Disusun Oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
2022
KATA PENGANTAR
2.3 Masalah…………….................................................................................................... 5
3.1 Kesimpulan................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
PEMBAHASAN
Proses penelitian kuantitatif menurut Bryman (2004: 63) adalah dimulai dari teori,
hipotesis, research design, memilih research site(s), memilih subjek/responden riset,
mengumpulkan data dan menuliskan kesimpulan untuk kemudian kembali menjadi awal
dari segalanya, teori.
Selanjutnya hipotesis diuji. Untuk menguji hipotesis maka peneliti dapat memilih
metode/strategy/pendekatan/desain Pemilihan metode dipertimbangkan oleh tingkat
ketelitian data yang diinginkan dan konsistensi yang diharapkan. Selain itu yang menjadi
pertimbangan peneliti adalah alasan waktu, dana, dan kepraktisan. Dalam penelitian
kuantitatif metode yang dapat digunakan diantaranya adalah metode survey, ex post facto,
eksperimen, evaluasi, action research.
Setelah memilih dan menentukan metode yang akan digukan maka langkah selanjutnya
sebelum mengumpulkan data adalah menyusun instrumen penelitian. Instrumen itu sendiri
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Jadi kalau instrumen tidak dibuat tidak bisa
mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data dapat berupa
test, angket/kuesioner, pedoman wawancara, atau pedoman observasi. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian harus diuji terlebih dahulu. Pengujian dilakukan untuk melihat
validitas dan realibitas dari instrumen tersebut. Instrumen yang telah dinyatakan valid dan
realibel baru dapat digunakan dalam melakukan penelitian.
Selanjutnya peneliti melakukan proses pengumpulan data pada objek tertentu, baik
berupa populasi maupun sampel. Bila peneliti ingin membuat generalisasi pada temuannya
maka sampel yang digunakan harus representatif atau mewakili.
Setelah analisis dilakukan maka, hasil dari analisis dapat digunakan peneliti untuk
membuat kesimpulan pada langkah selanjutnya. Kesimpulan adalah langkah terakhir dari
periode penelitian yang berupa jawaban dari rumusan masalah.
2.3 Masalah
Seperti yang telah diketahui bahwa penelitian itu pada prinsipnya adalah untuk
menjawab masalah. Masalah adalah adanya ketimpangan antara kondisi yang dihatapkan
dengan kondisi yang ada atau kenyataan antara teori dengan praktek, antara aturan dan
pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan. Ketimpangan itu juga bisa kita sebut
dengan penyimpangan jadi masalah juga dapat disebut sebagai sebuah penyimpangan.
Penelitian kualitatif bertolak dari suatu pendahuluan dari objek yang diteliti untuk
mendapatkan yang betul-betul masalah. Masalah tidak dapat diperoleh dari belakang meja
Oleh karena itu harus digali melalui studi pendahuluan melalui fakta fakta empiris. Supaya
peneliti dapat menggali masalah dengan baik maka peneliti harus menguasai teori melalui
membaca berbagai referensi. Selanjutnya supaya Masalah dapat dijawab maka dengan baik
masalah tersebut dirumuskan secara spesifik dan pada umumnya dibuat dalam bentuk
kalimat tanya. Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara peneliti dapat
membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berpikir. Selain itu penemuan
penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Jadi kalau jawaban terhadap
rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang
relevan tetapi belum ada pembuktian secara empiris maka jawaban itu disebut dengan
hipotesis.
Singh (2006) juga menjelaskan beberapa alasan mengapa peneliti harus mendefinisikan
atau merumuskan masalah penelitian:
1. perumusan masalah akan menentukan arah penelitian.
2. perumusan masalah dapat menjelaskan metodologi atau prosedur penelitian yang akan
dilakukan.
1. 3.perumusan masalah akan membantu peneliti untuk mengontrol adanya subjektivitas
peneliti yang dapat memengaruhi analisis hasil penelitian.
