7
ebelum membahas satu persatu tentang pengembangan media
112
11. Jika perlu, sudahkah Anda menentukan orang tertentu yang ahli di bidang
masing-masing untuk membantu anda dalam mempersiapkan materi
pelajaran?
lengkung, dan garis patah (zig zag). Garis juga memiliki karakter tertentu
tergantung pada media, teknik, dan tempat membuatnya.
2. Bidang / Bentuk
Bidang merupakan unsur rupa yang memiliki dimensi panjang dan lebar,
sedangkan bentuk memiliki dimensi
panjang, lebar, dan tinggi. Atau
dengan kata lain bidang bersifat
pipih, sedangkan bentuk memiliki isi
atau volume. Dari bentuknya bidang
113
sumber: http://ozhu73.blogspot.com
Gambar 7.2
Macam-macam Bentuk
maupun bentuk terdiri dari beberapa macam, yakni; bidang geometris, bidang
biomorfis (organis), bidang bersudut, dan bidang tak beraturan. Bidang dapat
terbentuk karena kedua ujung garis yang bertemu, atau dapat pula terjadi karena
sapuan warna.
3. Tekstur
Tekstur merupakan sifat
permukaan sebuah benda. Sifat
permukaan dapat berkesan halus,
kasar, kusam, mengkilap, licin,
berpori dan sebagainya. Kesan-
kesan tersebut dapat dirasakan sumber: http://ozhu73.blogspot.com
melalui penglihatan dan rabaan.
Gambar 7.3
Oleh karena itu terdapat dua jenis Macam-macam Tekstur
tekstur, yaitu tekstur nyata, yaitu sifat permukaan yang menunjukkan kesan
sebenarnya antara penglihatan mata dan rabaan, dan tekstur semu (maya), yaitu
kesan permukaan benda yang antara penglihatan dan rabaan dapat berbeda
kesannya.
4. Warna
Secara teori
warna dapat dipelajari
melalui dua pendekatan,
yaitu teori warna
berdasarkan cahaya
(dipelopori Isac
Newton), dan teori warna
berdasarkan pigmen
sumber: http://ozhu73.blogspot.com
warna (Goethe) Teori
Gambar 7.4
warna berdasarkan cahaya Macam-macam Warna
114
dapat dilihat melalui tujuh spectrum warna dalam ilmu Fisika seperti halnya
warna pelangi. Untuk kepentingan pembelajaran media grafis , artikel ini
membahas teori warna berdasarkan pigmen, yakni butiran halus pada warna.
Beberapa istilah yang perlu diketahui dalam teori warna pigmen diantaranya; 1)
.Warna Primer, yakni warna dasar atau warna pokok yang tidak dapat diperoleh
dari campuran warna lain. Warna primer terdiri dari merah, kuning, dan biru, 2).
Warna Sekunder, yaitu warna yang diperoleh dari campuran kedua warna primer,
misalnya warna ungu, oranye (jingga) , dan hijau, 3). Warna Tersier, yakni warna
yang merupakan hasil percampuran kedua warna sekunder, 4). Warna analogus,
yaitu deretan warna yang letaknya berdampingan dalam lingkaran warna,
misalnya deretan dari warna ungu menuju warna merah, deretan warna hijau
menuju warna kuning, dan lain-lain, 5). Warna komplementer, yakni warna
kontras yang letaknya berseberangan dalam lingkaran warna, misalnya, kuning
dengan ungu, merah dengan hijau, dan lain-lain.
5. Gelap Terang
Dalam visualisasi pesan media dua dimensi,
gelap terang dapat berfungsi untuk beberapa hal,
antara lain: menggambarkan benda menjadi berkesan
tiga dimensi, menyatakan kesan ruang atau kedalaman,
dan memberi perbedaan (kontras). Gelap terang dalam
media grafis dapat terjadi karena intensitas (daya
pancar) warna, dapat pula terjadi karena percampuran
warna hitam dan putih. sumber: http://ozhu73.blogspot.com
Gambar 7.5
Ilustrasi Gelap Terang
115
6. Ruang (kedalaman)
Ruang dalam media tiga dimensi dapat dirasakan
langsung oleh pengamat seperti halnya ruangan dalam rumah,
ruang kelas, dan sebaginya. Dalam karya dua dimensi ruang
dapat mengacu pada luas bidang gambar. Unsur ruang atau
kedalaman pada karya dua dimensi bersifat semu (maya)
karena diperoleh melalui kesan penggambaran yang pipih,
datar, menjorok, cembung, jauh dekat dan sebagainya. Oleh
karena itu dalam karya dua dimensi kesan ruang atau
sumber: http://ozhu73.blogspot.com
kedalaman dapat ditempuh melelui beberapa cara,
tekstur, 4). Pergantian ukuran, 5). Penggambaran bidang bertindih, 6). Pergantian
tampak bidang, 7). Pelengkungan atau pembelokan bidang, dan 8). Penambahan
bayang-bayang.
