Anda di halaman 1dari 13

SUMARY PEMBELAJARAN JARAK JAUH

KONSEP PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH


1. PENGERTIAN SISTEM PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH
a. Sistem Pendidikan Terbuka
Sistem pendidikan terbuka (SPT) telah dikenal jauh sebelum tahun 1980-an. Dewal
(1986) menyatakan bahwa SPT mengacu kepada perubahan struktur organisasi pendidik,
menjadi suatu organisai yang terbuka dalam hal tempat waktu, materi, sistem pembelajaran dan
lain-lain. Sedangkan PJJ lebih mengacu kepada sistem penyampaian proses pembelajaran.
Konsep inti dari definisi-definisi yang diberikan adalah “siswa memilki kebebasan dalam
memilih”. Siswa bertanggung jawab terhadap proses belajar mereka, memiliki kebebasan dalam
menentukan kecepatan belajar, tempat belajar, waktu belajar dan proses belajar mereka.
Peraturan yang diberikan kepada mereka sangat minimal.
Menurut Lewis dan Spencer (1986) SPT bertujuan untuk menghasilkan individu-
individu yang mandiri dan otonomi. Dalam hal ini organisasi SPT berperan sebagai fasilitator
dengan menyediakan beragam pilihan bahan ajar, media, layanan dan penilaian hasil belajar.
Dalam SPT ragam pilihan bahan ajar merupakan subjek materi yang dapat dipilih oleh
siswa secara bebas termasuk titik mulainya proses belajar, oleh karena itu bahan ajarnya
fleksibel. Organisasi pendidikan yang menyelenggarakan SPT biasanya menerima siswa secara
terbuka, tanpa ada pra syarat apapun (misal; ijazah), hanya melalui pengakuan dan penilaian
pengalaman seseorang untuk ekuivalensi mata kuliah (experiential learning). Untuk
mempertahankan kredibilitas organisasi membuat standarisasi kriteria pemberian sertifikat atau
kriteria kelulusan, namun siswa dapat menempuhnya dengan berbagai cara sesuai dengan ragam
pilihan yang telah disediakan.
Kriteria Sistem Pendidikan Terbuka (SPT) :
1. Siapa yang akan belajar? menentukan siswa yang boleh belajar disitu dengan syarat minimal,
misal; Open University di Inggris hanya mensyaratkan usia 18 tahun sebagai syarat utama
2. Apa yang dipelajari? program ilmu dan jenjang program yang dapat dipilih siswa, misal: siswa
memilih 1 program dari banyak program yang disediakan serta memilih komposisi mata kuliah
untuk mencapai ketrampilan sesuai dengan program pilihannya. Siswa juga dapat memilih cara
penilaiannya seperti tes tertulis, tes lisan atau membuat makalah.
3. Bagai mana siswa belajar: menjelaskan tentang beragam cara bagaimana siswa dapat belajar.
Cara dalam hal ini meliputi waktu untuk belajar (kapan saja), tempat untuk belajar (dimana saja),
kecepatan belajar (seberapa cepat), media belajar dan jenis bantuan belajar (tutorial, kelompok
belajar, sendiri).
Pada dasarnya tidak ada organisasi pendidikan yang terbuka dalam semua aspek atau
yang tertutup, yang ada hanya derajat keterbukaan dan ketertutupan suatu organisai pendidikan
yang berbeda-beda berdasarkan pangsa pasar, kemampuan sistem, dan lingkungan dimana
organisasi tersebut berada.
b. Sistem Pendidikan Jarak Jauh
Sistem ini pada awalnya berbentuk koresponden (1720), dimana proses pembelajaran
dilakukan melalui bahan ajar cetak (self-instructional texts) dan dikombinasikan dengan
komunikasi tertulis antara pengajar dan siswa. Istilah pendidikan jarak jauh mulai dikenal pada
tahun 1970-an bersamaan dengan berdirinya Open University di Inggris. Istilah ini digunakan
untuk mencakup pendidikan korespondensi, independent study, home study dan external study.
Definisi Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) beberapa kali mengalami perubahan, Keegan
(1980) mendefinisikan PJJ berdasarkan hasil analisa definisi dari beberapa ahli sebelumnya.
Karakteristik PJJ menurut Keegan adalah:
1. Terpisahnya pengajar dan siswa, yang membedakan pendidikan jarak jauh dengan pengajaran
tatap muka
2. Ada pengaruh dari suatu organisasi pendidikan, yang membedakan dengan belajar sendiri
dirumah (home study)
3. Penggunaan beragam media untuk terjadinya interaksi pembelajaran
4. Penyediaan komunikasi dua arah
5. Adanya pertemuan sekali-sekali untuk keperluan pembelajaran dan sosialisasi
6. Proses pendidikan memiliki bentuk hampir sama dengan proses industry
Moore (1993) menyatakan bahwa PJJ merupakan transaksi antara siswa dan pengajar
dalam suatu lingkungan yang terpisah, sistem belajarnya melalui media. Sauve (1993)
menyatakan bahwa tanpa ada media, tidak akan ada pendidikan jarak jauh.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa PJJ didasarkan kepada keterpisahan
antara siswa dan pengajar dalam ruang dan waktu, bahan ajar dirancang dan disusun secara
sistematis, komunikasi tidak terus menerus antara siswa dengan siswa, tutor dan organisasi
pendidikan melalui beragam media, serta adanya penyeliaan dan pemantauan yang intensif dari
suatu organisasi pendidikan.
Implikasi dari PJJ tidak hanya untuk siswa sendiri namun juga untuk upaya pemerataan
pendidikan, terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia yang memerlukan percepatan
proses peningkatan kuaitas SDM untuk pembangunan.

