seseorang yang tempat tinggalnya dekat dari lokasi institusi pendidikan namun tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran di institusi tersebut.
5

Keterpisahan kegiatan pengajar dari kegiatan belajar adalah ciri yang khas dari PJJ. Selain itu dalam PJJ juga menggunakan bermacam metode pembelajaran yang dikomunikasikan melalui media. Dengan demikian PJJ diharapkan dapat mengatasi beberapa masalah yang ditimbulkan akibat keterbatasan dosen yang berkualitas. Pada sistem pendidikan ini dosen dan peserta didik tidak harus berada dalam lingkungan geografi yang sama.

C. Teori dan Filosofi dalam PJJ

Teori model pembelajaran, tidak hanya dititikberatkan kepada penyampaian informasi kepada peserta didik, tapi juga bagaimana peserta didik dapat mencerna dan membangun pengetahuan baru dari informasi yang diperolehnya. Pandangan lama yang masih dipakai sampai saat ini, adalah pendekatan penyampaian informasi yang diibaratkan seperti kerja komputer. (Seamans,1990). Konsep ini menjelaskan bahwa pengajar memberikan gambaran nyata dari hal-hal yang abstrak dan menyampaikannya kepada peserta didik melalui sebuah media. Peserta didik kemudian menerima, merekam, dan menyimpan informasi tersebut. Kemudian Horton (1994) memodifikasi pendekatan ini dengan menambahkan dua faktor tambahan yakni: keadaan peserta didik (lingkungan, situasi, sensor penerimaan lainnya) dan pikiran (ingatan, emosi, keingintahuan, dan minat). Dengan konsep ini peserta didik akan mengembangkan gambarannya sendiri dan menggunakan informasi yang diperolehnya untuk membentuk pengalaman baru, sesuai dengan daya pikirnya. Pendekatan lainnya didasarkan kepada bagaimana membangun prinsip-prinsip, sehingga peserta didik secara aktif membangun kemampuan yang dimiliki dengan berinteraksi dengan bahan pembelajarannya. Ini merupakan dasar dari kecerdasan yang tersituasi (situated cognition) (Streibel, 1991) dan pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning) (Savery & Duffy, 1995). Menurut cara pandang ini, adanya penggabungan interaksi fisik dan sosial ke dalam permasalahan dan pemecahanya. Walaupun kedua teori tersebut sangat berbeda, namun dalam menerapkan pembelajaran yang efektif harus dimulai dengan pemahaman empiris: objek, kegiatan, dan praktek yang mencerminkan bentuk lingkungan si pembelajar. pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap diterima dan diingat oleh peserta didik. Peserta didik harus mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Peserta didik perlu dibiasakan untuk memunculkan ide-ide baru, memecahkan masalah, dan menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Dalam ide-ide konstruktif, biarkan peserta didik mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Hal ini sejalan dengan esensi konstruktivisme bahwa peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain. Apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Menurut Herbert A. Simon, Saat belajar terbaik manusia adalah saat berinteraksi dengan dunia nyata, dan dari masalah yang dihadapinya. Kondisi belajar yang mendekati dunia nyata dan berdasarkan masalah yang dihadapinya dapat memotivasi mereka dalam belajar.

Sholosser dan Anderson (1994) dengan mengacu kepada teori Desmond Keegan, menerangkan dalam sistem PJJ harus mampu menciptakan interaksi belajar-mengajar yang sesungguhnya tidak ada (abstrak) dan mengintegrasikannya ke dalam proses pembelajaran. Hillary Perraton (1988) mendefinisikan peranan PJJ melalui pemilihan media yang efektif, sehingga pengajar tidak lagi menjadi penyampai informasi namun hanya sebagai fasilitator, sehingga proses pembelajaran akan menghasilkan kerangka pengetahuan di antara dosen dan peserta didik. PJJ memerlukan interaksi yang tinggi antara pengajar dan peserta didik, sekalipun di wilayah terpencil. Manfaat interaksi ini adalah: PJJ memperbolehkan peserta didik untuk mendengar dan mungkin melihat pengajarnya, sebagaimana keharusan dosen untuk menjawab pertanyaan atau komentar dari peserta didiknya.

