Anda di halaman 1dari 11

1)'_c~~::::::::::!:!

::C:==:==)---_"---=-==-~-=:3'__'~_cz==::=::;1"__~=c;1

Seri ustaka Te ologi Pend ikan No. I

----LOGI
LAJARAN
.. fin;; dan Kawasannya

~~~~~~~~~ BarbaraB.Seels ~~I

~~~~~~~~~~, R~aC.Rich~ ~
terscbut akan mcmbawa darnpak pada kawasan pcngcJoJaan. Sintesa
dari difusi inovasi, tcknologi kincrja dan pengelo)aan kualitas dapat
mcnjadi alat yang arnpuh untuk perubahan organisasi. Mengurangi
hal ini akan rncnjadi tantangan bagi para pengelola untuk meng-
gunakan sumbcr-sumbcr yang ada sckarang secara lebih baik. Pcrka-
winan antara sistem infonnasi dan pengelolaan akan berkembang dan
berpengaruh terhadap Tcknologi Pembelajaran dalam pengertian
bahwa pengambilan keputusan pengelolaan akan menjadi semakin
bergantung pada komputerisasi informasi.

Kawasan Penitaian
Penilaian daJam pengertian yang paling luas adalah aktivitas
manusia sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menakar
nilai aktivitas atau kejadian berdasarkan kepada sistem penilaian
tertentu. Pengembangan program pendidikan formal, banyak dian-
taranya yang didanai oleh pemerintah federal, menuntut perlunya
program penilaian yang bersifat formal pula. Penilaian program-
program ini memerlukan penerapan prosedur yang lebih sitematik dan
ilmiah.

Gambar2.7
Kawasan Peniiaian

PENILAIAN

Analisis Masalah
Pengukuran Beracukan
Patokan
Penilaian Fonnatif
Penilaian Sumatif

Ahli kurikulum Ralph Tyler dikenal orang sebagai pencetus


gagasan ten tang penilaian pada tahun-tahun 1930an (Worthen dan

Definisi dan Kawasan Teknologi Pembelajaran 57

v",",ell II I~U VVIII I V r


Sanders, 1973). Pada tahun 1965 tanda tersebut terl ihat dalam naskah
. A it" (Undang-undang
"Elementary and Secondary Education c .
Pendidikan Dasar dan Menengah A.S.) yang membenkan ~e,:e~~g
perlunya diadakan analisis kebutuhan dan penilaian unt~ Je~ls~Jems
program tertentu. Sejak itu, penilaian berkembang ~enJadl bl~ang
dan mempunyai asosiasi profesi tersendiri (ya~tu, Amencan
Evaluation Association atau A'Sosiasi Penilaian Amerika) dan daftar
sejumlah penerbitan danjumal atau majalah yang panjang.
Penerbitan buku Preparing Instructional Objectives karangan
Robert Mager pada tahun 1962 merupakan peristiwa penting dari
evolusi kawasan penilaian. Dalam persiapan lokakarya mengenai
pembelajaran terprogram, Mager menggunakan pembelajaran terpro-
gram sebagai pengantar penulisan tujuan yang terukur. Program
tersebut kemudian diperhalus dan diterbitkan. Ini mungkin merupa-
kan penerbitan yang paling berpengaruh dalam bidang tersebut.
Kontribusi penting lainnya secara historis ialah penyusunan taksonomi
pendidikan (Bloom, 1956; Krathwohl, Bloom dan Masia, 1964) dan
klasifikasi belajar (Gagne, 1965).
Pada akhir tahun 1960an Stufflebeam (1969) memperkenalkan
pendekatan lain untuk penilaian yang sekarang menjadi kartya klasik,
yaitu menelaah "bukan untuk membuktikan tapi untuk mernperbaiki"
Stuf11ebeam (1983, hal.118). Model Stufflebeam ini mengemukakan
empat jenis penilaian : context, input, process, dan product (CIPP).
Keempat unsur dalam model CIPP memberikan informasi yang
masing-masing berhubungan dengan: analisis kebutuhan, keputusan
desain tentang isi dan strategi; petunjuk pelaksanaan; serta hasil
penilaian (Braden, 1992).
Dengan perhatian yang lebih terarah pada penilaian formal
menjadi jelas bahwa penilaian harus membandingkan hasil dengan
tujuan. Jadi, lingkup penilaian mencakup penelusuran kebutuhan
(need as_sessment). Atas dasar orientasi ini, Roger Kaufman (1972)
membenkan. kerangka gagasan untuk menganalisis kesesuaian tui~uan
pembe Iajaran.