c. Sistem Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh


Sistem pendidikan PJJ dan SPT memiliki hubungan yang tidak dapat terpisahkan sendiri-
sendiri tetapi sebagai satu kesatuan yang utuh dalam satu bentuk pendidikan. Keterpisahan
menjadi ciri utama dari PJJ dan terbukanya akses pendidikan dan kebebasan memilih bagi siswa
merupakan ciri utama SPT.
Pada prakteknya PJJ didirikan karena adanya kebutuhan untuk menjembatani
keterpisahan ruang dan waktu antara siswa dan pengajar, akses kesempatan untuk memperoleh
pendidikan bagi masyarakat serta memandirikan masyarakat melalui kebebasan memilih. Dalam
kenyataannya PJJ menerapkan SPT untuk aspek tertentu, begitu juga sebaliknya.
Perkembangan mutakhir dalam PJJ dan SPT yaitu proses pembelajaran maya (virtual
learning) melalui jaringan internet. Siswa dapat memperoleh bahan ajar yang sudah dirancang
dengan paket-paket pembelajaran yang telah tersedia dalan situs universitas maya melalui
jaringan internet.
d. Dari Pendidikan Jarak Jauh Menuju Pendidikan Terbuka
Kemudahan yang diberikan oleh teknologi juga telah memicu pemikiran yang lebih luas
tentang pendidikan jarak jauh. Konsep keterpisahan fisik antara kegiatan pembelajaran pada PJJ
telah membuka pemanfaatan sarana pendidkan secara lebih luas. Dengan tidak dilakukannya
kegiatan belajar dan mengajar dalam waktu yang bersamaan maka rasio ideal dosen-mahasiswa
yang biasanya membatasi daya serap suatu program pendidikan dapat diabaikan, dan begitu juga
dinding kelas yang biasanya membatasi daya tampung program pendidikan.
Seiring dengan perkembangan jaman, pendidikan menjadi suatu pencarian diri dan
pemenuhan personal. Kebutuhan pendidikan tidak lagi terikat oleh usia sekolah dan terjadinya
peningkatan kebutuhan pendidikan professional berkelanjutan. Sehingga PJJ sebagai distance
education telah berkembang menjadi continuing aducation.
Saat ini PJJ telah menjadi jalan keluar bagi siswa yang tidak dapat melakukan
pembelajaran tatap muka dengan berbagai alasan. Unesco telah mendeklarasikan tentang konsep
pembelajaran sepanjang hayat (life long learning) serta pendidikan untuk semua (education for
all) sehingga PJJ dapat mendukung program ini.
e. Meningkatkan Keterbukaan: Perancangan Sistem Pemanfaatan Teknologi
Pada prakteknya PJJ masih menggunakan aturan-aturan yang mengurangi keterbukaan.
Menurut Belawati (1999) PJJ dapat ditingkatkan keter bukaanya dengan menggunakan sistem
pembelajaran yang lebih fleksibel, seperti misalnya:
1. Open entry – open axit sistem : artinya setiap siswa dapat menyelesaikan proses pendidikan
kapan saja
2. No selection criteria : artinya siapa saja bisa mendaftar sepanjang memenuhi kualifikasi dasar
minimal
3. Open Registration Sistem : artinya individu dapat melakukan registrasi secara terbuka, apakah
untuk suatu program penuh atau matakuliah tertetu, namun sistem ini juga harus memungkinkan
mahasiswa untuk menabung kredit mata kuliah.
Perancangan sistem ini telah banyak digunakan di luar negeri, pembelajarannya melalui
jaringan internet. Dalam sejarah penggunaan teknologi untuk kepentingan pendidikan PJJ telah
mengalami tiga generasi; (1) Generasi pertama pendidikan koresponden, media utama bahan ajar
cetak dan tugas-tugas dikirim melalui pos. (2) Generasi kedua (1970) telah menggunakan
teknologi siaran dan rekaman (media pennyebaran melalui televisi, radio, computer serta
telekonferensi). (3) Generasi ketiga (1990) dicirikan dengan penggunaan jaringan internet dan
intranet yang sangat ekstensif. Walaupun telah menggunakan teknologi jaringan internet
penggunaan bahan ajar cetak tetap masih digunakan.

