Anda di halaman 1dari 90

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan teknologi yang telah maju dan modern. Salah satu konsekuensi dari perkembangan industri yang sangat pesat dan persaingan yang ketat antar perusahaan di Indonesia sekarang ini adalah tertantangnya proses produksi kerja dalam perusahaan supaya terus menerus berproduksi selama 24 jam. Dengan demikian diharapkan ada peningkatan kualitas serta kuantitas produksi untuk mencapai keuntungan yang maksimal. (Imansyah, 2004) Sehat digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan lainnya melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan serta pekerjaannya (Budiono, 2003). Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan juga sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahan tersebut, melalui usaha-usaha promotif,

preventif, dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguangangguan kesehatan lainnya yang diakibatkan oleh pekerjaannya atau lingkungan kerja. Tidak adanya absentisme atau rendahnya angka

absentisme dan meningkatnya status kesehatan pekerja ini jelas akan meningkatkan efesiensi, yang bermuara terhadap meningkatkan keuntungan perusahaan. (notoatmodjo, 2005) Bekerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan sering kali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang ingin dicapai dan orang berharap aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawakan suatu keadaan yang lebih memuaskan dari sebelumnya. (Anoraga, 2001) Lingkungan kerja yang tidak memenuhi standar yang ada misalnya bising yang melebihi ambang batas, pencahayaan yang kurang atau kadang terlalu berlebihan yang menyebabkan kesilauan, iklim kerja yang tidak kondusif merupakan faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Kebisingan merupakan suara yang tidak di inginkan. Kebisingan selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan komunikasi dan efek pada pekerjaan. (Hadian, 2000) Interaksi antara manusia, alat dan bahan, serta lingkungan kerja menimbulkan beberapa pengaruh terhadap tenaga kerja. Pengaruh atau dampak negatif sebagai hasil samping proses industri merupakan beban tambahan dari tenaga kerja, yang bisa menimbulkan kelelahan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan adanya beban tambahan lingkungan kerja yaitu: Faktor fisik (penerangan, kebisingan, vibrasi mekanis, iklim kerja dan radiasi), Faktor kimia (gas, uap, debu, kabut

fume, asap, awan, cairan dan benda padat), Faktor biologi (tumbuhan dan hewan), Faktor fisiologis (konstruksi mesin, sikap dan cara kerja), dan Faktor psikologis (suasana kerja, hubungan antara pekerja atau dengan atasan). (Depnaker, 2004) Faktor fisik tersebut akan merugikan tenaga kerja apabila terjadi ketidakseimbangan dan ketidaknyamanan pada saat bekerja. Hal ini biasanya terjadi pada lingkungan kerja yang panas sehingga tenaga kerja yang terpapar panas suhu tubuhnya akan meningkat. Ini terjadi karena adanya aliran panas dari lingkungan kerja yang suhunya lebih tinggi ke tubuh tenaga kerja yang suhunya lebih rendah sampai dalam keadaan seimbang. Kondisi lingkungan kerja yang mempunyai kebisingaan melebihi 85 dBAA dapat mengganggu kesehatan pekerja seperti ketulian progesif. World Health Organization (WHO) yang dikutip oleh Hadian (2000) melaporkan tahun 1988 terdapat 8-12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk, angka itu diperkirakan akan terus meningkat. Disamping itu penerangan yang tidak baik akan menyebabkan kerusakan pada alat penglihatan, dan semua itu akan menyebabkan menurunnya konsentrasi dan kelelahan mental bagi para tenaga kerja. (Depnaker, 2004) Kelelahan penurunan (fatigue) merupakan salah satu kerja. risiko terjadinya 2003)

derajat

kesehatan

tenaga

(Budiono,

menyatakan kelelahan kerja ditandai dengan melemahnya tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan, sehingga akan

meningkatkan kesalahan dalam melakukan pekerjaan dan akibat fatalnya adalah terjadinya kecelakaan kerja. Dari laporan survei di Negara maju diketahui bahwa 10-50% penduduk mengalami kelelahan akibat kerja. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan adanya prevalensi kelelahan sekitar 20% pasien yang membutuhkan perawatan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh kementrian tenaga kerja jepang terhadap 12.000 perusahaan yang melibatkan sekitar 16.000 pekerja di Negara tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa ditemukan bahwa 65% pekerja mengeluhkan kelelahan fisik akibat kerja rutin, 28% mengeluhkan kelelahan mental dan sekitar 7% pekerja mengeluh stress dan merasa tersisihkan. (hidayat, 2003) Di Indonesia, khususnya di wilayah Kalimantan timur merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak sumberdaya batubara. Batubara merupakan salah satu sumber energi alternatif di Indonesia yang cukup besar cadangannya. PT Kaltim Prima Coal merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara. Coal Preparation Plant merupakan salah satu departemen yang ada di PT Kaltim Prima Coal. Departemen ini merupakan pusat pengolahan dan penyiapan batubara dari tambang sehingga

menghasilkan batubara yang sesuai dengan permintaan pembeli baik dari segi fisik maupun kualitasnya. Dalam menjalankan fungsinya di atas, departemen ini dilengkapi berbagai peralatan dan mesin-mesin yang beroperasi setiap hari selama 24 jam terdiri dari 3 shift.

Pengangkutan dari stockpile yang melalui bawah tanah (tunnel) atau biasa disebut ruang terbatas memiliki suhu yang relative tinggi temperaturnya, pengukuran yang dilakukan di ruang terbatas pada 5 titik yang ada di dalamnya dibulan November 2009 terdapat hasil sebagai berikut : titik 1 (28,8), titik 2 (29,3), titik 3 (29,8), titik 4 (28,6), dan titik 5 (29,2), sehingga membuat orang yang bekerja di dalamnya apabila terjadi kerusakan alat atau mesin merasa kurang nyaman apalagi jika mesin pengangkutnya masih beroperasi maka selain temperature suhu yang naik, pekerja juga terganggu oleh suara bising dari mesin tersebut. Kondisi penerangannya sendiri ada yang telah memenuhi standar ada pula yang kurang seperti pengukuran yang dilakukan pada tahun 2002 oleh safety coordinator di crusher 5 diukur 3 titik, dan didapatkan hasil pngukurannya yaitu : 183 lux, 192 lux dan 33 lux. Kondisi dari ketidakstabilan lingkungan fisik yang berupa

kebisingan, getaran, penerangan tempat kerja dan juga iklim kerja pada saat mereka melakukan pekerjaan membuat para pekerja merasa menjadi cepat mengalami kelelahan. Hal ini menjadi dasar minat mahasiswa untuk meneliti dengan tema Hubungan Lingkungan Fisik terhadap Kelelahan kerja pada karyawan Maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Sangatta Kabupaten Kutai Timur Tahun 2010.

B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan Lingkungan Fisik tehadap kelelahan kerja pada karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT. Kaltim Prima Coal Sangatta Kabupaten Kutai Timur Tahun 2010?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan Lingkungan Fisik terhadap kelelahan kerja pada karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Sangatta Kabupaten Kutai Timur Tahun 2010.

2. a.

Tujuan Khusus Untuk mengetahui hubungan kebisingan terhadap kelelahan

kerja pada karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Sangatta Kabupaten Kutai Timur Tahun 2010. b. Untuk mengetahui hubungan getaran terhadap kelelahan

kerja pada karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Sangatta Kabupaten Kutai Timur Tahun 2010. c. Untuk mengetahui hubungan penerangan terhadap

kelelahan kerja pada karyawan maintenance bagian Coal

Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Sangatta Kabupaten Kutai Timur Tahun 2010. d. Untuk mengetahui hubungan iklim kerja terhadap kelelahan

kerja pada karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Sangatta Kabupaten Kutai Timur Tahun 2010.

D. Manfaat penelitian 1. Bagi peneliti Dapat meningkatkan pengetahuan dan sarana pengembangan teori yang telah didapat dalam perkuliahan sehingga diperoleh pengalaman langsung khususnya mengenai kesehatan dan

keselamatan kerja yang ditulis dalam bentuk tulisan ilmiah. 2. Bagi Fakultas Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan masukan data dan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pustaka guna pengembangan ilmu kesehatan dan keselamatan kerja. 3. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kelelahan yang dialami karyawan

Maintenance bagian CPP PT.KPC Sangatta, serta sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi adanya keluhan tenaga kerja dan mencari alternatif pemecahan masalah yang ada.

Sebagai sumbangan pemikiran dan pengembangan serta penerapan Kesehatan derajat dan Keselamatan kerja Kerja (K3) untuk

meningkatkan

kesehatan

karyawan

khususnya

Maintenance bagian Coal Preparation Plant PT KPC Sangatta. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lingkungan Fisik Faktor fisik merupakan komponen yang terdapat di lingkungan kerja seperti kebisingan, penerangan, iklim kerja, getaran dan radiasi, yang biasanya mempengaruhi tenaga kerja (Depnaker, 2004). Faktor fisik yang diteliti dalam penelitian ini adalah kebisingan, getaran, penerangan dan iklim kerja. 1. Kebisingan Kebisingan merupakan masalah kesehatan yang selalu timbul, baik pada industri besar seperti pabrik baja, pabrik mobil maupun industri rumah tangga seperti penggergajian kayu, pande besi, perajin kuningan serta aneka logam lainnya. a. Pengertian Kebisingan Menurut KEP.MENAKER NO:KEP-51/MEN/1999 yang

dimaksud dengan kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat

menimbulkan gangguan pendengaran. Sedangkan menurut Fox

(1969), kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki atau tidak diharapkan oleh seseorang. (Ramdan, 2007) Bunyi merupakan suatu gelombang berupa getaran dari molekul-molekul zat yang saling beradu satu dengan yang lain secara terkoordinasi sehingga menimbulkan gelombang dan meneruskan energi serta sebagian dipantulkan kembali. Media yang dilalui mempunyai masa yang elastis sehingga

menghantarkan bunyi tersebut. Bunyi merambat melalui udara dengan kecepatan sekitar 344 m/detik pada suhu 20oC dan menimbulkan gelombang dengan sumber bunyi sebagai titik pusat dan disebarkan secara radial membentuk bidang gelombang (Salim, 2002). Frekuensi bunyi yang dapat didengar telinga manusia terletak antara 16 hingga 20.000 Hz. Frekuensi bicara terdapat pada rentang 250-4000 Hz. Bunyi frekuensi tinggi adalah yang paling berbahaya. Bunyi dapat dibedakan dalam 3 rentang frekuensi sebagai berikut: 1. Infra sonic, bila suara dengan gelombang antara 0- 16 Hz. Infra sonic tidak dapat didengar oleh telinga manusia dan biasanya ditimbulkan oleh getaran tanah dan bangunan. Frekuensi <16 Hz akan mengakibatkan perasaan kurang nyaman, lesu dan kadang-kadang perubahan penglihatan.

10

2. Sonic,

bila

gelombang

suara

antara

16-20.000

Hz,

merupakan frekuensi yang dapat ditangkap oleh telinga manusia. 3. Ultra sonic, bila gelombang >20.000 Hz. Frekuensi di atas 20.000 Hz sering digunakan dalam bidang kedokteran, seperti untuk penghancuran batu ginjal, pembedahan katarak karena dengan frekuensi yang tinggi bunyi

mempunyai daya tembus jaringan cukup besar, sedangkan suara dengan frekuensi sebesar ini tidak dapat didengar oleh telinga manusia.

b. Jenis Kebisingan Jenis kebisingan yang sering ditemui adalah: 1. Kebisingan continue dengan spectrum frekuensi yang

luas (steady state, wide band noise). Jenis kebisingan ini dapat dijumpai misalnya pada mesin-mesin produksi, kipas angin, dapur pijar dan lain-lain. 2. Kebisungan continue dengan spectrum frekuensi

sempit (steady state, narrow band noise). Jenis kebisingan seperti ini dapat dijumpai pada gergaji sirkuler, katup gas dan lain-lain. 3. Kebisingan terputus-putus (intermitent). Kebisingan

jenis ini dapat ditemukan misalnya pada lalu lintas darat, suara kapal terbang dan lail-lain.

11

4.

Kebisingan impulsive (impact or impulsive noise).

Jenis kebisingan seperti ini dapat ditemukan misalnya pada pukulan mesin kontruksi, tembakan senapan, atau suara ledakan. 5. Kebisingan impulsive berulang. Jenis kebisingan ini

dapat dijumpai misalnya pada bagian penempaan besi di perusahaan besi. (Ramdan, 2007)

c. Pengaruh Kebisingan Setiap tenaga kerja memiliki kepekaan sendiri-sendiri terhadap kebisingan, terutama nada yang tinggi, karena dimungkinkan adanya reaksi psikologis seperti stres, kelelahan, hilang efisiensi dan ketidaktenangan (Sutaryono, 2002). Lebih dari itu (Wardhani, 2004), menyatakan pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan (efek fisiologis) adalah kerusakan pada indra pendengar yang menyebabkan ketulian. Disamping itu sumber kebisingan yang tinggi memiliki pengaruh terhadap tenaga kerja, yaitu: 1) 2) Mengurangi kenyamanan dalam bekerja Mengganggu komunikasi atau percakapan antar

pekerja 3) 4) Mengurangi konsentrasi Menurunkan daya dengar, baik yang bersifat

sementara maupun permanen

12

5)

Tuli akibat kebisingan (Budiono, 2003).

