PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan tektologi, hal ini tentunya membuat
beberapa aktivitas manusia dapat dibuat lebih praktis, efektif dan efisien dari sebelumnya
melalui produk-produk yang dihasilkan oleh industri (elektronik, manufaktur, tekstil,
petrokimia, dll). Berdasarkan data badan pusat statistik tahun 2014 saat ini 25,56% rakyat
indonesia bekerja di sektor pertanian dan 18,95% sektor industri. Namun, beberapa kegiatan
manusia tersebut ternyata selalu mengeluarkan hasil samping (by product) yang terkadang
dapat mengancam kualitas ekosistem di bumi khususnya tanah, air dan udara.
Aktivitas industri yang berjalan setiap harinya tentu akan mengeluarkan limbah baik
dalam bentuk padatan, cairan maupun gas. Hal ini tentu akan merusak keseimbangan alam
yaitu dengan adanya pencemaran lingkungan. Selain industri, kini, sektor pertanian pun
memberi sumbangsing yang cukup besar dalam penurunan kualitas ekosistem yaitu dengan
pemakaian pestisida yang tidak terkendali. Akibatnya, akan terjadi putusnya salah satu rantai
makanan dan menurunkan salahsatu populasi juga meningkatkan jumlah populasi yang lain.
Selain ketidakseimbangan populasi dalam rantai makanan, kandungan bahan kimia DDT
(dichloro-diphenyl-trichloroethane) juga dapat mengkontaminasi organisme-organisme pada
rantai makanan sehingga terjadi akumulasi DDT dalam organisme pada rantai makanan dan
mengakibatkan berbagai penyakit.
Oleh karena itulah, penulis akan membahas definisi, jenis-jenis, permasalahan dan
peristiwa terkini mengenai tanah, air tanah dan pestisida agar dapat menambah pengetahuan
akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka penulis menetapkan beberapa permasalah :
1. Apa yang dimaksud dengan tanah, air tanah, pestisida?
2. Apa saja jenis-jenis tanah, air tanah dan pestisida?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tanah
2.1.1 Definisi Tanah
Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, berdimensi tiga, menduduki sebagian
(besar) permukaan bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat
sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk pada
kondisi topografi/relief tertentu dan selama waktu tertentu (Donahue, 1970). Jadi Tanah
merupakan fungsi dari iklim, jasad hidup, bahan induk, topografi, dan waktu:
T = f {iklim ,jasad hidup, bahan induk, topografi, waktu}
2.1.2 Proses Pembentukan Tanah
Factor pembentuktanah
a. IklimAktif
b. OrganismeAktif
c. Bahan indukPasif
d. Topografi/reliefPasif
e. WaktuNetral
Proses Pelapukan batuan induk menjadi bahan induk dibedakan dalam dua kategori.
a. Pelapukan fisika disintegrasi
b. Pelapukan kimia dan transformasi dekomposisi
2.1.2.1 Proses Pembentukan Tanah secara Fisika (Disintegrasi)
dan
pengeringan
menyebabkan
pengembangan
dan
pengkerutan, serta abrasi diantara partikel dalam tanah sehingga membuat partikel
lebih halus.
d. Tindakan penggosokan (saling berbenturan)
Gesekan (gosokan) batuan atau partikel tanah yang bergerak apakah
karena air, angin, atau gravitasi menyebabkan desintegrasi yang efektif.
e.
dikarenakan
pada
ujung
akar
terdapat
senyawa
asam
(asam
idiol
5
HAlSi3O8 +
Ortoklas
asam silikat
KOH
lempung
(proses ini dianggap sebagai awal terbentuknya lempung)
c. Karbonatasi (persenyawaan dengan asam karbonat)
CO2 + H2O H+ + HCO3CaCO3 + H+ + HCO3-
Kalsit
Asam
Ca(HCO3)2
Kalsium bikarbonat
6
Karbonat
mudah larut
limonit
merah
kuning
Ferric
Ferroues
(hematit)
akumulasi kapur
b.
c.
erosi
d.
e.
b.
d.