3. Perumusan masalah dapat menunjukkan dan menentukan variabel yang akan diambil.
4. Adanya perumusan masalah, membuat penelitian menjadi lebih praktis.
Kemudian, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan masalah
penelitian, yaitu:
1. kata-kata yang digunakan untuk mendefinisikan masalah harus memiliki satu arti yang
tidak ambigu.
2. pernyataan masalah harus singkat tetapi komprehensif agar mudah dipahami.
3. asumsi harus diakui dalam studi.
4. masalah harus memiliki kepentingan praktis.
5. definisi atau pernyataan masalah harus memiliki alasan atau latar belakang tertentu.
Ada beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan dalam merumuskan suatu masalah,
yaitu:
Menurut Singh (2006), sebuah pernyataan masalah harus memilik Karakreristik sebagai
berikut:
Tipe Masalah-Masalah penelitian dapat dibedakan menjadi tiga berdasarkan tujuan penelitian,
yaicu masalah penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif, dan eksplanatif.
1) Eksploratif
Masalah penelitian yang bertujuan untuk mengeksplorasi fenomena sosial mencoba
menggali informasi atau permasalahan yang relatif masih baru. Gejala tersebut belum
pernah menjadi bahan kajian sebelumnya. Contoh: dapatkah pemberlakuan UU No. 22
tahun 2009 dapat menurunkan kasus pelanggaran lalu lintas?
2) Deskriptif
3) Eksplanatif
Masalah penelitian ini menghubungkan satu fenomena dengan fenomena yang lain.
Penelitian eksplanatif bertujuan untuk menghubungkan pola-pola yang berbeda namun
memiliki keterkaitan serta menghasilkan pola hubungan sebab akibat. Jadi, penelitian
eksplanatif berupaya menjelaskan hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain,
sehingga dapat dicirikan bahwa tipe perumusan masalah yang sifatnya eksplanatif, di
dalamnya perlu menunjukkan beberapa variabel yang akan dihubungkan. Contoh: mengapa
masyarakat desa lebih bersikap apatis dengan berbagai kebijakan yang digulirkan
pemerintah?; bagaimana hubungan antara status sosial dengan kualitas kesehatan individu?
2.5 Variabel Penelitian
Variabel merupakan pusat perhatian di dalam penelitian kuantitatif. Secara singkat,
variabel dapat didefinisikan sebagai konsep yang memiliki variasi atau memiliki lebih dari
satu nilai. konsep merupakan istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak suatu kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat
perhatian ilmu sosial. Fenomena sosial di dalam penelitian kuantitatif dapat diramalkan atau
diprediksi apabila hubungan antarvariabel tertentu dapat diketahui. Pedoman dalam
menentukan variabel yang saling berhubungan adalah proposisi, teori, dan hipotesis.
Penentuan variabel penelitian yang dapa diukur dan perumusan hubungan antarvariabel
adalah dua langkah yane sangat penting. Berikut ini adalah contoh variabel dan variasi
nilainya: jenis kelamin (laki-laki dan perempuan); prestasi belajar (tinggi, sedang, dan
tendah); jenis pekerjaan (formal dan informal; PNS dan non-PNS; petanj, pedagang,
sekretaris, guru, dan sebagainya).
Nilai-nilai atau variasi dari sebuah variabel dinamakan atribut. Variabel dan atribut saling
berkaitan. Namun, menurut Neuman (2003) keduanya memiliki maksud dan tujuan yang
jelas. Hal ini dikarenakan, atribut pada suatu variabel dapat menjadi bagian dari variabel
tanpa mengubah definisi, Contoh: laki-laki dan perempuan adalah atribut variabel jenis
kelamin; formal dan nonformal atau PNS dan non-PNS adalah atribut variabel jenis
pekerjaan. Ada beberapa jenis variabel, yaitu:
Untuk dapat menentukan mana yang menjadi variable bebas dan mana yang menjadi
variabel terikat, kita dapat membuat suatu dasar pemikiran yang mudah. Variabel yang
keberadaannya lebih dulu ada daripada variabel yang lain dapat langsung diposisikan
sebagai variabel independen. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan ketika menentukan
kedudukan kedua variabel ini, yaitu:
a) perhatikan tata urutan waktu, dengan melihat variabel mana yang terjadi lebih dahulu
daripada variabel yang lain.
