Anda di halaman 1dari 22

Kerusakan Tanah dan Usaha Mengatasinya

Oleh: Emma C. Siregar (3123131015) Qadrul Fahmi (3123131046) Sylvia Aldriani (3123131059) Dahlan Syuhada Purba ( ) Dedy Harianja ( )

Kelas: B Reguler Mata Kuliah: Geografi Pertanian Jurusan: Pendidikan Geografi

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur tak lupa penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Tugas ini dikerjakan dengan maksud untuk memenuhi tanggung jawab penulis sebagai mahasiswa dalam mata kuliah Geografi Pertanian. Tidak hanya itu, tetapi juga sekaligus menambah pengetahuan mengenai kerusakan tanah dan usaha manusia dalam mengatasinya. Dalam pengerjaan tugas ini penulis yakin bahwa masih terdapat banyak kekurangan, baik secara teknik penulisan maupun kesesuaian isi. Untuk itu penulis mengharapkan masukan dari pembaca atau pengoreksi.

Medan, Maret 2012

Penulis

Kerusakan Tanah dan Usaha Mengatasinya | 1

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. 1 Daftar Isi .......................................................................................................... 2 Pendahuluan ..................................................................................................... 3 Pembahasan...................................................................................................... 4 a. Kerusakan Tubuh Tanah......................................................................... 4 b. Erosivitas ................................................................................................ 6 c. Topografi ................................................................................................ 9 d. Erodibilitas ............................................................................................. 10 e. Vegetasi .................................................................................................. 11 f. Pemanfaatan Potensi Jenis Tanah yang Baik ......................................... 14 g. Usaha Mengatasi Kerusakan Tanah ....................................................... 15 Kesimpulan ...................................................................................................... 20 Daftar Pustaka .................................................................................................. 21

Kerusakan Tanah dan Usaha Mengatasinya | 2

PENDAHULUAN

Persoalan substansi dalam sektor pertanian adalah terletak pada orang-orang yang berada dalam lingkup sektor tersebut. sejauhmana tingkat kepekaan mereka dalam mengeluarkan kebijakan dalam pengambilan keputusan yang bermafaat bagi sektor pertanian secara luas. Disinilah peran pemangku kepentingan (stake holder) sangat dibutuhkan dalam memberikan kontribusinya dalam pembungunan di sektor yang terbilang andalan ini. Salah satunya tidak terlepas dari kapasitas dan kapabilitas dalam memaknai aktifitasnya masingmasing. Mulai dari kegiatan hulu (on farm), sampai kepada hilir (off farm). Dalam mata rantai kegiatan sistem pertanian tersebut tentunya terkait erat bagaimana menyelaraskan kegiatan-kegiatan tersebut ke dalam konsep kaidah-kaidah alam agar tidak berdampak negatif pada ekosistem yang ada. Salah satunya adalah keseimbangan yang harus dipahami oleh semua pelaku pertanian. Konsep keseimbangan inilah yang bisa memberikan semua jawaban atas berbagai ketidak semibangan yang terjadi selama ini yang menyebabkan sektor pertanian terus mengalami keterpurukan. Letaknya sejauh mana tingkat kesadaran dan kepekaan mereka untuk memahami bahwa usaha pertanian tidak lepas dari alam, dan menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Jika direnungi lebih dalam, bahwa berbagai kebijakan di sektor pertanian yang telah di gelontorkan oleh pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian adalah hasil dari pemikiran-pemikiran yang rasional dan intelektual dari pejabat pertanian itu sendiri. Mereka masih berkutat pada rasionalitas dibanding dengan kecerdasan spiritual mereka. Di akui disinilah letak sulitnya jika kita analisa secara holistik kekeliruan dan kekisruhan yang terjadi pada sektor pertanian khususnya. Makanya alam semesta dan sektor pertanian terasa sulit untuk bangkit karena persoalan yang sangat substansial ini belum di temukan pemecehannya. Meskipun para pejabat dilingkup pertanian mulai dari tingkat Deptan hingga ke tingkat desa, syukur sekali jika ada yang paham persoalan yang tengah saya bahas ini. Sekali lagi persoalannya memang sangat kompleks. Karena menyangkut sumberdaya manusia yang berkepentingan dalam sektor pertanian ini.