Padang
lapisan permukaan
aktivitas
organisme
horison
e.
sedikit
Akar tanaman
b.
c.
d.
PEDOTURBASI
ARGILI-PEDOTURBASI
CRYO
SEISMI
: by earth quake
ANTHRO
4. Relief Tanah
Relief mempengaruhi pembentukan tanah melalui terutama yang
berhubungan dengan hubungan air dan suhu. Tanah-tanah yang berada dalam
area iklim yang sama, dibentuk dari bahan induk yang sama dan berkembang
pada tebing yang curam umumnya memiliki horison A dan B yang tipis, karena
sedikitnya air yang meresap ke dalam profil (sebagai akibat dari runoff yang cepat
dan karena permukaan tanah tererosi dengan cepat).
Tanah yang terdapat pada tebing yang landai memiliki kemampuan
meloloskan air ke profilnya lebih banyak. Profil tanah umumnya lebih dalam,
lebih banyak variasi vegetasinya, dan kandungan bahan organik juga lebih tinggi
dibandingkan dengan yang terdapat pada tebing yang lebih curam.
Dalam daerah geografik tertentu, sifat-sifat tanah berikut umumnya
berhubungan dengan relief.
a.
b.
c.
d.
warna profil
e.
f.
reaksi tanah
g.
h.
i.
suhu tanah
b.
c.
d.
e.
f.
pelapukan lambat
10
g.
h.
i.
j.
k.
2.1.4
(Texture)
b. Struktur
(Structure)
c. Kerapatan
(Density)
d. Konsistensi
(Consistency)
e. Porositas
(Porosity)
f. Warna
(Color)
g. Temperatur
(Temperature)
b.
Drainase
11
c.
d.
Nutrisi tanaman
Sifat fisik tanah juga mempengaruhi sifat kimia dan biologi tanah. Sifat
gambut ombrogen:
Terletak di dataran pantai berawa, mempunyai ketebalan 0,5 16 meter,
terbentuk dari sisa tumbuhan hutan dan rumput rawa, hampir selalu tergenang air,
dan bersifat sangat asam. Contoh penyebarannya di daerah dataran pantai
Sumatra, Kalimantan dan Irian Jaya (Papua);
2.
gambut topogen:
Terbentuk di daerah cekungan (depresi) antara rawa-rawa di daerah
dataran rendah dengan di pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan rawa, ketebalan
12
0,5 6 meter, bersifat agak asam, kandungan unsur hara relatif lebih tinggi.
Contoh penyebarannya di Rawa Pening (Jawa Tengah), Rawa Lakbok (Ciamis,
Jawa Barat), dan Segara Anakan (Cilacap, Jawa Tengah).
3.
gambut pegunungan:
terbentuk di daerah topografi pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan
yang hidupnya di daerah sedang (vegetasi spagnum). Contoh penyebarannya di
Dataran Tinggi Dieng.
2.
3.
B. Aluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan
induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur, konsistensi dalam
keadaan basah lekat, pH bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi.
Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan daerah
cekungan (depresi).
C. Regosol
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir,
struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang,
berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di
daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai.
13
D. Litosol
Jenis tanah ini berupa tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil,
batuaninduknya batuan beku atau batuan sedimen keras, dan kedalaman tanah dangkal (<
30 cm) bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop). Tekstur
tanah beranekaragam, dan pada umumnya berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat
kandungan batu, kerikil, dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat dijumpai pada
segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
E. Latosol
Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi horizon, kedalaman
dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga agak
teguh, warna coklat merah hingga kuning. Penyebarannya di daerah beriklim basah,
curah hujan lebih dari 300 1000 meter, batuan induk dari tuff, material vulkanik, dan
breksi batuan beku intrusi.
F. Grumusol
Jenis tanah ini berupa tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil, agak
tebal, tekstur lempung berat, struktur kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga
pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan plastis, bila kering sangat
keras dan tanah retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas
absorbsi tinggi, permeabilitas lambat, dan peka erosi. Jenis tanah ini berasal dari batu
kapur, mergel, batuan lempung atau tuff vulkanik bersifat basa. Penyebarannya di daerah
iklim sub humid atau sub arid, dengan curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun.