c. perhatikan dampak atau akibat adanya variabel yang lain. Variabel yang menjadi
penyebab terjadinya variabel yang lain diposisikan sebagai variabel bebas, dan
sebaliknya.
d. perhatikan teori. Formulasi hubungan antarvariabel sangat bergantung pada hasil
kajian teoretis dalam penelitian. Artinya, dalam menentukan posisi sebuah variabel,
seorang peneliti harus mempcerhatikan teori yang menjelaskan hubungan beberapa
variabel tersebut (Neuman, 2003).
4. Variabel pendahulu (antecendent variable), merupakan Variabel Yang mempunyai
kedudukan sebagai variabel yang mendahului terjadinya variabel bebas. Variabel ini
merupakan variabel yang mengakibatkan perubahan pada variabel bebas. Jika variabel ini
dihilangkan, hubungan antara variabel bebas dan terikat tidak hilang atau berubah.
5. Variabel antara (intervening variable) merupakan variabel yang terletak di antara variabel
bebas dan variabel terikat. Keberadaan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
bergantung pada keberadaan variabel ini karena variabel bebas harus memengaruhi variabel
antara terlebih dahulu, baru kemudian variabel antara ini yang dapat menimbulkan
perubahan pada variabel terikat.
6. Variabel kontrol merupakan variabel yang dibuat konstan, sehingga tidak memengaruhi
variabel utama yang diteliti. Variabel ini ditentukan oleh peneliti, terutama jika peneliti
menggunakan metode eksperimen yang membandingkan dua kelompok (Sugiyono, 2007).
Misalnya: sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
kemampuan mengerjakan soal statistik antara mahasiswa jurusan Sosiologi dengan jurusan
Ilmu Politik. Untuk itu, kedua kelompok mahasiswa tersebut diberikan tes statistik dengan
soal yang sama. Soal statistik dalam penelitian ini berfungsi sebagai variabel kontrol.
8. Variabel pengganggu (distorter variable) merupakan variabel yang dapa mengubah arah
hubungan di antara dua variabel. Pada awalnya, variabel bebas dan terikat memunyai
hubungan yang positif, namun setelah dimasukkan variabel ketiga (variabel pengganggu)
hubungan kedua yvariabel ctersebut menjadi negatif.
Selanjutnya, hubungan antar variabel dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Ada tiga
jenis hubungan antarvariabel, yaitu:
1. Hubungan simetris
Kedua variabel dikatakan memiliki hubungan simetris, apabila variabel yang satu tidak
disebabkan oleh variabel yang lain, atau tidak dipengaruhi oleh variabel yang lain.
Hubungan ini dapat digambarkan sebagai berikut:
x y
Contoh hubungan simetris adalah hubungan antara jumlah guru dengan jumlah
fasilitas belajar di sebuah sekolah. Variabel jumlah guru tidak memengaruhi jumlah
fasilitas belajar, demikian juga variabel jumlah fasilitas belajar juga tidak memengaruhi
jumlah guru di sebuah sekolah.
Hubungan timbal balik yaitu sebuah hubungan ketika sebuah variabel dapat
menjadi sebab dan juga menjadi akibat dari variabel lainnya. Kedudukan kedua variabel
tersebut dapat saling dipertukarkan dalam waktu yang berbeda (tidak dalam waktu yang
bersamaan). Hubungan timbal balik dapat digambarkan sebagai berikut:
X<—>y
3. Hubungan asimetris
Hubungan asimetris yaitu suatu jenis hubungan ketika variabel yang satu
memengaruhi variabel yang lain dan posisi dua variabel ini tidak dapat saling dipertukarkan.
