Pada bab ini kami akan menguraikan bagaimana mengumpulkan data yang reliabel dan
valid di lingkungan alami – seperti sekolah, ruang kelas, dan masyarakat. Informasi
seperti ini biasanya bersifat informal, interpretif, dan bernilai langsung bagi peneliti
pendidikan. Selain itu, informasi ini sering melengkapi jenis data yang diuraikan pada
bab-bab sebelumnya dan memberi masukan serta konteks bagi penelitian sebab-
akibat, yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya.
Tinjauan Bab
Namun demikian, dalam kasus lain meskipun sudah jelas terdapat masalah yang harus
dipecahkan, penelitian perlu dilakukan untuk mengklarifikasi apa masalah yang
sebenarnya dan mengidentifikasi variabel yang mungkin perlu diukur dengan metode
yang lebih terstruktur. Selain itu, kadang-kadang variabelnya tidak diketahui atau
sangat sulit untuk didefinisikan secara operasional, sehingga perlu dilakukan penelitian
interpretif untuk meneliti dan menyusun variabel serta memberikan makna yang lebih
mendalam dan lebih lengkap kepada variabel tersebut. Istilah kualitatif, interpretif, dan
naturalistik telah digunakan untuk jenis penelitian umum ini untuk menggambarkan atau
menafsirkan lingkungan pendidikan.
Penelitian kualitatif mengakui bahwa analisis mengenai kegiatan manusia pasti sangat
subjektif dan berusaha membuat analisis subjektif mengenai perilaku manusia tersebut
seobjektif mungkin.
Perhatian utama pada perasaan dan pemikiran pribadi seseorang atau para anggota
suatu kelompok sehubungan dengan peristiwa dalam kehidupan mereka
Kesadaran mengenai ketidakterlihatan peristiwa dan struktur sosial dan pribadi sehari-
hari
Kesadaran mengenai makna pribadi, makna lokal, dan makna yang berbeda dari
struktur, peristiwa, dan aturan sosial yang nampaknya sama
Persepsi holistik, umum, dan mendalam mengenai sistem sosial yang ada dan orang-
orang di dalamnya
Penelitian kualitatif bukan metode penelitian baru. Di beberapa bidang ilmu sosial,
seperti antropologi, penelitian kualitatif telah lama menjadi strategi utama untuk
menyusun dan menguji hipotesis. Penelitian kualitatif juga telah lama digunakan di
bidang pendidikan, setidaknya sejak Large Schools, Small Schools (Sekolah Besar,
Sekolah Kecil) Barker (1964), yang menyajikan bukti kuat mengenai keuntungan
sekolah kecil bagi pertumbuhan pribadi dan sosial remaja. Hasil penelitian ini nyaris
diabaikan oleh para administrator pendidikan, yang sedang berusaha
mengkonsolidasikan sekolah-sekolah, sebagian dengan janji bahwa sekolah besar
akan lebih efisien pengelolaannya – janji yang sedikit didukung oleh penelitian dan
jarang dilaksanakan. Coleman (1961) meneliti budaya remaja di sekolah-sekolah
menengah di daerah Chicago dan antara lain menyimpulkan bahwa remaja memang
membentuk suatu masyarakat dan bahwa psikologi pembelajaran yang didasarkan
pada siswa sebagai entitas yang terpisah akan sangat tidak lengkap. Dengan demikian,
penelitian kualitatif telah memainkan peran penting dengan menambah pemahaman
kita mengenai proses pendidikan dan konteksnya.
Para peneliti kuantitatif dan kualitatif pendidikan memberikan tanggapan yang berbeda
terhadap tantangan yang ditimbulkan oleh fakta bahwa kontrol eksperimen, dalam
tradisi fisika dan biologi, sangat mustahil di bidang pendidikan dan ilmu sosial lainnya.
Dalam buku ini, kami berpendapat bahwa terdapat suatu kontinum (rangkaian kontinu)
objektivitas dan subjektivitas dan bahwa semua penelitian tidak bisa dimasukkan ke
dalam satu kategori tertentu. Kenyataannya, kedua jenis penelitian ini mungkin paling
bermanfaat jika digabungkan. Strategi yang tepat adalah dengan memahami prinsip-
prinsip dasar penelitian kualitatif maupun kuantitatif, mengetahui kelebihan dan
kekurangan masing-masing metode penelitian ini, dan mampu menafsirkan hasil dari
kedua metode penelitian ini.
Saat mereka melakukan penelitian kualitatif, peneliti pendidikan sering meminjam dari
bidang-bidang ilmu seperti antropologi sosial, etnografi, ekologi, psikologi klinis,
sosiologi, psikologi sosial, perkembangan anak, dan ilmu keluarga. Saat membaca
laporan penelitian kualitatif, Anda kadang-kadang akan melihat laporan tersebut
dikatakan sebagai penelitian etnografi atau ekologi. Ini berarti peneliti tersebut banyak
meminjam dari bidang etnografi dalam melakukan penelitian mereka atau sangat
mengandalkan metodologi yang digunakan di bidang ekologi manusia.
Mahasiswa dan peneliti yang mengambil jurusan ilmu kualitatif seperti antropologi dan
ekologi mengambil satu mata kuliah atau lebih mengenai metodologi penelitian yang
khusus untuk bidang tersebut. Karena itu, dapat diasumsikan bahwa kami tidak
mungkin menjelaskan kepada Anda dalam beberapa halaman “bagaimana menjadi
peneliti yang hebat” di masing-masing bidang kualitatif ini. Sebaliknya, halaman-
halaman selanjutnya akan memberikan contoh-contoh dan panduan dari beberapa
bidang ini sehingga Anda dapat memahami apa yang dilakukan para peneliti dan dapat
menafsirkan temuan mereka secara lebih tepat. Dalam pembahasan ringkas kami
mengenai bidang-bidang ini, kami akan berfokus pada bagaimana bidang-bidang ini
dapat diterapkan pada lingkungan pendidikan.
Etnografi
Peneliti etnografi tidak melakukan pertimbangan nilai atau menilai tindakan masyarakat;
mereka prihatin jika peneliti berusaha “memperbaiki” masyarakat atau situasi budaya
yang berkaitan dengan masyarakat ini.
Etnografi merupakan uraian analitis mengenai lingkungan budaya yang utuh. Uraian ini
menyajikan keyakinan bersama, praktik, artefak, pengetahuan tradisional, dan perilaku
masyarakat. Etnografi bersifat empiris dan alami. Etnografi merupakan uraian tangan
pertama dan holistik mengenai suatu fenomena keseluruhan dalam konteksnya. Dari
uraian mendalam ini, peneliti etnografi menghasilkan variabel-variabel utama dan
fenomena yang mempengaruhi keyakinan dan perilaku partisipan. Temuan yang
dihasilkan sering menimbulkan atau mendukung teori-teori baru.
Ekologi Manusia
Sosiologi
Sebagian dari tugas pendidikan adalah membantu sosialisasi dan akulturasi anak dan
remaja. Bagaimana tugas ini dilaksanakan, budaya siapa yang diwariskan, dan
bagaimana tugas ini dikomunikasikan di sekolah harus menjadi bagian utama dari
penelitian pendidikan. Sosiologi melihat fungsi kelompok-kelompok orang dan pengaruh
struktur sosial. Sosiologi membahas faktor-faktor seperti perubahan sosial, status dan
stratifikasi sosial, kekuasaan sosial, masalah sosial (seperti kejahatan, kemiskinan,
ketegangan etnis, dan kelebihan penduduk), birokrasi, keluarga, dan lembaga sosial.
Selain itu, sosiolog membahas hubungan interpersonal, konflik, dan gaya manajemen.
Mereka juga meneliti taktik penghindaran seperti ambiguitas, ritual, kerahasiaan,
berbohong, dan bercanda dalam hubungan sosial. Sosiolog meneliti pendidikan dan
memandangnya sebagai pengalaman belajar budaya utama bagi semua orang dalam
masyarakat kita.
Salah satu masalah yang dihadapi peneliti pendidikan adalah menghadapi secara
efektif semua kelas sosial. Mungkin sebagian peneliti pendidikan “menoleransi”
kebiasaan dan sistem nilai kelas bawah dan memperkuat sistem nilai kelas menengah
yang “baik”, sambil berusaha meyakinkan “kaum elit” masyarakat untuk memberikan
dukungan finansial bagi sekolah. Kemiskinan keluarga adalah masalah lain yang
membuat sekolah menyediakan akomodasi, dengan menyediakan makan siang gratis,
bimbingan khusus, dan sering juga layanan kesehatan masyarakat. Masalah lainnya
adalah para guru umumnya berasal dari kelas menengah dan cenderung menekankan
sistem nilai kelas menengah seperti kehadiran di sekolah, ketepatan waktu,
penghargaan terhadap hak milik, dan tanggung jawab pribadi, sedangkan dewan
sekolah mungkin berasal dari kelompok bisnis dan profesi atau dari para petani pemilik
tanah di daerah pedesaan.