. Kawasan. . penilaian tumbuh bersamaan dengan b er kem b angnya


bl~g penelitian dan metodologi. Kedua-duanya sering berjalan
semng atau bersamaan. Perbedaan yang penting tara I· .
didik disi al d
pen I an.. tra ision
. .
engan penilaian meniadl·
an pene itran
i Ias d alarn
'J sem akin0 je
masa pertumbuhan tersebut. Scriven (1980) m k
enegas an perbedaan
58
De~nisidan Kawasan Teknologi Pembelajaran

vvUI II IC;;U VVIII I Ca


antara penilaian dengan jenis penelitian lain. Menurut Scriven,
meskipun penilaian merupakan proses untuk menentukan kebaikan,
manfaat atau nilai dari suatu proses atau produk, dan karena itu me-
rupakan proses penelitian, namun tujuan dari penilaian pendidikan
berbeda dari tujuan penelitian pendidikan yang lain. Tujuan penilaian
ialah membantu pengambilan keputusan yang tepat, bukannya untuk
menguji hipotesa.
Dengan demiki an , penelitian penilaian dan penelitian tradi-
sional, dibedakan menurut beberapa karakteristik. Walaupun kedua-
nya menggunakan instrumen yang sarna, tujuannya berbeda. Tujuan
penelitian tradisional secara garis besar ialah peningkatan ilmu.
Sedangkan tujuan penelitian penilaian ialah mendapatkan data untuk
pengambilan keputusan rnernperbaiki, memperluas, atau meng-
hentikan suatu proyek, program atau produk. Penelitian tradisional
kurang rnemperhatikan waktu dan situasi tertentu karena ingin
menemukan prinsip-prinsip yang berlaku lebih umum. Pada pene-
litian penilaian, objek yang sedang dinilai seringkali berupa pro~
atau proyek tertentu dalam suatu konteks tertentu pula. Dengan kata
lain; perhatian untuk menggeneralisasikan temuan bagi populasi yang
lebih luas jauh Iebih keeil. Walaupun kedua jenis penelitian tersebut -
secara historis mempunyai sumber yang sarna dan mempunyai banyak
persamaan dalam karakteristik dan proses, pelaksanaan dalam praktek
. sangatlah berbeda .
Penilaian ialah proses penentuan memadai tidaknya pembel-
ajaran dan belajar. Penilaian mulai dengan analisis masalah. Ini
merupakan langkah awal yang penting dalam pengembangan dan
penilaian pembelajanm karena tujuan dan hambatan dijeI~ pada
langkah ini.
Dalam kawasan penilaian dibedakan pengertian antara
penilaian program, penilaian projek dan penilaian produk, Masing-
masing merupakan jenis penilaian penting untuk perancang pem-
belajaran, seperti halnya penilaian formatif dan penilaian sumatif.
Menurut Worthen dan Sanders (1987):
Penilaian merupakan penentuan nilaidar! suatu barang. Dalam
pendidikan, hal itu berarti penentuan secara formal mengenai kualitas,
efektivitas atau nilai dari suatu program, produk, proyek, proses, tujuan,
atau kurikulum. Penilaian menggunakan metoda inkuiri dan per-

