Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN


“PENELIAN KUANTITATIF”

Disusun Oleh :

Muh. Fahri 19.1600.012


Aidha Cahya Kamila 2020203884202002
Nur Ilmi 2020203884202005
Asnur Maulana 2020203884202008

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PAREPARE

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Puji dan Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena atas
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah untuk mata kuliah Study
budaya lokal. Shalawat beserta salam tidak lupa kami haturkan kepada Junjungan Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah membawa kita dari alam gelap gulita ke
alam yang terang-benderang. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Peneltian
Kuantitatif”. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah kami yaitu
mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan. Makalah ini kami buat guna menjelaskan kepada
para pembaca penelitian kuantitatif.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan mendasar yang terdapat pada makalah
ini. Oleh karena itu, kami mohon kepada Ibu Dosen Pengampu Mata Kuliah Metodologi
Penelitian Pendidikan untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Kami mengucapkan
sekian dan terima kasih.
Wassalamu’ alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGATAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................................................ 2
BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Metologi Penelitian Kuantitatif………………………................................................. 3

2.2 Proses Penelitian Kuantitatif………………………..................................................... 3

2.3 Masalah…………….................................................................................................... 5

2.4 Rumusan Masalah…………………............................................................................ 5

2.5 Variabel Penelitian……………………..................................................................... 10

2.6 Paradigma Penelitian.................................................................................................. 14

2.7 Menemukan Masalah…………………..................................................................... 17

BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan penerapan metode ilmiah dalam


kegiatan keilmuan. Penelitian merupakan kegiatan menguji hipotesis, yaitu menguji kecocokan
antara teori dengan fakta empirik di dunia nyata. Hubungan nyata ini lazim dibaca dan
dipaparkan dengan bersandar kepada variabel, sedangkan hubungan nyata lazim dibaca dengan
memperhatikan data tentang variabel itu.
Penelitian ilmiah yang mengukur variabel dalam penelitiannya adalah penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantutatif dilaksanakan untuk menjelaskan, menguji hubungan-hubungan
antar fenomena, menentukan kausalitas dari variabel-variabel. Pendekatan penelitian semacam
ini bermaslahat untuk menguji teori. Hal ini dilakukan melalui pengujian validitas hubungan
variabel-variabel dalam rangka menguji atau mengubah teori.
Hal ini tentulah sangat menarik untuk diulas. Oleh karena itu, tulisan ini hadir karena
penulis menyadari bahwa pengetahuan tentang variabel dan hipotesis penelitian sangat penting
untuk dimiliki para mahasiswa. Sehingga penulis merasa bahwa tugas mata kuliah metode
penelitian menjadi salah satu latar belakang yang sangat besar pengaruhnya terhadap hadirnya
tulisan ini.
1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian metodologi penelitian kuantitatif ?


2. Bagaimanakah proses peneltian kuantitatif ?
3. Apa yang dimaksud masalah, dan perumusan masalah dalam penelitian kuantitatif ?
4. Bagaimana Apa yang dimaksud masalah, dan perumusan masalah dalam penelitian
kuantitatif ?
5. Bagaimana paradigma penelitian kuantitatif ?
6. Bagaimana menemukan masalah dalam penelitian kuantitatif ?
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian metodologi penelitian kuantitatif !


2. Untuk mengetahui proses peneltian kuantitatif !
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud masalah, dan perumusan masalah dalam penelitian
kuantitatif !
4. Untuk mengetahui paradigma penelitian kuantitatif !
5. Untuk mengetahui bagaimana menemukan masalah dalam penelitian kuantitatif !
6.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Metodologi Penelitian Kuantitatif


Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya
adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan
desain penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data
tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian
akan lebih baik bila disertai dengan gambar, table, grafik, atau tampilan lainnya.
Menurut Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara
random,pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

2.2 Proses Penelitian Kuantitatif

Proses penelitian kuantitatif menurut Bryman (2004: 63) adalah dimulai dari teori,
hipotesis, research design, memilih research site(s), memilih subjek/responden riset,
mengumpulkan data dan menuliskan kesimpulan untuk kemudian kembali menjadi awal
dari segalanya, teori.

Penelitian kuantitatif pada prinsipnya adalah menjawab sebuah masalah. Penelitian


kuantitatif bertolak pada studi pendahuluan, dilakukan primery study untuk dapatin data
data empiris yang menjadi bahan masalah. Jadi masalah yang ada merupakan hasil dari
lapangan yang benar benar terjadi, sehingga terdapat masalah yang empiris.

Masalah tersebut selanjutnya diubah menjadi rumusan masalah, merubah rumusan


masalah adalah sebuah proses dilakukan dengan cara yang sistematis. Rumusan masalah
adalah sebuah pertanyaan yang hendak dijawab dalam penelitian yang dilakukan dengan
mengumpulkan data data yang dianalisis. Rumusan masalah dibuat dengan sebuah kalimat
tanya. Rumusan masalah juga harus jelas, kongkrit dan mudah dipahami oleh pembaca.
Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis) selanjutnya
peneliti harus membaca referensi yang relevan dengan rumusan masalah. Selain itu penulis
juga harus membaca penelitian penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan kita
lakukan yang dapat digunakan sebagai bahan dalam memberikan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian. Jawaban tersebutlah yang disebut dengan hipotesis.