Paragraf-paragraf sebelumnya telah memperlihatkan tingkat keterkaitan antara
sosiologi dan pendidikan. Kenyataannya, ada bidang sosiologi pendidikan yang sudah
berkembang dengan baik, dan bidang ini melakukan penelitian pendidikan. Sosiolog
pendidikan menyatakan bahwa sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan tidak
terpisah dari masyarakat; jadi, sekolah tidak dapat dipahami tanpa memahami
masyarakat, yang tercermin pada sekolah. Mereka menyatakan bahwa sekolah mencari
siswa dan mengajarkan pengetahuan tertentu dan nilai-nilai sosial kepada siswa.
Kenyataannya, salah satu dari tujuan utama pengajaran adalah mengubah keyakinan
siswa. Jelas bahwa isi dan metodologi sosiologi banyak yang bisa dimanfaatkan di
bidang pendidikan.
Kami telah merangkum hanya beberapa ilmu kualitatif yang metodologi penelitiannya
relevan dengan bidang pendidikan. Saat Anda membaca semua uraian ini, mungkin
dapat Anda melihat persamaan yang signifikan di antara berbagai kegiatan yang
dilakukan para peneliti di berbagai bidang ini. Misalnya, peneliti etnografi dan ekolog
manusia sering berfokus pada variabel yang sama dengan variabel yang menjadi fokus
perhatian para sosiolog, tapi dengan perspektif yang agak berbeda. Para peneliti
kualitatif bidang pendidikan menganjurkan agar para peneliti pendidikan juga meminjam
dari bidang-bidang ini dan menerapkan metodologi ini dalam perspektif yang sesuai di
bidang pendidikan.
Sebagian besar pembaca buku ini akan menyadari bahwa mereka telah setidaknya
secara ringkas mempelajari metodologi penelitian kualitatif sebagai bagian dari
pendidikan pengetahuan umum mereka untuk menjadi guru.
Untuk menunjukkan pemahaman umum siswa, guru, administrator, dan orang tua
dalam penelitian pendidikan diperlukan pengetahuan mengenai teori dan metodologi
penelitian di bidang-bidang seperti antropologi, etnografi, ekologi manusia, dan
sosiologi, serta metode pengumpulan, analisis, dan penafsiran datanya. Sebagian
besar pembaca buku ini akan menyadari bahwa mereka telah setidaknya secara
ringkas mempelajari metodologi penelitian kualitatif sebagai bagian dari pendidikan
pengetahuan umum mereka untuk menjadi guru. Karena laporan penelitian kualitatif
semakin banyak tersedia dalam literatur profesional, Anda dapat mempelajari
metodologi ini, memahami kemungkinan penerapannya di bidang pendidikan,
menafsirkan temuannya secara lebih tepat, dan mungkin mulai menggunakannya untuk
lebih memahami masalah pendidikan.
Setelah kita memahami manfaat dari penelitian kualitatif, perlu dibahas metode tertentu
untuk merekam urutan kejadian yang berkelanjutan dan berbagai macam variabel.
Metode kualitatif yang efektif memungkinkan peneliti meneliti situasi secara mendalam
dan luas, mempelajari perasaan pribadi dan melihat kegiatan, menentukan struktur
sosial dan konteks ruang kelas atau lingkungan pendidikan lainnya, dan memadukan
semua hasil pengamatan tersebut ke dalam suatu gambaran fenomena yang holistik
dan menyeluruh.
Pengamat Partisipan
Pengumpul data utama dalam berbagai bentuk penelitian kualitatif adalah pengamat
partisipan. Sesuai dengan namanya, pengamat partisipan adalah orang yang
berpartisipasi di lingkungan atau proses yang sedang diteliti dan juga melakukan
pengamatan teliti mengenai apa yang terjadi. Pengamat partisipan (jikan di ruang kelas,
mereka adalah guru) bukan orang asing bagi lingkungan tersebut; karena itu, mereka
mengetahui bahasa, frasa, dan kosa kata tertentu yang umum di lingkungan
pendidikan. Pengetahuan ini memungkinkan pengamat partisipan memahami kejadian-
kejadian di ruang kelas dan budaya pendidikan dari tahap awal pengumpulan data.
Pengamat partisipan dapat mengajukan pertanyaan yang dapat dipahami mengenai
kejadian pendidikan dan menyusun strategi untuk pengumpulan semua jenis data:
pengamatan, wawancara, angket, rekaman gambar dan suara, analisis isi, dan ujian
formal dan informal.
Diperlukanlatihan untuk menjadi pengamat partisipan yang baik. Kesadaran yang jelas
harus dibangun. Cara yang tepat untuk mengembangkan keahlian ini adalah dengan
bekerja sama dengan rekan – masing-masing Anda harus menulis uraian yang
terperinci dan jelas mengenai proses pendidikan yang cukup umum yang Anda amati,
atau melakukan wawancara terpisah terhadap orang yang sama. Kemudian,
bandingkan catatan dengan rekan Anda untuk melihat bagaimana persamaannya dan
untuk mengetahui variabel mana yang dilaporkan oleh satu pewawancara dan tidak
dilaporkan oleh pewawancara yang lain. Diskusikan laporan pengamatan dan
wawancara Anda untk menentukan apa yang mungkin telah Anda salah tafsirkan, apa
yang Anda tafsirkan berlebihan, atau apa yang Anda lupakan. Kemudian ulangi
kegiatan ini beberapa kali dengan pengamat dan pewawancara yang berbeda dengan
kejadian sosial dan wawancara yang semakin kompleks. Lanjutkan proses ini sampai
Anda melihat dan mendengar variabel dengan cara yang lebih seragam.
Proses yang diuraikan pada paragraf sebelumnya akan menghasilkan pengamat dan
pewawancara yang saling sepakat secara umum (dalam istilah psikometrik, para
peneliti ini mengembangkan reliabilitas). Melalui proses ini pengamat dan pewawancara
dapat menunjukkan bahwa terdapat variabel sosial dan psikologis (tapi subjektif) yang
nayta di dunia pendidikan yang dapat diamati oleh orang lain. Menjadi pengumpul data
yang reliabel tidak berarti bahwa pengamat partisipan adalah pelapor dan penafsir
kenyataan yang valid, tapi tanpa data yang dapat diulang kecil kemungkinan
memperoleh data yang valid.
Perlu latihan untuk menjadi pengamat partisipan yang baik. Kesadaran yang jelas harus
dibangun.
Bernard (1988, hal. 159) menyatakan bahwa meskipun sudah ada pelatihan dan praktik
sebelumnya serta hubungan yang baik, “setidaknya diperlukan waktu tiga bulan untuk
mencapai pemahaman intelektual yang memadai mengenai budaya lain dan diterima
sebagai pengamat partisipan.” Ia menyatakan bahwa para peneliti memilih lokasi yang
mudah dimasuki, mendokumentasikan dengan baik proyek penelitian mereka,
menggunakan kontak dengan para partisipan yang dapat membantu mereka
mendapatkan akses ke budaya tersebut, dan mempertimbangkan terlebih dahulu
tanggapan mereka terhadap pertanyaan mengenai apa yang mereka lakukan, apa yang
ingin mereka ketahui, apa manfaat penelitian mereka, dan siapa yang dapat
memanfaatkan penelitian tersebut.
Guru kelas bisa sangat terlibat dan sering menjadi mitra penuh dalam penelitian
kualitatif, terutama pada penelitian Tingkat I. Mereka bisa menjadi kolaborator dan
pengamat partisipan bersama guru lainnya pada Tingkat II, III, dan IV. Guru terlibat
secara mendalam dan secara pribadi di ruang kelas dan dengan siswa mereka. Mereka
sangat menyadari perbedaan antara teori-teori yang telah dipelajari mengenai perilaku
dan tindakan manusia dan apa yang mereka lihat setiap hari. Selanjutnya, mereka
melihat siswa yang luar biasa dan kejadian sosial yang tidak banyak dibahas dalam
literatur yang diterbitkan. Melalui pengalaman pribadi mereka mengetahui bahwa
konteks keluarga, lingkungan, dan masyarakat sangat penting. Setiap ruang kelas
memiliki kenyataan yang sangat bersifat lokal, unik, dan menarik.
Seorang guru yang berperan sebagai pengamat partisipan dapat sangat mengurangi
masalah reaktivitas warga kelas atau sekolah yang sedang diamati. Guru memahami
sistem pendidikan dan cara kerjanya. Mereka membaur dengan baik, dan para
partisipan kelas dan sekolah segera melanjutkan kegiatan mengajar dan belajar serta
membiarkan pengamat partisipan melakukan wawancara, melakukan pengamatan, dan
umumnya mengumpulkan data dengan sedikit perubahan perilaku. Guru yang berperan
sebagai pengamat partisipan dapat membantu pengumpulan data lapangan langsung di
ruang kelas atau lingkungan pendidikan lainnya di mana mereka berpartisipasi.