Definisi d'an Kawasan Teknologi Pembelajaran 59


I

"'"'\"'01 II I~U VV III I var


. d tuk mempertimbangkan
tirnbnngan, tcrmasuk : (I) penentuan stan ar un .'
.
kualitas dan menentukan apakah stan d ar terse b u t harus bersifat relatif
atau absolut; (2) pengumpulan • C'.
intormasr;
'. dan (3) menerapkan
pcnggunaan standar untuk menentukan kualitas (h. 22-23). '
Seperti terlihat pada konsep dasar dari kata 'penilaian', ~unci
konsep tersebut terletak pada penentuan 'nilai'. Bahwa kegiatan
tersebut dilakukan secara teliti, akurat, dan sistematis merupakan
urusan bersama antara evaluator dan klien.
Suatu cara yang penting untuk membedakan peni~aian ialah
dengan mengklasifikasikannya menurut obyek yang sedang dinilai.
Pembedaan yang lazim iaJah menurut program, proyek, dan produk
bahan. Suatu komisi "The Joint Committee on Standards for
Educational Evaluation" (Komisi Gabungan Standar Penilaian
Pendidikan) pada tahun 1981 memberikan definisi untuk masing-
masing jenis penilaian ini sebagai berikut:
Penilaian program - evaluasi yang menaksir kegiatan pendidikan yang
memberikan pelayanan secara berkesinambungan dan sering terlibat
dalam penyusunan kurikulum. Sebagai contoh misalnya penilaian untuk
program membaca dalam suatu wilayah persekolahan, program
pendidikan khusus dari pemerintah daerah, atau suatu program
pendidikan berkelanjutan dari suatu universitas (h. 12).
. Penilaian proyek - evaluasi untuk menaksir kegiatan yang dibiayai
_ secara khusus guna melakukan suatu tugas tertentu dalam suatu kurun
waktu, Sebagai contoh, suatu lokakarya tiga hari mengenai tujuan
perilaku, atau suatu proyek demontrasi pendidikan karir yang lamanya
tiga tahuan. Kunci perbedaan antara program dan proyek ialah bahwa
program diharapkan berlangsung dalam waktu yang tidak terbatas,
sedangkan proyek biasanya diharapkan berjangka pendek. Proyek yang
dilembagakan dalam kenyataannya menjadi program (h. 12, 13).

Penilaian bahan (produlc pembelajaran) - evaluasi yang menaksir


kebaikan atau manfaat isi yang menyangkut benda-benda fisik, tennasuk
buku, pedoman kurikulum, film, pita rekaman, dan produk pembelajaran
lainnya yang dapat dipegang. (h. 13)

Pcrbedaan yang menyolok di sini yalah pemisah °1 .


01d 0 k 0 I . an peru aian
persoru an ategon yang am, Di dalam praktek b dak
. · sah dilak akan ' mem e an
seperti itu su I san . Orang terlibat secara pribadi pada