D. Karakteristik PJJ

Definisi yang baik adalah definisi yang singkat dan tepat. Namun, untuk mencapai pengertian yang mendalam, mengenai PJJ, diperlukan penelaahan mengenai karakteristik dan keistimewaannya. Pada bagian ini, kita akan membahas tentang kriteria dari pendidikan jarak jauh yang disampaikan oleh Keegan. Menurut Keegan sistem PJJ memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. terpisahnya pengajar dan peserta didik yang membedakan PJJ dengan pengajar tatap muka; 2. ada pengaruh dari suatu organisasi pendidikan yang membedakannya dengan belajar sendiri di rumah (home study); 3. penggunaan beragam media-cetak, audio, video, komputer, atau multimedia untuk mempersatukan pengajar dan peserta didik dalam suatu interaksi pembelajaran; 4. penyediaan komunikasi dua arah sehingga peserta didik dapat menarik manfaat darinya, dan bahkan mengambil inisiatif dialog; 5. kemungkinan pertemuan sekali-sekali untuk keperluan pembelajaran dan sosialisasi (pembelajaran diarahkan kepada individu bukan kepada kelompok);dan 6. proses pendidikan yang memiliki bentuk hampir sama dengan proses industri. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sistem PJJ didasarkan pada: 1. keterpisahan antara peserta didik dan pengajar dalam ruang dan waktu; 2. pemanfaatan (paket) bahan belajar yang dirancang dan diproduksi secara sistematis; 3. adanya pertemuan pengajar dan peserta didik yang tidak terus menerus (noncontiguous); 4. organisasi pendidikan melalui beragam media; dan 5. adanya penyeliaan dan pemantauan yang intensif dari suatu organisasi pendidikan. Implisit dalam pengertian tersebut adalah kemandirian peserta didik dalam mengelola proses belajarnya melaui pemanfaatan beragam pelayanan, baik yang disediakan oleh organisasi pendidikan maupun yang tersedia di lingkungan sekitarnya, serta adanya proses perencanaan yang dilakukan secara sistematis oleh suatu organisasi pendidikan.

E. Prinsip PJJ

Proses pembelajaran ditujukan untuk memfasilitasi seluas-luasnya bagi peserta didik agar mengembangkan potensi yang dimiliki, mampu mencapai kualifikasi dan menguasai kompetensi. Tujuan jauh ke depan adalah diharapkan dapat mengemban misi belajar sehingga dapat memecahkan masalah di masyarakat dalam menghadapi tantangan kemajuan perkembangan global. Beberapa prinsip yang menjadi landasan dalam PJJ, yakni: Prinsip 1 Kemandirian Menentukan sendiri cara belajar perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pemilihan program sesuai dengan pilihan sendiri. Penggunaan aneka sumber yang tersedia dan terjangkau. Sesedikitnya mungkin bantuan dan intervensi dari luar. Prinsip 2 Keluwesan Jadwal yang relatif bebas kapan memulai, mengakses bahan belajar, mengikuti ujian/tes kemampuan. Pindah jalur formal, non formal formal. Lintas jenis umum, kehususan/kejuruan, dsb. Belajar sambil bekerja. Prinsip 3 Keterkinian Pengembangan program yang tepat saat (just-in time) bukan yang diperkirakan perlu (just in case). Penggunaan sumber belajar terbaru. Kemudahan dan kecepatan untuk memperoleh informasi. Prinsip 4 Kesesuaian Terkait langsung dengan kebutuhan pribadi, maupun tuntutan lapangan kerja atau kemajuan masyarakat. Selaras dengan kondisi dan karakteristik peserta didik. Kesetaraan bobot program. Pengakuan atas pengalaman (accreditation of prior learning). Prinsip 5 Mobilitas Perpindahan antar satuan pendidikan yang setara (akibat migrasi, dsb). Lintas jenjang berdasar kemampuan (melalui uji kompentensi, kurikulum atau portfolio).