Salah satu masalah dalam menjadi pengamat partisipan adalah para guru dan peneliti
pendidikan lainnya tidak naif mengenai budaya yang mereka amati, dan keakraban
mereka dengan ruang kelas tersebut bisa menjadi faktor pembias yang akan
menghambat pengumpulan data yang objektif. Kebanyakan dari apa yang dilakukan
guru sehari-hari dilakukan secara otomatis sehingga barangkali secara intelektual
mereka hampir tidak menyadarinya, atau mereka menyimpulkan motivasi dan pemikiran
mereka sendiri berdasarkan apa yang dilakukan orang lain saat mereka menjalankan
tugas mereka. Bagaimanapun, mereka dapat membentuk penafsiran yang tidak tepat
mengenai kejadian yang diamati atau, mungkin yang lebih parah, mereka tidak
menyadari bahwa suatu kejadian atau respons sedang berlangsung.
Namun demikian, meskipun terdapat permasalahan seperti ini, partisipasi guru dalam
penelitian kualitatif, baik bersama maupun perorangan, dapat memberikan kontribusi
nyata bagi profesi pengajaran, bagi pendidikan, dan bagi pertumbuhan dan
pemahaman pribadi seseorang.
Secara umum, data penelitian kualitatif terbagi menjadi empat klasifikasi: pengamatan,
wawancara, dokumen, dan berbagai jenis instrumen penelitian (seperti angket, survey,
dan ujian kepribadian, sikap, dan kognitif). Kebanyakan metode pengumpulan data
kualitatif ini tersedia bagi guru, konselor, dan administrator, yang harus
menggunakannya dalam memahami bidang pendidikan. Namun demikian, dalam
beberapa kasus, peneliti kualitatif masih belum memahami variabel dan hubungan
sampai setelah pengumpulan data mereka; hal ini memungkinkan mereka mendekati
lingkungan tersebut tanpa pemahaman sebelumnya yang dapat membiaskan penelitian
mereka. Dalam kasus lain, pengamat partisipanmendekati lingkungan penelitian
dengan rencana yang lebih spesifik dan dilengkapi daftar variabel, perilaku, kejadian,
dan lingkungan yang mungkin menarik bagi mereka. Perencanaan sebelumnya ini
didasarkan pada pengalaman sebelumnya dan kajian literatur dan memberi mereka
suatu organisasi sementara untuk pengumpulan data mereka di lapangan.
Informasi yang diperoleh dengan cara pengumpulan data yang kurang formal ini harus
disusun dan ditafsirkan (karakteristik laporan yang baik dirangkum nanti pada bab ini).
Hasil penelitian kualitatif sering memberikan landasan yang berguna untuk menyusun
strategi pengumpulan data lainnya, seperti penelitian kualitatif selanjutnya, wawancara
terstruktur, angket, dan survey.
Kebanyakan metode pengumpulan data kualitatif tersedia bagi guru, konselor, dan
administrator, yang harus menggunakannya dalam memahami bidang pendidikan.
Pengamatan
Sebagian metode pengamatan dapat (dan pada sebagian kasus harus) dilakukan
dalam kondisi yang sangat terkontrol – pengamat yang sangat terlatih dapat mengamati
unit-unit perilaku tertentu yang didefinisikan secara operasional yang mudah disepakati
dan dihitung, sebagaimana telah dibahas apda Bab 6. Namun demikian, pada bab ini
kami akan membahas pengamatan terbuka, yang sering didefinisikan sebagai
pengamatan perilaku dalam kondisi alami dan sedang berlangsung. Pengamatan ini
meliputi melihat dan mendengarkan kejadian yang dilakukan orang, bukan bertanya
setelah terjadinya fakta tersebut apa yang telah orang lakukan atau mengapa mereka
melakukannya. Misalnya, peneliti dapat mengamati jenis percakapan guru-siswa dalam
lingkungan alami untuk meneliti pola yang didasarkan pada perbedaan etnis, status
sosial, atau gender atau berdasarkan jenis program di mana siswa berpartisipasi.
Selain itu, kegiatan administratif dan instruksional juga dapat diamati. Misalnya,
pengamat berkelanjutan terhadap kepala sekolah dapat membantu menentukan jenis
masalah yang dihadapi selama hari tertentu dan bagaimana masalah ini cenderung
ditangani – pada dasarnya, sehari, seminggu, sebulan, atau setahun dalam kehidupan
seorang kepala sekolah.
Wawancara
Wawancara adalah metode lain dalam pengumpulan data pada penelitian kualitatif.
Keragaman respons baik dalam keluasan dan kedalamannya dapat meningkatkan
pemahaman mengenai ruang kelas atau sekolah. Dalam pengumpulan data kualitatif,
wawancara informal pada dasarnya tidak terstruktur. Wawancara ini mirip dengan
percakapanbiasa, kecuali bahwa pengamat partisipan berusaha memastikan agar
percakapan berlangsung dan berlanjut. Setelah itu dibuat catatan mengenai isi
wawancara informal tersebut berdasarkan ingatan mengenai percakapan tersebut.
Wawancara informal digunakan untuk meneliti fenomena yang menarik di lingkungan
budaya dan untuk menjalin hubungan. Pada tingkat struktur yang sedikit lebih tinggi,
mungkin masih terdapat sedikit kontrol, tapi terdapat rencana yang jelas di kepala
pewawancara mengenai daerah dan masyarakat yang diinginkan informasinya. Tujuan
wawancara informal adalah memungkinkan suatu struktur sehingga orang yang sedang
diwawancarai memberikan informasi mereka kepada pewawancara menurut bahasanya
sendiri. Rekaman wawancara sering membantu menyimpan dan memeriksa silang
informasi yang diperoleh.
Dalam penelitian kualitatif, pewawancara sering mencari informasi tapi tidak tahu pasti
mengenai apa informasi tersebut; dia tidak tahu aspek dan topik mengenai kelompok
sosial yang diketahui informan. Sebaiknya anonimitas (kerahasiaan data diri) informan
dijamin dan diberikan penjelasan kepada mereka mengapa mereka dipilih (misalnya,
karena mereka memiliki pengamatan dan perasaan mengenai situasi, kejadian, atau
hubungan sosial tertentu; atau mereka dipilih secara acak untuk memperoleh sampel
yang mewakili suatu kelompok masyarakat).
Informan harus memiliki informasi yang diperlukan dan harus bersedia untuk
menyediakan waktu untuk berbicara dengan pewawancara. Suasana wawancara harus
menyenangkan, akrab, dan tenang. Prinsip umum berbagai format wawancara adalah
memberitahukan kepada informan dengan bahasa yang relatif umum mengenai apa
yang ingin diketahui pewawancara, dan kemudian membiarkan informan berbicara.
Konselor dan guru berlatar pendidikan konseling sangat cocok menjadi pewawancara.
Mereka memahami pendekatan umum wawancara kualitatif yang nondirektif dan
bergaya Roger. Guru dan konselor biasanya menaruh perhatian besar pada interaksi
dengan manusia, yang menjadi syarat yang sangat diperlukan untuk menjadi
pewawancara yang baik. Mereka dapat mengembangkan pola komunikasi yang terbuka
dan reflektif dengan informan dan menjalin hubungan dan membangun rasa saling
percaya. Bersikap mendukung tanggapan dengan senyum, anggukan, komentar ‘eh-
heh’ yang nondirektif sangat penting. Memperlihatkan sikap diam penuh perhatian dan
berusaha menunggu keduanya merupakan dua keterampilan wawancara yang
berharga. Keterampilan lainnya yang efektif adalah mampu memahami inti dari
pernyataan-pernyataan sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan, yang
menunjukkan bahwa Anda menginginkan penegasan bahwa catatan Anda benar atau
penjelasan lebih lanjut atas jawaban yang diberikan.
Tujuan dari strategi wawancara alami adalah membuat informan tetap berbicara dan
mengungkapkan perhatian Anda pada apa yang harus mereka katakan. Pewawancara
tidak boleh menunjukkan penilaian persetujuan atau ketidaksetujuan dari kata-kata,
nada suara, atau isyarat mereka. Pewawancara perlu melakukan penyelidikan untuk
memperoleh informasi lebih lanjut yang lebih terperinci dan relevan, tapi jika
pewawancara perlu menyela pembicaraan (interupsi), interupsi ini harus dilakukan
dengan baik dan tidak mendadak. Pewawancara harus berusaha meminimalkan reaksi
dan intervensinya. Melakukan wawancara ulang dengan informan kedua dan ketiga
kalinya setelah beberapa waktu berlalu kadang-kadang menghasilkan lebih banyak
informasi.