60 Definisi dan Kawasan Teknologi Pembefajaran

v val II I C;U VVI l_____""C a r


pengembangan atau keberbasilan suatu program atau prod uk;
sekalipun seorang evaluator selalu meounjuk pada pernisahan, dengan
mengatakan bahwa: "Orang tidak dinilai di sini. Kita hanya ingin
mengetahui apakah model program ini berjalan atau tidak." Teotu saja
penanggung-jawab yang menciptakan dan memelihara berhak
menaruh perhatian pada basil penilaian, Dalam praktek, efektivitas .
seseorang sering dinilai dari keberhasilan program atau produknya,
apapun batasan tentang 'pemisahan' yang ingin diberikan.
Dalam kawasan penilaian terdapat empat subkawasan : analisis
masalah, pengukuran acuan-patokan, penilaian fonnatif dan penilaian
sumatif. Masing-masing subkawasan ini akan dibabas berikut ini.
Anallsis Masalah. Analisis masalah mencakup cara penen-
tuan sifat dan parameler masalah dengan menggunakan strategi
pengumpulan irformasi dan pengambilan keputusan: Telah lama para
evaluator yang piawai berargumentasi bahwa penilaian yang seksama
mulai saat program. tersebut dirumuskan dan direncanakan. Bagai-
manapun baiknya anjuran orang, program yang diarahkan pada tujuan
yang .. tidak/kurang dapat diterima akan dinilai gaga} memenuhi
kebutuhan,
J adi, kegiatan penilaian meliputi identifikasi kebutuhan,
penentuan sejauh mana masalahnya dapat diklasifikasikan sebagai
pembelajaran, identifikasi hambatan, sumber dan karakteristik pebel-
ajar, serta penentuan tujuan dan prioritas (Seels and Glasgow, 1990).
Kebutuhan telah dirumuskan sebagai "jurang anatara tapa yang ada'
dan tapa yang seharusnya ada' dalam pengertian basil" (Kaufman,
1972). Sedangkan penilaian kebutuhan adalah suatu studi Yang
sistematis mengenai kebutuhan ini. Di sini perlu ada pembedaan yang
tegas. Analisis kebutuhan diadakan bukannya untuk melaksanakan
penilaian yang lebih dapat dipertahankan saat projek berjalan,
melainkan untuk perencanaan program yang lebih memadai.
Pengukuran Acoan-patokan (PAP). Pengukuran acuan-
patokan meliputi teknik-tekni/c untuk menentukan kemampuan pebel-
ajar menguasai materi yang telah ditentukan sebelumnya: Peng-
ukuran acuan-patokan, yang sering berupa tes, juga dapat disebut
acuan-isi, acuan-tujuan, atau acuan-kawasan. Sebab, kriteria teotang
cukup tidaknya basil belajar ditentukan oleh seberapa jauh pemelajar
telah mencapai tujuan. PAP memberikan infonnasi tentang

Definisi d~I Kawasan Teknologi Pembelajaran 61

vval II I~U VVIII I \Jar


pcnguasaan seseorang mcngenai pengetahuan, sikap, atau keteram-
pilan yang bcrkaitan dcngan tujuan. Keberhasilan dalam tes acuan-
patokan berart i dapat melaksanakan kemampuan tertentu. Biasanya
ditcntukan skor minimal, dan mereka yang dapat mencapai atau
melampaui skor tcrsebut dinyatakan lulus tes. Batas jumlah pengikut
tcs yang dapat lulus atau dapat mengerjakan tes dengan baik tidak
ada, karena PAP tidak membandingkan antara pengikut tes.
Pengukuran acuan ...patokan memberitahukan pada para siswa
seberapa jauh mereka dapat mencapai standar yang ditentukan. Soal ...
soal acuan ...patokan digunakan pada seluruh proses pembelajaran
untuk mengukur apakah prasyarat-prasyarat telab dikuasai. Peng-
ukuran acuan patokan dapat dipakai untuk menentukan apakah tujuan
utama telah dicapai (Seels dan Glasgow, 1990). Para desainer
kurikulum dan pendidik lainnya tertarik pada pengukuran acuan-
patokan ini sebelum Mager menjelaskan tujuan perilaku (Tyler, 1990).
Kontributor pertama terhadap aplikasi pengukuran acuan-patokan
dalam Teknologi Pembelajaran berasal dari gerakan pembelajaran
terprogram termasuk James· Popham· dan Eva Baker . (Baker, 1972;
Popham, 1973). Kontributor berikutnya yalah Sharon Shrock dan
William Co scare iii (Shrock dan Coscarelli, 1989).
Penilaian Formatif dan Sumatif. Penilaian formatif
berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan dan
penggunaan informasi in; sebagai dasar pengembangan selanjutnya.
Sedangkan penilaian sun:a1ij berkaitan dengan pengumpulan infor-
mas; tentang lcecukupan untuk pengambilan keputusan dalam hal
pemanfaatan.
Penekanan baik untuk penilaian formatif pada tahap-tahap
awal dari pengembangan produk, maupun penilaian sumatif setelah
kegiat.an pembelajaran merupakan perhatian utama dari para teknolog
pembelajaran. Perbedaan kedua jenis penilaian ini pertama kali
dikemukakan oleh Scriven (1967); meskipun Cambre telah menelusuri
kegiatan-kegiatan seje~s ini sampai tahun 1920an dan 1930an dalam
pengernbangan pembelajaran melaIui film dan radio (Cambre, yang
dikutip dalam Flagg, 1990).
Menurut Michael Scri.ves (1967):
Penilaian fonnatif dilaksanakan pada waktu pengembangan atau per...
baikan program atau produk (atau orang, dsb.). Penilaian ini dilaksana-