Kerusakan Tanah dan Usaha Mengatasinya | 3

PEMBAHASAN

a. Kerusakan Tubuh Tanah


Kerusakan tubuh tanah dapat terjadi pada saat pengupasan dan penimbunan kembali tanah pucuk untuk proses reklamasi. Kerusakan terjadi diakibatkan tercampurnya tubuh tanah (top soil dan sub soil) secara tidak teratur sehingga akan mengganggu kesuburan fisik, kimia, dan biolagi tanah (Iskandar, 2010). Hal ini tentunya membuat tanah sebagai media tumbuh tak dapat berfungsi dengan baik bagi tanaman nantinya dan tanpa adanya vegetasi penutup akan membuatnya rentan terhadap erosi baik oleh hujan maupun angin. Pattimahu (2004) menambahkan bahwa terkikisnya lapisan topsoil dan serasah sebagai sumber karbon untuk menyokong kelangsungan hidup mikroba tanah potensial, merupakan salah satu penyebab utama menurunnya populasi dan aktifitas mikroba tanah yang berfungsi penting dalam penyediaan unsur-unsur hara dan secara tidak langsung mempengaruhi kehidupan tanaman. Selain itu dengan mobilitas operasi alat berat di atas tanah mengakibatkan terjadinya pemadatan tanah. Kondisi tanah yang kompak karena pemadatan menyebabkan buruknya sistem tata air (water infiltration and percolation) dan peredaran udara (aerasi) yang secara langsung dapat membawa dampak negatif terhadap fungsi dan perkembangan akar. Proses pengupasan tanah dan batuan yang menutupi bahan tambang juga akan berdampak pada kerusakan tubuh tanah dan lingkungan sekitarnya. Menurut Suprapto (2008a) membongkar dan memindahkan batuan mengandung sulfida (overburden) menyebabkan terbukanya mineral sulfida terhadap udara bebas. Pada kondisi terekspos pada udara bebas mineral sulfida akan teroksidasi dan terlarutkan dalam air membentuk Air Asam Tambang (AAT). AAT berpotensi melarutkan logam yang terlewati sehingga membentuk aliran mengandung bahan beracun berbahaya yang akan menurunkan kualitas lingkungan. Sementara itu proses pengolahan bijih mineral dari hasil tambang yang menghasilkan limbah tailing juga berpotensi mengandung bahan pembentuk asam (Suprapto, 2008b), sehingga akan merusak lingkungan karena keberadaannya yang bisa jauh ke luar arel tambang.Tanah merupakan salah satu sumber daya alam utama selain air yang dapat diperbarui. Akan tetapi, tanah sangat mudah mengalami kerusakan atau degradasi.

Kerusakan Tanah dan Usaha Mengatasinya | 4

Sifat tanah yang dinamis selalu mengalami perubahan-perubahan, baik segi fisik, kimia, maupun biologinya. Perubahan-perubahan tersebut terjadi terutama karena pengaruh berbagai unsur iklim. Namun, ada pula perubahan tanah yang terjadi karena tindakan manusia. Kerusakan tubuh tanah akibat berlangsungnya perubahan-perubahan yang berlebihan hingga melenyapkan lapisan tertentu dikenal dengan istilah erosi. Selain erosi, kerusakan tubuh tanah antara lain: 1) Hilangnya unsur hara dan bahan organik di daerah perakaran. 2) Terkumpulnya garam di daerah perakaran (salinasi). 3) Terkumpulnya atau terungkapnya unsur atau senyawa yang menjadi racun bagi tanaman. 4) Penjenuhan tanah oleh air (water logging) Hal ini dikarenakan lapisan atas tanah setebal 15 sampai 30 cm mempunyai sifat sifat kimia dan fisik lebih baik dibandingkan lapisan lebih bawah. Banyaknya unsur hara yang hilang bergantung pada besarnya kandungan unsur hara yang terbawa oleh sedimen dan besarnya erosi yang terjadi. Kerusakan tanah dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain sebagai berikut: a. Perusakan hutan. Akibat dari hutan yang rusak dapat mengurangi daya serap tanah dan mengurangi kemampuannya dalam menampung dan menahan air, sehingga tanah mudah tererosi. b. Proses kimiawi air hujan. Air hujan merupakan faktor utama terjadinya kerusakan tanah melalui proses perubahan kimiawi dan sebagian lagi karena proses mekanis. c. Proses mekanis air hujan. Air hujan yang turun sangat deras dapat mengikis dan menggores tanah di permukaannya sehingga bisa terbentuk selokan. Pada daerah yang tidak bervegetasi, hujan lebat dapat menghanyutkan tanah berkubik-kubik. Air hujan dapat pula menghanyutkan lumpur sehingga terjadi banjir lumpur. d. Tanah longsor. Tanah longsor adalah turunnya atau ambruknya tanah dan bebatuan ke bawah bukit. Hujan mempercepat longsornya tanah karena tanah menjadi longgar dan berat. Pelongsoran hanya terjadi pada lapisan luar yang terlepas dari permukaan tanah.

Kerusakan Tanah dan Usaha Mengatasinya | 5

e. Erosi oleh air hujan. Pergerakan tanah dapat disebabkan oleh air hujan, misalnya tanah labil yang ada di pinggir-pinggir sungai apabila tertimpa hujan lebat akan lepas dan jatuh ke sungai. f. Kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran. g. Terkumpulnya garam di daerah perakaran (salinisasi). h. Penjenuhan tanah oleh air (waterlogging) dan erosi.