Selanjutnya hipotesis diuji. Untuk menguji hipotesis maka peneliti dapat memilih
metode/strategy/pendekatan/desain  Pemilihan metode dipertimbangkan oleh tingkat
ketelitian data yang diinginkan dan konsistensi yang diharapkan. Selain itu yang menjadi
pertimbangan peneliti adalah alasan waktu, dana, dan kepraktisan. Dalam penelitian
kuantitatif metode yang dapat digunakan diantaranya adalah metode survey, ex post facto,
eksperimen, evaluasi, action research.

Setelah memilih dan menentukan metode yang akan digukan maka langkah selanjutnya
sebelum mengumpulkan data adalah menyusun instrumen penelitian. Instrumen itu sendiri
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Jadi kalau instrumen tidak dibuat tidak bisa
mengumpulkan data.  Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data dapat berupa
test, angket/kuesioner, pedoman wawancara, atau pedoman observasi. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian harus diuji terlebih dahulu. Pengujian dilakukan untuk melihat
validitas dan realibitas dari instrumen tersebut. Instrumen yang telah dinyatakan valid dan
realibel baru dapat digunakan dalam melakukan penelitian.

Selanjutnya peneliti melakukan proses pengumpulan data pada objek tertentu, baik
berupa populasi maupun sampel. Bila peneliti ingin membuat generalisasi pada temuannya
maka sampel yang digunakan harus representatif atau mewakili.

Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisisnya. Analisis


digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan apakah hipotesis yang diajukan diterima
atau ditolak. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik statistika tertentu.

Setelah analisis dilakukan maka, hasil dari analisis dapat digunakan peneliti untuk
membuat kesimpulan pada langkah selanjutnya. Kesimpulan adalah langkah terakhir dari
periode penelitian yang berupa jawaban dari rumusan masalah.
2.3 Masalah
Seperti yang telah diketahui bahwa penelitian itu pada prinsipnya adalah untuk
menjawab masalah. Masalah adalah adanya ketimpangan antara kondisi yang dihatapkan
dengan kondisi yang ada atau kenyataan antara teori dengan praktek, antara aturan dan
pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan. Ketimpangan itu juga bisa kita sebut
dengan penyimpangan jadi masalah juga dapat disebut sebagai sebuah penyimpangan.
Penelitian kualitatif bertolak dari suatu pendahuluan dari objek yang diteliti untuk
mendapatkan yang betul-betul masalah. Masalah tidak dapat diperoleh dari belakang meja
Oleh karena itu harus digali melalui studi pendahuluan melalui fakta fakta empiris. Supaya
peneliti dapat menggali masalah dengan baik maka peneliti harus menguasai teori melalui
membaca berbagai referensi. Selanjutnya supaya Masalah dapat dijawab maka dengan baik
masalah tersebut dirumuskan secara spesifik dan pada umumnya dibuat dalam bentuk
kalimat tanya. Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara peneliti dapat
membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berpikir. Selain itu penemuan
penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Jadi kalau jawaban terhadap
rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang
relevan tetapi belum ada pembuktian secara empiris maka jawaban itu disebut dengan
hipotesis.

2.4 Rumusan Masalah


Masalah merupakan fenomena atau gejala (sosial) yang tidak dikehendaki
keberadaannya, atau sebuah gejala yang tidak seharusnya terjadi; fenomena atau gejala yang
mengandung pertanyaan dan perlu jawaban. Masalah juga dapat didefinisikan sebagai
hubungan dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan.
Mengapa Harus Merumuskan Masalah? Masalah ibarat jantung dalam penelitian, tanpa
ada masalah maka tidak akan ada penelitian. Oleh karena itu, kualitas penelitian sangat
dipengaruhi oleh perumusan masalah yang diangkat. Masalah merupakan faktor yang dapat
menentukan berhasil atau tidaknya sebuah penelitian. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam merumuskan masalah penelitian, yaitu:
1. Kebaruan dan menghindari duplikasi yang tidak perlu.
2. Pentingnya untuk mewakili dan pelaksanaan lapangan.
3. Adanya dorongan keingintahuan secara intelektual.
4. Kualifikasi pribadi atau kualifikasi peneliti.
5. Ketersediaan data dan metode yang dapat digunakan.
6. Peralatan khusus dan kondisi kerja yang mendukung proses penelitian.
7. Sampel yang akan diambil.
8. Sponsorship dan lembaga yang diminta untuk bekerja sama.
9. Bahaya yang harus dihadapi.
10. Biaya yang dibutuhkan.
11. Faktor waktu.