Kebisingan mengakibatkan kerusakan pada indra-indra pendengaran, hal ini dapat berbentuk ketulian progresif. Mulamula efek kebisingan pada pendengaran adalah sementara dan dapat pulih lagi dengan cepat sesudah berhenti bekerja di tempat bising. Jika bekerja terus menerus di tempat dengan tingkat kebisingan tinggi secara terus menerus maka berakibat kehilangan daya dengar yang menetap dan tidak pulih lagi.

d. Pengukuran Kebisingan Pengukuran kebisingan biasanya dilakukan dengan tujuan memperoleh data kebisingan di perusahaan atau dimana saja sehingga dapat dianalisis dan dicari pengendaliannya. Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan adalah dengan menggunakan sound level meter dengan satuan intensitas kebisingan sebagai hasil pengukuran adalah desibel (dBAA). Alat ini mampu mengukur kebisingan diantara 30 -130 dBAA dan dari frekuensi 20-20000 Hz. Alat kebisingan yang lain adalah yang dilengkapi dengan octave band analyzer dan noise dose meter (Depnaker, 2004) Nilai ambang batas atau selanjutnya disingkat NAB adalah besarnya tingkat suara dimana sebagian besar tenaga kerja masih berada dalam batas aman untuk bekerja 8 jam/hari atau 40 jam / minggu. Menurut KEPMENAKER NO : KEP-

13

51/MEN/1999 NAB kebisingan ditetapkan sebesar 85 dBAA, sedangkan kebisingan yang melampaui NAB, waktu

pemajanannya ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 2.1.1.1 Nilai Ambang Batas Kebisingan Waktu pemajanan Intensitas kebisingan dalam perhari dBAA 8 85 4 88 Jam 2 91 1 94 30 97 15 100 7,5 103 Menit 3,75 106 1,88 109 0,94 112 28,12 115 14,06 118 7,03 121 3,52 124 1,76 Detik 127 0,88 130 0,44 133 0,22 136 0,11 139 2. a. Getaran Pengertian getaran Yang dimaksud dengan getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolakbalik dari kedudukan keseimbangan. Getaran terjadi saat mesin atau alat di jalankan dengan motor, sehingga pengaruhnya bersifat mekanis

(Budiono, 2003).

14

Vibrasi adalah getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran mekanis, misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya. Getaran merupakan efek suatu sumber yang memakai satuan ukuran hertz (Depkes, 2003). Getaran (vibrasi) adalah suatu faktor fisik yang menjalar ke tubuh manusia, mulai dari tangan sampai keseluruh tubuh turut bergetar (oscilation) akibat getaran peralatan mekanis yang di pergunakan dalam tempat kerja. Perkakas yang bergetar secara luas dipergunakan dalam industri logam, perakitan kapal, dan otomotif, juga

dipertambangan, kehutanan, dan pekerjaan konstruksi. Perkakas yang paling banyak digunakan adalah: bor pneumatik, alatalat ini menghasilkan getaran mekanik dengan ciri fisik dan efeknya merugikan yang berbeda. Pada perum perhutani sumber getaran yang ada pada peralatan seperti band resaw, cross cut, log band saw, planer, band saw, double cross cut, dan spindel moulder.

b. Jenis Getaran Ada dua tipe vibrasi pada manusia yaitu : whole body vibration (WBV) dan hand arm vibration (HAV). WBV

ditransmisikan ke tubuh melalui permukaan penyangga (kaki, pantat, punggung, dsb). Seseorang yang mengemudikan

kendaraan dikenai WBV lewat pantat dan punggung. HAV ditransmisikan ke tangan dan lengan, vibrasi tersebut terutama

15

dialami oleh operator held power tool. Sisem WBV masingmasing dipelajari secara terpisah. 1) Terpapar terhadap WBV Terpapar terhadap WBV dapat menyebabkan kerusakan fisik permanen atau dapat terganggu system syarafnya. Terpapar setiap hari oleh WBV selama bertahun-tahun dapat menyebabkan kerusakan fisik serius, sebagai contoh iskhemik lumbago yang mempengaruhi tulang belakang bagian bawah. Selain itu system sirkulasi dan urologi juga akan terganggu. Terpapar WBV juga dapat menganggu system saraf pusat. Gejala dari gangguan ini biasanya tampak dalam bentuk

kelelahan, nsomnia dan sakit kepala.

2)

Keterpaparan terhadap HAV Terpapar setiap hari oleh HAV selama bertahun-tahun

dapat menyebabkan kerusakan fisik permanen, sebagai contoh kejadian White finger syndrome merupakan dampak terpapar HAV yang merusak system persendian, system persyarafan dan sirkulasi darah pada otot jari dan siku. Gejala gatal-gatal, hilang control dan mati rasa basanya

mempengaruhi satu jari pada mulanya tetapi kelamaan akan mempengaruhi jari-jari lain bila paparan HAV berlanjut. (Ramdan, 2007)

16

c.

Pengaruh Getaran 1) Getaran Seluruh Badan (whole body vibration) Getaran pada seluruh tubuh atau umum (whole body vibration) yaitu terjadi getaran pada tubuh pekerja yang bekerja sambil duduk atau sedang berdiri dimana landasanya yang menimbulkan getaran. Biasanya frekuensi getaran ini adalah sebesar 5-20 Hz. Getaran seperti ini biasanya dialami oleh pengemudi kendaraan seperti : traktor, bus, helikopter, atau bahkan kapal. Efek pada organ tertentu bergantung pada resonansi alamiah organ tersebut : dada (3-6 Hz), kepala (2030 Hz), rahang (100-150 Hz), dan seterusnya. Disamping rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh goyangan organ seperti ini, menurut beberapa penelitian, telah dilaporkan efek jangka lama yang menimbulkan osteoarthritis tulang belakang (Harrington, 2003).

Menambahnya tonus otot-otot oleh karena getaran dibawah frekuensi 20 Hz menjadi sebab kelelahan. Kontraksi statis ini menyebabkan penimbunan asam laktat dalam alat-alat dengan bertambahnya panjang waktu reaksi. Rasa tidak enak menjadi sebab kurangnya perhatian. Rangsangan-rangsangan pada system retikuler di otak menjadi sebab mabuk. Sebaliknya, frekuensi diatas 20Hz menyebabkan

pengenduran otot. Lain dari itu getaran-getaran frekuensi

17

tinggi 3050Hz digunakan dalam kedokteran olah raga untuk memulihkan otot sesudah kontraksi luar biasa.

2)

Getaran pada Lengan Tangan (Tool Hand vibration) Getaran setempat yaitu getaran yang merambat melalui

tangan

akibat

pemakaian

peralatan

yang

bergetar,

frekuensinya biasnya antara 20-500 Hz. Frekuensi yang paling berbahaya adalah pada 128 Hz, karena tubuh manusia sangat peka pada frekuensi ini. Getaran ini berbahaya pada pekerjaan seperti: Operator gergaji rantai, Tukang semprot, potong rumput, Gerinda, Penempa palu. Efeknya lebih mudah di jelaskan dari pada menguraikan patofisiologinya, efek ini disebut sebagai sindrom getaran lengan (HVAS) yang terdiri atas: a. Efek vaskuler-pemucatan pada episodik buku jari

ujung yang bertambah parah pada suhu dingin (Fenomena Raynoud). b. Efek Neurologik buku jari ujung mengalami

kesemutan dan baal. c. Efek bersifat progresif apabila ada pemanjanan

terhadap alat bergetar berlanjut dan dapat menyebabkan dalam kasus yang parah.

d. Pengukuran Getaran

18

Pengukuran getaran yaitu : 1) 2) 3) Periksa jarum penunjuk, posisikan pada angka nol Periksa baterai apakah dalam keadaan baik Hubungkan penangkap getaran (vibration pick up)

dengan pengukur getaran (vibration meter) 4) Pasang penangkap getaran pada objek yang akan diukur

Percepatan hasil pengukuran dikalikan dengan g = 980 m/det. Ketepatan hasil pengukuran dikalikan dengan cm/det Menurut KEPMENAKER NO : KEP-51/MEN/1999 Nilai ambang batas getaran untuk pemajanan lengan dan tangan adalah sebagai berikut : Tabel 2.1.2.1 NAB getaran untuk lengan dan tangan Nilai percepatan pada frekuensi Jumlah waktu dominan pemajanan per hari Meter per detik kuadrat kerja Gram (m/det) 4 jam dan kurang dari 4 0,40 8 jam 2 jam dan kurang dari 6 0,61 4 jam 1 jam dan kurang dari 8 0,81 2 jam Kurang dari 1 jam 12 1,22 Catatan : 1 gram = 9,81 m/det

3. a.

Penerangan Pengertian Penerangan Menurut peraturan pemerintah (1999), penerangan ditempat kerja adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang

19

diperlukan

untuk

melaksakan

kegiatan

secara

efektif.

Penerangan dapat berasal dari cahaya alami dan buatan. Penerangan keselamatan adalah penting sebagai fisik suatu faktor

dalam

lingkungan

pekerja.

Beberapa

penyelidikaan mengenai hubungan antara produktivitas dengan penerangan telah memperlihatkan, bahwa penerangan yang cukup dan diatur sesuai dengan jenis pekerjaan dapat menghasilkan produksi maksimal dan penekanan biaya

(Sutaryono, 2002)

b. Jenis Penerangan 1) Penerangan langsung (direct lighting), hampir semua

cahaya didistribusikan ke bawah (90-100%), paling efisien digunakan permukaan karena kerja banyaknya adalah cahaya yang mencapai sering

maksimum,

namun

menimbulkan bayangan dan kesilauan (bila cahaya terlalu kuat). 2) Penerangan semi langsung (semi-direct lighting),

distribusi cahaya diarahkan kebawah (60-90%) 3) General difuse, kurang lebih 40-60% cahaya diarahkan

kebawah dan 40-60% diarahkan keatas. 4) Semi-indirect lighting, 60-90% cahaya didistribusikan

kearah atas dan 10-40% kearah bawah, untuk itu nilai

20

pantulan dari langit-langit harus tinggi agar cahaya lebih banyak yang dipantulkan kebawah. 5) Indirect lighting, distribusi cahaya katas 90-100%, tidak

menimbulkan bayangan dan kesilauan, tetapi mengurangi efisiensi cahaya. Adapun tipe penerangan yang dapat digunakan di

perusahaan adalah: a. b. c. Penerangan umum (general lighting) Penerangan lokal (localized general ligting)

Pengaruh Penerangan Penerangan yang baik dapat memberikan keuntungan pada

tenaga kerja, yaitu peningkatan produksi dan menekan biaya, memperbesar meningkat, kesempatan dengan hasil kualitas yang

menurunkan

tingkat

kecelakaan,

memudahkan

pengamatan dan pengawasan, mengurangi ketegangan mata, mengurangi dikerjakan. Penerangan yang buruk dapat berakibat kelelahan mata, memperpanjang waktu kerja, keluhan pegal didaerah mata dan sakit kepala disekitar mata, kerusakan indra mata, kelelahan mental dan menimbulkan terjadinya kecelakaan (Wardhani : 2004). terjadinya kerusakan barang-barang yang

d. Pengukuran Penerangan

21

Pengukuran

intensitas

penerangan

dilakukan

dengan

menggunakan alat Luxmeter atau lightmeter. Alat ini bekerja berdasarkan pengubahan energi cahaya menjadi energi listrik oleh photo electric cell. Berdasarkan peraturan pemerintah (1999) tentang

persyarataan kesehatan lingkungan kerja, yang dimaksudkan dengan intensitas penerangan ditempat kerja dapat dilihat pada tabel 2.1.3.1:

Tabel 2.1.3.1 Intensitas penerangan Intensitas Jenis Kegiatan Keterangan Penerangan (Lux) Pekerjaan kasar & Ruang penyimpanan dan ruang tidak terus menerus 100 peralatan yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu Pekerjaan kasar & 200 Pekerjaan dengan mesin dan terus menerus perakitan kasar Pekerjaan kantor/administrasi, Pekerjaan rutin 500 ruang kontrol, pekerjaan mesin dan perakitan Pembuatan gambar atau Pekerjaan halus 1000 bekerja dengan mesin kantor, pekerja pemeriksan Tidak menimbulkan bayangan Pekerjaan amat halus Mengukir dengan tangan, 1500 pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang halus Tidak menimbulkan bayangan Pekerjaan detail 3000 Pemeriksaan pekerjaan, perakitan yang sangat halus Sumber: KepMenKes RI No 261/MenKes/SK/II/1998 4. Iklim Kerja Negara Indonesia merupakan Negara tropis dengan ciri utamanya adalah suhu dan kelembaban yang tinggi, kondisi awal

22

seperti ini seharusnya sudah menjadi perhatian karena iklim kerja yang panas merupakan beban bagi tubuh ditambahn lagi apabila pekerja harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan fisik yang berat, dapat memperburuk kondisi kesehatan dan stamina pekerja. Respon-respon fisiologis yang akan nampak jelas terhadap pekerja dengan iklim kerja panas tersebut, seperti peningkatan tekanan darah dan denyut nadi. Terdapat perbedaan peningkatan tekanan darah pada tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar panas, yang jelas sekali akan memperburuk kondisi pekerja. Selain respon tekanan darah dan denyut nadi, sistem termoregulator di otak (hypotalamus) akan merespon dengan beberapa mekanisme kontrol seperti konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi dengan tujuan untuk mempertahankan suhu sekitar 36 C 37 C. Namun apabila paparan dibiarkan terus menerus akan menyebabkan kelelahan (fatique) dan akan menyebabkan mekanisme kontrol ini tidak lagi bekerja yang pada akhirnya akan menyebabkan timbulnya efek heat stress (erwin, 2004) a. Pengertian Iklim Kerja Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi pada suatu lingkungan kerja. Nilai ambang batas untuk iklim kerja adalah situasi iklim kerja yang oleh tenaga kerja masih dapat dihadapi dalam pekerjaannya sehari-hari, tidak

mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan untuk waktu

23

kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam per hari atau 40 jam perminggu. Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja,

kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi pada suatu tempat kerja. Cuaca kerja yang tidak nyaman, tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan dapat menurunkan kapasitas kerja yang berakibat menurunnya efisiensi dan produktivitas kerja. Suhu udara dianggap nikmat bagi orang Indonesia ialah berkisar 240C sampai 260C dan selisih suhu didalam dan diluar tidak boleh lebih dari 50C. Batas kecepatan angin secara kasar yaitu 0,25 sampai 0,5 m/dtk. Suhu tubuh manusia dapat dipertahankan secara menetap oleh suatu system pengatur suhu (Thermoregulatory system). Suhu menetap ini adalah akibat keseimbangan diantara panas yang dihasilkan didalam tubuh sebagai akibat metabolisme dan pertukaran panas diantara tubuh dengan lingkungan sekitar. Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivias kerja manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24 derajat Celsius sampai 27 derajat Celsius (Wigjosoebrata, 2003).