7. Komposisi
Komposisi pada dasarnya sama dengan Prinsip visual. Di dalamnya
membahas tentang bagaimana mengatur, menata, atau mengorganisasikan unsur-
unsur visual agar karya seni yang dibuat menjadi enak dipandang. Komposisi
ialah susunan unsur-unsur yang dapat memancarkan kesan kesatupaduan, irama,
dan keseimbangan dalam suatu media grafis sehingga karya itu terasa utuh, jelas,
dan memikat. Paduan unsur-unsur yang berdampingan akan menimbulkan kesan
selaras atau pertentangan. Apabila kita perhatikan paduan unsur yang
berdampingan dari satu ke yang lain, maka kesan selaras dan bertentangan itu
akan silih berganti dan bervariasi sehingga menimbulkan kesan rangkaian gerak.
Keselarasan paduan unsur yang berdampingan disebut harmoni, sedang kesan
pertentangan paduan unsur disebut kontras. Rangkaian harmoni dan kontras dalam
komposisi disebut irama atau ritme.
116
Komposisi sama halnya dengan suatu masakan, dapat terasa hambar, enak, atau
sedap. Komposisi akan terasa hambar kalau iramanya tidak menentu. Komposisi
akan terasa enak jika iramanya jelas, dan mempunyai pusat perhatian (fokus).
Komposisi akan terasa sedap kalau iramanya bervariasi dan mempunyai
keseimbangan yang dinamis, sehingga tidak membosankan. Komposisi yang
demikian akan terasa lebih hidup.
Pola komposisi ada beberapa macam, yaitu: simetri, asimetri, dan bebas/informal.
Jika kita cermati uraian di atas, maka terdapat beberapa Prinsip Visual yang dapat
kita tarik satu persatu, diantaranya adalah:
1. Kesatuan (Unity)
Kesatuan merupakan paduan unsur-unsur
visual yang antara unsur satu dengan yang lain saling
menunjukkan adanya hubungan atau keterkaitan,
dengan kata lain tidak terpisah-pisah atau berdiri
sendiri. Agar sebuah
karya seni menjadi enak dipandang maka syarat
utamanya adalah memiliki kesatuan. Dalam prinsip
sumber: http://wawasanvisual.blogspot.com
2. Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan merupakan prinsip pengaturan unsur visual dengan
memperhatikan bobot visual yang tidak berat sebelah atau timpang. Pengaturan
unsur yang timpang mengakibatkan perasaan tidak nyaman bagi orang yang
melihatnya. Terdapat dua macam keseimbangan, yaitu simetris dan asimetris.
Keseimbangan simetris adalah pengaturan unsur yang sama bentuk dan
117
jumlahnya. Sedangkan keseimbangan asimetris adalah pengaturan unsur yang
antar bagiannya tidak sama bentuk dan jumlahnya tetapi menunjukkan kesan
bobot visual yang sama.
3. Keserasian (Harmony)
Keserasian merupakan perpaduan unsur visual yang selaras atau hubungan
yang tidak bertentangan antara bagian satu dengan bagian lainnya. Keserasian
dapat terbentuk karena pengaturan unsur yang memiliki kedekatan bentuk
(kemiripan), perpaduan warna, maupun unsur peran (fungsi).
sumber: http://wawasanvisual.blogspot.com
4. Irama (Rhytm)
Pengulangan unsur-unsur visual dalam sebuah
tatanan akan menimbulkan kesan gerak bagi orang
yang melihatnya. Kesan gerak inilah yang disebut
irama. Terdapat beberapa jenis irama, diantaranya;
irama repetitif, yaitu kesan gerak yang
ditimbulkan dari pengaturan unsur yang monoton
(sama) baik ukuran, warna maupun jaraknya.