Membuat catatan di tempat atau menggunakan alat perekam serta membuat daftar
topik yang akan dibahas sering sangat membantu kegiatan wawancara. Jika ada
masalah sensitif yang akan dibicarakan, sebaiknya tanyakan kepada informan
mengenai masalah sensitif tersebut di tengah wawancara dan awali serta akhiri dengan
pertanyaan mengenai topik yang kurang sensitif. Sebagai bagian dari wawancara
tersebut, sebaiknya lakukan pencatatan mengenai lingkungan tempat wawancara
diadakan serta mencatat tanggal dan waktunya. Sikap informan (misalnya, apakah
informan terbuka? tertutup? ramah? gugup? takut?).
Instrumen formal dan standar (seperti angket, survey, dan ujian, yang dibahas pada
Bab 4-8) dan dokumen juga bisa menjadi bagian dari data penelitian kualitatif.
Dokumen dalam pengertian ini sering disebut sebagai artefak. Artefak bisa berupa
informasi terbaru (misalnya, bahan pengajaran dan komunikasi di dalam gedung
sekolah atau sistem sekolah) atau informasi arsip (seperti surat kabar, laporan dewan
sekolah, arsip perundingan kontrak serikat guru, catatan pengadilan, rencana arsitektur
gedung sekolah, rekaman acara televisi, catatan harian, data pajak, naskah, dan buku
pelajaran). Dokumen arsip sering berguna walaupun mungkin terdapat kesalahan dan
tidak lengkap. Data dari kedua jenis dokumen ini harus dikumpulkan dengan cara yang
tidak mencolok meskipun rekamannya mungkin dibuat dalam kondisi yang mencolok
(misalnya, reporter surat kabar mungkin menanyakan pertanyaan sensitif mengenai
prosedur rapat dewan sekolah).
Salah satu cara utama menganlisis dokumen dan data kualitatif lainnya adalah melalui
proses yang dinamakan analisis isi, di mana peneliti meneliti tema atau konsep dalam
bahasa yang alami. Misalnya, mereka dapat menghitung atau menganalisis jumlah
penyebutan administrator, guru, siswa, dan orang tua untuk memastikan tingkat
kepentingan relatif masing-masing dari kelompok ini dalam komunikasi suatu sistem
sekolah. Dalam tema anak-anak, penekanan relatif pada konsep kerja sama dan dan
persaingan dapat dinilai. Beberapa konsep dalam laporan evaluasi guru mengenai
siswa dapat diberi kode dan dihitung untuk menentukan tujuan kurikuler dan tujuan
sosial guru tersebut. Artikel surat kabar yang melaporkan kegiatan di sekolah dapat
dihitung, panjangnya dicatat, dan topik-topiknya dianalisis; hasil analisis ini akan
memperlihatkan perhatian masyarakat terhadap pendidikan atau aspek-aspek dari
sistem sekolah tersebut yang ingin dipublikasikan oleh administrator sekolah kepada
masyarakat. Variabel-variabel dapat didefinisikan secara konseptual dan secara
operasional, dan juga diuraikan dengan contoh-contoh dari dokumen-dokumen itu
sendiri. Dokumen baru dapat dibuat dengan meminta siswa menulis tema mengenai
berbagai topik untuk analisis isi.
Pengambilan sampel situasi, lokasi, dan informan untuk penelitian kualitatif biasanya
tidak dilakukan dengan cara yang sama dengan untuk penelitian kuantitatif.
Sebagaimana dijelaskan pada Bab 8, peneliti kuantitatif sering mengambil sampel
orang dan lokasi secara acak. Dalam batas tertentu, temuan apa pun yang benar dalam
sampel acak dapat diterapkan pada populasi yang menjadi sumber pemilihan sampel.
Dalam penelitian kualitatif, informan dan kejadian dipilih berdasarkan kemampuan
uniknya untuk menjelaskan, memahami, dan menghasilkan informasi mengenai makna
dari perilaku ekspresif atau cara kerja sistem sosial. Ini dinamakan pengambilan sampel
teoretis. Sampel purposif juga dapat dipilih untuk menghasilkan informasi maksimal
yang berkaitan dengan masalah tertentu.
Sampel tersebut mungkin unik atau luar biasa untuk menghasilkan pemahaman
mengenai suatu perilaku yang tidak biasa. Misalnya, seorang peneliti mungkin tertarik
untuk memahami perasaan seorang anak yang mengalami cacat tertentu, dinamika
ruang kelas yang kacau, pengaruh arsitektur gedung sekolah yang luar biasa (seperti
ruang kelas terbuka) terhadap pengajaran kelas, atau kemajuan pendidikan masyarakat
Vietnam yang baru berimigrasi. Semua situasi ini luar biasa, dan subjek yang akan
diamati atau diwawancarai dapat dipilih secara khusus untuk meneliti variabel sosial
dan personal yang berperan dalam situasi pendidikan tersebut atau untuk memperoleh
pemahaman mengenai cara kerja suatu kelas atau sekolah. Informan dipilih karena
keterlibatan penting mereka dalam suatu kelompok sosial dan kemampuan mereka
untuk memberitahukan kepada pengamat partisipan mengenai apa yang mereka amati,
rasakan, dan pikiran; mereka juga dipilih karena mereka dianggap mewakili pandangan
orang-orang lainnya di dalam kelompok sosial tersebut.
Kadang-kadang, sampel praktis dipilih hanya karena mereka tersedia. Peneliti harus
hati-hati untuk memastikan apakah sampel seperti ini benar-benar mewakili populasi
yang lebih umum. Ini kadang-kadang dapat dilakukan dengan membandingkan variabel
demografi sampel (misalnya, jenis kelamin, usia, kelas sosial) dengan populasi yang
diteliti. Logika pengambilan sampel (yang dibahas pada Bab 8) menyatakan bahwa
sampel tak acak sering bias; bias ini menimbulkan masalah yang harus
dipertimbangkan saat menafsirkan penelitian kualitatif.
Logika pengambilan sampel menyatakan bahwa sampel tak acak sering bias; bias ini
harus dipertimbangkan saat menafsirkan penelitian kualitatif.
EMPAT JENIS DATA LAPANGAN
Masalah utama dalam pengumpulan data kualitatif adalah mengingat data yang cukup
panjang. Bernard (1988) mengajurkan pengumpulan empat jenis dasar data lapangan:
catatan langsung data lapangan, ringkasan data lapangan, catatan harian lapangan,
dan buku catatan lapangan. Catatan langsung lapangan (Gambar 9.1) dibuat setiap kali
peneliti melihat atau mendegar sesuatu yang penting. Catatan ini dibuat langsung di
tempat agar tidak lupa.
Catatan langsung lapangan menjadi sumber ringkasan data lapangan (Gambar 9.2),
yang merupakan ringkasan data lapangan yang dikumpulkan setiap hari atau selama
jangka waktu tertentu. Catatan ini dilengkapi dengan semua informasi lain yang
dikumpulkan, termasuk rekaman, dokumen, dan catatan mengenai gambaran umum
dan pemahaman mengenai lingkungan sosial sebagaimana yang dilihat pengamat
partisipan pada saat itu. Catatan ini dibuat segera, setidaknya dibuat setiap hari,
sehingga datanya masih baru dan kegiatan lain tidak mengganggu pengumpulan
kembali data tersebut. Bernard menganjurkan agar peneliti menyediakan waktu satu
atau dua jam per hari untuk menyusun dan menyatukan catatan langsung data
lapangan dan membuat catatan harian lapangan. Ringkasan data lapangan menjadi
sumber informasi untuk laporan yang akhirnya akan disusun pengamat partisipan.
Pada akhirnya, catatan lapangan ini menjadi sangat banyak, sehingga penyusunan dan
peringkasannya sangat penting. Langkah yang perlu dilakukan adalah memberikan
kode atas informasi yang dicatat untuk membantu menyusun dan melaporkan data
lapangan tersebut. Proses pemberian kode (Gambar 9.5) terdiri atas penelitian pola dan
penyusunan informasi di sekitar pola ini. Setidaknya, pemberian kode tersebut harus
mencatat nama informan, nama orang yang diamati, tempat pengamatan, tanggal dan
waktu pencatatan data, dan indikasi awal variabel yang terlibat. Selama proses
pemberian kode ini konsep dan pemahaman yang berasal dari pengumpulan data mulai
muncul. Perkembangan pemahaman mengenai kategori, konsep, struktur sosial, dan
makna ini merupakan salah satu dari tujuan utama penelitian kualitatif. Pemberian kode
ini juga harus meringkas teknik metodologis yang digunakan dan menguraikan
peristiwa-peristiwa yang terjadi selama masa pengumpulan data.