b. Erosivitas
Erosivitas adalah tenaga pendorong (driving force) yang menyebabkan terkelupas dan terangkutnya partikel-partikel tanah ke tempat yang lebih rendah (chay asdak, 1995: 455). Erosivitas sebagian terjadi karena pengaruh jatuhan butir hujan langsung di atas tanah dan sebagian lagi karena aliran air di atas permukaan tanah. Factor erosivitas hujan dengan intensitas hujan maksimal 30 menit. Erosi dapat terjadi di mana saja, terutama di daerah yang tidak memiliki vegetasi sebagai penutup lahan. Terjadinya erosi diawali dengan pemecahan bongkah-bongkah batuan menjadi butiran-butiran yang lebih kecil oleh tenaga pengangkut, kemudian pemindahan butir-butir batuan tersebut, dan akhirnya pengendapan butir-butir batuan ke tempat-tempat yang lebih rendah. Pada dasarnya erosi adalah akibat interaksi kerja antara factor iklim, topografi, tumbuh-tumbuhan dan manusia terhadap lahan yang dinyatakan dalam persamaan deskriptif berikut: E= f (i, r, v, t, m) Dimana E adalah erosi, i adalah iklim, r adalah topografi atau relief, v adalah vegetasi, t adalah tanah dan m adalah manusia (sitanala arsyad, 1989: 72). 1. Iklim Faktor yang paling dominan berpengaruh pada daerah beriklim basah adalah hujan (Arsyad, 2006). Selain itu dikatakan pula bahwa besarnya curah hujan, intensitas, dan distribusi hujan menentukan kekuatan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kekuatan aliran permukaan serta kerusakan akibat erosi.
Kerusakan Tanah dan Usaha Mengatasinya | 6

Pengaruh iklim terhadap erosi dapat bersifat langsung atau tidak langsung. Pengaruh langsung adalah melalui tenaga kinetis air hujan. Terutama intensitas dan diameter butiran air hujan. Sedangkan pengaruh iklim tidak langsung ditentukan melelui pengaruh terhadap pertumbuhan vegetasi. Dengan kondisi iklim yang sesuai (fluktuasi suhu kecil dengan curah hujan merata), vegetasi dapat tumbuh secara optimal. Sebaliknya pada daerah beriklim besar, misalnya daerah kering, pertumbuhan vegetasi terhambat oleh tidak memadainya intensitas hujan. (Asdak, 2001) Menurut Seta (1987), besarnya curah hujan adalah volume air hujan yang jatuh pada suatu areal tertentu. Karenanya maka besarnya curah hujan dinyatakan dalam meter kubik per satuan luas atau secara lebih umum dinyatakan dalam tinggi air yaitu milimeter (mm). Intensitas curah hujan ialah jumlah hujan yang jatuh dalam satuan waktu tertentu dan dinyatakan dalam millimeter per menit atau per jam (Barmanakusmah, 1978) Jumlah curah hujan rata-rata tinggi dalam suatu waktu periode, belum tentu dapat menimbulkan erosi apabila intensitasnya rendah (Seta, 1987). Namun demikian menurut Badjeber (1987), pada tanah-tanah yang mempunyai kemiringan lereng yang besar, erosi percikan mungkin berarti penting dalam proses pemindahan tanah ke bagian bawah lereng. 2. Topografi Topografi mempengaruhi Proses Pembentukan Tanah dengan 4 Cara : 1. Jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan oleh massa tanah 2. Kedalaman air tanah 3. Besarnya erosi yang dapat terjadi 4. Arah pergerakan air yg membawa bahan-bahan terlarut dari tempat yang tinggi ke tempat yang renda Relief atau topografi adalah merupakan faktor pembentuk dan pengubah sifat dan jenis tanah yang pengaruhnya dapat dibedakan sebagai berikut :

Pengaruh relief atau topografi secara langsung terhadap pelapukan adalah pada :

Posisi singkapan batuan (out crops) terhadap matahari Posisi permukaan tanah terhadap penyinaran dan curah hujan
Kerusakan Tanah dan Usaha Mengatasinya | 7

Sehingga dengan demikian komponen relief dan topografi yang menimbulkan efek terhadap pembentukan tanah adalah :

Beda tinggi permukaan lahan (amplitude) Bentuk permukaan lahan Derajat kelerengan Panjang lereng Arah lereng Bentuk punggung lereng

Semua komponen relief atau topografi tersebut bersama elemen iklim secara tak langsung berkorelasi terhadap:

Pelapukan fisik dan kimiawi batuan Transportasi (erosi) bahan terlapuk di permukaan tanah Translokasi (pemindahaan secara gravitasi) atau eluviasi dan podsolisasi Deposisi dan sedimentasi atau illuviasi (penimbunan)

Dengan demikian efek langsung relief dan topografi terhadap tanah adalah pada :

Tebal daging ( solum) tanah; solum tanah pada daerah lembah dan dataran akan lebih tebal dibandingkan solum tanah yang terdapat di puncak bukit atau lereng terjal.

Drainase tanah; tanah di daerah lembah atau cekungan akan lebih jelek atau lambat dan sebaliknya untuk daerah-daerah berlereng lebih cepat atau baik.

Satuan tanah; jenis tanah yang perbedaannya ditentukan oleh regim kelembaban dan kelas drainase serta penciri oksida reduksi, sangat dipengaruhi oleh relief atau topografi

Tingkat erodibilitas tanah; Semakin besar selisih tinggi, derajat kelerengan, dan panjang lereng maka semakin besar tingkat erodilitas tanah .