62 Definisi dan Kawasan Teknologi Pembetajaran

vvUI II I~U VVIII ..-dar


kan untuk keperl uan staf dalam Jembaga program dan biasanya tetap
bersifat intern; akan tetapi penilaian ini dapat dilaksanakan oleh . 1
evaluator dalam atau luar atau (Iebih baik lagi) kombinasi. Perbedaan
.antara formatif dan sumatif telah dirangkum dengan baik dalam sebuah
kiasan dari Bob Stake "Apabila juru masak mencicipi sup, hal tersebut
fonnatif; apabila para tamu mencicipi sup tersebut, hal tersebut sumatif
(h. 56).
Penilaian sumatif dilaksanakan setelah selesai dan bagi kepentingan
pihak luar atau para pengambil keputusan (sebagai contoh: lembaga
penyandang dana, atau calon pengguna, walaupun hal tersebut dapat
dilaksanakan baik oleh evaluator dalam atau dalam untuk gabungan.
Uotuk alasan kredibiltas, lebih baik evaluator luar dilibatkan daripada
sekedar merupakan penilaian formatif. Hendaknya jangan dikacaukan
dengan penilaian hasil (outcome) yang sekedar menilai hasil, bukannya
proses - hal tersebut dapat berupa baik formatif maupun sumatif (h.
130). . .

I Dalam pengembangan produk, penggunaan penilaian formatif


••

·dan sumatif khususnya penting pada berbagai tahap. Pada tahap-tahap


awal pengembangan (tes tahap alpha), .banyak macam perubahan
dapat terjadi, dan (usaha) penilaian formatif dapat mempunyai
jangkauan yang luas. Saat produk dikembangkan lebih lanjut, balikan
jadi lebih khusus (tes beta), dan rentang altematif perubahan yang
dapat diterima jadi lebih terbatas. Hal ini merupakan dua buah contoh
penilaian formatif. Ketika akhimya produk dilempar ke pasaran dan
dinilai oleh pihak luar, yang bertindak memberikan "laporan
konsumen", tujuan penilaianjelas sumatif --_·yaitu membantu pembeli
memilih suatu produk secara bijak. Pada tahap ini, tanpa perubahan
total atas produk yang bersangkutan, revisi tidak mungkin dapat
diadakan. Jadi, daIam pengembangan suatu produk, penggunaan peni-
laian formatif dan surnatif bervariasi sesuai dengan tahap perkem-
·bangannya dan bahwa rentang saran yang dapat diterima dalam suatu
·kurun waktu menjadi semakin terbatas. ... .
Metoda yang digunakan· dalam penilaian formatif berbeda
.dengan penilaian swnatif. Penilaian fonnatif .mengandalkan pada
-kajian teknis dan tutorial, uji-coba dalam kelompok keeil atau kelom-
pok besar. Metoda pengumpulan data sering bersifat informal, seperti
observasi, wawancara, dan tes ringkas. Sebaliknya, penilaian sumatif