Suatu aspek yang berharga dari penelitian kualitatif adalah penelitian ini memungkinkan
Anda menyusun variabel dan pemahaman mengenai pola-pola perilaku dalam
kelompok sosial dari sejumlah besar peristiwa yang terjadi secara alami.
Catatan analitis (Gambar 9.6) pada dasarnya merupakan hasil dari pemahaman peneliti
kualitatif mengenai bagaimana pendapatnya mengenai struktur dan organisasi
kelompok budaya dan sosial. Pemahaman ini diperoleh dari penelitian cermat atas
catatan langsung data lapangan, ringkasan data lapangan, catatan harian lapangan,
dan buku catatan lapangan. Pemahaman ini bersifat induktif. Pemahaman ini meneliti
penjelasan umum dan spekulatif, prinsip penyusun, dan konsep yang menjelaskan dan
memberikan struktur kepada berbagai hasil pengamatan dan data yang terdapat pada
ringkasan data lapangan. Catatan analitis tidak akan banyak, tapi catatan ini menjadi
kunci untuk memperoleh hasil yang baik dari penelitian kualitatif. Catatan analitis
merupakan kesimpulan induktif yang dihasilkan dari informasi khusus dan definisi
operasional. Catatan analitis dihasilkan dari analisis hasil pengamatan dan kadang-
kadang dari diskusi dengan rekan yang objektif dan berwawasan yang memiliki
keahlian sebagai peneliti kualitatif tapi belum pernah begitu dekat dengan lingkungan
lapangan. Prosedur induktif ini berujung pada pembuatan atau pembaruan teori. Ini
sering dinamakan teori berlandasan (grounded theory) karena teori ini dihasilkan dari
data, bukan dibuat terlebih dahulu dan kemudian diuji melalui pengumpulan data.
Peneliti kualitatif harus terbuka terhadap bukti negatif dan juga bukti positif mengenai
suatu teori, dan mereka harus menghadapi kasus yang luar biasa dalam penjelasan
perilaku yang disampaikan. Karena mereka nampaknya memahami dan dapat
menjelaskan perilaku, peneliti kualitatif menyusun penjelasan alternatif (hipotesis) dan
membandingkannya dengan data juga. Suatu aspek yang berharga dari penelitian
kualitatif adalah penelitian ini memungkinkan Anda menyusun variabel dan pemahaman
mengenai pola-pola perilaku dalam kelompok sosial berdasarkan sejumlah besar
peristiwa yang terjadi secara alami. Uraian data lapangan digunakan untuk membantu
mendefinisikan variabel secara operasional dan menguraikan dalam bahasa yang jelas
dan alami bagaimana variabel ini berubah sehubungan dengan variabel dan kondisi
lain. Data lapangan yang baik tergantung pada penelitian lapangan yang sistematis
yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama.
Otak manusia merupakan penyusun yang cepat dan efektif dan mengenali pola-pola
dalam data, tapi otak manusia tidak terlalu efektif dalam menyimpan sejumlah besar
bagian-bagian data yang terbatas. Karena itu, peneliti kualitatif harus membuat banyak
catatan pada waktu yang tepat, menambah catatan lapangan ini setiap hari secara
reflektif dan terstruktur, dan mencatat perasaan mereka mengenai situasi yang dialami.
Berdasarkan data yang sangat banyak ini, peneliti kemudian harus membuat penafsiran
mengenai data tersebut, menetapkan struktur yang berarti, menyusun variabel, dan
akhirnya menyampaikan kepada pembaca pemahaman mereka mengenai kelompok
sosial yang telah mereka teliti. Proses berulang kali meneliti pola-pola data dan variabel
dalam catatan lapangan dan menyusun konsep-konsep yang menjelaskan pola-pola ini,
membandingkan pola-pola tersebut, dan kemudian memperbaiki definisi dan konsep
mengenai pola-pola tersebut menjadi variabel dan poal yang lebih terpadu ini
dinamakan “metode komparatif konstan” (Goetz & LeCompte, 1984).
Konsep reliabilitas dan validitas (yang dibahas pada Bab 5) harus diteliti kembali dan
diperluas untuk data kualitatif. Meskipun penyusun teori kualitatif (misalnya, Wolcott)
menyatakan bahwa istilah kuantitatif tidak berlaku sama sekali dalam penelitian
kualitatif, penyusun teori kualitatif lainnya menyatakan bahwa definisi-definisi dasar
tersebut tetap berlaku pada bab ini. Reliabilitas berarti proses pengumpulan data tidak
bertentangan dengan sendirinya – artinya pengumpulan data tersebut konsisten dan
stabil. Validitas berarti hasil pengamatan, wawancara, atau analisis isi benar-benar
berisi informasi yang diteliti peneliti. Pada tingkat definisinya yang paling umum,
konsep-konsep ini jelas penting dalam segala bentuk penelitian; jika tidak, mengapa
orang harus memperhatikan penelitian ini? Namun demikian, karena sifatnya yang lebih
subjektif, penelitian kualitatif menimbulkan sedikit perbedaan dalam penggunaan istilah-
istilah ini.
Dua orang antropolog, Kirk dan Miller (1986), menyebut jenis reliabilitas yang sesuai
dengan penelitian kualitatif sebagai reliabilitas sinkronis dan diakronis. Reliabilitas
sinkronis adalah persamaan pengamatan yang dilakukan pada jangka waktu yang
sama (persamaan di antara pengamat atau ukuran). Reliabilitas diakronis adalah
stabilitas suatu pengamatan sejalan dengan waktu. Kaidah umumnya adalah bahwa
reliabilitas diakronis sangat dibatasi oleh reliabilitas pengamatan fenomena pada waktu
tertentu. (Selain itu, validitas dari penasiran seseorang dibatasi oleh kedua jenis
reliabilitas tersebut.)
Terlepas dari masalah penafsiran yang dihasilkan dari reliabilitas yang rendah, berbagai
jenis bias merupakan ancaman utama terhadap validitas penelitian kualitatif. Bias yang
pertama berkaitan dengan rentang waktu atau lingkungan tempat pengambilan sampel,
yang mungkin tidak mewakili populasi yang akan dibandingkan dengan hasil dari
proses pengumpulan data. Masalah ini ditanggulangi dengan mengumpulkan data
selama rentang waktu yang panjang dan dengan memilih lingkungan pengambilan
sampel secara hati-hati.
Maxwell (1992) telah mengidentifikasi lima jenis validitas umum dalam penelitian
kualitatif:
Validitas segala jenis penelitian ditetapkan dengan metode yang logis. Sebagian
penelitian sangat mengandalkan strategi matematis, statistik, atau rancangan penelitian
yang telah diuraikan pada Bab 5, 10, dan 11 buku ini untuk mendukung validitas
mereka; karena itulah penelitian ini sering disebut penelitian kuantitatif. Sebaliknya,
peneliti yang menggunakan metode-metode kualitatif yang diuraikan dalam bab ini
mengandalkan pengalaman, pemahaman, dan pemikiran untuk membuktikan validitas
penelitian mereka. Penjelasan validitas Maxwell di atas sangat sesuai dengan fase-fase
penelitian kualitatif yang dijelaskan oleh Kirk dan Miller (1986), yang akan dijelaskan
pada bagian selanjutnya.
Kirk dan Miller (1986) menguraikan empat fase metodologi penelitian kualitatif, yang
merupakan rangkuman dari apa yang telah dibahas pada bab ini. Fase ini adalah
sebagai berikut:
Tahap pertama adalah invensi atau persiapan. Fase ini melibatkan penelitian literatur
mengenai suatu masalah; penyusunan aspek-aspek dari konteks dan kelompok sosial
yang mungkin menarik; mendapatkan akses ke dan diterima oleh kelompok sosial
tersebut dan membuat jaringan sosial dan kontak di dalamnya; mempertimbangkan
atau mengubah prakonsepsi Anda; menanggulangi hambatan praktis dalam
pengumpulan data yang timbul; dan mengidentifikasi bias Anda sendiri. Membuat
pertanyaan mengenai aspek-aspek yang menarik dari situasi lapangan, mencari
informan penting, dan membuat instrumen penelitian juga menjadi bagian dari
persiapan pengumpulan data.
Kirk dan Miller menyatakan bahwa membuat catatan selama kunjungan pertama ke
suatu lingkungan budaya dan konteks sosialnya sangat penting. Mereka menyatakan
bahwa pengamatan pertama lingkungan sosial dan lingkungan budaya di lapangan
akan segera menghilang setelah peneliti etnografi mendekati lingkungan tersebut. Hal
yang sama mungkin terjadi jika terdapat terlalu banyak pengetahuan sebelumnya
mengenai suatu lingkungan sosial dari pengalaman pribadi atau penelitian literatur.