Erosi tanah oleh tenaga air terdiri atas empat jenis, yaitu erosi percik, erosi lembar, erosi alur, dan erosi parit. 1. Erosi Percik (Splash Erosion)
Kerusakan Tanah dan Usaha Mengatasinya | 8

Erosi percik adalah proses pengikisan tanah yang terjadi akibat adanya percikan air hujan. Percikan tersebut menyebabkan partikel-partikel tanah menjadi hancur dan kemudian diendapkan di tempat lain. 2. Erosi Lembar (Sheet Erosion) Erosi lembar adalah proses pengikisan lapisan tanah paling atas dan tipis sehingga ketebalan tanahnya berkurang. Ciri erosi lembar antara lain: 1. Air yang mengalir dipermukaan tanah berwarna keruh (kuning kecokelatan) karena banyak mengandung partikel tanah. 2. Warna tanah disekitar wilayah tersebut menjadi lebih pucat (terang). 3. Terdapat bercak-bercak dipermukaan tanah. 4. Kesuburan tanah berkurang karena banyak unsur hara yang hilang. 3. Erosi Alur (Rill Erosion) Jika proses erosi lembar terus berlangsung, pengikisan tanah pada saat air mengalir mengakibatkan terjadinya alur-alur yang searah dengan kemiringan lereng daerah tersebut. Ciri-ciri terjadinya erosi alur antara lain pengikisan membentuk aluralur yang amat jelas dengan bentuk yang relatif lurus di daerah-daerah berlereng dan berkelok. 4. Erosi Parit (Gully Erosion) Proses erosi parit sama dengan erosi alur, namun saluran-saluran yang terbentuk pada erosi parit lebih dalam. Erosi parit umumnya terjadi di daerah-daerah berlereng terjal. Ciri-ciri erosi parit antara lain lereng-lereng yang tererosi membentuk parit-parit yang dalam dengan penampang seperti huruf V atau U.

c. Topografi
Topografi adalah bentuk kemiringan dan panjang lereng yang dapat menentukan laju aliran air di permukaan. Pada lahan datar percikan air melemparkan partikel tanah ke segala arah, sedangkan pada lahan miring partikel tanah banyak yang terlempar kearah bawah sesuai dengan kemiringan lereng. Pengupasan tanah pucuk mengakibatkan perubahan topografi pada daerah tambang. Areal yang berubah umumnya lebih luas dari lubang tambang karena digunakan untuk menumpuk hasil galian (tanah pucuk dan overburden) dan pembangunan infrastruktur. Hal
Kerusakan Tanah dan Usaha Mengatasinya | 9

ini sering menjadi masalah pada perusahaan tambang kecil karena keterbatasan lahan (Iskandar, 2010). Seperti halnya dampak hilangnya vegetasi, perubahan topografi yang tidak teratur atau membentuk lereng yang curam akan memperbesar laju aliran permukaan dan meningkatkan erosi. Kondisi bentang alam/topografi yang membutuhkan waktu lama untuk terbentuk, dalam sekejap dapat berubah akibat aktivitas pertambangan dan akan sulit dikembalikan dalam keadaan yang semula.

d. Erodibilitas
Erodibilitas adalah kepekaan suatu tanah untuk mengalami erosi. Pada tingkat energi hujan yang sama, tanah yang memiliki erodibilitas yang tinggi akan lebih mudah mengalami erosi daripada tanah yang memiliki erodibilitas rendah. Karena erodibilitas menyangkut ketahanan tanah terhadap pelepasan dan pengangkutan, serta kemampuan tanah untuk menyerap dan melalukan air dalam tanah, maka pengetahuan tentang karakteristik fisik tanah mutlak sangat diperlukan sekali. Adapun karakteristik fisik tanah yang dipandang penting adalah Tekstur, Struktur, Bahan Organik, Bahan Semen dan Infiltrasi tanah atau permeabilitas.

Erodibilitas sangat penting untuk diketahui agar tindak konservasi dan pengelolaan tanah dapat dilaksanakan secara tepat dan terarah. Namun demikian, konsep dari erodibilitas tanah dan bagaimana cara menilainya merupakan suatu hal yang bersifat komplek atau tidak sederhana, karena erodibilitas dipengaruhi oleh banyak sekali sifat-sifat tanah. Berbagai usaha telah banyak dilakukan untuk mendapat suatu indeks erodibilitas tanah yang relatif lebih sederhana, baik didasarkan dari sifat-sifat tanah yang ditetapkan dilaboratorium atau di lapangan atau berdasarkan keragaman terhadap hujan

Faktor erodibilitas tanah yang diperoleh dari hasil percobaan sifatnya sangat spesifik lokasi. Konsekuensinya, untuk mendapatkan faktor erodibilitas tanah, banyak sekali percobaan yang harus dilakukan, sehingga banyak menghabiskan banyak biaya dan waktu, juga akan diperlukan banyak sekali plot-plot percobaan. Suatu pendekatan yang lebih

Kerusakan Tanah dan Usaha Mengatasinya | 10

sederhana dilakukan adalah dengan menggunakan model prediksi, dengan input data dan sifat-sifat tanah yang mudah diukur, dan mempunyai koresi kuat dengan erodibilitas tanah.