2. MODEL-MODEL PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH


a. Model Single Mode
Model PJJ ini banyak digunakan dinegara berkembang seperti Indonesia yang telah
mendirikan Universitas Terbuka. Model ini telah dikembangkan diberbagai sektor pendidikan
seperti Politeknik Terbuka, SMA Terbuka, Pendidikan Swasta Komersial Terbuka dan lain-lain.
Model single model memiliki memiliki karekteristik umum:
1. Kurikulum berdasarkan satuan kredit semester dan bahan ajar modular
2. Pengembangan dan produksi bahan ajar dilakukan secara tersentralisasi dan disusun secara
kontens
3. Pertemuan tatap muka untuk membantu penguasaan bahan ajar
Lembaga melayani siswa jarak jauh saja sehingga staf akademik tidak
mengalami konflik loyalitas terhadap siswa tatap muka dan jarak jauh. Sistem semacam ini
menciptakan motivasi yang kuat diantara staf untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas
PTJJ, bebas dari hambatan pembelajaran konvensional.
Lembaga semacam ini masih mempunyai masalah kredibilitas dan akseptabilitas
dikalangan masyarakat karena penyimpangannya dari sistem pendidikan konvensional. Misalnya
masyarakat cendrung memandang remeh lulusan UT atau lulusan UT adalah lulusan kelas dua.
Model ini relatif mahal untuk dikembangkan danmenghendaki jumlah siswa yang besar agar
secara ekonomi layak.
b. Model Dual Mode
Banyak program PTJJ dikembangkan di Universitas yang menerapkan model dual mode,
dengan mendirikan suatu unit khusus yang menangani siswa jarak jauh. Dengan model ini ada
dua kelompok siswa yaitu yang belajar secara tatap muka di kelas dan mereka belajar secara
jarak jauh dengan tatap muka yang minimum. Mahasiswa tatap muka umumnya berusia muda
dan telah menamatkan sekolah menengah atas. Sedangkan mahasiswa PJJ berusia lebih tua, kaya
akan pengalaman maupun pekerjaan. Banyak dari mereka yang tidak menamatkan pendidikan
menengah atas, dimana mereka masuk melalui jalur “matang usia”
Model ini memiliki kelebihan dimana memiliki landasan dan keterpautan yang kuat
karena staf akademik bertanggung jawab penuh terhadap sistem pembelajaran. Dalam model ini
ada integrasi pembelajaran tatap muka dan jarak jauh sehingga menjamin standar pendidikan,
legitimasi dan kredibilitas.
Keterbatasan waktu untuk pengembangan bahan ajar menjadi masalah utama, karena staf
akademik bertanggungjawab mengajar tatap muka pula. Banyak diantara staf tidak melewati
pendidikan dan pelatihan formal dalam bidang pengembangan bahan ajar jarak jauh.
c. Model konsorsium
Berbagai bersoalan menghendaki pengelolaan PJJ untuk lebih baik, sehingga lembaga PJJ
membuat kerja sama melalui konsorsium. Kerjasama ini bertujuan untuk mencapai efesiensi dan
ekonomi skala. Konsorsium ini dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan dengan penerbit atau
penyiaran, namun kendala sering dihadapi adalah birokrasi lembaga dan ragam iklim organisasi.
Selain itu perbedaan filosofi pendidikan, hambatan teknis, serta tekanan keuangan menjadikan
kerjasama sulit terwujud.
Kekuatan suatu konsorsium terletak pada komitmen untuk melaksanakan pekerjaan
tertentu bagi lembaga anggota yang memiliki kesulitan dalam melaksanakan tugas secara
mandiri.
Perkembangan berikutnya dalam model PJJ ini adalah terbentuknya network,
yaitu suatu jaringan kerjasama yang berperan mengkoordinasikan dan melengkapi program PJJ
lembaga lain (Holmberg,1995). Jaringan ini berfungsi sebagai penyedia bahan ajar, menyediakan
layanan penelitian atau dokumentasi PJJ untuk organisasi lain.
Jaringan bahkan perlu dikembangkan lebih lanjut secara nyata ditingkat regional.
Perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) telah berupaya membangun jaringan
kerjasama dibidang PTJJ melalui pendirian Pusat PTJJ (SEAMOLEC).
d. Tantangan, Peluang dan Prospek
Abad ke-20 ditandai dengan ekspansi dan demokratis pendidikan, dimulai dengan
pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Belajar terbuka merupakan bentuk wujud sebagai
demokratisasi pendidikan. Memasuki abad ke 21 pendidikan tinggi akan di penuhi oleh orang
dewasa yang ingin melanjutkan pendidikan, padahal lembaga konvensional memiliki daya
tampung terbatas.
Pada sector pendidikan menengah sistem PJJ dipergunakan untuk mengatasi persoalan
ekspansi dan putus sekolah. PJJ merupakan salah satu produk inovasi pendidikan yang
bermanfaat yang memiliki prospek masa depan yang cerah.
Ragam model PJJ akan berkembang menyesuaikan jaman dan kebutuhan
masyarakat. Beberapa lembaga single model telah berkembang menjadi mega-universitas, UT
yang menerapkan pendidikan jarak jauh. Mereka menampung siswa dengan jumlah yang besar,
melebihi 100.000 mahasiswa.
Model Dual mode memiliki nillai inovatif serta fleksibilitas yang khas. Program model
ini berpeluang untuk mengembangkkan program yang banyak diminati masyarakat seperti
program sain dan teknologi untuk menunjang pembangunan nasional.
Konsorsium melibatkan adanya jaringan kerjasama, di Indonesia UT merupakan a
network of participating instiution yang bekerja sama dengan banyak lembaga surat kabar,
jaringan radio dan televise local maupun nasional (Setijadi,1988) Kerja sama ini tidak bisa
dilepasi saling melengkapi satu sama lainnya. Peran pemerintah sangat penting untuk menjaga
iklim kerja sama yang konduktif
Terlepas model mana yang dipakai karakteristik dasar PJJ tetap berlaku dan bermuara
sama demi tercapainya masyarakat belajar. Skala dan efektifitas biaya dapat menjadi salah satu
factor yang menentukan keputusan tentang model yang diterapkan, selain itu kebijakan
pemerintah, kemampuan dan sumber daya masyarakat serta kebutuhan masyarakat terhadap jasa
pendidikan berperan dalam menentukan model yang akan dipakai.
Metode PJJ dan teknologi informasi bertemu dengan strategi belajar kelas sehingga
menciptakan suatu lingkungan baru yang disebut dengan program belajar fleksibel (flexible
learning) (Moran, 1997). Di Indonesia program belajar ini perlu lebih di cermati karena hal ini
merupakan tantangan yang harus segera diwujudkan guna mengantisipasi masa depan.
Tantangan bagi praktisi PJJ dan pendidikan pada umumnya adalah cepat tanggap dan
menyesuaikan diri serta mau meningkatkan keterampilan terhadap teknologi.
3. MEDIA PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH
Penyelenggaraan PJJ tidak dapat terlepas dari media, dimulai dari media sederhana
sampai dengan yang modern. Sesuai dengan karakteristik PTJJ sebagian besar bahan ajar
disampaikan melalui beraneka ragam media: media cetak (misalnya buku), maupun noncetak
(misalnya audio visual, komputer).
PTJJ memiliki sekurangnya dua karakteristik (Keegan 1991) yaitu keterpisahan antara
pengajar dan peserta didik baik ditinjau dari segi jarak, waktu maupun ruang, dan yang kedua
adalah penggunaan media dalam menjembatani keterpisahan tersebut.
Dalam menentukan media yang digunakan ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu
ragam media yang tersedia, dan pemilihan media yang tepat guna dan tepat sasaran.
a. Ragam Media dalam PTJJ
1. Pengertian, jenis dan karakteristik Media
Media adalah alat komukasi yang digunakan untuk membawa informasi yang
dimaksudkan untuk pembelajaran (Heinich.et al, 1996). Brezt (1972) mengidentifikasi media
dalam 3 unsur pokok, yaitu: suara, visual dan gerak. Berdasarkan ketiga unsur tersebut
selanjutnya Brezt mengklasifikasikan media ke dalam 8 bagian yaitu; (1) media audio visual
gerak, (2) media audio visual diam, (3) media audio semi gerak, (4) media visual gerak, (5)
media visual diam, (6) media semi gerak, (7) media audio, dan (8) media cetak.
Selanjutnya Rowntree (1994) mengelompokkan media dalam PJJ :
CETAK AUDIO VISUAL PRAKTIKUM INTERAKTIF
 Buku yang sudah  Audio kaset  Praktikum kit Jarak jauh
diterbitkan.  Audio disc  Praktek lapangan  Telepon
 Buku yang dirancang  Siaran radio  Teleconferencing
khusus.  Slide/film strip  Komputer/video interaktif.
 Buku kerja.  Film/film loops  Televisi interaktif
 Pedoman belajar  Video kaset
 Poster, pamflet, peta,  Video disc Tatap muka
 Siaran televisi  Kelompok belajar
 Komputer  Temporer seminar, tutorial.
 Interaktif video