Iramaalternatif merupakan kesan gerak yang
sumber: http://wawasanvisual.blogspot.com
muncul karena pengaturan unsur yang berselang
5. Kesebandingan (Proportion)
Kesebandingan atau lebih dikenal dengan sebutan proporsi adalah
perbandingan ukuran unsur-unsurnya, baik perbandingan antar bagian maupun
antara bagian terhadap keseluruhan. Pengaturan besar kecilnya bagian merupakan
118
sumber: http://wawasanvisual.blogspot.com
119
1. mengembangkan keterampilan mendengar dan mengevaluasi apa yang
telah didengar
2. mengatur dan mempersiapkan diskusi atau debat dengan mengungkapkan
pendapat-pendapat para ahli yang berada jauh dari lokasi
3. menjadikan model yang akan ditiru oleh siswa
4. menyiapkan variasi yang menarik dan perubahan tingkat kecepatan belajar
mengenai suatu pokok bahasan atau sesuatu masalah
Gambar 7.11
Ilustrasi Alat Penyampai Media Audio
120
pertanyaan-pertanyaan. Variasi lain dalam mempersiapkan murid untuk
mendengar adalah (1) mengidentifikasi materi – judul, peserta, atau keadaan yang
terjadi pada saat produksi, (2) memberikan informasi latar belakang yang menarik
tentang program itu, (3) membahas secara singkat bersama siswa mengenai topik
dan memunculkan beberapa pertanyaan kunci di mana jawabannya diharapkan
dapat diperoleh dari materi audio itu, (4) membuat di papan tulis daftar kata-kata
kunci atau frase kunci yang terkandung dalam bahasan audio itu, (5) menjelaskan
mengapa siswa harus mendengarkan materi audio itu.
Mendengarkan materi audio. Tuntun siswa untuk menjalani pengalaman
mendengar dengan waktu yang tepat atau dengan sedikit penundaan antara
pengantar dan mulainya proses mendengar. Dorong siswa untuk mendengarkan
dengan tenang, pusatkan perhatian kepada materi audio, mendengarkan dengan
pikiran terbuka dan dengan kemauan, dan dengan sadar menghubungkan apa yang
didengar dengan pertanyaan-pertanyaan yang dibahas sebelum program ini
dimulai.
Diskusi (membahas) materi program itu. Sebaiknya setelah selesai
mendengar program itu, diskusi dimulai secara informal dengan mengajukan
pertanyaan yang bersifat umum seperti “Bagian mana (gagasan mana) yang paling
berkesan/menonjol dari program itu?”. Setelah itu barulah berpindah ke
pertanyaan-pertanyaan yang dipersiapkan.
Menindaklanjuti program. Pada umumnya, diskusi dan evaluasi. Setelah
mendengarkan program mengakhiri kegiatan mendengar.
Untuk mengukur dan mengevalusi sejauh mana perkembangan
kemampuan siswa mendengar, memahami, dan menghargai materi audio perlu
diberikan beberapa contoh sebagai berikut :
1. Mengukur kemampuan siswa memperoleh informasi dan pemahaman
melalui materi audio dengan memberikan tugas untuk mendengarkan
rekaman kuliah atau pidato. Ajukan pertanyaan yang menyangkut fakta
atau interpretasi berdasarkan apa yang didengar.
2. Perdengarkan satu bagian dari rekaman pidato atau drama yang siswa
belum kenal. Tugaskan siswa untuk mengidentifikasi berbagai unsur,
121
seperti membaca, jenis kesempatan, waktu, kesiapan siswa atau
sesudahnya, dan signifikasi gagasan-gagasan yang diungkapkan
3. Perdengarkan seluruh atau sebagian drama, pidato atau kuliah kemudian
mintalah siswa secara kritis mengevaluasi apa yang telah didengarnya
dengan memperhatikan pendapat dan gagasan yang diungkapkan, kualitas
drama, pengucapan pembicara, penekanan dan ekspresi, panjang
pidato/kuliah, dan aspek lainnya
4. Dengarkan sebagian dari sajian ceritera-masalah, tetapi hentikan sebelum
akhir ceritera, kemudian mintalah siswa memberikan akhir cerita menurut
versi mereka berdasarkan prinsip-prinsip dan informasi yang berkaitan
5. Perdengarkan bagian akhir yang dramatis saja dari cerita yang terkenal.
Mintalah siswa mengembangkan secara kreatif unsur-unsur dasar peristiwa
yang mungkin diungkapkan sebelum akhir ceritera yang telah didengar.