Hubungan asimetris dapat digambarkan sebagai berikut:
X y
Contoh hubungan asimetris adalah hubungan antara variabel jenis kelamin dengan
prestasi belajar; hubungan antara variabel tingkat Pendidikan dengan jenis pekerjaan.
2.6 Paradigma Penelitian Kuantitatif
Dalam penelitian kuantitatif/positivistic, yang dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu
gejala itu dapat diklasifikasikan, dan hubungan gejala bersifat kausal (sebab akibat), maka
peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan kepada beberapa variable saja.
Pola hubungan antara variable yang akan diteliti tersebut selanjutnya disebut paradigm
penelitian.
Jadi, paradigma penelitian dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan
hubungan antara variable yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah
rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk
merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistic yang akan
digunakan. Berdasarkan hal ini, maka bentuk-bentuk paradigma atau model penelitian
khususnya kuantitatif untuk penelitian survey diantaranya :
1. Paradigma Sederhana
Paradigma sederhana ini terdiri atas satu variable independen dan dependen.
a. Jumlah rumusan maslah deskriptif ada dua, dan asosiatif ada satu, yaitu :
Bagaimana hubungan atau pengaruh kualitas alat dengan kualitas barang yang dihasilkan.
b. Teori yang digunakan ada dua, yaitu teori tentang media pendidikan dan prestasi
belajar.
c. Hipotesis yang dirumuskan ada dua macam, yaitu hipotesis deskriptif dan hipotesis
asosiatif (namun hipotesis deskriptif sering tidak dirumuskan).
a) Kualitas media yang digunakan oleh lembaga pendidikan tersebut telah mencapai
70% baik.
b) Prestasi belajar siswa lembaga pendidikan tersebut telah mencapai 99% dari yang
diharapkan.
2) Hipotesis asosiatif
3) Ada hubunga yang positif dan signifikan antara kualitas media pendidikan dengan
prestasi belajar murid. Hal ini berarti bila kualitas media pendidikan ditingkatkan, maka
prestasi belajar murid akan meningkat pada gradasi yang tinggi (kata signifikan hanya
digunakan apabila hasil uji hipotesis akan digeneralisasikan ke populasi di mana sampel
tersebut diambil).
Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis tersebut, maka dapat dengan mudah ditentukan
teknik statistic yang digunakan untuk analisis data dan menguji hipotesis.
1) Untuk dua hipotesis deskriptif, bila datanya berbentuk interval dan ratio, maka
pengujian hipotesis menggunakan t-test one sampel.
2) Untuk hipotesis asosiatif, bila data kedua variable berbentuk interval atau ratio, maka
menggunakan teknik statistic korelasi product moment.
X1 dan X2 dan satu variable independen Y. untuk mencari hubungan X 1 dengan X2 dan
Y menggunakan teknik korelasi sederhana. Untuk mencari hubungan X1 dengan X2 secara
bersama-sama terhadap Y menggunakan korelasi ganda.
Hubungan antara variabel r1, r2, r3, r4, r5, dan r6 dapat dianalisis engan korelasi sederhana.
Hubungan antara X1 bersama-sama dengan X2 terhadap Y1 dan X1 dan X2 bersama-sama
terhadap Y2 dapat dianalisis dengan korelasi ganda. Analisis regresi sederhana maupun
ganda dapat juga digunakan untuk memprediksi jumlah.
7. Paradigma Jalur
Dalam paradigma ini terdapat 4 rumusan masalah deskriptif dan 6 rumusan masalah
hubungan. Teknik analisis statistic yang digunakan dinamakan path analysis (analisis jalur).
Analisis dilakukan dengan menggunakan korelasi dan regresi sehingga dapat diketahui
untuk sampai pada variable dependen terakhir, harus lewat jalur langsung atau melalui
variable intervening.