Daniel (1977) melihat bahwa perkembangan pemanfaatan media PJJ sangat dipengaruhi
oleh teknologi, yaitu: media cetak, media massa/siar/tayang, media personal, dan media
telekomunikasi.
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan PJJ, yaitu ragam media yang
tersedia dan pemilihan media yang tepat guna dan tepat sasaran. Bates (1995) mengembangkan
sebuah kerangka pemilihan media yang sistematis dengan memperhatikan 7 faktor berikut:
access (aksesibilitas, cost (biaya), teaching and learning (proses pengajaran dan pembelajaran),
interactivity (interaktifitas), organisational issues (permasalahan organisasi), novelty
(kemukhtakiran), dan speed (kecepatan).
2. Jenis media dan pemanfaatannya dalam PTJJ
a. Media cetak
Media ini merupakan generasi pertama dalam sistem pendidikan, sangat fleksibel mencakup;
fleksibel tempat, waktu, wujud(buku materi pokok, buku kerja,brosur, pamlet,dll),jenis cetakan
(tulisan, gambar, photo dll) serta kemampuanya yang dapat dipadukan dengan media lainnya.
b. Radio
Media ini merupakan media yang memasyarakat, ia memiliki aksesbilitas yang tinggi. Biaya
produksi dengan media ini cukup rendah disamping itu media ini memiliki kemampuan dalam
menjangkau daerah yang luas dan terpencil. Kelemahan dari media ini adalah peserta didik
mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi, durasi yang digunakan hendaknya sekitar 10-20
menit. Media radio ini bersifat transistori. Pada awalnya media ini tidak terjadi interaksi dua
arah, sehingga diperlukannya bahan ajar pendukung, namun sekarang interaksi tersebut dapat
terjadi karena adanya telephon.
c. Televisi
Media ini merupakan media yang sangat kaya untuk digunakan dalam PJJ, akan tetapi biaya
yang dibutuhkan dalam penggunaan media ini sangat besar. Pemanfaatan media TV dalam PTJJ
tidak hanya didasarkan pada kemampuannya menyajikan beragam informasi dalam bentuk audio
dan video secara bersamaan namun juga kemampuannya untuk menjangkau jumlah besar
pemirsa dalam jangkauan wilayah geografis yang relatif luas.
d. Komputer
Perkembangan teknologi yang pesat telah memberikan kontribusi yang sangat positif terhadap
penggunaan komputer sebagai sarana pembelajaran. Komputer telah dimanfaatkan sebagai
sarana pembelajaran interaktif antara siswa dengan sumber belajar – guru atau tutor. Aplikasi
komputer yang perlu dipelajari oleh siswa dapat disampaikan melalui perangkat lunak yang
berbentuk disket atau disc. Disamping perangkat lunak sebagai bahan ajar, jaringan komputer
juga dapat digunakan sebagai sarana belajar dalam PJJ.
Media ini digunakan untuk meningkatkan aktifitas proses pembelajaran pada sistem PJJ antara
lain :
a. Terjadinya interaksi langsung antara peserta didik dan materi pembelajaran
b. Proses belajar dapat berlangsung individual
c. Mampu menampilkan unsure audio visual
d. Dapat memberikan umpan balik terhadap respon peserta didik dengan segera
e. Menciptakan proses belajar secara berkesinambungan

Program computer assisted Instruction atau pembelajaran berbantuan komputer dapat


diklasifikasikan menjadi 3 model, yaitu:
a. Komputer berfungsi sama dengan tutor
b. Komputer berfungsi sama dengan alat (tool)
c. Komputer berfungsi sama dengan tutee atau siswa.