e. Vegetasi
Vegetasi (dari bahasa Inggris: vegetation) dalam ekologi adalah istilah untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi. Analisis vegetasi biasa dilakukan oleh ilmuwan ekologi untuk mempelajari kemelimpahan jenis serta kerapatan tumbuh tumbuhan pada suatu tempat. Sebelum melihat macam-macam vegetasi dan ciri-cirinya ada baiknya kita mengetahui dulu pengertian dari vegetasi itu sendiri. Tumbuhan yang menutupi suatu daerah tertentu disebut vegetasi. Persebaran Tumbuhan ditentukan oleh faktor geologis, geografis (seperti ketinggian dan garis lintang) dan curah hujan. Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut dan letaknya semakin jauh dari garis lintang, di tempat tersebut suhunya semakin menurun. Setiap kenaikan ketinggian 100 meter dari permukaan laut dan kenaikan garis lintang maka sebesar 10 suhu daerah tersebut akan turun 50 C, dari perbdaan-perbedan itulah muncul macammacam vegetasi. Berikut 9 macam vegetasi yang ada di dunia beserta ciri-cirinya. Macam-macam vegetasi dan ciri-cirinya sebagai berikut. 1) Bioma Tundra, memiliki ciri-ciri vegetasi rumput dan lumut kerak (Lichenes) dan terdapat pada daerah Skandinavia, Rusia, Siberia dan Kanada. Bioma tundra terdapat di bumi bagian utara, yaitu di kutub utara yang memiliki curah hujan yang rendah. Oleh karena itu, hutan tidak dapat berkembang di daerah ini. Pada musim dingin, air dalam tanah dingin dan membeku sehingga tumbuhan tidak dapat tumbuh besar. Produsen utama di bioma ini adalah lichenes dan lumut. Binatang yang dapat ditemui di bioma ini, antara lain beruang kutub, reindeer (rusa kutub), serigala, dan burung-burung yang bermigrasi ketika musim-musim tertentu. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, lumut kerak, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin. Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang datang pada musim panas,

Kerusakan Tanah dan Usaha Mengatasinya | 11

semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki rambut atau bulu yang tebal, contohnya rusa kutub, beruang kutub, dan serangga terutama nyamuk dan lalat hitam. 2) Bioma Taiga, memiliki ciri-ciri vegetasi hutan hujan jarum (konifer) dan terdapat pada daerah Skandinavia, Alaska, Kanada dan Siberia. Bioma taiga dikenal sebagai hutan konifer, merupakan bioma terluas di bumi. Bioma ini memiliki curah hujan 35 cm sampai dengan 40 cm per tahun. Daerah ini sangat basah karena penguapan yang rendah. Tanah di bioma taiga bersifat asam. Bioma taiga terdapat di daerah yang beriklim sedang, dengan curah hujan sekitar 100 cm per tahun. Terdapat di Amerika bagian utara dan selatan, Eropa bagian barat, dan Asia bagian timur. Tumbuhan yang hidup di bioma taiga umumnya konifer dan pinus. Hewan yang hidup di bioma ini di antaranya adalah rusa, beruang hitam, salamander, dan tupai. Ciri-ciri lainnya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dan sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur. 3) Bioma Hutan meranggas (4 musim), Bioma hutan gugur memiliki ciri-ciri vegetasi hutan yang hijau pada musim panas dan menggugurkan daunnya pada musim dingin. Terdapat pada daerah iklim sedang, seperti Eropa, sebagian Asia dan Amerika. Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang dan tersebar di Amerika Timur, Eropa Tengah, dan Asia Timur. Bioma ini memiliki ciri-ciri suhu yang sangat rendah pada musim dingin dan sangat panas pada musim panas (-30C hingga 30C). Curah hujan tinggi dan merata, serta jenis pohon yang dapat menggugurkan daunnya pada saat musim panas (pada hutan gugur daerah tropis) dan pada saat musim dingin (pada hutan gugur iklim sedang). Hewan yang hidup di bioma ini antara lain tikus, beruang, bajing, dan burung. Beberapa hewan pada bioma ini dapat melakukan hibernasi, yaitu tidur panjang selama musim dingin dengan terlebih dahulu mengonsumsi banyak makanan. Ciri-ciri lainnya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak). 4) Bioma Padang rumput, memiliki ciri-ciri vegetasi tanpa pohon, tumbuhan berupa rumput (Graminae). Terdapat pada daerah Hongaria, Amerika Utara, Argentina dan Rusia Selatan. Ciri-ciri lainnya adalah curah hujan kurang lebih 25 30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada
Kerusakan Tanah dan Usaha Mengatasinya | 12