2. Kombinasi Slide dan Suara
Keefektivan penyajian pelajaran melalui multi-media seperti ini
memerlukan perhatian khusus kepada faktor-faktor seperti berikut ini :
a. Sajikan konsep-konsep dan gagasan-gagasan satu persatu. Pesan yang
lebih dari satu, baik melalui visual maupun verbal, akan membagi
perhatian siswa sehingga kedua pesan itu akhirnya tidak terserap oleh
siswa
b. Gunakan bidang penayangan di layar untuk tujuan-tujuan tertentu untuk
menyampaikan pesan materi pelajaran. Satu gambar yang ditayangkan di
layar mungkin perlu tetap diproyeksikan ke layar selama diperlukan atau
ingin visual itu mendapat penekanan, dan siswa dapat memahami pesan
yang terkandung dalam visual itu
c. Susunlah unsur-unsur gambar itu dan aturlah hubungan antara unsur-unsur
itu, dengan pertimbangan bahwa pesan utama diletakkan di tengah-tengah
layar dan informasi lainnya pada ruang di sisi ruangan
d. Pilihlah slide yang berkualitas baik menurut teknis dan estetis
e. Pilihlah musik yang dapat menyentuh perasaan untuk penyajian, tetapi
perhatikan jangan sampai musik mengatasi narasi
122
f. Gunakan efek suara asli untuk memberikan bayangan realisme dalam
penyajian
g. Jangan terlalu banyak narasi, biarkanlah gambar-gambar yang menyajikan
informasi atau pesan-pesan
h. Dalam beberapa hal, penggunaan lebih dari satu suara dalam narasi akan
membuat penyajian lebih dinamis
123
utamanya sebagaimana biasanya, dan komputer merupakan pengendali seluruh
peralatan itu. Jenis peralatan itu adalah komputer, video, kamera, video cassette
recorder (VCR), overhead projectors, multivision, CD player, compact disc.CD
player, yang sebelumnya merupakan peralatan tambahan (external peripheral)
komputer, sekarang sudah menjadi bagian unit komputer tertentu. Kesemua
peralatan itu haruslah kompak dan bekerjasama dalam menyampaikan informasi
kepada pemakainya.
Gambar 7.12
Ilustrasi Compact Disk
124
Latihan
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi di atas,
berdasarkan konsep yang telah anda pelajari silahkan anda mengerjakan latihan
berikut ini!
1. Sebutkan unsur-unsur visual yang anda ketahui?
2. Sebutkan kelebihan media audio dibanding media lainnya?
3. Tahun berapakan perkembangan media mulai berkembang untuk dunia
pendidikan?
4. Penggunaan komputer sebagai media pembelajaran dikenal dengan nama?
5. CAI (Computer assisted Instruction) terbagi menjadi apa saja, sebutkan!
Ringkasan
125
menyiapkan variasi yang menarik dan perubahan tingkat kecepatan
belajar mengenai suatu pokok bahasan atau sesuatu masalah
4. Di samping digunakan untuk keperluan administrasi dan pengembangan
usaha pada perusahaan besar dan kecil, komputer pun mendapat tempat di
sekolah-sekolah. Di negara maju, misalnya Amerika Serikat, komputer
sudah digunakan di sekolah-sekolah dasar sejak tahun 1980-an dan kini di
setiap sekolah komputer sudah merupakan barang yang lumrah.
5. Penggunaan komputer sebagai media pembelajaran dikenal dengan nama
pembelajaran dengan bantuan komputer (Computer assisted Instruction) –
CAI, atau Computer assisted Learning CAL).
6. Dilihat dari situasi belajar di mana komputer digunakan untuk tujuan
menyajikan isi pelajaran, CAI bisa berbentuk tutorial, drills and practice,
simulasi, dan permainan.
Heinich, R., Molenda, M., & Russel, J.D. (1989). Instructional media and
technologies for learning. New York: Mc.Millan.
http://damanjohan.wordpress.com/2011/04/14/Pengembangan-cd-multimedia-
interaktif-untuk-pembelajaran-berbasis-teknologi-informasi-
komunikasi-tik/ diakses 16-11-2012 jam 19.00
Ishak Abdulhak, Wina S.( 1995). Media Pendidikan Suatu Pengantar. P3MP
IKIP Bandung.
Morgan, A. (1993). Improving your1 students learning: reflections on the
experience of study. Open and Distance Learning Series. London:
Kogan Page.
Pannen, P. (2001). Mengajar di Perguruan Tinggi, buku 2.08. Penulisan bahan
ajar. Jakarta: PAU-PPAJ, Universitas Terbuka.
126