Kegiatan dalam proses pembelajaran yang disampaikan elalui komputer juga melibatkan
berbagai metode pembelajaran. Menurut Alessi sebagai dasar untuk mengembangkan program
CAI yang berkualitas terdapat 5 metode utama yang dikembangkan, yaitu tutorial, latihan,
simulasi, permainan dan tes.
Robert Heinich dkk (1986) mengemukakan enam bentuk interaksi yang dapat
diaplikasikan dalam merancang sebuah media pembelajaran untuk PJJ, berupa :
a. Praktek dan Latihan (drill and practice)
Tujuan program ini adalah melatih kecakapan dan ketrampilan dan biasanya menyajikan soal
atau kasus yang memerlukan respon dari peserta didik dengan disertai umpan balik, selain itu
program ini menyajikan pengukuhan terhadap jawaban yang benar
b. Tutorial
Program ini menyajikan informasi dan pengetahuan dalam topic diikuti dengan latihan
pemecahan soal. Keunggulannya adalah peserta didik dapat memilih materi mana yang ingin
dipelajarinya terlebih dahulu.
c. Permainan (games)
Program ini berisikan materi yang disajikan dalam bentuk permainan.
d. Simulasi
Program ini melibatkan siswa dalam persoalan yang mirip dengan situasi yang sebenarnya
namun tanpa rtesiko yang nyata.
e. Discovery
Program ini menayangkan masalah yang harus dipecahkan oleh peserta didik dengan cara trial
and error
f. Problem solving
Program ini ada dua cara, yang pertama siswa merumuskan sendiri solusi masalahnya yang
ditampilkan lewat computer dan memasukkan program kedalamnya. Kedua, komputer
menyediakan jawaban yang mewakili respon siswa terhadap masalah yang ditanyakan computer
g. Internet dan e-mail
Jaringan ini telah memungkinkan program belajar menjadi lebih luas, lebih interaktif dan lebih
fleksibel. Proses belajar tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Dapat membentuk interaksi antara
siswa dengan tutor sehingga terjadinya umpan balik.
3. Pemilihan Media dalam PTJJ
Pemilihan media didalam PJJ harus memperhatikan pemanfaatan karakteristik tiap-tiap
media untuk diterapkan yang bercirikan adanya keterbatasan jarak, ruang dan waktu. Beberapa
faktor dalam memilih media dalam PJJ adalah:
1. Akses terhadap media
Akses terhadap media adalah kemudahan dan ketersediaan memperoleh atau menggunakan
media, baik bagi institusi penyelenggara atau peserta didik.
2. Faktor biaya
Faktor ini merupakan factor yang tidak dapat bisa dihindarkan, ini sangat tergantung pada media
yang digunakan dan jumlah peserta didik.
3. Fungsi pembelajaran
Pemilihan media sangat berkaitan dengan fungsi pembelajaran, berkaitan dengan hal ini Gagne
et al (1988) melihat tiga faktor yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Karakteristik fisik media
b. Tujuan belajar
c. Kemampuan peserta didik dan penggunaan media

4. TEKNOLOGI DALAM PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH


a. Pengertian
Pada hakekatnya teknologi adalah penerapan secara sistimatis ilmu atau pengetahuan
untuk pemecahan masalah dalam kehidupan manusia, dimana ia harus dipandang sebagai proses
bukan sebagai produk. Teknologi juga mengacu kepada efesien dan efektifitas, dimana teknologi
tersebut harus memberi nilai tambah bagi yang menerapkannya.
Pada teknologi pendidikan, teknologi tersebut hendaknya dapat memberikan manfaat
bagi berlangsungnya proses pendidikan dan belajar-mengajar seperti, pembelajaran bisa lebih
cepat, lebih banyak yang dilayani dalam waktu relative cepat, lebih baik mutunya, lebih variasi
dan menyenangkan.
b. Sumbangan Teknologi pada PTJJ
Sebagai mana telah diuraikan sebelumnya tentang bagaimana PJJ terbentuk dan
manfaat besar dari penyelenggaraan pendidikan PJJ, maka teknologi sangat memberikan
sumbangan yang besar. Komunikasi dua arah antara pelajar dan pengajar merupakan kendala
yang besar dalam PJJ, namun saat ini kendala tersebut telah mulai teratasi dengan baik karena
adanya kemajuan teknologi komunikasi.
Secara garis besar ada empat kelompok teknologi sebagaimana dikatakan Daniel (1997)
yang telah berpengaruh pada perkembangan PJJ, yaitu
1. Perpaduan teknologi cetak dan pos
Ini merupakan cikal bakal PTJJ, yang membentuk pembelajaran korespondensi.
2. Siaran media massa
Teknologi ini dapat berupa televisi maupun radio, dimana manfaat siaran ini selain
dapat dirasakan oleh peserta PJJ dapat pula dimanfaatkan oleh masyarakat luas lainnya. Hal ini
karena siaran media massa dapat menjangkau daerah yang luas, termasuk daerah terpencil dan
sekaligus sebagai media promosi PJJ untuk peningkatan mutu SDM
3. Media perorangan
Media ini berupa kaset audio, VCR, dan PC , ia memberi keluwesan pada peserta didik
dalam belajar karena tidak terikat pada waktu.
4. Siaran telekomunikasi
Siaran ini bermanfaat dalam komunikasi dua arah antara pelajar dan pendidik sehingga
pembelajaran dalam PJJ seakan-akan tidak dibatasi oleh ruang dan jarak.
Sumbangan teknologi dalam PJJ tidak hanya untuk kepentingan proses belajar-mengajar
saja tetapi juga membantu dalam pengelolaan sistem PJJ itu sendiri karena jumlah siswa yang
begitu besar, bahkan ada yang mencapai 850.000 mahasiswa. Hal ini tidak akan mungkin dapat
dikelola oleh lembaga PJJ secara manual.
c. Teknologi dalam PTJJ
Chute dkk (1999) mencoba mengidentifikasi berbagai pilihan teknologi untuk PJJ dari
yang sederhana sampai kepada yang canggih
1. Teknologi Audio
Teknologi ini berupa telephon, dimana terjadi komunikasi antara pelajar dan pengajar.
2. Teknologi Audio dan Data
Perpaduan kemampuan audio dari telephon dan kemampuan data computer telah
melahirkan aplikasi belajar jarak jauh yang disebut audiografis. Ada tiga teknologi penunjang
komunikasi audio grafis yaitu peralatan 1) callback, merupakan pembelajaran video satu arah
dan dapat berinteraksi dengan penyelenggara atau siswa lain. 2) Voice mail, pembicaraan dalam
telephon meninggalkan pesan dan dapat di telusuri ulang oleh siswa dan 3) fax, pertukaran pesan
tertulis antara warga belajar yang berpencar tempat tinggalnya.
3. Teknologi video
Teknologi ini berupa kaset video, siaran video satu arah, video on demand, Video dan
CBT serta Video dua arah
4. Computer- Based Training
Teknologi ini berupa 1) CAI computer penyampaian pembelajaran dengan
menggunakan komputer. 2) CMI computer digunakan untuk mengelola pembelajaran siswa