terdiri atas tumbuhan terna (herba) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus, dan ular 5) Bioma gurun, memiliki ciri-ciri vegetasi dengan jumlah pohon sangat sedikit yang tumbuh adalah jenis tumbuhan tahan kering (xerofit), berbunga dan berbuah dalam waktu pendek (efermer). Terdapat pada daerah gurun Gobi (RRC), gurun Sahara (Afrika Utara), gurun Kalahari (Afrika Selatan). Bioma gurun terdapat di Asia, Afrika, India, Amerika, dan Australia. Tanah yang tandus dan kandungan air yang sangat rendah membuat tumbuhan dan hewan-hewan tertentu saja yang dapat bertahan di daerah ini. Tumbuhan yang dapat bertahan di gurun di antaranya kaktus, sedangkan hewan yang dapat bertahan di gurun di antaranya adalah unta dan ular. Ciri-ciri lain bioma gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu siang hari tinggi (bisa mencapai 45C) sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat rendah (bisa mencapai 0C). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air, contohnya kaktus. Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan kalajengking. 6) Bioma Sabana, memiliki ciri-ciri vegetasi padang rumput dan pepohonan. Terdapat pada daerah Asia, Australia dan Indonesia. Bioma savana (padang rumput) terdapat di wilayah beriklim sedang sampai tropis dengan curah hujan 25 cm sampai 75 cm per tahun. Tumbuhan yang dominan di bioma ini adalah rumput . Hewan yang hidup di bioma ini adalah hewanhewan yang bisa bertahan di kondisi padang rumput, di antaranya adalah kuda, zarafah, dan singa. Di Indonesia bioma savana dapat ditemukan di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). 7) Bioma Hutan hujan tropis, memiliki ciri-ciri vegetasi tumbuhan hijau sepanjang tahun, pohon- pohon tinggi, jenisnya sangat banyak, terdapat tumbuhan yang menempel (epifit) dan tumbuhan yang memanjat pohon lain (liana). Terdapat pada daerah Asia, Afrika, Indonesia, dan Amerika Selatan. Bioma hutan hujan tropis terdapat di kawasan garis khatulistiwa di seluruh dunia, seperti Asia tengah termasuk Indonesia, Amerika tengah dan selatan, Afrika, serta Australia. Hutan hujan tropis memiliki temperatur dengan kisaran 25C per tahun dan curah hujan yang tinggi sekitar 200 cm per tahun. Tumbuhan dan hewan yang hidup di bioma ini paling beragam dibandingkan dengan tumbuhan dan hewan yang hidup di bioma-bioma
Kerusakan Tanah dan Usaha Mengatasinya | 13

lainnya. Tumbuhan yang khas yang hidup di bioma ini adalah tumbuhan liana (tumbuhan merambat) seperti rotan dan tumbuhan epifit seperti anggrek. Hewan yang khas di bioma ini adalah harimau, badak, babi hutan, dan orangutan. 8) Hutan bakau, memiliki ciri-ciri vegetasi yang memiliki akar nafas karena tanah dan airnya miskin oksigen, contohnya Pohon Bakau (Rhizipora), kayu api (Avicinea) dan Sonneratia/jenis tumbuhan tahan kering (xerofit). Terdapat di daerah tropik dan subtropik pada zona pasang surut di tempat landai pada pantai. 9) Hutan lumut, memiliki ciri-ciri vegetasi tumbuhan lumut dan terdapat di daerah pegunungan. Semua suku tumbuhan terwakili dengan baik di Indonesia. Karena pengetahuan tentang tumbuhan masih terbatas maka belum semuanya dapat dipelajari. Oleh karena itu, masih banyak jenis baru yang menunggu untuk dipelajari. Perkiraan jumlah lumut yang ditemukan di Indonesia sekitar 4.250 sampai 12.000 jenis dari 47.000 jenis yang ada di dunia. Tumbuhan lumut ditemukan hampir 3.000 jenis dari 15.000 jenis lumut yang ada di dunia. Sedangkan, tumbuhan paku-pakuan mencapai 4.000 jenis mewakili seperempat jumlah pakupakuan yang ada di dunia. Kelompok terbesar terdiri dari tumbuhan berbiji dengan 20.000 jenis, mewakili 8% jumlah yang ada di dunia. Sebaran jenis tumbuhan di Indonesia sangat heterogen. Daerah terkaya adalah daerah hutan hujan primer dataran rendah Kalimantan yang terdiri atas 10.000 jenis tumbuhan berbiji yang 34%-nya merupakan jenis yang endemik.

f. Pemanfaatan Potensi Jenis Tanah yang Baik a. Litosol, yaitu tanah yang baru mengalami peapukan dan sama sekali belum mengalami perkembangan tanah. Berasal dari lbatuan-batuan konglomerat dan granit, kesuburannya cukup, dan cocok dimanfaatkan untuk jenis tanmana hutan. Penyebarannya di : Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Maluku Selatan dan Sumatera. b. Latosol, yaitu tanah yang telah mengalami pelapukan intensif, warna tanah tergantung susunan bahan induknya dan keadaan iklim. Latosol merah berasal dari vulkan intermedier, tanah ini subur, dan dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan. Penyebarannya di seluruh Indonesia, kecuali di Nusa Tenggara dan Maluku Selatan.