b. Macam Iklim Kerja Kemajuan teknologi dan proses produksi didalam industri telah menimbulkan suatu lingkungan kerja yang mempunyai iklim

24

atau cuaca tertentu, yang dapat berupa iklim keja panas dan iklim kerja dingin. 1) Iklim kerja panas Iklim kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan angin,

kelembaban, suhu udara, suhu radiasi dan sinar matahari (Budiono, 2003). Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk mengatur keseimbangan suhu agar berada dalam keadaan yang menetap (hemeotermis), fungsi ini dinamakan system

pengatur suhu (Thermoregulatory system) yang dijalankan oleh hipotalamus. Suhu tubuh yang tetap jika panas yang dihasilkan dengan pertukaran suhu antara tubuh dengan lingkungan sekitar seimbang. Tubuh memproduksi panas ditentukan oleh dari egiatan fisik, makanan, pengaruh berbagai bahan kimia dan gangguan pada system pengatur keseimbangan suhu tubuh misalnya penyakit infeksi. Tubuh mengeluarkan panas bias melalui mekanisme konduksi, konveksi, radiasi dan penguapan (evaporasi). (Ramdan, 2007) a) Konduksi, merupakan pertukaran diantara tubuh dan

benda-benda sekitar dengan melalui sentuhan atau kontak. Konduksi akan menghilangkan panas dari tubuh apabila benda-benda sekitar lebih dingin suhunya, dan

25

akan menambah panas kepada tubuh apabila bendabenda sekitar lebih panas dari tubuh manusia. b) Konveksi, adalah petukaran panas dari badan dengan

lingkungan melalui kontak udara dengan tubuh. Pada proses ini pembuangan panas terbawa oleh udara sekitar tubuh. c) Radiasi, merupakan tenaga dari gelombang

elektromagnetik dengan panjang gelombang lebih panjang dari sinar matahari. d) Evaporasi, adalah keringat yang keluar melalui kulit

akan cepat menguap bila udara diluar badan kering dan terdapat aliran angin sehingga terjadi pelepasan panas dipermukan kulit, maka cepat terjadi penguapan yang akhirnya suhu badan bisa menurun. Terhadap paparan cuaca kerja panas, secara fisiologis tubuh akan berusaha menghadapinya dengan maksimal, dan bila usaha tersebut tidak berhasil akan timbul efek yang membahayakan. Karena kegagalan tubuh dalam

menyesuaikan dengan lingkungan panas maka timbul keluhan-keluhan sepert kelelahan, heat Cramps, Heat exhaustion, dan Heat stroke. a) Heat Fatique adalah gangguan pada kemampuan

motorik dalam kondisi panas. Gerakan tubuh menjadi lambat, kurangt waspada terhadap tugas.

26

b)

Heat cramps / kejang panas ialah kekejangan otot

yang diikuti penurunan sodium klorida dalam darah sampai dibawah tingkat kritis. (Ramdan, 2007) c) Heat exhaustion, biasanya terjadi karena cuaca yang panas terutama bagi mereka yang belum

sangat

beradaptasi tehadap udara panas. Penderita biasanya keluar keringat banyak tetapi suhu badan normal atau subnormal, tekanan darah menurun, denyut nadi lebih cepat. d) Heat stroke, terjadi karena pengaruh suhu panas

yang sangat hebat, sehingga suhu badan naik, kulit kering dan panas (Budiono, 2003). Tingkat kerja cenderung mengatur sendiri, yakni pekerja akan secara volunter menurunkan tingkat pekerjaannya bila dia merasakan panas berlebihan, kecuali untuk pemadaman kebakaran dan pekerjaan penyelamatan, karena tekanan psikologik akan mengatasi kondisi normal. Faktor luar seperti kadar kelembaban dan angin akan mempengaruhi tahanan pakaian terhadap aliran panas. Pakaian yang lembab akan mempunyai tahanan yang lebih rendah. Kecepatan aliran udara yang lebih tinggi akan cenderung mengempiskan pakaian, mengurangi

ketebalannya dan ketahanannya juga. Sementara pada pakaian yang teranyam terbuka, angin dapat mengilangkan

27

lapisan udara hangat yang ada di dalam. Kecuali jika dipergunakan sebagai pelindung bahaya kimia atau bahaya lainnya. Isolasi perorangan cenderung mengatur sendiri, orang menambah atau membuang lapisan pakaian sesuai dengan perasaan kenyamanannya. Lama pemajanan dapat beragam sesuai dengan jadwal kerja atau istirahat, lebih baik dengan masa istirahat yang diambil dalam lingkungan yang kurang ekstrem (Harrington, 2005). Orang-orang Indonesia pada umumnya beraklimatisasi dengan iklim tropis yang suhunya sekitar 29-30OC dengan kelembaban sekitar 85 95 %. Aklimatisasi terhadap panas berarti suatu proses penyesuaian yang terjadi pada

seseorang selama seminggu pertama berada di tempat panas, sehingga setelah itu ia mampu bekerja tanpa pengaruh tekanan panas.

2)

Iklim kerja dingin Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi kerja

dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Kondisi semacam ini dapat meningkatkan tingkat kelelahan

seseorang. Sedangkan pengaruh suhu ruangan sangat rendah terhadap kesehatan dapat mengakibatkan penyakit

28

yang terkenal yang disebut dengan chilblains, trench foot dan frostbite. Penderita chilblains pada bagian tubuh yang terkena menunjukkan tanda yang khas yaitu membengkak, merah, panas, dan sakit dengan diselingi gatal. Chilblains diderita oleh seorang pekerja sebagai akibat bekerja ditempat yang cukup dingin dalam waktu yang lama. Disamping itu, faktor makanan (defisiensi gizi) juga akan berpengaruh terhadap terjadinya penyakit tersebut. Trenhc foot adalah kerusakan anggota-anggota badan terutama kaki, akibat kelembaban atau dingin walaupun suhu masih diatas titik beku. Awalnya kaki kelihatan pucat, nadi tidak teraba dan nampak pucat. Pada saat itu si sakit merasa kesemutan, kaku dan kaki berat. Stadium ini diikuti tingkat hyperthermis yaitu kaki membengkak, merah dan sakit. Frostbite adalah akibat suhu yang sangat rendah dibawah titik beku. Kondisi penderita sama seperti yang mengalami penyakit trench foot, namun stadium akhir penyakit frostbite adalah gangrene. Perbedaan antara ketiga penyakit diatas adalah cacat menetap pada frostbite serta cacat sementara pada penyakit chilblains dan trench foot. Pencegahan terhadap gangguan kesehatan akibat iklim kerja suhu dingin dilakukan melalui seleksi pekerja yang fit

29

dan penggunaan pakaian pelindung yang baik. Disamping itu, pemeriksaan kesehatan perlu juga dilakukan secara periodik (Budiono, 2003)

c.

Pengukuran Iklim Kerja Untuk mengetahui iklim kerja disuatu tempat kerja dilakukan

pengukuran besarnya tekanan panas salah satunya dengan mengukur ISBB atau Indeks Suhu Basah dan Bola (Hiperkes, 2004) Indeks suhu bola basah didalam atau diluar ruangan tanpa panas radiasi : ISBB : 0,7 suhu basah alami + 0,3 suhu bola Alat yang dapat digunakan adalah Arsmann psychrometer untuk mengukur suhu basah, themometer kata untuk menguku kecepatan udara dan termometer bola untuk mengukur suhu radiasi. Selain itu pengukuran iklim kerja dapat mengunakan questemt digital. Adapun standar Nilai Ambang Batas (NAB) iklim kerja adalah 28C (Kep.Men no.51/Men/1999). Menurut KEPMENAKER NO:KEP-51/MEN/1999 nilai ambang batas iklim kerja indeks suhu bsah dan bola (ISBB) yang diperkenankan adalah sebagai berikut : Tabel 2.1.4.1 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Pengaturan waktu kerja ISBB (C) setiap jam Beban Kerja Waktu Kerja Waktu Ringan Sedang Berat

30

Istirahat Bekerja Terus menerus (8 jam/hari) 75% kerja 50% 25% B. Kelelahan Semua jenis pekerjaan akan menghasilkan kelelahan kerja. Lelah bagi setiap orang akan mempunyai arti tersendiri dan bersifat subyektif. Lelah merupakan suatu perasaan. 25% 50% 75% 30,0 30,6 31,4 32,2 26,7 28,0 29,4 31,1 25,0 25,9 27,9 30,0

1. Pengertian Kelelahan Banyak definisi tentang kelelahan kerja yang telah

dikemukakan, namun secara garis besar dapat dikatakan bahwa kelelahan merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap individu yang telah tidak sanggup lagi melakukan aktivitasnya. (Santalaksana, 1979 dalam Eraliesa, 2008). Lelah merupakan suatu perasaan yang mempunyai arti tersendiri dan sifatnya subjektif bagi setiap orang. Adapun beberapa teori kelelahan kerja yakni : a. Kelelahan kerja merupakan proses menurunnya efisiensi, performa kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan. (wignjosoebroto, 2000) b. Kelelahan kerja (job burnout) adalah sejenis stress yang banyak dialami oleh orang-orang yang bekerja dalam

31

pekerjaan-pekerjaan pelayanan terhadap manusia lainnya, seperti perawatan kesehatan, pendidikan, kepolisian,

keagamaan dan sebagainya. Konsekuensi kelelahan kerja adalah memburuknya hubungan si pekerja dengan rekan kerja lainnya. Suatu studi mengenai kesehatan mental pekerja menemukan bahwa orang-orang yang mengalami perasaan tidak simpatik terhadap kliennya atau konsumen yang

dilayaninya kepada rekan kerjanya dapat menciptakan suatu atmosfir negative diantara satuan kerja tersebut. Pekerja yang mengalami kelelahan kerja juga akan sering tidak masuk kerja dan mengambil waktu istirahat. (wignjosoebroto, 2000) c. Kelelahan kerja dalam suatu industri berkaita pada tiga gejala yang saling berhubungan yaitu : perasaan lelah, perubahan fisiologis dalam tubuh (syaraf dan otot tidak berfungsi dengan baik atau idak secepat pada keadaan normal yang disebabkan oleh perubahan kimiawi setelah bekerja) dan menurunnya kapasitas kerja. (barnes 1980 dalam Eraliesa, 2008) d. Kelelahan kerja adalah suatu kondisi yang dihasilkan stress sebelumnya yang mengakibatkan melemahnya kembali fungsi dan kinerja, fungsi organ saling mempengaruhi yang akhirnya mengganggu fungsi kepribadian, umumnya bersamaan dengan menurunnya kesiagaan kerja dan meningkatnya sensasi ketegangan. (silaban, 1996 dalam Eraliesa, 2008)

32

e. Kelelahan

kerja

merupakan

suatu

kondisi

yang

menyebabkan penurunan kinerja yang dapat mengakibatkan kesalahan kerja, ketidakhadiran, keluar kerja, kecelakaan kerja dan berpengaruh terhadap perilaku kerja. (Schultz, 1982 dalam Eraliesa, 2008) f. Kelelahan kerja merupakan gejala yang ditandai adanya perasaan lelah dan penurunan kesiagaan, persepsi yang lambat dan lemah yang bersifat kronis atau merupakan penurunan kinerja dan mental atau psikososial. (grandjen, 1985 dalam Eraliesa, 2008) g. Menurut Setyawati 1985, yang dikutip oleh Wignjoseobroto 2000 bahwa secara umum kelelahan kerja merupakan keadaan yang dialami tenaga kerja yang dapat mengakibatkan

penurunan vitalitas dan produktivitas kerja. h. Kelelahan kerja dianggap sebagai memuncaknya kondisi psikokhemis dari tubuh yang diakibatkan produksi racun-racun khemis yang berlebiha sehingga orang harus beristirahat. (kartono, 1994 dalam Eraliesa, 2008) i. Kelelahan juga dapat diartikan sebagai suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan.

(sumamur 1996)

33

Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja, yang dapat disebabkan oleh : a. Kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual) b. Kelelahan fisik umum c. Kelelahan syaraf d. Kelelahan oleh lingkungan yang monoton e. Kelelahan oleh lingkungan kronis terus-menerus sebagai faktor secara menetap Menurut (Nurmianto, 2003) kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri. Pembebanan otot secara statispun (static muscular loading) jika dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries), yaitu nyeri otot, tulang, tendon, dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat berulang (repetitive). Selain itu karakteristik kelelahan akan meningkat dengan semakin lamanya rasa pekerjaan lelah yang dilakukan, adalah sedangkan dengan

menurunnya

(recovery)

didapat

memberikan istirahat yang cukup. Kelelahan berbeda dengan kejemuan, sekalipun kejemuan adalah suatu faktor dari kelelahan. Menurut (Tarwaka, 2004)

34

kelelahan

merupakan

suatu

mekanisme

perlindungan

agar

terhindar dari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan setelah istirahat.Kelelahan (fatigue)

merupakan suatu perasan yang subyektif. Kelelahan adalah suatu kondisi yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam bekerja (Budiono, 2003). Jadi dapat disimpulkan bahwa kelelahan kerja bisa menyebabkan penurunan kinerja yang dapat berakibat pada peningkatan kesalahan kerja dan kecelakaan kerja.

