1. CRANIUM Langkah 1: Nilai SCALP Tampak/tidak kelainan S Skin C Connective Tissue A Aponeurosis sub galeal L Loose of aerolar tissue P Pericranium Nilai tulang tengkorak Tab eksterna Diploe Tabule Interna (perdarahan biasanya terjadi pada tab eksterna cepal hematoma) Lihatlah apakah ada fraktur atau tidak Fraktur Linier o o o Tampak terlihat garis radiolusen linear di daerah parietal Jika fragmen fraktur overlap bisa terlihat suatu garis dengan densitas tinggi Fraktur tampak lebih lusen pada vasa dan sutura, arah tidak teratur
Fraktur Impresi o Tampak satu atau dua garis sejajar dengan densitas tinggi pada tulang cranium disertai kerusakan jaringan di bawahnya
Gambar 1.2. Fraktur Cranium Impressif Fraktur Stellata o Tampak fraktur radier, menyebar dan berpusat pada satu titik
Gambar 1.4 Fraktur Cranium Diastasis Fraktur Basis Cranii o Tampak air fluid level dalam sinus spenoidalis jika garis fraktur melewatinya sehingga darah berkumpul dalam sinus Lihat juga kelainan lain seperti sklerotik, destruksi (gambaran tulang hilang), dan litik (struktur tulang tidak tampak) Langkah 2 Nilai sutura dan vascular groove (lekukan pembuluh darah), lihatlah tempat pembuluh darah berada (arteri dan vena media, anterior serta posterior
Gambar 1.5. Sutura Cranium Langkah 3: Lihatlah otak, apakah ada kalsifikasi patologis (menggunakan CT Scan/MRI) Gunakan juga digital printing dengan CT Scan untuk memperlihatkan gambaran seperti finger like apperance Nilai juga apakah ada peningkatan tekanan intracranial atau pendesakan dari penggunaan CT Scan
Gambar 1.6 CT Scan-Perdarahan Intracerebral Langkah 4: Nilailah sella turcica Lihat apakah ada pelebaran, destruksi (jika ada kemungkinan itu adalah tanda metastase tumor), pendalaman dan juga klassifikasi
Langkah 5: Lihat air fluid level di sinus (sinus sphenoid dan frontalis) Biasanya dilakukan untuk menilai apakah terjadi fraktur basis cranii dimana ada gambaran air fluid level terutama pada sinus sphenoid
Gambar 1.8. Air Fluid Level Sinus Sphenoid Langkah 6: Nilai foto tulang wajah seperti orbita, maksila, mandibula, nasal, zygomaticum, dll
2. EKSTREMITAS Biasanya mengikuti rule of two: a. Foto diambil dua posisi (AP dan Lateral) b. Foto diambil bagian ekstremitas kiri dan kanan c. Foto diambil dua persendian
Gambar 2.1 Gambaran Tulang Panjang - Pada gambaran radiologis foto polos AP dan lateral atau dua proyeksi tampak gambaran diskontinuetas tulang (bisa berupa garis fraktur yang lusen) pada struktur tulang normal, utuh, padat, dan tidak porotik, periosteumnya pun licin. Apabila terjadi fracture, terjadi soft tissue swelling
Gambar 2.2 X-Ray Humerus - Ekspertise Menentukan ABC o o o A Aligment Garis Tulang apakah baik atau tidak B Bone Struktur Adakah garis fraktur, sklerotik, destruksi, dll C Connective Tissue Adakah swelling atau pembengkakan jaringan lunak di sekitarya - Fraktur sendiri dibagi berdasarkan beberapa tipe: a. Berdarkan garis patahnya ada fraktur simple dengan pola garis patah transversal, oblique atau spiral. Bila terdiri dari dua segmen atau lebih maka disebut fraktur kominutif. Fraktur kominuftif dengan fragmen di antara fragmen proximal dan distal disebut dengan fraktur segmental
Gambar 2.3 Jenis Fraktur-X Ray b. Berdasarkan lokasinya, ada fraktur yang mengenai bagian distal, diaphyseal, maupun proximal. Beberapa gambaran fraktur yang khas Fraktur Colles berbentuk bayinet atau garpu, merupakan fraktur radius bagian distal dengan angulasi fragmen distal ke posterior, dapat bersifat communitif dan disertai fraktur processus styloideus ulnae
Fraktur Smith Fraktur yang berbentuk sekop kebun, ,merupakan fraktur radius bagian distal dengan angulasi atau dis;plaso fragmen distal ke volar
Gambar 2.5. Garden Spade-Fraktur Smith Fraktur Physeal Fraktur yang mengenai epihyseal growth plate, dibagi oleh Salter dan Haris jadi 6 tipe yaitu Tipe 1: Ephypisis terpisah seluruhnya dari metaphysis. Gambaran radiologinya terlihat garis diskontinuitas tulang (Garis fraktur yang lusen) pada ujung tulang yang memisahkan epifisis sepenuhnya dari methapysis
Garis Fraktur
Tipe 2: Ephypisis terpisah seluruhnya dari metaphusis disertai dengan adanya fraktur pada metaphysis. Gambaran radiologisnya tampak garis diskontinuitas tulang (garis fraktur yang lusen) pada ujung tulang panjang
yang memisahkan epifisis seluruhnya dan sebagian fragmen tulang Di sekitarnya dapat dijumpai soft tissue swelling
Gambar 2.7. Salter-Harris Tipe 2 Tipe 3: Fraktur ephupisis dan memisahkan sebagian ephipisis dari metaphysis. Gambaran radiologisnya tampak garis diskontinuitas (garis fraktur lusen) pada ujung tulang panjang yang memisahkan sebagian epifisis dari ujung tulang. Dapat ditemukan soft tissue swelling di sekitar fraktur
Gambar 2.8 Salter-Harris Tipe 3 Tipe 4: Fraktur berjalan dari ephypisis melalui growth plate hingga ke metaphysis. Mirip dengan tipe 3 dengan tambahan metaphysis yang ikut patah. Gambaran radiologisnya, biasanya tampak gambaran garis
diskontinuitas tulang (garis fraktur lusen) yang memisahkan sebagian epifisis serta metaphysisnya.