Kerusakan Tanah dan Usaha Mengatasinya | 14

c. Aluvial ialah tanah muda yang berasal dari hasil pengendapan. Sifatnya tergantung dari asalnya yang dibawa oleh sungai. Tanah aluvial yang berasal dari gunung api umumnya subur karena banyak mengandung mineral. Tanah ini sangat cocok untuk persawahan. Penyebarannya di lembah-lembah sungai dan dataran pantai seperti misalnya, di Kerawang, Indramayu, Delta Brantas. c. Regosol, belum jelas menampakkan pemisahan horisonnya. Tanah regosol terdiri dari: regosol abu vulkanik, bukit pasir, batuan sedimen, tanah ini cukup subur. Jenis tanah latosol terdiri dari ; latosol merah kuning, cokelat kemerahan, cokelat, cokelat kekuningan. Tanah ini cocok dimanfaatkan untuk pertanian padi, palawija, kelapa, dan tebu. Penyebarannya di sekitar lereng gunung-gunung berapi. d. Grumusol atau Margalit, terdiri dari beberapa macam; grumusol pada batu kapur, grumusol pada sedimen tuff, grumusol pada lembah-lembah kaki pegunungan, grumusol endapan aluvial. Kesuburan cukup. dimanfaatkan untuk pertanian padi, dan tebu. Penyebarannya di Madura, Gunung Kidul, Jawa Timur dan Nusa Tenggara. e. Organosol, mengandung paling banyak bahan organik, tidak mengalami perkembangan profil, disebut juga tanah gambut. Bahan organik ini terdiri atas akumulasi sisa-sisa vegetasi yang telah mengalami humifikasi, tetapi belum mengalami mineralisasi. Tanah ini kurang subur. Tanah ini belum dimanfaatkan, tetapi dapat dimanfaatkan untuk persawahan. Penyebarannya di Sumatera sepanjang pantai Utara, Kalimantan dan Irian Barat/Papua.

g. Usaha Mengatasi Kerusakan Tanah


Kerusakan tanah dapat dikurangi dengan upaya konservasi tanah. Konservasi tanah adalah pemeliharaan dan perlindungan terhadap tanah secara teratur guna mengurangi dan mencegah kerusakan tanah dengan cara pelestarian. Teknologi yang diterapkan pada setiap macam penggunaan tanah akan menentukan apakah akan didapat penggunaan dan produksi yang lestari pada sebidang tanah. Metode konservasi tanah dan air dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu: a. Metode Vegetatif

Kerusakan Tanah dan Usaha Mengatasinya | 15

Metode vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan miring dengan menggunakan tanaman sebagai sarana konservasi tanah (Seloliman, 1997). Tanaman penutup tanah ini selain untuk mencegah atau mengendalikan bahaya erosi juga dapat berfungsi memperbaiki struktur tanah, menambahkan bahan organik tanah, mencegah proses pencucian unsur hara dan mengurangi fluktuasi temperatur tanah. Metode vegetatif untuk konservasi tanah dan air termasuk antara lain: penanaman penutup lahan (cover crop) berfungsi untuk menahan air hujan agar tidak langsung mengenai permukaan tanah, menambah kesuburan tanah (sebagai pupuk hijau), mengurangi pengikisan tanah oleh air dan mempertahankan tingkat produktivitas tanah (Seloliman, 1997). Penanaman rumput kegunaannya hampir sama dengan penutup tanah, tetapi mempunyai manfaat lain, yakni sebagai pakan ternak dan penguat terras. Cara penanamannya dapat secara rapat, barisan maupun menurut kontur. Penggunaan sisa tanaman untuk konservasi tanah dapat berbentuk mulsa atau pupuk hijau. Dengan mulsa maka daun atau batang tumbuhan disebarkan di atas permukaan tanah, sedangkan dengan pupuk hijau maka sisa-sisa tanaman tersebut dibenamkan ke dalam tanah (Arsyad, 1989). Syarat-syarat dari tanaman penutup tanah, antara lain: 1. Dapat berkembang dan daunnya banyak. 2. Tahan terhadap pangkasan. 3. Mudah diperbanyak dengan menggunakan biji. 4. Mampu menekan tanaman pengganggu. 5. Akarnya dapat mengikat tanah, bukan merupakan saingan tanaman pokok. 6. Tahan terhadap penyakit dan kekeringan. 7. Tidak berduri dan bersulur yang membelit. Selain dengan penanaman tanaman penutup tanah (cover crop), cara vegetatif lainnya adalah: 1. Tanaman dengan lajur berselang-seling, pada kelerengan 6 10 % dengan tujuan: Membagi lereng agar menjadi lebih pendek.

Kerusakan Tanah dan Usaha Mengatasinya | 16

Dapat menghambat atau mengurangi laju aliran permukaan. Menahan partikel-partikel tanah yang terbawa oleh aliran permukaan. Tipe-tipe tanaman lajur berseling adalah: Countur strip cropping, adalah penanaman berselang berdasarkan garis kontur. Field strip cropping, digunakan untuk kelerengan yang tidak bergelombang dengan jalur dapat melewati garis kontur, tetapi tanaman tidak melewati garis kontur. Wind strip cropping, digunakan pada lahan yang datar atau kelerengan yang ti dak tajam dengan jalur tanaman tegak lurus arah angin, sehingga kadang-kadang arah alur searah dengan kelerengan. Buffer strip cropping, adalah lajur tanaman yang diselingi dengan lajur rumput atau legume sebagai penyangga. 2. Menanam secara kontur (Countur planting), dilakukan pada kelerengan 15 18 % dengan tujuan untuk memperbesar kesempatan meresapnya air sehingga run off berkurang. 3. Pergiliran tanaman (crop rotation). 4. Reboisasi atau penghijauan. 5. Penanaman saluran pembuang dengan rumput dengan tujuan untuk melindungi saluran pembuang agar tidak rusak.