Sebetulnya bentuk paradigma yang lain masih ada dan cukup banyak serta contoh-
contoh yang diberikan terutama terkait dengan teknik statistic yang digunakan. Teknik
statistiK yang bersifat menguji perbedaan tidak ada pada paradigma yang sudah dibahas,
akan tetapi lebih tampak pada paradigma penelitian dengan metode eksperimen.
Pada dasarnya setiap orang memiliki masalah, bahkan orang yang tidak
mempunyai masalah akan dimasalahan oleh orang lain ( hanya orang gila yang tidak mempunyai
masalah namun seperi telah di kemukakan bahwa menemukan masalah yang betul-betul
masalah. bukanlah pekerjan mudah. Oleh karena itu bila masalah penelitian telah di temukan,
maka pekerjaan penelitian telah 50 persen selesai.
Untuk menemukan masalah dapat dilakukan dengan cara melekukan analisis masalah,
yaitu dengan bantuan menyusun ke dalam pohon masalah. Dengan analisis masalah, maka
permasalahan dapat diketahui mana masalah yang penting, yang kurang penting,dan yang tidak
penting.
Untuk dapat melakukan analisis masalah, maka pertama-tama peneliti harus mampu
mendudukan masalah dalam konteks keseluruhan secara sistematis. Dalam konteks tersebut akan
terlihat hubungan antar satu masalah dengan masalah yang lain, baik masalah yang
mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung.
5 Cara Menemukan Masalah Penelitian
1. Lihat masalah yang ada di sekitar kita
Cara pertama untuk menemukan masalah penelitian adalah dengan melihat
masalah yang ada di sekitar kita. Masalah ini tentunya harus sesuai dengan topik
yang sudah kita tentukan atau yang kita inginkan. Misalnya, mengenai diet
penurunan berat badan.
Kamu bisa memulainya dengan melihat masalah apa saja yang berkaitan
dengan diet penurunan berat badan. Seperti diet penurunan berat badan yang
dilakukan oleh remaja dan orang dewasa, pengetahuan dietnya bagaimana, apakah
cara melakukan diet penurunan berat badan sudah benar, macam-macam diet
penurunan berat badan yang dilakukan apa saja, dan masih banyak lagi. Ini bisa
menjadi modal awal untuk permasalahan yang akan kamu teliti dalam penelitianmu.
Setelah itu, kamu bisa menggali lebih dalam dengan melihat dan membaca dari
penelitian-penelitian yang ada sebelumnya dari skripsi kakak tingkat, tesis, penelitian
orang lain, atau jurnal. Kamu bisa mencarinya di perpustakaan atau secara online.
3.1 Kesimpulan
Untuk menemukan masalah dapat dilakukan dengan cara melekukan analisis masalah,
yaitu dengan bantuan menyusun ke dalam pohon masalah. Dengan analisis masalah, maka
permasalahan dapat diketahui mana masalah yang penting, yang kurang penting,dan yang
tidak penting.
DAFTAR PUSTAKA
Martono, Nanang. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder
Edisi Revisis 2. Jakarta: PT Rajawali Pers..
Musthofa, Al. (2015, Desember 22). “Metode Penelitian Kuantitatf”. Diakses pada 8 Oktober
2022 melalui LABORATORIUM PENDIDIKAN BIOLOGI : makalah metode penelitian kuantitatif
(musthofaali848.blogspot.com).
S, Nur Riski, dan Vellanofa.(2016, Oktober 19). “Paradigma dan Teori Dalam Penelitian Kuantitatif”.
Diakses pada 9 Oktober 2022 melalui metode penelitian kuantitatif: makalah paradigma dan
teori dalam penelitian kuantitatif (makalah-metode-penelitian-kuantitatif.blogspot.com) .
Siregar, Syofian. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif : dilengkapi dengan perbandingan perhitungan
manual dan SPSS. Jakarta: Kencana.
Sugitono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sutama. 2015. Metode Peneltian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R&D. Kartasura: Fairuz Media.