Pengetahuan bisa membuat peneliti bersikap bias dan membuat mereka beranggapan
bahwa mereka sangat memahami reaksi pribadi tertentu dari orang-orang yang terlibat
atau membuat mereka hanya mengenali variabel tertentu saja. Karena itu, sebagian
pendukung penelitian kualitatif murni tidak mau membiarkan diri mereka bersikap bias
dengan meneliti literatur dan teori sebelumnya mengenai ruang kelas atau sistem
sekolah. Namun demikian, peneliti perlu mencatat kesan pertama mereka mengenai
suatu konteks dan lingkungan sosial karena kesan ini akan cepat memudar, dan
banyak yang akan hilang.
Suatu ciri umum semua penelitian kualitatif adalah perlunya mengenal partisipan dan
menjalin hubungan. Pada tahap awal dalam proses penelitian, perlu diketahui di mana
partisipan biasanya bekerja dan berkumpul secara informal; memetakan karakteristik
fisik ruang kelas, gedung, dan lingkungan; mencatat data demografi partisipan
berdasarkan perannya; dan secara umum, membuat uraian awal mengenai lingkungan
sosial dan fisik yang akan diteliti. Data demografi harus mencakup usia, jenis kelamin,
pendidikan, status sosioekonomi, identitas etnis, dan kedudukan partisipan di berbagai
organisasi sosial. Selain itu, peta penggunaan waktu dan catatan jangka waktu harian,
mingguan, dan bulanan sangat berguna. Perlu juga diketahui perhatian siswa, guru,
masyarakat, dan orang tua – mungkin dengan mengumpulkan anekdot, cerita, dan
bahkan gosip mengenai bagaimana para partisipan saling memandang diri mereka
masing-masing. Data ini akan menunjukkan yang penting secara sosial dan secara
personal bagi para partisipan dan bagaimana mereka menilai peran mereka dalam
kelompok tersebut. Pada tahap ini, peneliti juga menumbuhkan kepercayaan dan
menjalin hubungan dengan para partisipan. Dia juga mencatat ciri-ciri luar biasa dari
fungsi fisik dan sosial kelompok tersebut karena semua ciri ini akan segera memudar
dari ingatan, terlihat biasa saja, dan tidak lagi dipertanyakan atau bahkan dicatat.
Pada tahap awal juga perlu dicatat lokasi dokumen – catatan, laporan, panduan
kurikulum, memo, surat, surat edaran humas, surat kabar, pernyataan kebijakan, dll. –
yang dapat dijadikan sumber informasi dan pendukung uraian pengamat mengenai
kelompok tersebut. Pengamatan, wawancara, koleksi dokumen dan analisis, gambaran
struktur fisik, analisis isi, pertanyaan terbuka, kelompok fokus, permainan peran, ujian
formal dan informal, dan analisis produk masing-masing dapat menjadi bagian dari
uraian lengkap mengenai kelompok tersebut.
Penemuan
Fase kedua, penemuan, terjadi saat peneliti mengidentifikasi tempat dan waktu tertentu
untuk melakukan pengamatan, melakukan wawancara, dan mengumpulkan jenis data
lainnya. Rencana awal untuk penelitian tersebut harus disusun. Dalam kelompok sosial
yang sederhana sekalipun dapat dilakukan pengamatan dengan jumlah hampir tak
terbatas. Suatu rencana penelitian menampilkan daftar situasi, kejadian, orang, dan
data yang paling menarik yang dapat digunakan.
Pada mulanya fase ini dilakukan untuk mengatur waktu peneliti untuk mengumpulkan
data secara paling efisien yang akan menjelaskan pertanyaan, orang, dan peristiwa
sosial yang diteliti. Secara umum, penelitian merupakan proses berulang dan
berkelanjutan dalam mengajukan pertanyaan dan mengumpulkan data sehingga Anda
dapat mengajukan pertanyaan yang lebih baik, mengumpulkan lebih banyak data, dan
seterusnya. Salah satu keunggulan utama penelitian kualitatif adalah kemampuan
pengamatan umum peneliti untuk melihat jauh melebihi apa yang mereka ingin lihat dan
mendengar jauh melebihi apa yang ingin mereka dengar.
Persiapan yang matang, perencanaan, dan fase pertama pengumpulan data sangat
penting; tapi pemikiran yang waspada dan terbuka dan mau mengikuti isyarat yang
menarik, mengidentifikasi dan mencatat kejutan dalam pengamatan pertama,
menyusun pertanyaan yang lebih menarik, dan mengikuti peristiwa sosial yang lebih
kompleks merupakan keunggulan utama penelitian kualitatif. Praktis sudah menjadi
kepastian bahwa rencana penelitian awal ini akan dirombak, dalam sebagian kasus
perombakan dilakukan secara radikal. (Dalam salah satu contoh, suatu penelitian
kualitatif awal mengenai siswa putus sekolah dan siswa berprestasi rendah
menunjukkan bahwa salah satu aspek dari masalah tersebut adalah godaan uang
banyak yang akan diperoleh oleh remaja lelaki yang menjadi pelacur homoseksual
[Reiss & Rhodes, 1959]. Ini tidak terduga sama sekali dan merupakan perubahan besar
dari usaha penelitian yang direncanakan sebelumnya.) Semua pertanyaan, variabel,
dan peristiwa baru harus dimasukkan ke dalam seluruh ruang lingkup rencana
pengumpulan data langsung di lapangan. Selain itu, rencana pengumpulan data terus
berubah selama penelitian lapangan karena timbul lebih banyak peluang baru. Kirk dan
Miller (1986, hal. 66-67) mengatakan bahwa “penelitian kualitatif didefinisikan oleh
lokasi kegiatan pengujian hipotesis dalam fase penemuan, bukan dalam fase
penafsiran.” Fase penemuan berakhir dengan semua data lapangan yang diperoleh
untuk pencapaian tujuan penelitian, sebagaimana yang diubah selama penelitian
lapangan. Fase penemuan benar-benar berakhir ketika peneliti keluar dari lokasi
penelitian lapangan.
Penafsiran
Penafsiran merupakan fase ketiga dalam penelitian kualitatif dan merupakan analisis
berkelanjutan mengenai data lapangan dan makna keseluruhannya. (Sebagian orang
mengatakan bahwa sebagian analisis ini juga perlu dilakukan di lapangan, di mana
mungkin ada pertanyaan lebih lanjut.) Sebagian penafsiran terjadi melalui pertimbangan
kembali reliabilitas dan validitas semua data, dengan mempertimbangkan apakah
penafsiran konseptual mengenai variabel sudah benar dan apakah pemahaman
keseluruhan mengenai lingkungan sosial tersebut, konteksnya, dan orang-orang yang
terlibat di dalamnya, juga sudah benar.
Fase ini melibatkan pemeriksaan dan pertimbangan berulang dan teliti mengenai
semua data lapangan yang digabungkan dengan pemahaman peneliti yang diperoleh
dari keterlibatan pribadinya di lingkungan di lapangan. Data yang berkaitan dengan
peristiwa yang sama dari beberapa sumber disatukan, hipotesis lebih lanjut disusun,
dan hipotesis lama dan baru diuji lebih lanjut berdasarkan data lainnya dan hipotesis
alternatif sampai dihasilkan teori dari data lapangan yang terlihat sebagai suatu
penjelasan umum. Data lapangan diubah menjadi kategori dan hubungan melalui suatu
proses membaca berulang kali dan memilah berbagai sumber catatan menjadi
tumpukan-tumpukan yang berkaitan dengan aspek-aspek seperti tema, konsep, orang,
kelompok, dan lingkungan. Ini dapat dilakukan dengan membuat berbagai salinan data
mentah dan pemotongan sebelum pemilahan. Kartu berkas dapat digunakan, tapi
komputer sering digunakan saat ini. Berbagai program perangkat lunak sudah tersedia,
dan kapasitas serta kemampuan penyimpanan bahasa alami komputer untuk membuat
klasifikasi, subklasifikasi, dan menyusun data sudah hampir ideal untuk fungsi-fungsi
yang bertujuan menyusun teori berlandasan. Pernyataan dibuat, diuji, dan kemudian
diuji lagi berdasarkan berbagai contoh pada data. Selama penafsiran, peneliti juga
mencari kasus yang berbeda untuk melihat bagaimana kecocokannya dengan teori
atau apakah teori dan penjelasan lain diperlukan.
Penjelasan
Yang terakhir dalam empat fase penelitian kualitatif Kirk dan Miller adalah penjelasan.