Kemudian, ada beberapa pertanyaan yang harus dipertimbangkan peneliti sebelum


menetapkan sebuah masalah penelitian. Pertanyaan tersebut adalah:

1. Apakah masalah tersebut benar-benar penting untuk diceliti?


1. Apakah masalah yang akan diteliti menarik untuk orang lain?
2. Apakah masalah yang dipilih adalah masalah yang nyata?
3. Apakah masalah tersebut adalah asli dan hasil kreativitas Peneliti
4. Apakah peneliti benar-benar ingin mencari solusi atas masalah tersebyy
5. Apakah peneliti dapat menyatakan hipotesis dari masalah dalan, sebuah formulasi yang
dapat diuji?
6. Apakah peneliti dapat mempelajari sesuatu yang baru dari masalah ini
7. Apakah peneliti memahami hubungan masalah khusus ini dengay masalah yang lebih
luas wilayahnya?
8. Dapatkah peneliti memilih sampe] yang dapat digeneralisasi darj beberapa responden
yang terpilih?
9. Apakah orang lain dapat mengulang studi yang telah dilakukan?
10. Apakah instrumen pengumpulan data yang digunakan benar-benar memberikan informasi
yang diinginkan?
11. Apakah studi dan hasil-hasilnya dapat diterapkan secara praktis?

Singh (2006) juga menjelaskan beberapa alasan mengapa peneliti harus mendefinisikan
atau merumuskan masalah penelitian:
1. perumusan masalah akan menentukan arah penelitian.
2. perumusan masalah dapat menjelaskan metodologi atau prosedur penelitian yang akan
dilakukan.
1. 3.perumusan masalah akan membantu peneliti untuk mengontrol adanya subjektivitas
peneliti yang dapat memengaruhi analisis hasil penelitian.
3. Perumusan masalah dapat menunjukkan dan menentukan variabel yang akan diambil.
4. Adanya perumusan masalah, membuat penelitian menjadi lebih praktis.

Kemudian, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan masalah
penelitian, yaitu:

1. kata-kata yang digunakan untuk mendefinisikan masalah harus memiliki satu arti yang
tidak ambigu.
2. pernyataan masalah harus singkat tetapi komprehensif agar mudah dipahami.
3. asumsi harus diakui dalam studi.
4. masalah harus memiliki kepentingan praktis.
5. definisi atau pernyataan masalah harus memiliki alasan atau latar belakang tertentu.

Ada beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan dalam merumuskan suatu masalah,
yaitu: 

a) Peneliti sebaiknya mengembangkan suatu kerangka kerja konseptual dari masalah.


b) Kerangka konseptual harus sedemikian rupa sehingga dapat dinyatakan dalam bentuk
verbal.
c) Unsur-unsur masalah harus dibatasi.
d) Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam kelompok yang homogen.
e) Menentukan kunci atau point-point dalam kerangka kerja konseptual.
f) Menguji teori untuk mengevaluasi masalah.
g) Bentuk akhir dari pernyataan tersebut dapat diberikan ke dalam bentuk verbal untuk
sebuah kerangka kerja konseptual suatu masalah.
h) Memutuskan kesulitan praktis dalam melakukan penelitian.
Sementara, pendapat lain menyatakan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk
merumuskan masalah penelitian:

1. Menganalisis masalah-masalah utama atau masalah turunannya.


2. Membatasi lingkup studi.
3. Memfokuskan masalah yang unik yang dapat dilakukan dengan mengetahui asal mula
atau peristiwa sejarah munculnya masalah tersebut, menganalisis studi sebelumnya
yang terkait, melakukan analisis pada penelitian sebelumnya atau studi yang terkaitn
serta melakukan studi pendahuluan.
4. Mendeskripsikan masalah secara umum, meliputi: jenis masalah, Sumber data, dan
osedur penelitian.
5. Menjelaskan keterbatasan metode yang digunakan.
6. Menguatkan beberapa asumsi dan implikasi.
7. Menjelaskan pentingnya studi bagi dunia akademik.
8. Mendefinisikan istilah atau konsep yang digunakan.

Menurut Singh (2006), sebuah pernyataan masalah harus memilik Karakreristik sebagai
berikut:

a. Perumusan masalah menjelaskan hubungan antarvariabel (untuk penelitian


eksplanatif). Dalam masalah seperti ini peneliti memanipulag, minima] satu variabel
untuk menentukan pengaruhnya terhadap variabe lain, bukan murni penelitian
deskriptif tempat peneliti mengamayj, menghitung atau dalam beberapa cara
mengukur frekuensi kemunculan variabel tertentu dalam suatu lingkungan tertentu.
Sebagai contoh, berapa jumlah siswa di sekolah yang memiliki IQ melebihi 120?
b. Masalah penelitian dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Contoh: apakah ada
hubungan antara latar belakang ras dan angka drop out? apa hubungan antara
kemampuan belajar, peran, dan status sosial. ekonomi? Akan tetapi, ada sebagian ahli
lain yang menyebutkan bahwa perumusan masalah penelitian tidak harus
menggunakan kalimat tanya
c. Masalah dapat diuji secara empiris. Suatu masalah harus dapat diuji dengan metode
empiris, yaitu melalui pengumpulan data. Data harus tersedia dengan lengkap dan
mudah diakses karena data adalah kund keberhasilan penelitian yang dilakukan.
d. Menghindari penilaian moral atau etika. Pertanyaan tentang cita-cita atau nilai-nilai
yang dianut sering lebih sulit dipelajari daripada pertanyaanpertanyaan mengenai
bakat atau kinerja. Contoh: apakah para model merasa bahwa dirinya adalah orang
yang cantik dan menarik?