b. Metode Mekanik Cara mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan menggunakan sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi tanahnya. Tujuannya untuk memperlambat aliran air di permukaan, mengurangi erosi serta menampung dan mengalirkan aliran air permukaan (Seloliman, 1997). Termasuk dalam metode mekanik untuk konservasi tanah dan air di antaranya pengolahan tanah. Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan tempat tumbuh bibit, menciptakan daerah perakaran
Kerusakan Tanah dan Usaha Mengatasinya | 17

yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan memberantas gulma (Arsyad, 1989). Pengendalian erosi secara teknis-mekanis merupakan usaha-usaha pengawetan tanah untuk mengurangi banyaknya tanah yang hilang di daerah lahan pertanian dengan cara mekanis tertentu. Sehubungan dengan usaha-usaha perbaikan tanah secara mekanik yang ditempuh bertujuan untuk memperlambat aliran permukaan dan menampung serta melanjutkan penyaluran aliran permukaan dengan daya pengikisan tanah yang tidak merusak. Pengolahan tanah menurut kontur adalah setiap jenis pengolahan tanah (pembajakan, pencangkulan, pemerataan) mengikuti garis kontur sehingga terbentuk alur-alur dan jalur tumpukan tanah yang searah kontur dan memotong lereng. Alur-alur tanah ini akan menghambat aliran air di permukaan dan mencegah erosi sehingga dapat menunjang konservasi di daerah kering. Keuntungan utama pengolahan tanah menurut kontur adalah terbentuknya penghambat aliran permukaan yang memungkinkan penyerapan air dan menghindari pengangkutan tanah. Oleh sebab itu, pada daerah beriklim kering pengolahan tanah menurut kontur juga sangat efektif untuk konservasi ini.

Pembuatan terras adalah untuk mengubah permukaan tanah miring menjadi bertingkattingkat untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan dan menahan serta menampungnya agar lebih banyak air yang meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi (Sarief, 1986). Menurut Arsyad (1989), pembuatan terras berfungsi untuk mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan penyerapan oleh tanah, dengan demikian erosi berkurang.

c. Metode Kimia Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Yang dimaksud dengan cara kimia dalam usaha pencegahan erosi, yaitu dengan pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985). Bahan kimia sebagai soil conditioner mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap stabilitas agregat tanah. Pengaruhnya berjangka panjang karena senyawa tersebut tahan terhadap mikroba tanah. Permeabilitas tanah dipertinggi dan erosi berkurang. Bahan tersebut juga memperbaiki pertumbuhan tanaman semusim pada tanah liat yang berat (Arsyad, 1989). Penggunaan bahan-bahan pemantap tanah bagi lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang baru dibuka sesunggunya sangat diperlukan mengingat:
Kerusakan Tanah dan Usaha Mengatasinya | 18

Lahan-lahan bukaan baru kebanyakan masih merupakan tanah-tanah virgin yang memerlukan banyak perlakuan agar dapat didayagunakan dengan efektif. Pada waktu penyiapan lahan tersebut telah banyak unsur-unsur hara yang terangkat. Pengerjaan lahan tersebut menjadi lahan yang siap untuk kepentingan perkebunan, menyebabkan banyak terangkut atau rusaknya bagian top soil, mengingat pekerjaannya menggunakan peralatan-peralatan berat seperti traktor, bulldozer dan alat-alat berat lainnya.

Kerusakan Tanah dan Usaha Mengatasinya | 19

KESIMPULAN

Kerusakan tanah dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti: a. Perusakan hutan. b. Proses kimiawi air hujan. c. Proses mekanis air hujan. d. Tanah longsor. e. Erosi oleh air hujan. f. Kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran. g. Terkumpulnya garam di daerah perakaran (salinisasi). h. Penjenuhan tanah oleh air (waterlogging) dan erosi.

Sedangkan cara mengatasinya, antara lain dengan melakukan konservasi tanah yang terbagi menjadi 3 metode, yaitu: a. Metode vegetatif b. Metode mekanik c. Metode kimia

Kerusakan Tanah dan Usaha Mengatasinya | 20

DAFTAR PUSTAKA
Daftar bacaan: - Arsyad, Sitanala. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
- Sartohadi, Junun, dkk. 2012. Pengantar Geografi Tanah. Yogyakarta: Penerbit Pustaka

Pelajar.
- F, Fiktor, dkk. 2009. Praktis Belajar Biologi SMA X. Jakarta: BSE.

- Budiati, Herni. 2009. Biologi SMA X. Jakarta: BSE. - Kistinnah, Indun, dkk. 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya SMA X. Jakarta: BSE.

Daftar website: -http://afriska.wordpress.com/2008/08/22/persebaran-jenis-tanah-dan-pemanfaatannya/ -id.wikipedia.org/wiki/Vegetasi -http://budisma.web.id/materi/sma/kelas-x-biologi/macam-macam-vegetasi-dan-ciri-cirinya/ -http://pustaka-pertanian.blogspot.com/2011/09/erodibilitas.html -http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/03/metode-konservasi-tanah-dan-air.html

Kerusakan Tanah dan Usaha Mengatasinya | 21

Anda mungkin juga menyukai