5. Konferensi Computer
Teknologi ini bersifat tunda waktu (asinkronous) namun beberapa sistim konferensi
memungkinkan interaksi dua arah pada saat yang sama (sinkronous). Staf pengajar
menuangkannya dilayar computer dan pada saat yang sama pesan tersebut muncul dilayar
komputer siswa. Yang paling
6. Pendidikan dan Latihan Internet
Jaringan internet merupakan teknologi yang sangat canggih dalam pembelajaran pada
PJJ. Sistem ini benar-benar menempatkan siswa ditengah proses pembelajaran, dikelilingi
berbagai sumber belajar dan layanan belajar elektronik, mulai dari staf pengajar dan tutor,
layanan informasi dan dukungan siswa baik secara administrasi maupun akademis dan juga
perpustakaan virtual.
d. Alih Teknologi dalam PTJJ
Sering terjadi alih teknologi menimbulkan masalah lain, Keating (1994) dan AECT
(1993) mengungkapkan penyebab terjadinya hal ini:
1. Tuntutan kebutuhan
2. Kurangnya kesungguhan
3. Biaya yang kurang
4. Dukungan infrastruktur
5. Selalu memusatkan perhatian keperangkat keras bukan ke sumber daya manusianya.
6. Kurang terkaitnya teknologi yang digunakan dengan tuntutan kurikulum.
Agar Teknologi ini dapat berjalan dengan baik ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan (Ely, 1995) yaitu
1. Ketidak puasan akan status quo, sebagai modal masuknya teknologi komunikasi/informasi
dalam PJJ
2. Pengetahuan dan ketrampilan bagi siapapun yang terlibat dalam proses pemanfaatan teknologi
komunikasi/informasi
3. Dukungan sumber seperti perangkat keras, lunak, dan sumber lain yang dapat membantu pihak-
pihak yang menggunakan teknologi komunikasi/informasi
4. Reward dan punishment
5. Komitmen semua pihak yang terlibat, mulai dari yang teratas sampai yang terendah
6. Kepemimpinanan
7. Waktu
8. Peran serta segenap pihak yang terlibat
Apabila hal-hal tersebut diatas dapat kita laksanakan dengan sebaik-baiknya, maka
potensi teknologi terutama teknologi komunikasi/informasi yang begitu besar untuk membantu
PJJ akan benar-benar dapat kita rasakan manfaatkan.

BAB II
LAHIRNYA PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH
DI INDONESIA SUATU FLASHBACK
1. KONDISI YANG MENUNJANG LAHIRNYA PJJ DI INDONESIA.
1. Amanat UUD 1945
Komitmen untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dituangkan dalam pasal 31 UUD 1945 yang
menyatakan bahwa tiap – tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran .

2. Keterbatasan sumberdaya dan dana


Dengan kata lain alokasi dana untuk pembangunan pendidikan tergantung kepada pertumbahan
ekonomi dan prioritas – prioritas pembangunan lainnya yang tetap diletak kan pada
pembangunan sektor ekonomi. Oleh sebab itu dilaksanakanlah berbagai cara untuk
maningkatkan jumlah dan mutu pendidikan guru secara massal.

3. Akselerasi (percepatan ) pembangunan nasional


Kunci utama dalam percepatan pembangunan nasional adalah peningkatan mutu.oleh sebab itu
lahirlah berbagai inovasi pendidikan melalui teknologi pendidikan serta berbagai usaha lainnya
untuk mempercepat atau menyerasikan pertumbuhan kuantitatif dengan peningkatan kualitatif
pendidikan.

4. Pemerataan pendidikan dan kemajuan tegnologi komunikasi

5. Keberhasilan kualitas program INPRES SD


Keberhasilan kuantitatif program INPRES SD mendesak keatas yaitu tuntutan menyediakan
pendidikan pada tingkat berikutnya . demikian pula sampai pada pendidikan tinggi.

6. Ketertinggalan pembangunan pendidikan tinggi


PTPJJ merupakan bagian yang terintegrasi dari sistem pendidikan nasional. Beberapa
faktor pendukung pengembangan PTJJ di indonesia :
a. Falsafah belajar seumur hidup
Manusia yang berhenti belajar adalah manusia yang tidak bisa hidup di dalam dunia
terbuka.

b. Education for all ( pendidikan untuk semuanya )


Pendidikan haruslah dijadikan sebagai kebutuhan pokok bagi mempertahankan dan
meningkatkan martabat manusia.

c. Tegnologi pendidikan
Tegnologi pendidikan pada awal mulanya berkambang mulanya berkembang untuk
meningkatkan kemampuan mengajar guru.

d. Program studi tegnologi pendidikan


Program ini lahir dari tahun 70-an, bahkan didalam perkembangannya mempelopori
program studi sampai kepada jenjang S2 dan S3.

e. Inovasi pendidikan
Oleh pemerintah dikembangkan balai – balai untuk pengembangan media, seperti
dijakarta terdapat pusat tegnologi komunikasi pendidikan dan kebudayaan (PUSTEKKOM ).

2. PERANAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM MENUNJANG PELAKSANAAN


WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

Agar potensi pendidikan luar sekolah dapat menujang wajib belajar 9 tahun, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Menyadarkan masyarakat bahwa pelaksanaan wajib belajar bukanlah kepentingan pemerintah


melainkan kepentingan seluruh rakyat bangsa indonesia dlam meningkatkan kualitas dan
martabatnya.
2. Bahwa kepada mereka yang tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah ,pendidikan luar sekolah
adalah setara dengan pendidikan sekolah yang setingkat jenjangnya.
3. Menyusun data yang akurat tentang jumlah mereka yang memiliki kemampuan mengikuti
pendidikan sekolah secara teratur
4. Merencanakan pelaksanaan program pendidikan sekolah dan luar sekolah secara terkordinasi
dan terpadu dalam mencapai anak usia sekolah dalam mengikuti pendidikan wajib belajar baik
melalui pendidikan luar sekolah maupun pendidikan luar sekolah.
5. Menyusun program operasi pelaksanaan pendidikan wajib belajar yang sinkron, terkoordinasi
dan terpado antara pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah.
Beberapa kesimpulan yang dapat di ambil adalah :
1. Karena berbagai faktor terutama faktor ekonomi dan geografi,tidak semua orangtua mampu
mengirimkan anaknya mengikuti program wajib belajar melalui pendidikan sekolah.
2. Beberapa upaya perlu dilaksanakan agar orang tua mengirimkan anaknya mengikuti proram
wajib belajar, baik melalui jalur sekolah maupun jalur luar sekolah.
3. Peraturan pemerintah Nomor 73 Tahun 1991 telah memberikan landasan strategis bagi di
kembangkannya proram pendidikan luar sekolah yang setara dengan pendidikan dasar, baik
setara dengan SD maupun SLTP.
4. Daya tanpung yang dapat dicapai program pendidikan luar sekolah dalam menunjang
pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun akan tergantung kepada alokasi anggaran
yang disediakan, appresiasi masyarakat tentang pentingnya pendidikan, dan kerjasama antara
semua unsur pelaksanaan pendidikan.

3. PENINGKATAN KUALITAS GURU DAN PROGRAM PENYETARAAN


Dalam peningkatan kualitas guru dan program penyetaraan adapun tugas yang di berikan
pada UNIVERSITAS TERBUKA adalah :
1. Membuat program penyetaraan D II untuk seluruh guru SD
Dengan dikeluarkannya S.K Mendikbud nomor 0854 / U / 1989, para guru SD yang umumnya
berijazah SPG atau setingkat menjadi tidak memenuhi persyaratan kualifikasi yang dituntut
dalam surat keputusan tersebut. Dan dikembangkan penyetaraan D II guru SD yang mulai
menerima siswa baru pada tahun akademik 1990/1991.

2. Membuat program penyetaran D III untuk seluruh guru SLTP dan program ini dibuka pada
tahun 1992/1993

4. ASPEK – ASPEK INOVATIF DALAM PENDIDIKAN GURU DENGAN SISITEM


BELAJAR JARAK JAUH
Aspek – aspek inovatif dalam program pendidikan guru FKIP – UT yaitu :
1. Inovasi dalam program pendidikan kurikulum
Program tersebut diorientasikan kepada upaya peningkatan kualifikasi formal guru dengan beban
belajar sesuai dengan aturan akademis yang berlaku, yang pada gilirannya nanti dapat
meningkatkan mutu pendidikan sekolah .

2. Inovasi dalam bahan belajar


Berkenaan dengan komponen Bahan Belajar telah dilakukan berbagai inovasi yang menyangkut
jenis, format, dan isi. Selain modul sebagai bahan belajar utama telah dikembangkan beberapa
media – media pembelajaran.

3. Inovasi dalam proses pembelajaran


Inovasi ini terkait dengan inovasi dalam bahan belajar, penerapan beberapa prinsip dan aturan
prosedur baru pembelajaran, pemecahan, terhadap masalah yang dialami paratutor di daerah dan
perbaikan dalam penyiapan dan pemantapan tutor.

4. Inovasi dalam komponen ujian


Yaitu : pertama, pengembangan dan pemeriksaan tugas mandiri ,kedua : pengembangan bahan
ujian ,dll.

5. Inovasi dalam sistem pengelolaan


PJJ dikelola dengan menggunakan model colaborative teacher education yang membuka sistem
pengelolaan yang semula bersifat mandiri dan sentralistis menjadi model kerjasama yang
mengkombinasikan prinsip sentralisasi, dan dekonsentrasi. Dalam sistem kolaboratif ini di
adakan pembagian tanggung jawab dalam mengelola komponen dasar bahan belajar, proses
belajar dan ujian , serta pengelolaan.

6. Inovasi dalam pengembangan program lanjut


Program lanjut yang dikembangkan atas dasar program yang sedang berjalan , kebijakan baru,
dan tuntutan baru hasil kajian adalah program S1 Tegnologi pendidikan , S1 PGSD, S1
penjaskes, S1 pendidikan kewarganegaran, S1 pendidikan Geografi, S1 Pendidikan Sejarah, dan
S1 pendidikan ekonomi yng semuanya sedang dalam tahap penyusunan atau pertimbangan oleh
dirjen pendidikan tinggi.