Tipe Masalah-Masalah penelitian dapat dibedakan menjadi tiga berdasarkan tujuan penelitian,
yaicu masalah penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif, dan eksplanatif.

1) Eksploratif
Masalah penelitian yang bertujuan untuk mengeksplorasi fenomena sosial mencoba
menggali informasi atau permasalahan yang relatif masih baru. Gejala tersebut belum
pernah menjadi bahan kajian sebelumnya. Contoh: dapatkah pemberlakuan UU No. 22
tahun 2009 dapat menurunkan kasus pelanggaran lalu lintas?
2) Deskriptif

Masalah penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan karakter suatu variabel,


kelompok atau gejala sosial yang terjadi di masyarakat. Contoh: apakah masyarakat desa
dapat dengan mudab memanfaatkan fasilitas kesehatan gratis di wilayah A?; bagaimané
pubungan sosial penduduk pendatang dan penduduk asli di daerah perkotaan? Tipe
permasalahan ini tidak bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel satu
dengan variabel yang lain, sehingga dapat dicirikan bahwa tipe permasalahan deskriptif
hanya menyatakan satu variabel atau satu konsep yang akan diteliti.

3) Eksplanatif

Masalah penelitian ini menghubungkan satu fenomena dengan fenomena yang lain.
Penelitian eksplanatif bertujuan untuk menghubungkan pola-pola yang berbeda namun
memiliki keterkaitan serta menghasilkan pola hubungan sebab akibat. Jadi, penelitian
eksplanatif berupaya menjelaskan hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain,
sehingga dapat dicirikan bahwa tipe perumusan masalah yang sifatnya eksplanatif, di
dalamnya perlu menunjukkan beberapa variabel yang akan dihubungkan. Contoh: mengapa
masyarakat desa lebih bersikap apatis dengan berbagai kebijakan yang digulirkan
pemerintah?; bagaimana hubungan antara status sosial dengan kualitas kesehatan individu?
2.5 Variabel Penelitian
Variabel merupakan pusat perhatian di dalam penelitian kuantitatif. Secara singkat,
variabel dapat didefinisikan sebagai konsep yang memiliki variasi atau memiliki lebih dari
satu nilai. konsep merupakan istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak suatu kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat
perhatian ilmu sosial. Fenomena sosial di dalam penelitian kuantitatif dapat diramalkan atau
diprediksi apabila hubungan antarvariabel tertentu dapat diketahui. Pedoman dalam
menentukan variabel yang saling berhubungan adalah proposisi, teori, dan hipotesis.
Penentuan variabel penelitian yang dapa diukur dan perumusan hubungan antarvariabel
adalah dua langkah yane sangat penting. Berikut ini adalah contoh variabel dan variasi
nilainya: jenis kelamin (laki-laki dan perempuan); prestasi belajar (tinggi, sedang, dan
tendah); jenis pekerjaan (formal dan informal; PNS dan non-PNS; petanj, pedagang,
sekretaris, guru, dan sebagainya).

Nilai-nilai atau variasi dari sebuah variabel dinamakan atribut. Variabel dan atribut saling
berkaitan. Namun, menurut Neuman (2003) keduanya memiliki maksud dan tujuan yang
jelas. Hal ini dikarenakan, atribut pada suatu variabel dapat menjadi bagian dari variabel
tanpa mengubah definisi, Contoh: laki-laki dan perempuan adalah atribut variabel jenis
kelamin; formal dan nonformal atau PNS dan non-PNS adalah atribut variabel jenis
pekerjaan. Ada beberapa jenis variabel, yaitu:

1. Variabel bersifat publik dan privat


a. Variabel publik merupakan variabel yang menunjukkan Ciri-ciri suatu objek yang
telah diketahui oleh umum. Misal: jenis kelamin, ras, pekerjaan, merupakan variabel
yang bersifat publik, karena. hal-hal demikian sudah diketahui publik.
b. Variavel privat merupakan variabel yang menunjukkan ciri-ciri tertentu yang secara
pasti dapat diketahui tetapi orang lain tidak berhak untuk mengetahuinya. Ciri-ciri ini
lebih bersifat pribadi (privat), misalnya: IQ penghasilan, penyakit yang diderita, alat
KB yang digunakan, dan sebagainya.
2. Variabel permanen dan temporal
a. Variabel permanen merupakan variabel yang menunjukkan ciri tertentu yang tetap
dan tidak berubah dalam jangka panjant Misalnya: jenis kelamin, ras, kepribadian,
asal usul keluarga.
b. Variabel temporal merupakan variabel yang menunjukkan ciri-ciri tertentu yang
cukup mudah untuk berubah, misalnya: sikap: opini, perilaku serta tingkah laku.
3) variabel bebas dan variabel terikat
a. Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang memengaruhi variabel
lain atau menghasilkan akibat pada variabel yang lain, yang pada umumnya berada
dalam urutan tata waktu yang terjadi lebih dulu. Keberadaan variabel ini dalam
penelitian kuantitatif merupakan variabel yang menjelaskan terjadinya fokus atau topik
penelitian. Variabel ini biasanya disimbolkan dengan variabel “x”.
b. Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang diakibatkan atau
dipengaruhi oleh variabel bebas. Keberadaan variabel ini dalam penelitian kuantitatif
adalah sebagai variabel yang dijelaskan dalam fokus atau topik penelitian. Variabel ini
biasanya disimbolkan dengan variabel “y”.