Definisi dan Kawasan Teknologi Pembelajaran 63

vvOI II I~U VVIII I \Jdr


umpulan data yang lebih
memerlukan proscdur ~an ~etoda pe~akan studi kelompok korn-
formal, Penilaian sumatif senng mengg
paratif dalam desain kuasi eksperimental. kuantitatif dan kualitatif
Keseimbangan ~tara pengukuran alarn nilaian fonnatif
perlu mendapat perhatian yang cukup d peh b d
maupun sumati f. Pengukuran kuanti a 1it tif lazim ber u ungan engan
angka-angka dan biasanya bekerja menurut gagasan pengukuran
obyektif Pengukuran kualitatif lebih menekankan pada aspek-~pe~
subyekttf- -c:
dan bersifat pengk ajran
.. proyek . Hasil pengukuran kualitatif
biasanya dilaporkan dalam bentuk uraian verbal
Kecenderungan dan Permasalahan. Penilaian kebutuhan
dan jenis "front-end analysis" yang lain semula berorientasi terutama
pada perilaku dengan menitikberntkan pada data kinerja dan
penjabaran materilisi jadi bagian-bagian yang lebih kecil, Akan
tetapi, penekanan pada pengaruh konteks belajar yang sekarang
memberi orientasi kognitif kadang-kadang orientasi konstruktivis,
pada proses penilaian kehutuhan. Perbatian pada konteks jelas terlihat
pada gerakan teknologi .kinerja, .teori. belajar. situasional, dan pada
pendekatan yang lebih sistemik terhadap desain (Richey, 1993).
Sebagai konsekuensinya, tahap penilaian kebutuhan menjadi semakin
penting. Di samping itu, banyak yang memberikan rekomendasi agar
tahap penilaian kebutuhan tugasnya diperluas, tidak hanya berkon-
sentrasi pada isi, melainkan ditambah dengan penekanan bam pada
analisis pemelajar, lingkungan, dan organisasi (Richey, 1992);
Tessmer dan Harris, 1~92). Gerakan teknologi kinerja juga
memberikan sum-bangan penting pada penilaian kebutuhan yang baru
ini. Pendeka~-pendekatan teknologi kinerja dapat memperluas
pe~ para desam~r mencakup identifikasi permasalahan yang bukan
bersifat pembel-ajaran serta bekerja sarna dengan pihak lain untuk
mendapatkan pemecahan masalah yang bersifat majemuk.
Gerakan perbaikan kualitas juga mempengaruhi k
-peru alan. Pengen daI"Ian kualitas memerlukan penil .
·1 . awasan
be k
. .. wan yang r e-
lanjutan tennasuk perluasan siklus di luar penilaian tif P "I·
if (M. h suma · em man
ko nfiirmati isanc uk, 1978) merupakan langkah I · beriku
dal am s iklus Ini Dal ogis tnya
us uu. am suatu artikel tabun 1993 Hell
Russell mengemukakan bahwa: ebrandt dan