2.

Jenis Kelelahan Kelelahan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu

berdasarkan proses, waktu, dan penyebab terjadinya kelelahan. a. Berdasarkan proses, meliputi: 1) Kelelahan otot (muscular fatigue) Kelelahan otot adalah tremor pada otot atau perasaan nyeri yang terdapat pada otot. Hasil percobaan yang dilakukan para peneliti pada otot mamalia, menunjukkan kinerja otot berkurang dengan meningkatnya ketegangan otot sehingga stimulasi tidak lagi menghasilkan respon tertentu. Manusiapun menunjukkan respon yang sama dengan proses yang terjadi pada percobaan diatas. Irama kontraksi otot akan terjadi setelah melalui suatu periode aktivitas secara terus menerus.

35

Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisik untuk suatu waktu tertentu disebut kelelahan otot secara fisiologis, dan gejala yang ditunjukkan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik namun juga pada makin rendahnya gerakan (Budiono, 2003).

2)

Kelelahan umum Pendapat Grandjean (1993) yang dikutip oleh (Tarwaka,

2004),

biasanya

kelelahan

umum

ditandai

dengan

berkurangnya kemauan untuk bekerja, yang sebabnya adalah pekerjaan yang monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, Sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi. Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila beban kerja melebihi 30-40% dari tenaga aerobik. Pengaruhpengaruh ini seperti

berkumpul didalam tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah. Menurut (Budiono, 2003), gejala umum kelelahan adalah suatu perasaan letih yang luar biasa dan terasa aneh. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena munculnya gejala kelelahan terebut. Tidak adanya gairah

36

untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa mengantuk.

b. Berdasarkan waktu terjadi kelelahan 1) Kelelahan akut, yaitu disebabkan oleh kerja suatu

organ atau seluruh organ tubuh secara berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba. 2) Kelelahan kronis merupakan kelelahan yang terjadi

sepanjang hari dalam jangka waktu yang lama dan kadangkadang terjadi sebelum melakukan pekerjaan, seperti perasaan kebencian yang bersumber dari terganggunya emosi. Selain itu timbulnya keluhan psikosomatis seperti meningkatnya ketidakstabilan jiwa, kelesuan umum,

meningkatnya sejumlah penyakit fisik seperti sakit kepala, perasaan pusing, sulit tidur, masalah pencernaan, detak jantung yang tidak normal, dan lain-lain (Budiono, 2003).

c. Berdasarkan penyebab kelelahan 1) Kelelahan fisiologis merupakan kelelahan yang

disebabkan karena adanya faktor lingkungaan fisik, seperti penerangan, kebisingan, panas dan suhu. 2) Kelelahan psikologis terjadi apabila adanya pengaruh

hal-hal diluar diri yang berwujud pada tingkah laku atau perbuatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti

37

suasana kerja, interaksi dengan sesama pekerja maupun dengan atasan (Depnaker, 2004). Observasi yang pernah dilakukan, bahwa perasaan letih seperti haus, lapar dan perasaan lainnya yang sejenis merupakan alat pelindung alami sebagai ndikator bahwa keadaan fisik dan psikis seseorang menurun. Beberapa jenis kelelahan umum menurut (Budiono, 2003) adalah: 1) mata. 2) Kelelahan seluruh tubuh, sebagai akibat terlampau Kelelahan penglihatan, muncul dari terlalu letihnya

besarnya beban fisik bagi seluruh organ tubuh. 3) Kelelahan mental, penyebabnya dipicu oleh pekerjaan

yang bersifat mental dan intelektual. 4) Kelelahan syaraf, disebabkan oleh terlalu tertekannya

salah satu bagian dari sistem psikomotorik. 5) Kelelahan kronis, sebagai akibat terjadinya akumulasi

efek kelelahan pada jangka waktu yang panjang. 6) Kelelahan Siklus hidup sebagai bagian dari irama

hidup siang dan malam serta petukaran periode tidur.

3.

Penyebab Kelelahan

38

Sebagaimana kita ketahui, bahwa dalam kehidupan sehari-hari, kelelahan mempunyai beragam penyebab yang berbeda, yaitu beban kerja, beban tambahan dan faktor individu. a. Beban Kerja Merupakan volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja baik fisik maupun mental dan tanggung jawab (Depkes, 1991). Beban kerja yang melebihi kemampuan akan mengakibatkan kelelahan kerja. Tabel.2.2.3.1 klasifikasi beban kerja menurut jenis kelamin
Beban kerja Jenis kelamin Laki-laki Ringan Perempuan Laki-laki Sedang Perempuan Berat Berat sekali Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Macam pekerjaan Kerja kantor, dokter, guru, perawat, ahli hukum, pramuniagan, pengangguran Kerja kantor, pekerjaan rumah tangga (dengan menggunakan mesin), guru, perawat, dokter Industri ringan, mahasiswa, buruh bangunan, petani (dengan menggunakan mesin), nelayan Industri ringan, pekerjaan rumah tangga (tanpa menggunakan mesin), mahasiswi, pramuniaga Petani (tanpa mesin), kuli, kerja tambang, tukang kayu (tanpa mesin), dan tukang besi Petani (tanpa mesin), penari, atlit Tukang kayu (tanpa mesin), tukang besi Buruh bangunan

Sumber : Iwan M.Ramdan, 2007 b. Beban Tambahan Menurut Depkes RI, 1991 beban tambahan merupakan beban diluar beban kerja yang harus ditanggung oleh pekerja. Beban tambahan tersebut berasal dari lingkungan kerja yang memiliki potensi bahaya seperti lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kelelahan adalah: iklim kerja, kebisingan, penerangan, jenis kelamin, umur, status gizi, lama tidur dan kondisi kesehatan.

39

4.

Akibat Kelelahan Kelelahan kerja merupakan komponen fisik dan psikis. Kerja

fisik yang melibatkan kecepatan tangan dan fungsi mata serta memerlukan konsentrasi terus menerus dapat menyebabkan kelelahan fisiologis dan disertai penurunan keinginan untuk bekerja yang disebabkan faktor psikis sehingga menyebabkan timbulnya perasaan lelah. (Setiarto, 2002) Kelelahan kerja dapat mengakibatkan penurunan kewaspadaan, konsentrasi dan ketelitian sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan. Menurut Budiono, 2003 : kelelahan kerja dapat mengakibatkan penurunan produktivitas. Jadi kelelahan kerja dapat berakibat menurunnya perhatian, perlambatan dan hambatan persepsi, lambat dan sukar berfikir, penurunan kemauan atau dorongan untuk bekerja, menurunnya efisiensi dan kegiatankegiatan fisik dan mental yang pada akhirnya menyebabkan kecelakan kerja dan terjadi penurunan poduktivitas kerja.

5.

Pengukuran Kelelahan Menurut (Tarwaka, 2004), pengukuran kelelahan dapat

dilakukan dengan berbagai cara yaitu:


a.

Kualitas dan kuantitas hasil kerja Kuantitas kerja dapat dilihat pada prestasi kerja yang

dinyatakan dalam banyaknya produksi persatuan waktu.

40

Sedangkan kualitas kerja didapat dengan menilai kualitas pekerjaan seperti jumlah yang ditolak, kesalahan, kerusakan material, dan lain-lain.
b. Pencatatan perasaan subyektif kelelahan kerja, yaitu dengan

cara Kuesioner Alat Ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPK2).


c.

Pengukuran

gelombang

listrik

pada

otak

dengan

Electroenchepalography (EEG).
d. Uji psiko-motor (psychomotor test), dapat dilakukan dengan

cara melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor dengan menggunakan alat digital reaction timer.
e.

Uji mental, pada metode ini konsentrasi merupakan salah

satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaan. Bourdon Wiersman test merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian dan konsentrasi. Alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan alat waktu reaksi (reaction timer) dan kuesioner alat ukur perasaan kelelahan kerja.

C. Waktu Reaksi Waktu reaksi yang diukur dapat merupakan reaksi sederhana atas rangsang tunggal atau reaksi-reaksi yang memerlukan koordinasi. Biasanya waktu reaksi adalah jangka waktu dari pembuatan rangsang

41

sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakannya kegiatan tertentu. Menurut Sanders & Mc Cormick (1987) yang dikutip oleh (Tarwaka, 2004) waktu reaksi adalah waktu untuk membuat suatu respon yang spesifik saat satu stimuli terjadi. Sedangkan menurut laporan Setyawati L (1996) yang dikutip oleh (Tarwaka, 2004) dalam uji waktu reaksi ternyata stimuli terhadap cahaya lebih cepat diterima oleh reseptor daripada stimuli suara. Menurut Grandjean (1985) yang dikutip oleh (Setiarto, 2002), proses penerimaan rangsangan terjadi karena setiap rangsang yang datang dari luar tubuh akan melewati sistem aktivitas, yang kemudian secara aktif menyiagakan korteks bereaksi. Dalam hal ini sistem aktivasi retrikulasi befungsi sebagai distributor dan amplifier sinyalsinyal tersebut. Pada keadaan lelah secara neurofisiologis, korteks cerebri mengalami penurunan aktivasi, terjadi perubahan pengarahan sehingga tubuh tidak secara cepat menjawab sinyal-sinyal dari luar. Kelelahan dapat diklasifikasikan berdasarkan rentang atau range waktu reaksi sebagai berikut : 1. Normal : waktu reaksi 30,0 240,0 mili detik 2. Kelelahan Kerja Ringan (KKR) : waktu reaksi >240,0 - <410,0 mili detik 3. Kelelahan Kerja Sedang (KKS) : waktu reaksi >410,0 <580,0 mili detik

42

4. Kelelahan Kerja Berat KKB) : waktu reaksi >580,0 mili detik (Tim Hiperkes, 2004: 12)

D. Kerangka Teori Intensitas lamanya upaya fisik dan psikis Masalah lingkungan kerja : Kebisingan Getaran Penerangan Iklim Kerja Gizi / Nutrisi Irama detak jantung PEYEMBUHAN Tingkat kelelahan Nyeri dan penyakit lainnya

Masalah-masalah fisik: Tanggung jawab Kecemasan konflik

Sumber: A.M. Sugeng Budiono, 2003

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional, dimana data tentang variabel bebas dan terikat diperoleh melalui pengamatan, pengukuran dan pencatatan. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional study.

43

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 23 agustus 2010 sampai tanggal 13 oktober 2010 di wilayah kerja maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Sangatta Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan timur.

C. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2002). Populasi yang digunakan yaitu tenaga kerja Maintenance bagian Coal Preparation PlantPT. Kaltim Prima Coal Sangatta yang terdiri dari 45 orang.

2. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini, digunakan teknik Total Sampling dimana semua populasi yang ada dijadikan sebagai sampelnya sebanyak 38 orang.

D. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Bebas Lingkungan Fisik Kebisingan Getaran Penerangan Iklim Kerja Kelelahan Kerja Variabel Terikat

44

Faktor Fisik : 1. 2. 3. Kebisingan Penerangan Iklim Kerja

E. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan kebisingan dengan kelelahan kerja Maintenance bagian Coal Preparation PlantPT.KPC Sangatta 2. Ada hubungan getaran dengan kelelahan kerja Maintenance bagian Coal Preparation PlantPT.KPC Sangatta 3. Ada hubungan penerangan dengan kelelahan kerja Maintenance bagian Coal Preparation PlantPT.KPC Sangatta 4. Ada hubungan iklim kerja dengan kelelahan kerja Maintenance bagian Coal Preparation PlantPT.KPC Sangatta

F. Variabel Penelitian 1. a. b. c. d. 2. Variabel Independen : Kebisingan Getaran Penerangan Iklim Kerja Variabel Dependen : Kelelahan Kerja

45

G. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional (1) (2) Variabel bebas Kebisingan Bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia. Diukur dengan Sound level meter Getaran Suatu faktor fisik yang menjalar ke tubuh manusia, mulai dari tangan sampai keseluruh tubuh turut bergetar (oscilation) akibat getaran peralatan mekanis yang di pergunakan dalam tempat kerja Diukur dengan Vibrasimeter Jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksakan kegiatan secara efektif. Diukur dengan Luxmeter Suatu kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi pada suatu lingkungan kerja. Diukur dengan Questemt digital Ukuran (3) Bising > NAB (85 dBAA pemajanan 8 Jam perhari) Tidak Bising < NAB (85 dBAA pemajanan 8 Jam perhari) KEP.MENAKER NO:KEP51/MEN/1999 Melebihi NAB > NAB (4 m/det pemajanan 8 Jam perhari) Tidak melebihi NAB < NAB (4 m/det pemajanan 8 Jam perhari) KEPMENAKER NO : 51/MEN/1999 Baik jika <NAB (200 lux) Kurang jika >NAB (200 lux) KEPMENAKER NO : 51/MEN/1999 Baik jika <NAB (25,0) Kurang >NAB (25,0) KEPMENAKER 51/MEN/1999 KEPSkala: Ordinal KEPSkala: Ordinal Skala (4) Skala: Ordinal

Skala: Ordinal

Peneranga n Iklim Kerja

NO:KEPSkala: Ordinal

Variabel Terikat Kelelahan Aneka keadaan yang disertai Kerja penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja. Diukur dengan reaction timer