5. SIARAN RADIO PENDIDIKAN(SRP) : EMBRIO PENDIDIKAN TERBUKA DI


INDONESIA.
SRP adalah penerapan teknologi kumunikasi pendidikan untuk pendidikan jarak jauh
(terbuka) di Indonesia yang sudah diawali pada tahun 1952. Dengan menyelenggarakan suatu
sistem siaran radio untuk penyajian pelajarannya dengan sasaran wilayah Jakarta. Pada th 1958
Depart. Pendidikan dan kebudayaan meminta bantuna UNISCO untuk mengadakan suatu studi
tentang Pendidikan di Indonesia dengan lapoaran yg berjudul “Education Indonesia of the
Present situation with Identification of Priorities for Development” Dalam Laporan tersebut
diidentifikasi potensi radio dan televisi membantu memecahkan persoalan dan memenuhi
kebutuhan pendidikan dan diajukan agar siaran pendidikan (Radio dan Televisi) merupakan
prioritas pertama dalam rangka kesatuan integral pengembangan kurikulum dan bahan pelajaran.
Pada tahun itu juga dilaksanakan analisis sistem pendidikan yang pertama kali dengan memakai
pendekatan sistem, dikemukakan bahwa titik kritis dalam usaha pengembangan dan
pembaharuan pendidikan sekolah adalah Guru, dan untuk meningkatkan mutu pendidikan
kuriulum perlu di rubah.Perubahan kurikulum harus diikuti serentak dengan : Penataran para
guru, penyediaan buku dan alat pendidikan, dan peningkatan pembinaa (Supervisi) terhadap
pelaksanaan pengajaran. Untuk melaksanakan penataran guru tersebut perlu ditempuh cara yang
inovatif dengan memanfaatkan sumber yang ada seperti siaran radio. Pada tahun 1970 dirintis
Pilot Proyek Siaran Radio Pendidikan dibeberapa tempat di Indonesia Evalaluasi yang dilakukan
oleh IKIF malang antara lain :
1. Tujuan instruktisional siaran pendidikan yaitu agar guru-guru pendengar setelah mengikuti
siaran memiliki pengetahun dan keterampilan mengenai metodologi pengajaran modern terbukti
menunjukkan angka rata-rata seluruh prngetahun 54%.
2. Guru-guru yang ada di luar kota ternyata labih bergairah dalam partisipasinya dalam program
siaran pendidikan.
3. Guru-guru pada umunya (lebih dari 70 %) rajin mengikuti acara siaran pendidikan, dan lebih
dari 73 % guru nengikuti acara siaran pendidikan dengan motif untuk menambah pengetahun.
Usaha usaha yang bersifat inovatif seperti pemanfaatan radio untuk pendidikan mendapat
dukungan dari Mentri P dan K (Mashuri, 1972), salah satu diantara aspk inovasi itu adalah
penggunaan siaran(Brodcasting) dalam pendidikan, Telah lama diidentifikasikan bahwa
broadcasting mempunyai potensi hebat jika penggunaannya diatur dan terarah.
Penggunaan media radio untuk pendidikan juga didorong oleh pertimbangan-
pertimbangan (Miarso, 1971) sbb :
1. Eksploitasi penduduk
BANTUAN BELAJAR yang dengan sendirinya
MAHASISWA mengakibatkan
PENDIDIKAN eksploitasi
TINGGI anak-anak
JARAK JAUH usia
sekolah.
2. Eksploitasi ilmu pengetahuan
BANTUAN BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI JARAK JAUH
3. Eksploitsai Teknologi, kedua eksploitasi terakhir ini menambah lebar dan dalam jurang pemisah
antara negara berkembang dan negara sedang berkembang.
A. PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER
4. Terbatasnyabdana dan fasilitas untuk perbaikan.
1. Pengertian Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK)
5. Perjaalanan waktu yang tak dapat menunggu lagi.
Pembelajaran Berbantuan Komputer (CAI) diperkenalkan oleh Patrick Suppes
Walaupun hasil studi dan penelitian hasil yang positif, tatapi haruss kita sadari bahwa
(Asandhimitra,dkk 2004 ). Menurut Hanafin dan Peck (Asandhimitra, dkk 2004) CBI adalah
berkenaan dengsan kesulitan organisasi, teknis, personil dan keuangan, maka segala macam
suatu paket bahan belajar atau aktivitas belajar yang disampaikan melalui komputer. Sedangkan
bentuk inovasi teknologi tersebut harus mempertimbangkan syarat-syarata berikut :
menurut Alfred Bork (Asandhimitra, dkk 2004) karakter peralatan komputer yang digunakan
1. Biaya unit penggunaan inovasi teknologi harus relatif rendah
adalah fleksibilitas sistem dalam menangani input dan informasi output. Dari beberapa pendapat
2. Teknologi itu sendiri harus dapat merupakan bagian dari kebudayaan kita sendiri (Bukan Impor)
ini dapat kita simpulkan, PBK adalah suatu proses pembelajaran yang dilakukan dan
3. Teknologi itu harus dapat digunakan dengan efektif dalam pendidikan.
menggunakan bahan belajar berupa peralatan komputer yang fleksibel, untuk dapat mengolah
4. Inovasi itu harus dapat disebarkan secara luas dalam waktu yang relatif pendek.
pembelajaran dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran, menjadikan
pembelajaran lebih efektif dan berkualitas. PBK terdiri dari 3 model, yakni komputer berfungsi
sebagai tutor, komputer berfungsi sebagai alat, dan komputer berfungsi sebagai siswa.
Sumber:
Tian Belawati. 1999. Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. Jakarta :Universitas Terbuka
Komputer yang berfungsi sebagai tutor haruslah diprogram oleh programer dan ahli
materi. Program komputer akan menampilkan petunjuk tutorial dan materi pelajaran, peserta
didik dapat mengikuti petunjuk tutorial, mempelajari materi dan memberikan respon, kemudian
sistem komputer akan mengevaluasi respon siswa, untuk menentukan apa yang selanjutnya akan
ditampilkan. Program komputer dapat menyimpan data kegiatan dan hasil belajar siswa dengan
lengkap, menampilkan materi dengan intensif, serta menguji dan mengarahkan siswa memahami
materi.
Pemanfaatan program komputer sebagai tutor ini dapat memperkaya dan meningkatkan
Diposkan oleh Juliardi Dompas di 10.43
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Anda mungkin juga menyukai