64 Definisi dan Kawasan Teknologi Pembelajaran

vvUI II IC;;U VVIII I Ja


Penilaian konfirmatif dari bahan belajar dan pemelajar melengkapi
siklus pentahapan penilaian untuk menjaga stan dar kincrja dari suatu
sistem pembelajaran. Selang beberapa waktu setelah penilaian formatif
dan sumatif, suatu tim evaluator yang tidak berpihak atau netral
mengunakan alat seperti daftar isian, wawancara, skala penilaian, dan tes
untuk dapat menjawab dua bu~h pertanyaan fundamental, yaitu:
. pertama, apakah bahan masih memenuhi tujuan sernula; dan kedua
apakah tingkat kemampuan pemelajar 'masih tetap?
Peneliti yang lain menguji kembali teknik pengukuran acuan-
patokan. Sebagai contoh, Baker dan O'Neil (1985) mempelajari secara
mendalam permasalahan penilaian hasil pernbelajaran. tennasuk arah
baru untuk pengukuran acuan-patokan: Mereka menyajikan model
untuk diterapkan pada teknologi baru. Model mereka tersebut mcm-
perhitungkan tujuan, intervensi, konteks, dasar informasi 'dan alur
balikan.
Bidang-bidang lain yang penting untuk diperhatikan ialah
, ,. pengukuran untuk tujuan kognitif tingkatan tinggi, tujuan afektif dan
tujuan psikomotor. Penelitian tentang pengukuran acuan-patokan yang
: :..berazaskan komputer akan merangsang kawasan ini. Demikian juga
halnya dengan pengukuran kualitatif, seperti portofolio dan soal-soal '
pengukuran yang lebih realistis seperti studi kasus dan peni laian
presentasi rekaman pita. Ilmu pengetahuan kogniti f akan tetap
-rnempengaruhi kawasan ini dalam pengertian pendekatan yang lebih
barn untuk eara mendiagnosis (Tennyson, 1990). Hal ini akan dibahas
lebih jauh dalam Bab Tiga. ..
Teknologi bam telah menimbulkan permasalahan baru dalam
kawasan penilaian. Keadaan ini menuntut kebutuhan akan teknik dan
metoda bam. Sebagai eontoh, perhatian perlu diarahkan pada per-
baikan penilaian tentang proyek-proyek belajar jarak jauh. Proyek-
proyek ini cenderung dinilai seeara dangkal. Penting diingat bahwa
evaluasi belajar jarak jauh mencakup banyak aspek, yaitu ketenagaan,
fasilitas, peralatan, bahan, pemrograman (Clark, 1989; Morehouse,
1987). Reeves (1992) menyarankan eksperimentasi fonnatif dengan
menggunakan pendekatan eoba-eoba skala kecil untuk mempelajari
suatu variabel dalam konteks kehidupan yang sesungguhnya.
Tessmer (1993) mengusulkan suatu model penilaian fonnatif
yang mengakomodasi suatu pendekatan 'kebutuhan yang herlapis'.

Definisi dan Kawasan Teknologi Pembelajaran 65

v\"'allll~U VVllil val


Pendekatan ini memperhatikan sumber dan hambatan setiap projek,
dan berusaha menghindari perencanaan lapisan-Iapisan penilaian
fonnatif yang berlajur-Iajur dengan tidak. dapat diselesaikan dalam
sebuah projek.
Eastmond (1991) menyajikan suatu skenario mengenai dilema
yang akan dihadapi seorang evaluator pada tahun 2010. Menurut
skenario tersebut, peran evaluator mempertanyakan data yang
dikumpulkan melalui alat pengelolaan informasi yang canggih.
Duchastel (1987) menyarnnkan prosedur triangulasi "checks and
balance" sebagai alat pengontrol data yang dikwnpulkan untuk
menilai perangkat lunak.. Jadi, reviu produk, prosedur daftar isian
(check-list), observasi terbadap pengguna dan penilaian data yang
objektif digunakan secara bersamaan untuk memberikan gambaran
yang lebih lengkap .ten~g perangkat lunak tersebut, Pendekatan ini
mendukung kecenderungan ke arab kombinasi teknik pengumpulan
data kuantitatif dan kualitatif (Seels, 1993c)_

Ringkasan
Kelima kawasan Teknologi Pembelajaran menunjukkan
keragaman dari bidang. Di samping ito, kawasan-kawasan itu sendiri
merupakan kesatun yang kompleks. Bah ini mengetengahkan sifat
taksonomis dari struktur kawasan, Setiap orang dapat meneruskan
proses perumusan definisi dan mengembangkan tingkat taksonomi
yang lebih rinci. Pekerjaan teknolog pembelajaran untuk masa datang
adalah membuat definisi yang lebih sempit dari subkategori maupun
cakupan yang ada di dalamnya, .'

66 Definisi dan Kawasan Teknologi Pembelajaran

~
vvCII II IC;U VVIl.I I \..J

Anda mungkin juga menyukai