10

F. Pembelajaran dalam PJJ

PJJ pada dasarnya adalah proses pembelajaran secara jarak jauh, oleh karena itu proses pembelajaran menjadi penting untuk diuraikan karena akan menentukan kualitas proses pembelajaran itu sendiri. Beberapa langkah proses pembelajaran antara lain: Pemilihan program berdasarkan kebutuhan. Pengaturan waktu belajar, waktu tes, dll. Mengikuti tutorial. Memanfaatkan bimbingan dan konseling bila ada masalah. Beberapa bentuk PJJ antara lain adalah: Program pendidikan mandiri Program tatap muka yang diadakan di beberapa tempat pada waktu yang telah ditentukan, informasi pendidikan tetap disampaikan, dengan/tanpa interaksi dari peserta didik. Program yang tidak terikat pada jadwal pertemuan, di satu atau banyak tempat. "Pendidikan jarak jauh didasarkan pada dasar pemikiran bahwa peserta didik adalah pusat proses pembelajaran, bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri, dan berusaha sendiri di tempat mereka sendiri. Hal ini adalah merupakan kepemilikan dan otonomi. Agar program PJJ dapat berjalan dengan baik, kita harus mengetahui terlebih dahulu kondisi-kondisi yang akan mempengaruhi jalannya program tersebut dengan efektif. Adapun kondisi-kondisi yang perlu diperhatikan dalam program pendidikan jarak jauh, antara lain: 1. Logistik, yang meliputi; Materi pendidikan yang anda harapkan. Bagaimana anda akan menerima materi pendidikan tersebut. Bagaimana anda diberitahu atau belajar, serta pengumuman dan pembatalan kelas. 2. Persyaratan teknis, yang meliputi; Peralatan komputer dan internet, program dan spesifikasinya. Tipe dan versi program. Kemudahan mengakses multimedia. 3. Jadwalkan diri anda sendiri dan bertahanlah pada jadwal yang telah ditetapkan, yang Sejalan dengan silabus program pendidikan, atau yang Telah dibicarakan atau dijelaskan dengan instruktur. Atau keduanya

11

4. Jadwalkan diri anda setiap hari/minggu untuk komunikasi umpan balik dengan instruktur melalui tutorial. Tutorial adalah salah satu bentuk interaksi antara dosen dan siswa. Interaksi dan komunikasi ini merupakan inti dari tutorial (Wardhani, 2000). Interaksi yang dilakukan antara tutor dan peserta didik terutama adalah untuk mengkomunikasikan materi dosenan dan masalah-masalah belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Oleh karena itu, tutorial harus dirancang sedemikian rupa agar dapat berfungsi sebagai pemacu sekaligus pemicu proses belajar peserta didik. Melalui tutorial diharapkan peserta didik memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengamati, berpikir, bersikap, dan berbuat dalam menghadapi suatu konsep ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai hasil suatu proses belajar. Adapun manfaat Tutorial antara lain: Menunjukkan kemajuan dan ketaatan. Laporan perkembangan: instruktur harus memberikan umpan balik pada anda mengenai kemajuan selama pelajaran. Mintalah jadwal evaluasi, kondisi dan metode untuk kemajuan anda melalui materi-materi yang ada. Metode-metode tersebut meliputi : o Tes-tes yang meliputi penguasaan pengetahuan atau hasil dari tugas-tugas yang diberikan. o Laporan-laporan, proyek-proyek, kasus studi, rangkuman pendidikan, dan lain-lain. o Masukan secara kualitatif dan kuantitatif dalam diskusi pelajaran dan proyekproyek. Adapun hal-hal yang harus diketahui bagi peserta didik dalam mengikuti tutorial yakni: Informasi Kelas: Nama pengajar, lokasi dan jam kerja, nomor telepon, fax, alamat e-mail. Nama asisten pengajar, lokasi dan jam kerja, nomor telepon, fax, alamat email. Nama tutor, lokasi dan jam kerja, nomor telepon, fax, alamat e-mail. Nama asisten pendidikan/pustakawan, lokasi dan jam kerja, nomor telepon, fax, alamat e-mail. Lokasi dan jam kerja pusat informasi, nomor telepon, manajer pusat informasi dengan alamat e-mail. Alamat website kelas, kalau ada.