Pada fase ini suatu pesan dibuat untuk menyampaikan data, temuan, dan pemahaman
umum dan mendalam mengenai hubungan sosial dan personal lokasi penelitian
lapangan. Laporan tersebut harus menyajikan data yang tersusun dan hubungan di
antara variabel-variabel yang digambarkan data tersebut; ini merupakan bukti yang
akan mendukung pernyataan akhir. Penghubung antara data konkrit dan konsep
abstrak harus diperjelas. Peneliti harus memperjelas keahlian mereka sendiri,
kemungkinan bias, dan pendapat interpretifnya. Selanjutnya, mereka harus
mempertimbangkan dengan teliti pembaca yang akan membaca laporan penelitian
tersebut; pembaca ini bisa mencakup rekan peneliti, administrator, pembuat kebijakan,
guru, dan anggota masyarakat yang diteliti. Bagi pembaca laporan penelitian tersebut,
kecukupan metode dan data penelitian akan sangat penting, dan penafsiran serta
khususnya hipotesis yang dihasilkan harus dipertimbangkan dalam penelitian
selanjutnya. Bagi pembuat kebijakan dan administrator, perlu diberikan informasi
mengenai cakupan pilihan kebijakan alternatif yang lebih luas yang telah dihasilkan oleh
penelitian tersebut dan sebagian data mengenai konsekunesi dari masing-masing
pilihan. Bagi kelompok ini, sangat perlu diberikan informasi mengenai hambatan praktis,
kendala, dan kekecewaan orang-orang yang ada di ruang kelas dan gedung sekolah.
Bagi para praktisi, yang menjadi perhatian adalah apakah situasi lapangan sama
dengan ruang kelas atau gedung mereka sendiri dan apakah ada saran, anjuran, atau
resep dalam laporan tersebut yang efektif. Selain itu, peneliti juga harus menanyakan
apakah teori dan penjelasan yang dihasilkan membantu menjelaskan tindakan,
perilaku, dan tanggapan orang lain dan mereka sendiri. Sebagian, nilai dari penjelasan
ini terletak pada kekhususan uraian kualitatif mengenai situasi kontekstual dan ruang
kelas atau gedung tersebut sehingga guru dan kepala sekolah dapat menentukan
apakah terdapat cukup persamaan antara hasil penelitian dan situasi mereka sendiri
yang memungkinkan mereka membuat kesimpulan mengenai ruang kelas dan gedung
sekolah mereka sendiri.
Pembaca yang terakhir adalah para anggota masyarakat yang diteliti, orang tua, staf
sekolah lainnya, dan siswa. Orang-orang ini mungkin ingin mendapatkan informasi yang
lebih umum mengenai sekolah mereka – apa yang berita dan bukan berita, apa yang
mungkin dianggap penilaian positif, negatif, atau netral. Reputasi dan kerahasiaan
kelompok ini (dan juga sampai tingkat tertentu, kelompok profesional) harus dilindungi.
Informasi tertentu mungkin harus disingkirkan dari laporan publik. Bagaimanapun, bagi
semua pembaca peneliti harus bijaksana dan mempertimbangkan bahwa segala yang
mereka tulis akhirnya bisa menjadi informasi publik.
Tulisan yang terdapat dalam ringkasan data lapangan, buku catatan lapangan, catatan
harian lapangan, dan refleksi – terutama untuk jangka waktu yang panjang – sangat
banyak. Berdasarkan keperluannya, laporan penelitian sangat panjang – penelitian
kualitatif yang baik bisa mencapai 500 halaman atau lebih, dan banyak laporan proyek
penelitian kualitatif dibuat setebal buku. Selanjutnya, tulisan itu sendiri harus relatif baru
agar memperoleh dan mempertahankan perhatian pembaca. Beberapa gambaran
terbaik mengenai tindakan, pikiran, dan perasaan manusia disampaikan melalui novel,
dan setidaknya seorang psikolog mengatakan bahwa untuk menjadi psikolog yang baik
orang harus mengikuti mata kuliah psikologi dan membaca Dostoyevsky. Dengan
mengingat nasihat ini, kami menemukan bahwa guru bahasa Inggris dan guru sejarah
merupakan dua di antara peneliti kualitatif terbaik. Erickson (1986) mengatakan bahwa
peneliti harus menyampaikan kepada pembaca fakta-fakta dan makna dari kehidupan
sehari-hari yang terdapat di lingkungan sosial yang diteliti; memberikan hasil analisis
konsep yang abstrak berdasarkan fakta-fakta nyata; memberikan bukti atas hasil
analisis; dan memberikan gambar dan kutipan dalam tulisan untuk meyakinkan
pembaca bahwa apa yang disampaikan memang menggambarkan unit sosial yang
diteliti dan hasilnya dapat diterapkan pada peristiwa dan unit sosial serupa lainnya.
Guru yang melakukan pengamatan informal dapat memperoleh manfaat dari penerapan
aspek-aspek dari apa yang telah kami uraikan pada bab ini.
Setelah menyatakan bahwa penelitian kualitatif biasanya memakan waktu lama dan
bahwa laporan penelitian kualitatif biasanya sangat panjang, kami harus menyatakan
bahwa penelitian kualitatif dapat dan sebaiknya dilakukan dan dilaporkan secara
ringkas. Misalnya, guru yang melakukan pengamatan informal dapat memperoleh
manfaat dari penerapan aspek-aspek dari apa yang telah kami uraikan pada bab ini.
Mengikuti pedoman penelitian kualitatif akan membantu membuat pengamatan ini
menjadi “analisis objektif mengenai makna subjektif” yang lebih baik dan akan
menghasilkan penafsiran yang lebih tepat mengenai yang telah diamati. Selain itu, saat
kita membahas validitas eksternal pada Bab 15, akan terlihat jelas bahwa hasil dari
penelitian tingkat tinggi dapat disimpulkan secara lebih tepat jika penelti menggunakan
metode kualitatif dalam mengumpulkan, melaporkan, dan menafsirkan data.
Sebagaimana yang akan diperlihatkan pada bab-bab selanjutnya, penelitian pendidikan
yang baik sering merupakan perpaduan metode kualitatif dan kuantitatif yang efektif.
Erickson (1986, hal. 140) mengemukakan empat jenis masalah yang dapat terjadi
karena prosedur yang kurang baik dalam penelitian kualitatif:
1. Bukti yang tidak cukup. Pernyataan dalam kesimpulan penelitian mungkin tidak
didukung oleh data atau mungkin tidak mencakup peristiwa dan tempat kejadian
yang akan mendukung pernyataan tersebut.
2. Variasi jenis bukti yang tidak cukup. Peneliti mungkin gagal menggunakan
triangulasi data dengan menggunakan beberapa sumber atau lokasi lapangan,
atau mungkin gagal menggunakan beberapa metode, beberapa ciri, dan
pendekatan hipotesis alternatif dalam pengumpulan dan analisis data.
3. Perhatian yang kurang terhadap bukti yang kurang meyakinkan. Erickson sangat
menganjurkan pencarian data yang mungkin kurang meyakinkan.
4. Perhatian yang kurang terhadap kasus yang berbeda. Peneliti mungkin gagal
membandingkan orang-orang dan kasus-kasus yang tidak sesuai dengan teori
dan penjelasan awal yang nampaknya berlaku untuk sebagian besar orang dan
kasus. Analisis kasus yang berbeda juga perlu dilakukan saat pengumpulan data
sedang berlangsung untuk membantu mengubah dan mempertajam penjelasan
teori. Analisis kasus dan data individu membantu memberikan hipotesis alternatif
yang perlu diteliti. (Etnografi mengutamakan kasus yang berbeda, yang mungkin
berisi lebih banyak informasi daripada kasus biasa.)
Sadler (1981) telah mengemukakan bidang-bidang yang menjebak dan perlu kehati-
hatian bagi mereka yang berusaha mengamati dan membuat generalisasi dan
kesimpulan dalam penelitian kualitatif (dan juga memberikan pendekatan umum dalam
membuat kesimpulan dari bukti yang diperoleh). Sadler mengemukakan 10 bidang
bermasalah ini:
Metodologi penelitian ilmiah telah dikembangkan selama 400 tahun untuk mengurangi
kesalahan manusia dalam melakukan pengamatan dan membuat kesimpulan logis.
Metode penelitian dalam ilmu-ilmu kemanusiaan jauh lebih baru daripada itu, tapi
berbagai masalah pengamatan yang bias dan kesimpulan dan penjelasan yang tidak
tepat telah tercatat, dan sejumlah metode telah dibuat untuk mengurangi kesalahan ini.
Metode dan masalah ini harus diperhatikan oleh semua orang yang terlibat di bidang
ilmu kemanusiaan. Metode penelitian kualitatif, sosiologis, kultural dan sosial
antropologis, dan ekologi manusia sangat berguna dalam menyusun pemahaman dasar
mengenai siswa, guru, administrator, orang tua, dan konteks sosial, tempat kejadian,
dan peristiwa di mana orang-orang ini tinggal, belajar, dan bekerja.