Untuk dapat menentukan mana yang menjadi variable bebas dan mana yang menjadi
variabel terikat, kita dapat membuat suatu dasar pemikiran yang mudah. Variabel yang
keberadaannya lebih dulu ada daripada variabel yang lain dapat langsung diposisikan
sebagai variabel independen. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan ketika menentukan
kedudukan kedua variabel ini, yaitu:

a) perhatikan tata urutan waktu, dengan melihat variabel mana yang terjadi lebih dahulu
daripada variabel yang lain.
c. perhatikan dampak atau akibat adanya variabel yang lain. Variabel yang menjadi
penyebab terjadinya variabel yang lain diposisikan sebagai variabel bebas, dan
sebaliknya.
d. perhatikan teori. Formulasi hubungan antarvariabel sangat bergantung pada hasil
kajian teoretis dalam penelitian. Artinya, dalam menentukan posisi sebuah variabel,
seorang peneliti harus mempcerhatikan teori yang menjelaskan hubungan beberapa
variabel tersebut (Neuman, 2003).
4. Variabel pendahulu (antecendent variable), merupakan Variabel Yang mempunyai
kedudukan sebagai variabel yang mendahului terjadinya variabel bebas. Variabel ini
merupakan variabel yang mengakibatkan perubahan pada variabel bebas. Jika variabel ini
dihilangkan, hubungan antara variabel bebas dan terikat tidak hilang atau berubah.

5. Variabel antara (intervening variable) merupakan variabel yang terletak di antara variabel
bebas dan variabel terikat. Keberadaan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
bergantung pada keberadaan variabel ini karena variabel bebas harus memengaruhi variabel
antara terlebih dahulu, baru kemudian variabel antara ini yang dapat menimbulkan
perubahan pada variabel terikat.

6. Variabel kontrol merupakan variabel yang dibuat konstan, sehingga tidak memengaruhi
variabel utama yang diteliti. Variabel ini ditentukan oleh peneliti, terutama jika peneliti
menggunakan metode eksperimen yang membandingkan dua kelompok (Sugiyono, 2007).
Misalnya: sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
kemampuan mengerjakan soal statistik antara mahasiswa jurusan Sosiologi dengan jurusan
Ilmu Politik. Untuk itu, kedua kelompok mahasiswa tersebut diberikan tes statistik dengan
soal yang sama. Soal statistik dalam penelitian ini berfungsi sebagai variabel kontrol.

7. Variabel penekan (suppresor variable) merupakan suatu variabel yang mengubah


kekuatan hubungan dua variabel. Awalnya variabel bebas dan variabel terikat tidak ada
hubungan, namun setelah dihadirkan variabel penekan, hubungan antara kedua variabel
tersebut menjadi tampak. Perubahan hubungan ini dapat diketahui setelah dilakukat analisis
dengan alat uji statistik tertentu, misalnya menggunakaf korelasi parsial.

8. Variabel pengganggu (distorter variable) merupakan variabel yang dapa mengubah arah
hubungan di antara dua variabel. Pada awalnya, variabel bebas dan terikat memunyai
hubungan yang positif, namun setelah dimasukkan variabel ketiga (variabel pengganggu)
hubungan kedua yvariabel ctersebut menjadi negatif.

Selanjutnya, hubungan antar variabel dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Ada tiga
jenis hubungan antarvariabel, yaitu:

1. Hubungan simetris
Kedua variabel dikatakan memiliki hubungan simetris, apabila variabel yang satu tidak
disebabkan oleh variabel yang lain, atau tidak dipengaruhi oleh variabel yang lain.
Hubungan ini dapat digambarkan sebagai berikut:

x   y

Contoh hubungan simetris adalah hubungan antara jumlah guru dengan jumlah
fasilitas belajar di sebuah sekolah. Variabel jumlah guru tidak memengaruhi jumlah
fasilitas belajar, demikian juga variabel jumlah fasilitas belajar juga tidak memengaruhi
jumlah guru di sebuah sekolah.

2. Hubungan timbal balik (resiprokal)

Hubungan timbal balik yaitu sebuah hubungan ketika sebuah variabel dapat
menjadi sebab dan juga menjadi akibat dari variabel lainnya. Kedudukan kedua variabel
tersebut dapat saling dipertukarkan dalam waktu yang berbeda (tidak dalam waktu yang
bersamaan). Hubungan timbal balik dapat digambarkan sebagai berikut:

X<—>y

Contoh hubungan resiprokal adalah hubungan antara variabel tingkat pendidikan


dengan status sosial. Seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi, akan memiliki status
sosial yang tinggi. Sebaliknya, seseorang yang berada pada status sosial yang tinggi, juga
akan dapat mengakses jenjang pendidikan yang tinggi pula. Namun, yang perlu
diperhatikan adalah hubungan dua arah tersebut terjadi dalam konteks waktu yang
berbeda.