12

G. Faktor Keberhasilan dalam Mengikuti PJJ

Belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan individu atau manusia untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan dalam interaksinya dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku hasil belajar bersifat positif. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi terampil dan lain-lain. Di samping itu, hasil belajar tidak hanya menyangkut pengetahuan, tetapi juga berkaitan dengan sikap dan keterampilan. Ada beberapa hal yang turut mendukung keberhasilan belajar melalui program PJJ: 1. Interactivity (Interaksi) Keberhasilan sistem pendidikan jarak jauh antara lain ditentukan oleh adanya interaksi antara dosen dan peserta didik, antara peserta didik dan lingkungan pendidikan, dan antara peserta didik itu sendiri. 2. Active learning (Pembelajaran Aktif) Peserta didik harus mempunyai kemauan yang tinggi untuk mengikuti materi/kelas, mengingat kurangnya fungsi kontrol dari para pengajr jika dibandingkan dengan kondisi di kelas. 3. Visual imagery (Gambaran Visual) Sebagai contoh: Pembelajaran lewat televisi dapat memotivasi dan merangsang keinginan dalam proses pembelajaran. Namun jangan sampai terjadi distorsi karena adanya hiburan. Harus ada penseleksian antara informasi yang tidak berguna dengan yang berkualitas, menentukan mana yang layak dan tidak, mengidentifikasi penyimpangan, membedakan fakta dari yang bukan fakta, dan mengerti bagaimana teknologi dapat memberikan informasi berkualitas.

13

Rangkuman

Seiring dengan perkembangan zaman, dan semakin besarnya kebutuhan akan pendidikan menjadikan PJJ menjadi alternatif yang paling memungkinkan. Dengan kemudahan yang diberikan oleh PJJ seperti lebih fleksibel dan terkait langsung dengan kebutuhan pribadi, sehingga tidak ada alasan untuk tidak mampu meraih keberhasilan dalam pendidikan. Tentu saja dengan kemauan yang tinggi, karena tanpa kemauan yang tinggi semudah apapun memperoleh pendidikan tidak akan tercapai. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menempuh PJJ adalah: 1. Interaksi, baik dengan para dosen, bahan pembelajaran, atau pun lingkungan sekitar. 2. Keaktifan, kemauan yang tinggi untuk mengikuti, dan mempelajari materi pembelajaran, mencari bahan pembelajaran, karena dalam Pendidikan Jarak Jauh ada keterpisahan antara dosen dan peserta didik, dan yang paling utama adalah; 3. Menjadikan setiap pembelajaran merupakan hal yang menyenangkan.

14

DAFTAR PUSTAKA

Asandhimitra, dkk. (Ed.) (2004). Pendidikan Tinggi Jarak Jauh. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Dirjen Dikti, Depdiknas. (2004). Apa yang Perlu Anda Ketahui Tentang Pendidikan Jarak Jauh?. Jakarta. Krisnadi, Elang, dkk (1999). Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Jakarta: Universitas Terbuka. Miarso, Yusufhadi (1999). Konsep Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. disampaikan pada Pelatihan Perencanaan Sistem Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Cisarua-Bogor, 5-8 Juli 2006 Tian Belawati, dkk. (1999). Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, editor, kata pengantar, Bambang Sutjiatmo,--Cet.1Jakarta: Universitas Terbuka, h.h 14-16 Padmo, Dewi dan Benny Pribadi. (1999). Media dalam Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. Jakarta. Universitas Terbuka Pribadi, Benny A. (2004). Jurnal Ketersediaan dan Pemanfaatan Media dan Teknologi Pembelajaran Di perguruan Tinggi. Jakarta. Universitas terbuka (http://pk.ut.ac.id/jp/52cov.htm) Sadiman, Arif S. (1999). Teknologi dalam Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. Jakarta; Universitas terbuka Suparman A. dan Zuhairi A. (2004). Pendidikan Jarak Jauh: Teori dan Praktek. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. http://www.artikel.us/isjoni4.html http://www.carbon.cudenver.edu/~Isherry/pubs/issues.html http://www.elearning.unpad.ac.id/datafile/1016200412930bukupanduan-webctPendahuluan.pdf http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/052006/10/99forumguru.htm http://www.studygs.net/indon/disted.htm

15

Anda mungkin juga menyukai