Penelitian pendidikan yang baik memakan waktu dan tenaga. Terdapat banyak
masalah pendidikan penting yang memerlukan solusi lebih baik daripada yang ada
sekarang. Karena itu, perlu dilakukan penelitian berkualitas terbaik dan paling
informatif, yaitu penelitian yang akan memberi kita pemahaman paling menyeluruh dan
paling mendalam yang dapat diperoleh. Data dan metodologi kualitatif dan interpretif
pasti akan menjadi bagian dari semua penelitian pendidikan yang memberikan jalan
menuju pemahaman ini.
Bab ini telah membahas kontribusi penelitian kualitatif dalam menentukan apa yang
terjadi di lingkungan pendidikan dan dalam menyajikan penjelasan sebab-akibat atas
apa yang terjadi. Selain itu, metode kualitatif dapat dipadukan dengan metode
kuantitatif agar ikut memberikan kontribusi terhadap penelitian tingkat tinggi. Kontribusi
ini akan dibahas pada bab-bab selanjutnya.
MENYATUKAN SEMUANYA
Sekarang mari kita kembali ke hari-hari ketika Mr. Anderson pertama kali berencana
melakukan penelitian mengenai sikap anak-anak terhadap hewan. Pada waktu hampir
bersamaan, seorang rekan, Helen Witherspoon, menyatakan minat yang sama untuk
melakukan penelitian, tapi Helen menggunakan pendekatan yang berbeda.
Helen sedang kuliah S2 dan memerlukan proyek penelitian untuk thesisnya. Dia
mengidentifikasi dua sekolah di daerahnya. Di sekolah pertama, kepala sekolahnya,
yang merupakan temannya, prihatin bahwa anak-anak nampaknya memperlihatkan
ketidakpedulian terhadap kehidupan hewan. Sekolah yang satu lagi direkomendasikan
oleh lembaga kemanusiaan lokal sebagai tempat dimana siswa terkenal karena
perhatiannya terhadap hewan.
Helen mengadakan pertemuan dengan beberapa guru dan kepala sekolah di kedua
sekolah tersebut. Dia berencana mengunjungi beberapa ruang kelas secara berkala
dan melakukan pengamatan serta melakukan wawancara dengan para siswa. Dia
sepakat untuk melakukan ini tanpa mengganggu kegiatan rutin normal di ruang kelas.
Dua guru kelas tiga sangat ramah di masing-masing sekolah, dan keempat guru ini
setujuk untuk membuat catatan yang terperinci. Helen menyiapkan pedoman yang
memberikan daftar perilaku umum yang perlu diamati para guru ini.
Selama satu tahun ajaran, Helen menghabiskan waktu dua jam setiap minggu di
masing-masing dari keempat ruang kelas tersebut. Guru di masing-masing kelas
menganggap kehadiran Helen sebagai kegiatan pelajaran bahasa yang berguna bagi
siswa untuk membicarakan topik yang menarik, dan dengan demikian Helen dapat
mengadakan wawancara perorangan dan wawancara kelompok dengan para murid.
Para guru sekolah tersebut memperkenalkan Helen sebagai guru yang sedang kuliah
dan ingin berbicara dengan para murid. Murid-murid nampaknya senang berbicara
dengan Helen, dan mereka berbicara dengan bebas. Percakapan tersebut mencakup
berbagai topik – kadang-kadang secara langsung membahas hewan tapi juga
mencakup topik yang secara tidak langsung berkaitan dengan kehidupan hewan.
Selama pertemuan ini, Helen membiarkan para murid berbicara dengan bebas. Helen
merekam percakapan mereka, sehingga dia tidak perlu mencatat saat dia berbicara
dengan mereka. Tidak lama setelah setiap pertemuan, Helen mendengarkan rekaman
tersebut dan membuat catatan berdasarkan wawancara ini dan pengamatan lain yang
dilakukannya. Selain itu, para guru meminta murid mereka menulis karangan mengenai
topik yang menarik perhatian Helen, dan mereka memberikan karangan ini kepada
Helen. Para guru merasa senang karena seiring waktu para murid nampaknya
memperoleh keterampilan menulis dan berbicara secara lebih efektif.
Selain itu, Helen menghabiskan waktu setengah jam setiap minggu untuk
mewawancarai keempat guru tersebut.
Pada akhir tahun, Helen menghabiskan waktu seminggu untuk merangkum datanya.
Dia sepakat bahwa para murid di sekolah kedua memang lebih manusiawi dalam sikap
mereka dibandingkan dengan para murid di sekolah pertama. Helen membuat banyak
kesimpulan, yang terlalu banyak untuk dirangkum di sini. Salah satu yang mungkin
paling menarik adalah bahwa materialisme mungkin merupakan faktor penting yang
mempengaruhi sikap terhadap kehidupan hewan. Di masa lalu, Helen berpendapat
bahwa pelajaran mengenai nilai-nilai kemanusiaan harus membawa hewan-hewan
yang lucu ke ruang kelas, tapi pemahamannya mengenai materialisme membuatnya
menyimpulkan bahwa mungkin lebih penting mencari cara untuk mengurangi
keserakahan pribadi dan materialisme di kalangan anak-anak. Helen perlu
mengumpulkan lebih banyak data untuk mendukung dan mengembangkan
gagasannya.
RANGKUMAN
Peneliti kualitatif meneliti lingkungan alami untuk mencari faktor-faktor yang mungkin
memberikan makna kepada situasi tersebut. Penelitian kualitatif bisa bersifat eksploratif
atau benar-benar interpretif. Penelitian kualitatif itu sendiri memang berguna dan sering
memberikan landasan bagi penelitian kuantitatif dan eksperimental selanjutnya.
Penelitian kualitatif memberikan pemahaman mengenai alasan di balik peristiwa yang
terjadi di lingkungan penelitian eksperimental. Penelitian kualitatif sering dilakukan oleh
pengamat partisipan, yang sangat dekat dengan situasi yang diteliti dan dapat
mengamatinya sealami mungkin. Pengamat partisipan harus berusaha menghindari
bias dan mengumpulkan informasi seobjektif mungkin.
Bab ini telah menguraikan metode dasar yang digunakan peneliti kualitatif dan jenis
data yang dikumpulkannya. Penelitian kualitatif yang baik tergantung pada penelitian
lapangan yang sisttematis selama jangka waktu yang panjang. Bab ini juga telah
membahas masalah reliabilitas dan validitas dalam pengumpulan data kualitatif dan
membahas faktor-faktor yang mungkin mengganggu proses penelitian kualitatif. Selain
itu, bab ini telah menguraikan karakteristik laporan penelitian kualitatif yang baik dan
membicarakan peran yang dapat dimainkan penelitian kualitatif di bidang pendidikan.
Dimulai pada Bab 10, kami akan mulai membahas pelaksanaan dan penafsiran jenis
penelitian lainnya – penelitian kuantitatif yang berkaitan dengan hubungan sebab-akibat
dan dengan generalisasi hasil penelitian di bidang pendidikan.
1. Gunakan metode naturalistik yang diuraikan pada bab ini untuk meneliti
gambaran keseluruhan. Hindari penyingkiran tak sengaja unsur-unsur yang
penting.
2. Hindari bias pribadi. Cara terbaik untuk melakukan ini adalah dengan menyadari
sumber-sumber bias yang diuraikan pada bab ini dan mengambil langkah untuk
mencegah terjadinya bias.
3. Menggunakan metode yang masuk akal untuk menyusun data secara lengkap
tapi secara tidak mencolok. Saran Bernard (1988) untuk menggunakan catatan
langsung data lapangan, ringkasan data lapangan, catatan harian data lapangan,
dan buku catatan lapangan merupakan salah satu cara yang tepat.
4. Sadari masalah yang dapat terjadi dalam penelitian kualitatif, dan hindari
masalah tersebut. Pemaham daftar masalah yang disusun oleh Erickson (1986)
dan Sadler (1981) dapat membantu mencegah kesalahan fatal dalam
perencanaan dan pelaksanaan.
5. Ingat bahwa tidak ada hukum yang melarang penggabungan metode kuantitatif
dengan metode kualitatif, jika penggabungan ini dapat dilakukan tanpa
mengganggu pengumpulan data di lingkungan yang alami.
1. Apakah masuk akal jika mengharapkan guru dan pendidik lainnya melakukan
tugas dengan baik dalam mendidik siswa dan melakukan penelitian kualitatif?
2. Apa masalah di bidang pendidikan yang paling cocok diteliti dengan penelitian
kualitatif?
3. Lengkapi kalimat ini dengan menjawab pertanyaan: “Penelitian kualitatif . . .
(melakukan apa?) (Untuk apa atau siapa?) (Kapan?) (Di mana?) (Bagaimana?)
(Mengapa?)