15.0-240.0 mili detik = normal >240.0-<410.0 mili detik = kelelahan kerja ringan >410.0-<580.0 mili detik = Kelelahan kerja sedang 580.00 mili detik = kelelahan kerja berat (Hiperkes, 2004)

H. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sound level meter Merupakan alat untuk mengukur intensitas kebisingan. Adapun cara melakukannya adalah:
a. Pilih selektor pada posisi fast untuk jenis kebisingan kontinyu

dan slow untuk jenis kebisingan impulsive

46

b. Pilih selektor range intensitas kebisingan c. Setiap lokasi pengukuran dilakukan pengamatan selama 1-2

menit, dengan kurang lebih 6 kali pembacaan dengan jarak mundur 3 meter dari sumber bising setelah itu kekanan 3 meter dan kekiri juga 3 meter, dilakukan lagi langkah tadi

kebelakangnya lagi sampai 3 kali jadi pengukuran pas berumlah 6, kanan 3 kali dan kiri 3 kali. Hasil pengukuran adalah angka yang ditunjukkan pada monitor
d. Catat hasil pengukuran dan hitung rata-rata kebisingan sesaat

dengan rumus
e. Hasil yang sudah didapat dibandingkan dengan standar

kebisingan yaitu 85 dBAA per 8 jam pemajanan

2. Vibration Meter E081228 (SN 12479) Merupakan alat untuk mengukur getaran. a. b. c. Periksa jarum penunjuk, posisikan pada angka nol Periksa baterai apakah dalam keadaan baik Hubungkan penangkap getaran (vibration pick up)

dengan pengukur getaran (vibration meter) d. Pasang penangkap getaran pada objek yang akan diukur

3. Digital Light meter 407026 Merupakan alat untuk mengukur intensitas penerangan, dapat dilakukan dengan cara:

47

a. Tekan tombol power b. Bagi ruang kerja menjadi beberapa titik pengukuran dengan

jarak antar titik sekitar 1 meter


c. Lakukan pengukuran dengan tinggi light meter kurang lebih 85

cm diatas lantai, dan posisi photo cell horisontal dengan lantai


d. tekan record untuk menyimpan data selama pengukuran (1-2

menit), lalu tekan recall untuk melihat penerangan tertinggi, terendah dan rata-rata.
e. Catat hasil pengukuran yang rata-rata lalu bandingkan dengan

standar penerangan

4. Questemt 34 197-007E Merupakan alat untuk mengukur iklim kerja, adapun cara yang dapat dilakukan adalah:
a. Tekan tombol power b. Tekan tombol C/oF untuk menentukan suhu yang digunakan c. Tekan tombol globe untuk menentukan suhu bola d. Tekan tombol dryBulb untuk mendapat suhu bola kering e. Tekan tombol wetBulb unuk mendapat suhu bola basah f. Tekan tombol WetBulb Globle Termometer (WBGT) untuk

mendapatkan Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)


g. Catat hasil yang dibaca pada display h. Tekan tombol power untuk mematikan

48

i.

Diamkan 10 menit setiap selesai menekan salah satu tombol untuk waktu adaptasi

j. Hasil pengukuran dibandingkan dengan standar iklim kerja yaitu

28C.

5. Reaction timer L77 Merupakan alat untuk mengukur tingkat kelelahan berdasarkan kecepatan waktu reaksi terhadap rangsang cahaya. Prinsip kerja dari alat ini adalah memberikan rangsang tunggal berupa signal cahaya atau suara yang kemudian direspon secepatnya oleh tenaga kerja, kemudian dapat dihitung waktu reaksi tenaga kerja yang mencatat waktu yaang dibutuhkan untuk merespon signal tersebut. Adapun cara mengukur adalah sebagai berikut:
a. Hidupkan alat dengan sumber tenaga (listrik/baterai) b. Hidupkan alat dengan menekan tombol on/off c. Reset angka penampilan sehingga menunjukkan angka 0,000

dengan menekan tombol 0


d. Pilih rangsang bunyi dengan menekan tombol suara e. Subyek yang akan diperiksa diminta menekan tombol yang

berbentuk

seperti

mouse

pada

komputer

dan

diminta

secepatnya menekan tombol setelah mendengar bunyi dari sumber rangsang


f. Untuk memberikan rangsang, pemeriksa menekan tombol

pemeriksa

49

g. Setelah diberi rangsang, subyek menekan tombol maka pada

layar akan menunjukkan angka waktu reaksi dengan satuan mili detik.
h. Pemeriksan diulangi sampai 20 kali i. Data yang dianalisa (diambil rata-ata) yaitu skor hasil 10 kali

pengukuran ditengah (5 kali pengukuran diawal dan diakhir dibuang) karena 5 kali pengukuran diawal sebagai penyesuaian dan 5 kali pengukuran diakhir biasanya responden sudah bosan
j. Setelah selesai pemeriksaan matikan alat dengan menekan

tombol on/off pada off dan lepaskan dari sumber tenaga.


k. Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali, di awal dia datang

kerja dan 4 jam setelah bekerja.


l. Hasil pengukuran akhir di kurangi pengukuran awal, setelah itu

dibandingkan dengan standar pengukuran kelelahan yaitu:


1) Normal : waktu reaksi 150,0 240,0 mili detik 2) Kelelahan Kerja Ringan (KKR) : waktu reaksi >240,0 -

<410,0 mili detik


3) Kelelahan Kerja Sedang (KKS) : waktu reaksi >410,0

<580,0 mili detik


4) Kelelahan Kerja Berat KKB): waktu reaksi > 580,0 mili detik.

6. Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja Merupakan kuesioner untuk mengetahui perasaan lelah yang merupakan gejala subyektif yang dialami tenaga kerja. KAUPK2

50

yang

dipakai

berdasarkan

beberapa

penelitian

yang

telah

dimodifikasikan untuk mempermudah pengukuran kelelahan. Untuk item dengan kriteria ya sering, jarang, dan tidak pernah. Masingmasing mempunyai skor 2, 1, dan 0. Makin tinggi skor makin tinggi tingkat kelelahan kerja. Adapun klasifikasinya adalah: 0 - 11 = Normal 12 - 23 = Kelelahan kerja ringan 24 - 45 = Kelelahan kerja sedang > 45 = Kelelahan kerja berat. (sugiono, 2002) Tes perasaan kelelahan secara subyektif (Subjective self rating tes) dari Industrial Fatique Research Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari:

10 pertanyaan mengenai pelemahan kegiatan 1) Berat dikepala 2) Lelah diseluruh badan 3) Berat dikaki 4) Sering menguap 5) Pikiran kacau 6) Merasa ngantuk

51

7) Ada beban pada mata 8) Gerakan canggung dan kaku 9) Berdiri tidak stabil 10) Ingin berbaring

10 pertanyaan mengenai pelemahan motivasi 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) Susah berfikir Lelah untuk berbicara Gugup Tidak berkonsentrasi Sulit untuk memusatkan perhatian Mudah lupa Kepercayaan diri berkurang Cemas Sulit mengontrol sikap Tidak tekun dalam pekerjaan

10 pertanyaan tentang gambaran pelemahan fisik 1) 2) 3) 4) 5) 6) Sakit dikepala Kaku dibahu Nyeri di punggung Sesak nafas Haus Suara serak

52

7) 8) 9) 10)

Pening Spasme dikelopak mata Tremor pada anggota badan Kurang sehat

7. Pengolahan Data Untuk memperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti, maka analisis data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian. Data yang sudah terkumpul tidak berarti apa-apa bila tidak diolah, oleh karena itu perlu analisis data. Yang dimaksud metode analisis data adalah cara mengolah data yang telah terkumpul untuk dapat disimpulkan. Data diolah sesuai dengan tujuan dan kerangka konsep penelitian. Setelah semua data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data. Pengolahan data dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: a. Editing : Dilakukan setelah mendapatkan data yang

dikumpulkan dengan tujuan untuk mengoreksi data bila terjadi kesalahan atau kekurangan data dapat diteliti b. Koding : Pemberian kode pada data sehingga memudahkan pengelompokan c. Entry : Memasukkan data yang telah dilakukan koding kedalam program SPSS d. Tabulasi : Mengelompokkan data sesuai dengan variabel Data diolah dan dianalisis dengan teknik analisis kuantitatif. Untuk

53

pengolahan data kuantitatif dapat dilakukan dengan manual atau melalui proses komputerisasi.

I. Analisis Data Setelah semua data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik sebagai berikut: 1. Analisis Univariat Dilakukan pada masing-masing variabel yaitu mendiskripsikan tentang pengukuran kebisingan, pengukuran getaran, pengukuran penerangan, pengykuran iklim kerja, pengukuran kelelahan kerja dan kusioner Alat Ukur Perasan Kelelahan kerja juga hasil

angket/ kuesioner yang disajikan dalam bentuk data. Analisis yang digunakan meliputi analisis persentase.

2.

Analisis Bivariat Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel

bebas dengan variabel terikat dapat dilakukan dengan uji kendalls yaitu digunakan untuk mencari hubungan dan menguji hipotesis antara dua variabel atau lebih, bila datanya berbentuk ordinal atau ranking. (Sugiono, 2005) Kelebihan metode ini bila digunakan untuk menganalisis sampel berukuran lebih dari 10 dan dapat dikembangkan untuk mencari koefisien korelasi parsial.

54

Dengan uji kendalls dapat diketahui arah hubungannya. Tanda negatif (-) menunjukkan adanya arah hubungan yang berlawanan, yang berarti semakin buruk faktor fisik semakin sedikit orang yang mengalami kelelahan, sedangkan tanda positif menunjukkan arah hubungan yang sama, artinya semakin buruk faktor fisik semakin banyak responden yang mengalami kelelahan. Untuk mengetahui faktor resiko yang ditimbulkan maka dapat diperoleh dari Odds Ratio, yang artinya orang yang berada pada daerah faktor fisik buruk berisiko mengalami kelelahan seberapa kali daripada orang yang berada pada daerah faktor fisik baik, dan sebaliknya orang yang berada pada daerah lingkungan fisik baik tidak berisiko mengalami kelelahan kerja dibanding orang yang berada pada daerah faktor fisik buruk. Asumsi yang digunakan pada uji kendall yaitu : a. Ukuran koefisien korelasi yaitu -1 sampai 1 b. Data terdiri dari sampel acak Bivariat berukuran n, (Xi, Yi) dengan I = 1, 2, 3, .. n c. Skala pengukuran sekurang-kurangnya ordinal Metode yang digunakan pada analisis koefisien korelasi rank kendall yang diberi notasi adalah sebagai berikut : a. Beri ranking pada variabel X dan Y b. Susun objek sehingga rangking X untuk subjek itu wajar yaitu 1, 2, 3, n.

55

c. Amati ranking Y dalam urutan yang bersesuaian dengan ranking X yang ada dalam urutan wajar kemudian tentukan jumlah angka pasangan concordant (Nc) dan jumlah angka pasangan discordant (Nd)

d. Statistik uji yang digunakan : Nc Nd = N (N 1) 2 Keterangan : = koefisien korelasi rank Kendall Nc = jumlah angka pasangan concordant Nd = jumlah angka pasangan discordant N = ukuran sampel.

Untuk menguji signifikansi koefisien korelasi rank Kendall apabila N > 10, distribusi yang digunakan adalah distribusi normal. z= 2 (2N + 5) Keterangan : Ho ditolak apabila Pvalue dengan acuan nilai z kurang dari nilai signifikanssi (). (Khotimah, 2007) 9 N (N 1)

56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian PT Kaltim Prima Coal merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara. PT Kaltim Prima Coal didirikan di Indonesia dan merupakan perseroan terbatas yang pada awalnya dimiliki bersama oleh British Petrolem dari Inggris (BP) dan Corzinc Rio Tinto Australian Limited (CRA) dari Australia

57

dengan masing-masing memegang saham sebesar 50%, akan tetapi saat ini saham telah beralih, 70% dimiliki oleh PT Bumi Resources Tbk dan 30% dimiliki oleh Tata Power Ltd. PT Kaltim Prima Coal mempunyai lisensi untuk melakukan eksplorasi dan pertambangan batubara berdasarkan kontrak karya batubara dengan kosensi seluas 90.706 ha. Coal Preparation Plant merupakan bagian integrasi dari rantai pertambangan batubara. Departemen ini merupakan pusat

pengolahan dan penyiapan batubara dari tambang sehingga menghasilkan batubara yang sesuai dengan permintaan pembeli baik dari segi fisik maupun kualitasnya. Di departemen Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal, khusunya pada crushing plant terdiri dari beberapa unit, yaitu bak penampung (hopper), mesin pengumpan (feeder), mesin penghancur (crusher), dan belt conveyor, dimana semua dari unit tersebut saling terhubung dan hasil dari integrasi kesemuanya sangatlah penting untuk

memaksimalkan keefektifan plant. Dalam menjalankan fungsinya diatas, departemen ini dilengkapi berbagai peralatan dan mesin-mesin yang beroperasi setiap hari selama 24 jam dan pekerjanya sendiri ada yang bekerja tiap hari dari jam 07.00 sampai jam 16.00, ada pula yang bekerja shift, untuk maintenance terdiri dari 2 orang fabrikasi dan 2 orang mekanik di tiap shift, pada shift pagi dari jam 06.30-14.30, shift sore dari jam 14.30-22.30 serta shift malam dari jam 22.30-06.30. Dalam kegiatan

58

produksi sehari-hari, semua unit produksi dipelihara secara teratur oleh seksi pemeliharaan (maintenance) dan seksi rekayasa (engineering) apabila diperlukan. Tugas dari mekanikal maintenance yaitu melakukan perawatan terhadap semua equipment baik yang ada di plant maupun yang ada di workshop dan laboratorium yang bersifat perbaikan mekanikal, structural ataupun pekerjaan piping. Bagian elektrikal maintenance bertugas untuk melakukan perawatan terhadap semua equipment di plant dan di workshop yang bersifat perbaikan elektrikal. Sedangkan bagian planning dan scheduling bertugas menyusun perencanaan pekerjaan perawatan (schedule

Maintenance) baik jenis pekerjaan, waktu maupun tenaga kerja serta biaya yang diperlukan dengan cara membuat work order. Bagian engineering bertugas mengawasi dan menganalisa kuallitas dari pekerjaan perawatan baik elektrikal maupun mekanikal dan juga melakukan perencanaan modifikasi pada equipment atau penambahan alat bila diperlukan, biasa disebut special project. Untuk mendukung pekerjaan perawatan di Coal Preparation Plant, terdapat workshop untuk mekanik dan workshop untuk elektrik. Workshop ini dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas untuk mempermudah dan memperlancar pekerjaan, termasuk adanya gudang penyimpanan komponen atau spareparts. Workshop

maintenance dibagi kedalam 4 area yaitu: area untuk fabrikasi lengkap dengan peralatan pengelasan, area untuk overhaul dan

59

assembling, area untuk pekerjaan machining, dan area untuk pekerjaan pelumasan. Pemprosesan batubara yang ada di CPP di mulai dari pemasukan batubara ke hopper lalu ke feeder-breaker selanjutnya ke crusher dan pada akhirnya melewati stacking conveyor yang berakhir di stockpile, dari stockpile ini tidak berhenti begitu saja akan tetapi dibawahnya terdapan lubang-lubang (chute) yang

menurunkan batubara yang akan diangkut ke surge bin yang pada akhirnya dari surge bin ini dibawa ke tanjung bara dengan menggunakan conveyor yang bernama over land conveyor yang panjangnya mencapai 13,2 km hingga sampai di tanjung bara, ada juga yang dari stockpile diangkut menggunakan truck ke tanjung bara.

2. Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi kelompok umur, masa kerja dan indeks massa tubuh. a. Distribusi Umur Umur adalah umur responden sesuai dengan hasil

wawancara yang telah dilakukan, ditunjukkan pada tabel dibawah ini: Tabel.4.1.2.1 Distribusi kelompok umur responden Umur (tahun) frekuensi Persentase (%) 20-29 13 28,9 30-39 10 22,2

60

40-49 50-55 jumlah

13 38,9 9 20 45 100 Sumber : data Primer

Berdasarkan dari tabel 4.1.2.1 diketahui bahwa dari 45 sampel yang ada, proporsi kelompok umur terbanyak terdapat pada umur 20-29 tahun sebanyak 13 orang dengan persentase 28,9% dan umur 40-49 tahun sebanyak 13 orang juga dengan persentase 28,9% dari total sampel. Proporsi umur terkecil adalah 50-55 tahun yaitu sebanyak 9 orang dengan persentase 20% dari total sampel responden yang diteliti.

b. Distribusi masa kerja Masa kerja adalah lamanya responden telah bekerja. Adapun distribusi masa kerja adalah sebagai berikut:

Tabel.4.1.2.3 Distribusi masa kerja Masa kerja (tahun) Frekuensi Persentase (%) 1-5 15 33,3 6-10 9 20 11-15 2 4,4 16-20 17 37,9 21-25 2 4,4 Jumlah 45 100 Sumber : data primer Berdasarkan tabel distribusi 4.1.2.3 dapat diketahui bahwa masa kerja terlama yaitu 21-25 tahun dengan frekuensi sebanyak 2 orang dengan persentase 4,4%. Masa kerja dengan frekuensi tertinggi yaitu 16-20 tahun sebanyak 17 orang dengan

61

persentase 37,9% dan frekuensi terendah yaitu pada masa kerja 11-15 dan 21-25 tahun sebanyak 2 orang dengan persentase 4,4%.

c. Distribusi IMT (indeks massa tubuh) Indeks massa tubuh (IMT) merupakan karakteristik

responden dari segi proporsional atau idealnya tubuh. Tabel berikut merupakan gambaran indeks massa tubuh dari responden. Tabel.4.1.2.5 Distribusi indeks massa tubuh IMT Frekuensi Persentase (%) Normal 18,5 25 36 80 Kelebihan berat badan ringan 4 9 >25-27 Kelebihan berat badan tingkat 5 11 berat >27 Jumlah 45 100 Sumber : data primer Dari tabel distribusi indeks massa tubuh 4.1.2.5, hampir keseluruhan IMTnya normal dengan frekuensi sebanyak 36 orang dengan persentase 80% dari total sampling, sedangkan sisanya indeks massa tubuhnya lebih dengan frekuensi untuk kelebihan berat badan tingkat ringan sebanyak 4 responden dengan persentase 9% dan frekuensi untuk kelebihan berat badan tingkat berat sebanyak 5 orang dengan persentase 11% dari total sample yang ada.

3. Analisis Univariat

62

Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan untuk memperoleh gambaran dari tiap-tiap variabel yang digunakan dalam penelitian dan data yang dianalisis merupakan data yang berasal dari hasil dan distribusi setiap variabel. a. Kebisingan Menurut KEP.MENAKER NO:KEP-51/MEN/1999 yang

dimaksud dengan kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat

menimbulkan gangguan pendengaran. Sedangkan menurut Fox (1969), kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki atau tidak diharapkan oleh seseorang. (Ramdan, 2007) Berdasaskan hasil pengukuran kebisingan dengan

menggunakan sound level meter pada beberapa lokasi di Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal , disapatkan hasil sebagai berikut: Tabel.4.1.3.1 hasil pengukuran kebisingan di PT Kaltim Prima Coal bagian Coal Preparation Plant No Lokasi Intensitas NAB Ket bising 1 Crusher 1 Breaker 90,2 85 >NAB Crusher 89,8 >NAB 2 Crusher 2 Breaker 91,2 85 >NAB Crusher 90,2 >NAB 3 Crusher 3 Beraker 83,9 <NAB 85 Crusher 88,5 >NAB Lantai dasar 89,7 >NAB 4 Crusher 4 85 Breaker 92,2 >NAB

63

Crusher 86,8 Lantai dasar 91,2 5 Crusher 5 Breaker 89,3 Crusher 90 6 Crusher 6 Breaker 90.3 7 Tunnel 1 Tail end 88,2 Stockpile 1 96,4 Stockpile 2 89,2 Emergency 90,7 Stockpile 3 91,2 Head end 88,8 8 Tunnel 2 Tail end 84,4 Stockpile 4 86,6 Stockpile 5 87,9 Stockpile 6 90,1 Stockpile 7 90,2 Stockpile 8 88,6 Head end 87,6 9 Wash plant Lantai 2 89,2 Lantai 1 88,5 Lantai dasar 84,8 10 Fabrikasi 107,6 11 Mekanik 99,2 12 Office 74,4 Sumber : data primer

>NAB >NAB 85 85 >NAB >NAB >NAB >NAB >NAB >NAB >NAB >NAB >NAB <NAB >NAB >NAB >NAB >NAB >NAB >NAB >NAB >NAB <NAB >NAB >NAB <NAB

85

85

85 85 85 85

Data yang tertera dalam tabel 4.1.3.1 menunjukkan bahwa sebagian besar lokasi-lokasi yang ada di Coal Preparation Plant kebisingannya melebihi nilai ambang batas (NAB), dengan nilai kebisingan tertinggi yaitu pada area mekanik dengan nilai kebisingan sebesar 107,6 dBA dan nilai kebisingan terendah yaitu pada Office dengan nilai kebisingan sebesar 74,4 dBA.

b. Getaran

64

Vibrasi adalah getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran mekanis, misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya. Getaran merupakan efek suatu sumber yang memakai satuan ukuran hertz (Depkes, 2003). Getaran (vibrasi) adalah suatu faktor fisik yang menjalar ke tubuh manusia, mulai dari tangan sampai keseluruh tubuh turut bergetar (oscilation) akibat getaran peralatan mekanis yang di pergunakan dalam tempat kerja. Tabel.4.1.3.2 hasil pengukuran getaran di PT Kaltim Prima Coal bagian Coal Preparation Plant No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lokasi Crusher 1 Crusher 3 Crusher 4 Crusher 6 Tunnel 1 Washing plant Fabrikasi Mekanik Office Waktu Pengukuran (5-10-10) Percepatan (m/s) NAB 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 Ket >NAB <NAB <NAB <NAB <NAB <NAB <NAB <NAB <NAB

09.30-09.50 1,25 10.30-10.50 0,62 13.40-14.00 0,20 08.25-08.45 0,51 09.00-09.20 0,32 10.53-11.13 0,09 13.12-13.32 0,11 08.00-08.20 0,10 10.05-10.25 0,07 Sumber : data primer

Tabel 4.1.3.2 menunjukkan hasil pengukuran getaran pada beberapa lokasi yang ada di Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal . Hampir keseluruhan lokasi yang ada di coal preparation masih dalam batas yang normal untuk melakukan pekerjaan dengan kisaran waktu 6 jam 30 menit waktu normal kerja yang telah dikurangi dengan jam istirahat, hanya ada 1 loaksi yang diatas nilai ambang batas (NAB) dengan nilai

65

tertinggi yaitu 1,25 m/s yang berada di crusher 1 dan nilai terendah yaitu 0,07 m/s yang berada di Office.

c. Penerangan Menurut peraturan pemerintah (1999), penerangan di tempat kerja adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksakan kegiatan secara efektif.

Penerangan dapat berasal dari cahaya alami dan buatan.

Tabel.4.1.3.3 Hasil pengukuran penerangan di PT Kaltim Prima Coal bagian Coal Preparation Plant No 1 2 3 4 Lokasi Crusher 1 Breaker Crusher Crusher 2 Breaker Crusher Crusher 3 Breaker Crusher Crusher 4 Waktu Pengukuran 23-09-10 07.20-07.22 07.23-07.25 23-09-10 07.26-07.28 07.29-07.31 23-09-10 07.40-07.42 07.44-07.46 23-09-10 Intensitas Penerangan 300 305 308 306 346 342

66

5 6 7

Breaker Crusher Crusher 5 Crusher 6 Tunnel 1 Tail end Stockpile1 Stockpile2 Emergency Stockpile3 Head end Tunnel 2 Tail end Stockpile 4 Stockpile 5 Stockpile 6 Stockpile 7 Stockpile 8 Head end Wash Plant

10 11 12

Fabrikasi Mekanik Office

07.50-07.52 07.53-07.55 23-09-10 08.15-08.17 23-09-10 09.00-09.02 27-09-10 10.01-10.03 10.03-10.06 10.07-10.09 10.10-10.12 10.13-10.15 10.16-10.18 27-09-10 13.20-13.22 13.23-13.25 13.26-13.28 13.29-13.31 13.32-13.34 13.35-13.37 13.38-13.40 23-09-10 10.30-10.32 10.35-10.37 10.38-10.40 27-09-10 08.02-08.04 27-09-10 08.05-08.07 27-09-10 08.15-08.17 Sumber : data primer

348 350 300 382 90 76 85 65 72 81 67 110 83 78 76 70 86 325 304 215 220 209 215

Berdasarkan tabel 4.1.3.3 didapatkan hasil pengukuran penerangan tertinggi sebesar 350 lux yang berada di area crusher 4 dan pengukuran penerangan terendah terdapat pada area tunnel 1 dengan intensitas penerangannya sebesar 65 lux.

d. Iklim kerja Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi di

67

lingkungan Coal Preparation Plant dan karyawan maintenance yang terpapar. Berdasarkan hasil pengukuran iklim kerja dengan parameter indeks suhu basah dan bola (ISBB) di Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal dengan menggunakan questemp, didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel.4.1.3.4 Hasil pengukuran iklim kerja dengan menggunakan indeks suhu basah dan bola di PT Kaltim Prima Coal bagian Coal Preparation Plant DB WB GT RH No Lokasi A WBGT (C) (C) (%) (C) Crusher 1 1 32,2 27 36,6 29,9 70 Crusher 2 2 31,8 26,9 37 29,9 62 Crusher 3 3 32,7 26,9 38 30,2 56 Crusher 4 4 31,3 26,3 37 29,6 60 5 Crusher 5 Breaker 31,5 26,7 33,9 28,9 67

68

Crusher Crusher 6 Tunnel 1 Tail end Stockpile1

32,6 32,8 30,8 31,4 31,3 31,2 31,1 30,6 30,4 31,8 32,2 32,6 31,8 32,6 30,6 31,9 31,7 31,2 29,4 29,7

27,6

34

29,5 30,3 30,3 31,6 31,5 30,8 30,5 29,65 30,1 30,1 29,1 30,1 28,6 30 31 30 28,6 28,2 27,5 27,6 23,6

55 57 90 98 98 92 87

27,5 36,8 29 33,3 31,3 32,4 31 30,1 29,3 28,9 32,5 32,3 31,8 31,4

Stockpile2 Emergenc y Stockpile3 Head end Tunnel 2 Tail end Stockpile 4 Stockpile 5 Stockpile 6 Stockpile 7 Stockpile 8 Head end Wash plant Lantai 2 Lantai 1 Lt. Dasar Fabrikasi Mekanik Office

29,3 31,8 29,8 33,2 27,6 32,6 28,9 27,5 29,2 30 32,8 31,2 31,8 33,2

76 78 82 86 88 86 88 57 58 61 78 75 46

26,1 39 25,7 35,2 25,8 33,8 26,1 30,7 26,3 30,5

1 0 1 1 1 2

26,1 21,4 28,6 Sumber : Data Primer

Tabel 4.1.3.4 menunjukkan hasil pengukuran iklim kerja dengan parameter indeks suhu basah dan bola (ISBB), pada bagian Coal Preparation Plant hampir keseluruhan mengalami keadaan tidak normal atau diatas nilai ambang batas (NAB) yang telah ditentukan oleh Kep.Menaker no.51 tahun 1999 tentang iklim kerja ISBB yaitu dengan 75% waktu kerja dan 25% istirahat dan beban kerja berat yaitu 25,9oC. Titik pengukuran dengan hasil ISBB tertinggi pada bagian tunnel 1 di area stockpile 1