3. Hubungan asimetris

Hubungan asimetris yaitu suatu jenis hubungan ketika variabel yang satu
memengaruhi variabel yang lain dan posisi dua variabel ini tidak dapat saling dipertukarkan.
Hubungan asimetris dapat digambarkan sebagai berikut:

X y
Contoh hubungan asimetris adalah hubungan antara variabel jenis kelamin dengan
prestasi belajar; hubungan antara variabel tingkat Pendidikan dengan jenis pekerjaan.
2.6 Paradigma Penelitian Kuantitatif

Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara


pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau
teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah,
serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian.

Dalam penelitian kuantitatif/positivistic, yang dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu
gejala itu dapat diklasifikasikan, dan hubungan gejala bersifat kausal (sebab akibat), maka
peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan kepada beberapa variable saja.
Pola hubungan antara variable yang akan diteliti tersebut selanjutnya disebut paradigm
penelitian.

Jadi, paradigma penelitian dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan
hubungan antara variable yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah
rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk
merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistic yang akan
digunakan. Berdasarkan hal ini, maka bentuk-bentuk paradigma atau model penelitian
khususnya kuantitatif untuk penelitian survey diantaranya :

1.      Paradigma Sederhana
Paradigma sederhana ini terdiri atas satu variable independen dan dependen.

Berdasarkan paradigma tersebut, maka dapat ditentukan bahwa :

a.       Jumlah rumusan maslah deskriptif ada dua, dan asosiatif ada satu, yaitu :

1)      Rumusan masalah deskriptif (dua)

a)      Bagaimana kualitas guru? (X)

b)      Bagaimana prestasi belajar murid? (Y)

2)      Rumusan masalah asosiatif/hubungan (satu)

Bagaimana hubungan atau pengaruh kualitas alat dengan kualitas barang yang dihasilkan.
b.      Teori yang digunakan ada dua, yaitu teori tentang media pendidikan dan prestasi
belajar.

c.       Hipotesis yang dirumuskan ada dua macam, yaitu hipotesis deskriptif dan hipotesis
asosiatif (namun hipotesis deskriptif sering tidak dirumuskan).

1)      Dua hipotesis deskriptif

a)      Kualitas media yang digunakan oleh lembaga pendidikan tersebut telah mencapai
70% baik.

b)      Prestasi belajar siswa lembaga pendidikan tersebut telah mencapai 99% dari yang
diharapkan.

2)      Hipotesis asosiatif

3)      Ada hubunga yang positif dan signifikan antara kualitas media pendidikan dengan
prestasi belajar murid. Hal ini berarti bila kualitas media pendidikan ditingkatkan, maka
prestasi belajar murid akan meningkat pada gradasi yang tinggi (kata signifikan hanya
digunakan apabila hasil uji hipotesis akan digeneralisasikan ke populasi di mana sampel
tersebut diambil).

d.      Teknik analisis data

Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis tersebut, maka dapat dengan mudah ditentukan
teknik statistic yang digunakan untuk analisis data dan menguji hipotesis.

1)      Untuk dua hipotesis deskriptif, bila datanya berbentuk interval dan ratio, maka
pengujian hipotesis menggunakan t-test one sampel.

2)      Untuk hipotesis asosiatif, bila data kedua variable berbentuk interval atau ratio, maka
menggunakan teknik statistic korelasi product moment.

2.     Paradigma Sederhana Berurutan


Dalam paradigma ini terdapat lebih dari dua variabel, tetapi hubungannya masih
sederhana.
Paradigma sederhana menunjukkan hubungan antara satu variable independen dengan satu
variable dependen secara berurutan. Untuk mencari hubungan antara variable (X1 dengan
X2; X2 dengan X3; dan X3 dengan Y) naik turun harga Y dapat di prediksi melalui
persamaan regresi Y atau X3, dengan persamaan Y= a + bX 3. Berdasarkan contoh tersebut
dapat dihitung jumlah rumusan masalah, deskriptif dan asosiatif.
3.      Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen
Dalam paradigm ini terdapat dua variabel independen dan satu dependen. Dalam
paradigm ini terdapat tiga rumusan masalah deskriptif, dan empat rumusan masalah asosiatif
(tiga  korelasi sederhana dan satu korelasi ganda). 

X1 dan X2 dan satu variable independen Y. untuk mencari hubungan X 1 dengan X2 dan
Y menggunakan teknik korelasi sederhana. Untuk mencari hubungan X1 dengan X2 secara
bersama-sama terhadap Y menggunakan korelasi ganda.

4.      Paradigma Ganda dengan Tiga Variabel Independen


     Dalam paradigma ini terdapat tiga variable independen (X1,X2,X3) dan satu dependen
(Y). Rumusan deskriptif ada 4 dan rumusan masalah asosiatif (hubungan) untuk yang
sederhan ada 6 dan yang ganda minimal 1. Teknik yang digunakan bisa teknik korelasi
sederhana,korelasi ganda, regresi sederhana, korelasi ganda, dan korelasi parsial.

Untuk mencari besarnya hubungan antara X1 dengan Y; X2 dengan Y; X3 dengan Y;


X1 dengan X2; X2 dengan X3; dan X1 dengan X3 dapat menggunakan korelasi sederhana.
Untuk mencari besarnya hubungan antara X 1 secara bersama-sama dengan X2 dan
X3 terhadap Y digunakan korelasi ganda.
5. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Dependen
Paradigma ini terdapat satu variable independen dan dua dependen. Teknik yang
digunakan adalah teknik korelasi sederhana dan regresi. Untuk mencari besarnya hubungan
antara X dan Y1, dan X dengan Y2 digunakan teknik korelasi sederhana. Demikian juga
untuk Y1 dan Y2.

6.      Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen dan Dua Dependen


Dalam paradigma ini terdapat dua variable independen dan dua variable dependen.
Terdapat 4 rumusan masalah deskriptif, dan 6 rumusan masalah hubungan sederhana.
Korelasi dan regresi sederhana serta ganda dapat digunakan dalam paradigma ini.

X1 = keindahan kampus                                     Y1 = jumlah pendaftaran


X2 = pelayanan sekolah                                      Y2 = kepuasan pelayanan

Hubungan antara variabel r1, r2, r3, r4, r5, dan r6 dapat dianalisis engan korelasi sederhana.
Hubungan antara X1 bersama-sama dengan X2 terhadap Y1 dan X1 dan X2 bersama-sama
terhadap Y2 dapat dianalisis dengan korelasi ganda. Analisis regresi sederhana maupun
ganda dapat juga digunakan untuk memprediksi jumlah.
7.      Paradigma Jalur
Dalam paradigma ini terdapat 4 rumusan masalah deskriptif dan 6 rumusan masalah
hubungan. Teknik analisis statistic yang digunakan dinamakan path analysis (analisis jalur).
Analisis dilakukan dengan menggunakan korelasi dan regresi sehingga dapat diketahui
untuk sampai pada variable dependen terakhir, harus lewat jalur langsung atau melalui
variable intervening.
Sebetulnya bentuk  paradigma yang lain masih ada dan cukup banyak serta contoh-
contoh yang diberikan terutama terkait dengan teknik statistic yang digunakan. Teknik
statistiK yang bersifat menguji perbedaan tidak ada pada paradigma yang sudah dibahas,
akan tetapi lebih tampak pada paradigma penelitian dengan metode eksperimen.

2.7 Menemukan Masalah

Pada dasarnya setiap orang memiliki masalah, bahkan orang yang tidak
mempunyai masalah akan dimasalahan oleh orang lain ( hanya orang gila yang tidak mempunyai
masalah namun seperi telah di kemukakan bahwa menemukan masalah yang betul-betul
masalah.  bukanlah pekerjan mudah. Oleh karena itu bila masalah penelitian telah di temukan,
maka pekerjaan penelitian telah 50 persen selesai.
            Untuk menemukan masalah dapat dilakukan dengan cara melekukan analisis masalah,
yaitu dengan bantuan menyusun ke dalam pohon masalah. Dengan analisis masalah, maka
permasalahan dapat diketahui mana masalah yang penting, yang kurang penting,dan yang tidak
penting.
Untuk dapat melakukan analisis masalah, maka pertama-tama peneliti harus mampu
mendudukan masalah dalam konteks keseluruhan secara sistematis. Dalam konteks tersebut akan
terlihat hubungan antar satu masalah dengan masalah yang lain, baik masalah yang
mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung.
5 Cara Menemukan Masalah Penelitian
1. Lihat masalah yang ada di sekitar kita
Cara pertama untuk menemukan masalah penelitian adalah dengan melihat
masalah yang ada di sekitar kita. Masalah ini tentunya harus sesuai dengan topik
yang sudah kita tentukan atau yang kita inginkan. Misalnya, mengenai diet
penurunan berat badan.
Kamu bisa memulainya dengan melihat masalah apa saja yang berkaitan
dengan diet penurunan berat badan. Seperti diet penurunan berat badan yang
dilakukan oleh remaja dan orang dewasa, pengetahuan dietnya bagaimana, apakah
cara melakukan diet penurunan berat badan sudah benar, macam-macam diet
penurunan berat badan yang dilakukan apa saja, dan masih banyak lagi. Ini bisa
menjadi modal awal untuk permasalahan yang akan kamu teliti dalam penelitianmu.
Setelah itu, kamu bisa menggali lebih dalam dengan melihat dan membaca dari
penelitian-penelitian yang ada sebelumnya dari skripsi kakak tingkat, tesis, penelitian
orang lain, atau jurnal. Kamu bisa mencarinya di perpustakaan atau secara online.

2. Mencari penelitian terdahulu yang menyelesaikan masalah


Setelah mendapatkan permasalahan dari hasil menggali dan melihat masalah
yang ada di sekitar kita, kamu bisa mencarinya lebih dalam lagi dengan mencari
penelitian terdahulu yang menyelesaikan masalah. Kamu bisa mencarinya di
perpustakaan kampus atau secara online.
Dengan melihat penelitian yang menyelesaikan masalah, kamu akan
mendapat gambaran yang mungkin bisa membantumu. Kamu bisa menemukan ide
lain untuk menyelesaikan masalah yang sudah kamu ambil. Misalnya dengan
mencari dan melihat dari penelitian dalam waktu 10 tahun terakhir. Kamu juga bisa
mencari literatur dari jurnal atau penelitian dari luar negeri sehingga bisa menambah
pengetahuanmu.