69

adalah 31,6

C dengan kelembaban 98%, sedangkan titik

pengukuran dengan hasil terendah dan dibawah nilai ambang batas (NAB) yaitu pada office adalah 23,6 kelembaban 46%.
o

C dengan

e. Kelelahan kerja Kelelahan kerja adalah aneka keadaan yang disertai dengan penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja serta lambatnya merespon suatu keadaan yang dapat disebabkan oleh kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual), kelelahan fisik umum, kelelahan syaraf, kelelahan oleh lingkungan yang monoton, kelelahan oleh lingkungan kronis terus menerus sebagai faktor secara menetap. Berdasarkan hasil pengukuran kelelahan kerja dengan menggunakan kuesioner alat ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPK2) yaitu kuesioner yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat perasaan kelelahan dari individu,

didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 4.1.3.5 hasil pengukuran kelelahan kerja menggunakan Kuesioner alat ukur perasaan kelelahan kerja. No Nama jml No Nama jml 1 ariyadi 26 24 rosid r 11 2 erwin 6 25 anang nc 18 3 prakawiyanto 23 26 irwan 29 4 riska maria 16 27 pande 24 5 witoherdinawan 19 28 supar 15 6 madia 24 29 maurits 27 7 tri sapto w 5 30 sudirman 14 8 handoko 12 31 tommy s 36

70

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

kristian 32 32 esron toding m. yanuar h 13 33 abdul k.zailani bambang j.a 24 34 agus siswanto abdul kadir 15 35 hermansyah nikol jenniper 32 36 hasan tholib 43 37 kaharudin agus cahyono 16 38 fransiska amir hamzah 18 39 rafiudin wahyudin kide 19 40 khusaini sutarso 22 41 ribut w sahri pohan 30 42 jhonny m ahmad m 26 43 mansur asis arianto 31 44 wigit y.w maryanto 30 45 prijadi parjono 44 Sumber : Data Primer

20 26 25 22 15 41 17 23 6 35 15 19 28 28

Dari tabel 4.1.3.5 mengenai pengukuran menggunakan kuesioner alat ukur perasaan kelelahan kerja didapatkan hasil bahwa dari 45 responden yang mengisi KAUPK2, nilai terendah dengan kriteria normal adalah 5 dan untuk nilai tertinggi dengan kriteria kelelaha kerja sedang yaitu 45. Kuesioner ini

dimaksudkan untuk mengetahui kenyamanan saat mereka bekerja. Sedangkan berdasarkan hasil pengukuran kelelahan kerja dengan menggunakan alat pengukur kelelahan yaitu reaction timer yaitu diukur pada saat responden sebelum dan sesudah bekerja, didapatkan hasil beda reaksi pengukuran sebagai berikut : Tabel.4.1.3.6 hasil pengukuran beda reaksi kelelahan kerja pada karyawan maintenance PT Kaltim Prima Coal bagian Coal Preparation Plant tahun 2010 No. Res Beda reaksi No. Res Beda reaksi 44 151,22 5 269,35

71

12 16 26 27 21 18 9 33 7 34 43 6 25 30 13 35 4

151,60 29 152,58 38 155,97 41 158,53 1 158,67 36 171,99 11 173,04 3 176,48 24 177,81 45 178,51 23 212,93 28 238,72 8 245,06 17 259,58 22 260,44 37 261,28 20 262,57 42 Sumber : Data Primer

274,83 278,01 278,85 283,53 293,21 303,95 312,78 313,46 332,51 344,67 355,73 361,81 363,68 364,22 413,04 414,25 444,74

Dari tabel 4.1.3.6 mengenai pengukuran beda reaksi kelelahan kerja pada karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal didapatkan hasil bahwa dari 36 responden, beda reaksi tertinggi yaitu 444,74 milidetik dalam artian mengalami kelelahan kerja sedang, dan beda reaksi terendan yaitu 151,22 milidetik dalam artian kelelahan responden normal. Perbedaan responden antara pembagian kuesioner yang berjumlah 45 responden dengan pada saat pengukuran kelelahan kerja yangt hanya berjumlah 36 responden

dikarenakan ada beberapa responden yang cuti, ada pula yang off karena ikut shift, peneliti tidak dapat menunggu untuk mengukur mereka dikarenakan keterbatasan waktu peminjaman alat di hiperkes sehingga responden yang tidak masuk pada hari pengukuran kelelahan kerja dengan menggunakan reaction timer

72

tetap dimasukkan datanya sampai sejauh dia terlibat dalam pengukuran yang dilakukan oleh peneliti. Tabel.4.1.3.7 distribusi kelelahan kerja pada bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal tahun 2010 Kelelahan kerja Frekuensi Normal 13 Kelelahan kerja ringan (KKR) 20 Kelelahan kerja sedang (KKS) 3 Jumlah 36 Sumber : data primer Dari tabel 4.1.3.7 pengklasifikasian Persentase 36,1 55,6 8,3 100 kelelahan kerja,

didapatkan hasil bahwa responden yang masih dalam tahap normal sebanyak 13 responden dengan persentase 36,1 dan untuk responden yang mengalami kelelahan kerja ringan sebanyak 20 responden dengan persentase 55,6, sedangkan sisanya sebanyak 3 responden dengan persentase 8,3

mengalami kelelahan kerja sedang. Jumlah pada pengukuran dengan meggunakan reaction timer tidak sama dengan awal yang berjumlah 45 responden dan saat pengukuran hanya 36 responden, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan waktu penelitian menggunakan reaction timer dan juga adanya responden yang jadwal shiftnya off serta beberapa responden yang cuti saat pengukuran sehingga tidak sempat diukur kelelahan kerjanya menggunakan reaction timer.

4. Analisis Bivariat

73

Analisis bivariat ini digunakan untuk mencari hubungan variabel bebas dan variabel terikat. Dalam hal ini adalah mencari hubungan lingkungan fisik (kebisingan, getaran, penerangan dan iklim kerja) terhadap kelelahan kerja pada karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Sangatta. a. Hubungan kebisingan dengan kelelahan kerja Menurut KEP.MENAKER NO:KEP-51/MEN/1999 yang

dimaksud dengan kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat

menimbulkan gangguan pendengaran. Sedangkan menurut Fox (1969), kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki atau tidak diharapkan oleh seseorang. (Ramdan, 2007) Analisis hubungan kebisingan dengan kelelahan kerja pada karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Sangatta Tabel.4.1.4.1 hubungan kebisingan terhadap kelelahan kerja pada karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Sangatta
Correlations kelelahan kerja 1,000 . 36 ,246(*) ,036 36

Kendall's tau_b

kelelahan kerja

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

kebisingan ,246(*) ,036 36 1,000 . 36

kebisingan

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

74

Angka koefisien korelasi adalah 0,246 dengan melihat nilai probabilitas (sig) 0,036<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dengan artian ada hubungan kebisingan dengan kelelahan kerja pada karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal sangatta dan hubungan kedua variabel sangat signifikan, artinya hubungan antara kebisingan dengan kelelahan kerja sangat erat. Koefisien korelasi bertanda (+) artinya hubungannya searah sehingga ada kecenderungan karyawan yang terpapar bising memiliki tingkat kelelahan yang lebih tinggi dibandingan dengan orang yang terpapar kebisingan rendah. Tanda * menunjukkan bahwa koefisien korelasi tersebut signifikan pada taraf kepercayaan 95%.

b. Hubungan getaran dengan kelelahan kerja Vibrasi adalah getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran mekanis, misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya. Getaran merupakan efek suatu sumber yang memakai satuan ukuran hertz (Depkes, 2003). Getaran (vibrasi) adalah suatu faktor fisik yang menjalar ke tubuh manusia, mulai dari tangan sampai keseluruh tubuh turut bergetar (oscilation)

75

akibat getaran peralatan mekanis yang di pergunakan dalam tempat kerja. Tabel.4.1.4.2 hubungan getaran terhadap kelelahan kerja pada karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Sangatta
Correlations kelelahan kerja 1,000 . 36 ,083 ,485 36

Kendall's tau_b

kelelahan kerja

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

getaran ,083 ,485 36 1,000 . 36

getaran

Angka koefisien korelasi adalah 0,083 dengan melihat nilai probabilitas (sig) 0,485>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho gagal ditolak artinya tidak ada hubungan getaran dengan kelelahan kerja pada karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Sangatta.

c. Hubungan penerangan dengan kelelahan kerja Tabel.4.1.4.3 hubungan penerangan terhadap kelelahan kerja karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Sangatta
Correlations kelelahan kerja 1,000 . 36 ,054

Kendall's tau_b

kelelahan kerja

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient

penerangan ,054 ,643 36 1,000

penerangan

76

Sig. (2-tailed) N

,643 36

. 36

Angka koefisien korelasi adalah 0,054 dengan melihat nilai probabilitas (sig) 0,643>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho gagal ditolak artinya tidak ada hubungan penerangan dengan kelelahan kerja pada karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Sangatta.

d. Hubungan iklim kerja dengan kelelahan kerja Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh yang disebut tekanan panas (Ramdan, 2007). Analisis hubungan iklima kerja ISBB dengan kelelahan kerja pada karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Sangatta.

Tabel.4.1.4.4 hubungan iklim kerja terhadap kelelahan kerja karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Sangatta
Correlations kelelahan kerja 1,000 . 36 ,306(**) ,009 36

Kendall's tau_b

kelelahan kerja

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

iklim kerja ,306(**) ,009 36 1,000 . 36

iklim kerja

77

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Angka koefisien korelasi adalah 0,306 dengan melihat nilai probabilitas (sig) 0,000<0,05 atau bahkan leboh kecil dari 0,01 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak artinya ada hubungan iklim kerja dengan kelelahan kerja pada karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Sangatta. Tanda ** menunjukkan bahwa koefisien korelasi tersebut signifikan pada taraf kepercayaan 99%.

B. Pembahasan Berdasarkan pengolahan serta hasil penelitian data (kuesioner yang telah dan pengukuran), maka

analisis

dilakukan,

pembahasan dari hasil yang telah didapatkan adalah sebagai berikut : 1. Kebisingan terhadap kelelahan kerja karyawan

maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal

78

Dalam

penelitian

ini

ada

perbedaan

cara

pembacaan

pengukuran antara yang digunakan oleh peneliti dengan yang biasanya dilakukan oleh perusahaan. Diperusahaan, nilai kebisingan yang didapatkan dari tiap tempat langsung dibaca hasilnya, sedangkan peneliti menggunakan rumus (10log(10 pangkat (nilai kebisingan dibagi 10) + 10 pangkat ....... sampai titik terakhir dalam 1 lokasi) sehingga terdapat selisih nilai antara pembacaan pengukuran yang dilakukan oleh perusahaan dengan pembacaan pengukuran yang dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman yang pernah diajarkan di kampus. Hasil pengukuran yang dilakukan oleh peneliti dengan

menggunakan uji kendalls mendapatkan angka koefisien korelasi sebesar 0,246 dengan probabilitas 0,036<0,05 yang berarti bahwa Hipotesis penelitian (Ha) diterima yaitu ada hubungan kebisingan dengan kelelahan kerja pada karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Sangatta. Kebisingan berpengaruh terhadap kelelahan kerja karena dari kebisingan tersebut dapat menganggu komunikasi sehingga apabila seseorang berada pada kebisingan diatas NAB maka orang tersebut harus bersuara lebih keras dari biasanya untuk

berkomunikasi dengan rekannya, hal tersebut menguras tenaga, selain itu orang yang diajak berkomunikasi juga sama, mereka juga membutuhkan konsentrasi lebih untuk mendengarkan ucapan dari

79

rekannya sehingga mereka mampu menyelesaikan pekerjaannya, hal ini lama-lama akan membuat konsentrasi mereka berkurang. Kebisingan diatas 85dBA bersifat menganggu kenyamanan kerja, berpengaruh buruk terhadap komunikasi dan tidak

menguntungkan terhadap efisiensi. Disamping itu kebisingan dapat menganggu perhatian sehingga konsentrasi dan kesigapan mental menurun. Efek yang ditimbulkan bising juga menganggu persarafan otonom, yaitu meningkatnya tekanan darah, percepatan denyut jantung, pengerutan pembuluh darah kulit, bertambah cepatnya metabolisme, menurunnya aktifitas pencernaan ddan

bertambahnya tegangan otot, sehingga dapat mempercepat kelelahan kerja. (sumamur : 1999) Pengukuran kebisingan yang dilakukan pada lokasi kerja karyawan maintenance adalah 12 tempat dan didapatkan hasil yang hampir keseluruhan diatas Nilai ambang batas (NAB) sebesar 85 dBA. Untuk penghitungan dengan menggunakan uji kendalls tau b sendiri, nilai kebisingan di lokasi yang melebihi NAB telah dikurangi dengan keefekifan dari penggunaan ear plug yaitu sebesar 32dBA artinya jika kebisingan di salah satu lokasi didapatkan hasil 107,6dBA maka dikurangi dengan nilai keefektifan ear plug, sehingga hasil akhir dari kebisingan tersebut sebesar 75,6dBA, hasil tersebut baru dimasukkan untuk dihubungkan dengan kelelahan kerja. Hal ini dilakukan sebagai pengakuratan

80

dari hasil penelitian karena keterbatasan waktu yang seharusnya menggunakan noise pro yang digunakan oleh responden selama sehari dia bekerja untuk mengukur intensitas kebisingan yang diterima individu. Selain itu, pada kebisingan yang tertinggi saat pengukuran yaitu sebesar 107,6 dBA maka responden boleh terpajan kebisingan tersebut selama kurang lebih 1,88 menit dan kebisingan ini bisa bertambah intensitasnya mengingat lokasi pengukurang kebisingan ini berada di area fabrikasi yang kebsingannya bersifat impulsif dan tiap pekerjaan yang dilakukan hampir keseluruhan menimbulkan kebisingan sehingga apabila hendak melakukan suatu kegiatan di area fabrikasi hendaknya selain memperhatikan job safety analysis, responden juga hendaknya memperkirakan apakah seberapa lama pekerjaan tersebut kira-kira akan berlangsung dan seberapa besar intensitas kebisingan yang akan mereka terima sebagai akibat dari pekerjaan yang mereka lakukan, sehingga apabila intensitas kebisingannya jauh melebihi NAB maka responden hendaknya memakai ear muff sekaligus ear plug untuk meminimalisir intensitas kebisingan yang akan mereka terima. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Atik Muftia (universitas negeri semarang) yang berjudul Hubungan Antara Faktor Fisik Terhadap Kelelahan Kerja Karyawan Produksi Bagian Selektor Di Pt.Sinar Sosro Unggaran Semarang dimana salah satu faktor fisiknya adalah kebisingan juga menunjukkan hasil ada

81

hubungan yang kuat antara kebisingan dengan kelelahan. Hasil odds ratio sebesar 84,000, ini berarti karyawan yang berada di daerah kebisingan lebih dari normal memiliki resiko mengalami kelelahan kerja sebanyak 84,000 kali daripada karyawan yang berada di daeran tidak bising. Penelitian lain yang dilakukan oleh Tri Yuni Ulfa Hanifa (universitas negeri semarang) yang berjudul Pengaruh Kebisingan Terhadap Kelelahan Pada Tenaga Kerja Industri Pengolahan Kayu Brumbung Perum Perhutani Semarang juga menunjukkan hasil yang relatif sama yaitu, hasil uji statistik yang dia lakukan menunjukkan bahwa kebisingan berpengaruh terhadap kelelahan. Hal ini ditunjukkan dari uji korelasi pearson dengan nilai r:0,655, p:0,003 dengan :0,01 berarti Ha diterima atau ada hubungan yang signifikan antara kebisingan dengan kelelahan. Berdasarkan uji regresi didapatkan hasil R square sebesar 0,428 yang berarti bahwa kebisingan menyebabkan kelelahan sebesar 42,8% dan sisanya kelelahan disebabkan oleh faktor lain. Kelelahan dipengaruhi oleh lingkungan yang kurang nyaman dalam bekerja disamping kapasitas tenaga kerja itu sendiri dan jenis pekerjaannya. Lingkungan kerja yang kurang nyaman dapat memicu timbulnya kelelahan kerja pada tenaga kerja. Kebisingan dapat menganggu pekerjaan dan menyebabkan kesalahan karena tingkat kebisingan yang kecilpun dapat menganggu konsentrasi (pratama, 2002) sehingga muncul sejumlah keluhan yang berupa

82

perasaan lamban dan keengganan untuk melakukan aktivitas, keluhan yang disampaikan merupakan gejala kelelahan.

2.

Getaran

terhadap

kelelahan

kerja

karyawan

maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan getaran dengan kelelahan kerja karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Sangatta, dimana angka koefisien korelasi adalah 0,083 dengan melihat nilai probabilitas (sig) 0,485>0,05 sehingga Ho gagal ditolak. Walaupun getaran dapat mempengaruhi kelelahan kerja dilihat dari nilai koefisien korelasi yang positif yang berarti semakin besar intensitas getaran yang diterima maka tingkat kelelahannya akan semakin tinggi, akan tetapi untuk pengukuran di area coal preparation plant sendiri hampir seluruh lokasi yang telah diukur oleh peneliti, memiliki intensitas getaran yang diterima oleh responden relatif kecil, dari pengukuran di 9 lokasi di bagian coal preparation plant, hanya terdapat 1 lokasi yang nilai getarannya melebihi nilai ambang batas (NAB) sehingga sangat kecil pula pengaruhnya terhadap kelelahan kerja. Pengukurannya sendiri menggunakan whole body fibration dengan memposisikan responden pada keadaan berdiri dengan asumsi keefektifan waktu mereka bekerja selama 6 jam 30 menit,

83

waktu tersebut didapat dari waktu kerja mereka selama 8 jam dikurangi dengan waktu coffe break selama 30 menit dan waktu istirahat siang selama 1 jam, dari pengukuran intensitas getaran di lokasi-lokasi yang ada di area coal preparation plant yang di bawah nilai ambang batas serta keadaan responden yang tidak selalu berada di lokasi-lokasi tersebut menyebabkan tingkat kelelahan kerja yang diakibatkan oleh getaran sangat kecil. Pada abstrak penelitian yang dilakukan oleh yohanes joko supriyadi dengan judul getaran, kebisingan, pengetahuan K3 dan kelelahan kerja pengemudi taksi air (klotok) di banjarmasin didapatkan hasil bahwa sumbangan efektif terbesar terhadap kelelahan kerja adalah paparan getaran sebanyak 31,21%. Getaran dari peralatan kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Pengaruh paparan getaran dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

3.

Penerangan terhadap kelelahan kerja karyawan

maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan penerangan terhadap kelelahan kerja pada karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Sangatta,

dimana angka koefisien korelasi adalah 0,054 dengan melihat nilai

84

probabilitas (sig) 0,643>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho gagal ditolak artinya tidak ada hubungan penerangan dengan kelelahan kerja pada karyawan maintenance bagian Coal

Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Sangatta. Tidak adanya hubungan penerangan dengan kelelahan kerja dikarenakan walaupun koefisien korelasinya positif, dalam arti jika penerangannya melebihi standar maka orang tersebut akan semakin beresiko mengalami kelelahan kerja yang semaikin tinggi. Dalam hal ini, penerangan yang mereka terima memang rata-rata diatas nilai ambang batas, akan tetapi karena mereka sudah terbiasa bekerja pada daerah terbuka yang disinari oleh matahari pada siang hari yang notabene seluruh lokasi yang sumber penerangnnya berasal dari sinar matahari pasti penerangannya diatas NAB tetapi akibat dari penyesuaian mereka pada saat bekerja dibawah sinar matahari sehingga penerangan yang melebihi NAB dari sinar matahari tersebut tidak begitu berpengaruh terhadap mereka, sinar matahari sendiri tidak menimbulkan kesilauan jika kita tidak menegadahkan mata kita ke atas dan juga jika tidak ada benda semacam kaca yang memantulkan sinar matahari ke mata. Selain penerangan dari sinar matahari yang melebihi NAB, ada pula lokasi-lokasi seperti di area tunnel yang penerangannya dibawah standar juga tidak begitu mempengaruh tingkat kelelahan dari para pekerja, hal ini kemungkinan besar karena pada saat

85

pengukuran kelelahan kerja menggunakan reaction timer, para responden yang terpapar penerangan yang dibawah standar hanya sejenak untuk mengecek area tunnel tanpa melakukan pekerjaan yang membutuhkan waktu lama berada dalam tunnel sehingga penerangan dibawah standar di tunnel tersebut sangat kecil efeknya terhadap kelelahan responden ketika mereka melakukan pengukuran kelelahan kerja. Penelitian sebelumya yang dilakukan oleh Riski cahya aryanti (universitas negeri semarang) dengan judul hubungan antara intensitas penerangan dan suhu udara dengan kelelahan mata karyawan pada bagian administrasi di PT.hutama karya wilayah semarang menunjukkan hasil berdasarkan perhitungan chi-square dengan taraf signifikan 0,05 dan nilai p sebesar 0,011 (p<0,05) dengan kefisien kontingensi sebesar 0,351 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara penerangan dengan kelelahan mata.

4.

Iklim kerja terhadap kelelahan kerja karyawan

maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat dari pekerjaannya. (Ramdan, 2007)

86

Dalam penelitian ini, pengukuran iklim panas sesuai dengan keadaan iklim di Indonesia yaitu tropis. Peneliti mengukur keadaan lingkungan iklim kerja panas dihubungkan dengan kelelahan kerja yang dialami oleh karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal yang terpapar panas. Menurut Sumamur 1996 dalam (susanto, 2010), panas

sebenarnya merupakan energi kinetik gerak molekul yang secara terus menerus dihasilkan dalam tubuh yang dikeluarkan ke lingkungan sekitar. Agar tetap seimbang antara pengeluaran dan pembentukan panas, maka tubuh mengadakan usaha pertukaran panas dari tubuh ke lingkungan sekitar melalui kulit dengan cara konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi Hasil uji kendals tau b yang telah disajikan pada tabel 4.1.4.4 didapatkan angka koefisien korelasi adalah 0,306 dengan

probabilitas (sig) 0,000<0,05 yang artinya bahwa hipotesis penelitian diterima yaitu ada hubungan yang signifikan iklim kerja terhadap kelelahan kerja pada karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Sangatta. Iklim kerja sangat mempengaruhi tingkat kelelahan seseorang karena jika iklim kerjanya semakin naik dan melebihi standar yang ada maka akan membuat para pekerja merasa tidak nyama karena gerah dan hal ini dapat mengakibatkan pekerja tidak begitu bisa berkonsentrasi dibandingkan ketika mereka berada di area yang iklim kerjanya normal, penurunan konsentrasi merupakan tanda-

87

tanda dari kelelahan kerja, dari hal ini kita dapat menyimpulkan jika iklim kerja semakin tinggi dapat mengakibatkan konsentrasi responden akan semakin berkurang, sehingga semakin konsentrasi responden itu berkurang maka semakin tinggi pula tingkat kelelahan dari responden. Pada penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh Atik Muftia (Universitas Negeri Semarang) yang berjudul Hubungan Antara Faktor Fisik dengan Kelelahan Kerja Karyawan Produksi Bagian Selektor di PT. Sinar Sosro Ungaran Semarang dimana salah satu faktor fisiknya adalah iklim kerja juga menunjukkan hasil tidak ada hubungan antara iklim kerja terhadap kelelahan kerja pada karyawan. Hasil analisis data p = 0,569 > , yang artinya tidak berhubungan antara iklim kerja terhadap kelelahan kerja. Hal tersebut juga dikarenakan aklimatisasi karyawan produksi bagian selektor di PT. Sinar Sosro Ungaran Semarang. Hasil penelitian Andi Susanto yang berjudul hubungan iklim kerja terhadap kelelahan kerja pada tenaga kerja bongkat muat di koperasi TKBM Samudera sejahtera Pelabuhan Samarinda

didapatkan Hasil chi square berdasar analisis dengan p = 0,471 (lebih besar dari = 0,05) yang aritinya bahwa hipotesis penelitian ditolak yaitu tidak berhubungan antara iklim kerja terhadap kelelahan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di Koperasi TKBM Samudera Sejahtera Pelabuhan Samarinda.

88

Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Ika Pulung (FKM Unair) yang meneliti tentang perbedaan efek fisiologis pada pengerajin manik desa Plumpogambang sebelum dan sesudah bekerja di lingkungan kerja panas menunjukkan adanya hubungan perbedaan iklim kerja ISBB terhadap kelelahan kerja. Hal ini dikarenakan peneliti hanya ingin menunjukkan bahwa ada

perbedaan dari waktu kerja sebelum dan sesudah terpapar panas. Peneliti (Ika Pulung) tidak mengambil hasil beda reaksi sebelum dan sesudah bekerja seperti pada penelitian ini. Peneliti mengukur tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja sehingga hasil didapatkan berbeda antara sebelum dan sesudah bekerja.

BAB V KESIMPULAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal , maka dapat disimpulkan bahwa :

89

1.

Ada hubungan kebisingan terhadap kelelahan kerja pada

karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Sangatta. Hal ini didukung oleh hasil uji kendalls tau b yang diperoleh koefisien korelasi adalah 0,246 dengan nilai probabilitas (sig) 0,000<0,05. 2. Tidak ada hubungan getaran dengan kelelahan kerja pada

karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Sangatta. Hal ini didukung oleh hasil uji kendalls tau b dengan koefisien korelasi adalah 0,083 dengan melihat nilai probabilitas (sig) 0,485>0,05. Hal ini disebabkan nilai dari getaran yang ada di beberapa lokasi di Coal Preparation Plant di bawah nilai ambang batas 3. Tidak ada hubungan penerangan dengan kelelahan kerja

pada karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Sangatta. Hal ini didukung hasil uji kendal[s tau b dengan koefisien korelasi adalah 0,164 dengan melihat nilai probabilitas (sig) 0,167>0,05. 4. Ada hubungan iklim kerja terhadap kelelahan kerja pada

karyawan maintenance bagian Coal Preparation Plant PT Kaltim Prima Coal Sangatta. Hal ini didukung oleh hasil uji kendald tau b dengan koefisien korelasi adalah 0,306 dengan probabilitas (sig) 0,000<0.05.

B. Saran

90

1. Apabila nilai kebisingan telah jauh melebihi nilai ambang batas, sebaiknya menggunakan ear plug juga ear plug untuk

meminimalisir intensitas kebisingan yang diterima. 2. Diperlukan beberapa alternatif seperti penambahan fan terutama di tunnel demi pengurangan suhu yang ada di dalam tunnel serta demi kenyamanan pekerja saat mereka bekerja di dalam tunnel.

Anda mungkin juga menyukai