3. Temukan masalah penelitian yang belum terselesaikan


Pada umumnya, dari setiap penelitian terdapat saran dan kesimpulan yang
menyangkut penelitian yang dilakukan. Dari sana, kamu bisa mencari apakah ada
masalah penelitian yang belum terselesaikan. Misalnya, metode yang digunakan
masih kurang cocok dan bisa menggunakan metode lainnya, jangka waktu
penelitian, penelitian lanjutan, dan masih banyak lagi. Kamu bisa mencari
kelebihan dan kelemahan penelitian tersebut dan belajar dari metode yang
digunakan.
Setelah menemukan masalah yang belum terselesaikan, kamu bisa
menggali lebih dalam dengan melihat dan mencari informasi apakah masalah
tersebut sudah diteliti oleh orang lain atau belum. Kamu harus rajin mencari
penelitian terkait dan membaca literatur agar cepat menemukan masalah
penelitian.

4. Membuat kajian pustaka dari literatur yang telah dikumpulkan


Saat kamu mencari masalah penelitian, kamu mungkin sudah mencari
beberapa literatur. Ketika mendapatkan literatur, kamu bisa merangkumnya dan
membuat kajian pustaka. Disini kamu bisa membuat data yang lebih rapi dan
tersusun sehingga kamu bisa melihat apa saja yang bisa menjadi celah untuk
mendapatkan masalah penelitian. Kamu bisa merangkumnya dengan membuat
dokumen daftar literatur yang berisi hasil dan metode penelitiannya, atau dengan
memberi highlight dari literatur yang sudah kamu download. Dengan membuat
rangkuman atau kajian pustaka yang rapi, akan lebih mudah untuk membacanya
lagi jika kamu memerlukannya suatu saat nanti.

5. Menuliskan masalah inti penelitian


Jika kamu sudah mendapatkan gambaran masalah apa yang akan kamu
teliti, maka segera tulis dan buat kerangka pemikirannya. Dari sini kamu dapat
melihat masalah apa saja yang menjadi inti dari penelitianmu dan yang akan kamu
teliti.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya


adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan
desain penelitiannya. Proses penelitian kuantitatif menurut Bryman (2004: 63) adalah
dimulai dari teori, hipotesis, research design, memilih research site(s), memilih
subjek/responden riset, mengumpulkan data dan menuliskan kesimpulan untuk kemudian
kembali menjadi awal dari segalanya, teori. Pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan
masalah. Untuk itu setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari
masalah. Masalah ibarat jantung dalam penelitian, tanpa ada masalah maka tidak akan ada
penelitian. Oleh karena itu, kualitas penelitian sangat dipengaruhi oleh perumusan masalah
yang diangkat. Masalah merupakan faktor yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya
sebuah penelitian. Tipe Masalah-Masalah penelitian dapat dibedakan menjadi tiga
berdasarkan tujuan penelitian, yaicu masalah penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif,
dan eksplanatif.

Variabel merupakan pusat perhatian di dalam penelitian kuantitatif. Secara singkat,


variabel dapat didefinisikan sebagai konsep yang memiliki variasi atau memiliki lebih dari
satu nilai. Selanjutnya, hubungan antar variabel dapat dibedakan menjadi beberapa jenis.
Ada tiga jenis hubungan antarvariabel, yaitu: Korelasi simetris, korelasi asimatris, korelasi
timbal balik.
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara
pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau
teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah,
serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian. Paradigma
terdiri dari paradigma sederhana, paradigma sederhana berurutan, paradigma ganda dengan
dua variabel independen, paradigma ganda dengan tiga variabel independen, paradigma
ganda dengan dua variabel dependen, paradigma ganda dengan dua variabel independen dan
dua dependen, paradigma jalur.

Untuk menemukan masalah dapat dilakukan dengan cara melekukan analisis masalah,
yaitu dengan bantuan menyusun ke dalam pohon masalah. Dengan analisis masalah, maka
permasalahan dapat diketahui mana masalah yang penting, yang kurang penting,dan yang
tidak penting.
DAFTAR PUSTAKA

Martono, Nanang. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder
Edisi Revisis 2. Jakarta: PT Rajawali Pers..
Musthofa, Al. (2015, Desember 22). “Metode Penelitian Kuantitatf”. Diakses pada 8 Oktober
2022 melalui LABORATORIUM PENDIDIKAN BIOLOGI : makalah metode penelitian kuantitatif
(musthofaali848.blogspot.com).

S, Nur Riski, dan Vellanofa.(2016, Oktober 19). “Paradigma dan Teori Dalam Penelitian Kuantitatif”.
Diakses pada 9 Oktober 2022 melalui metode penelitian kuantitatif: makalah paradigma dan
teori dalam penelitian kuantitatif (makalah-metode-penelitian-kuantitatif.blogspot.com) .

Siregar, Syofian. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif : dilengkapi dengan perbandingan perhitungan
manual dan SPSS. Jakarta: Kencana.

Sugitono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sutama. 2015. Metode Peneltian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R&D. Kartasura: Fairuz Media.

Anda mungkin juga menyukai