G. Podsolik Merah Kuning
14
Jenis tanah ini berupa tanah mineral yang telah berkembang, solum (kedalaman)
dalam, tekstur lempung hingga berpasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, bersifat agak
asam (pH kurang dari 5,5), kesuburan rendah hingga sedang, warna merah hingga
kuning, kejenuhan basa rendah, dan peka erosi. Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa,
tuff vulkanik, dan bersifat asam. Tanah ini tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan
kering, dengan curah hujan lebih dari 2500 mm/tahun.
H. Podsol
Jenis tanah ini telah mengalami perkembangan profil, susunan horizon terdiri dari
horizon albic (A2) dan spodic (B2H) yang jelas, tekstur lempung hingga pasir, struktur
gumpal, konsistensi lekat, kandungan pasir kuarsanya tinggi, sangat masam, kesuburan
rendah, kapasitas pertukaran kation sangat rendah, peka terhadap erosi, batuan induk
batuan pasir dengan kandungan kuarsanya tinggi, batuan lempung dan tuf vulkan masam.
Penyebaran di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun tanpa bulan
kering, dan topografi pegunungan. Daerahnya di Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan
Irian Jaya (Papua).
I. Andosol
Jenis tanah ini berupa tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil,
solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi,
tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak
(smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya
absorpsi sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi. Tanah
ini berasal dari batuan induk abu atau tuff vulkanik.
J. Mediteran Merah Kuning
Jenis tanah ini mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal,
warna coklat hingga merah, mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung,
15
struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak
basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorbsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi,
berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuff vulkanis bersifat basa. Penyebaran di
daerah beriklim sub humid dan bulan kering nyata dengan curah hujan kurang dari 2500
16
Air Tanah
2.2.1
bergerak sebagai aliran air tanah melalui batuan dan lapisan-lapisan tanah yang ada
di bumi sampai air tersebut keluar sebagai mata air, atau terkumpul masuk ke kolam,
danau, sungai, dan laut (Fetter, 1994).
Air bawah permukaan adalah segala bentuk aliran air hujan yang mengalir di
bawah permukaan tanah sebagai akibat struktur perlapisan geologi, beda
potensi kelembaban tanah, dan gaya gravitasi bumi. Air bawah permukaan tersebut
biasa dikenal dengan air tanah (Asdak, 2002). Air yang berada di bawah muka
air pada umumnya disebut air tanah, dan lajur di bawahnya disebut sebagai lajur
jenuh.
Curah hujan yang masuk ke dalam tanah dan meresap ke lapisan yang ada di
bawahnya, yang kemudian tertampung pada lapisan di bawah pemukaan tanah
disebut air tanah (Wilson, 1993).
Jumlah air tawar yang terbesar, menurut catatan yang ada, tersimpan di
dalam perut bumi, yang dikenal sebagai air tanah (Chow, 1978). Berdasarkan
Perkiraan Jumlah Air di Bumi (UNESCO, 1978 dalam Chow et al, 1988) dijelaskan
bahwa jumlah air tanah yang ada di bumi ini jauh lebih besar dibanding jumlah air
permukaan (98% dari semua air di daratan tersembunyi di bawah permukaan tanah
dalam pori-pori batuan dan bahan-bahan butiran).
2.2.2
jenis-jenis
air
1.
tanah
berdasarkan
letak
keberadaan
airnya
2.
3.
4.
5.
20
sumber: Bambang Hermanto. 2012. Super Trik Geografi SMA. Jogja: Pustaka
Widyatama
2.2.3
2.3
Pestisida
2.3.1
Definisi Pestisida
Menurut The United States Environmental Pesticide Control Act, pestisida
adalah sebagai berikut.
a.
b.
21
2.3.2
Penggolongan Pestisida
Pestisida mempunyai sifat-sifat fisik, kimia dan daya kerja yang berbedabeda, karena itu dikenal banyak macam pestisida. Pestisida dapat digolongkan
menurut berbagai cara tergantung pada kepentingannya, antara lain: berdasarkan
sasaran yang akan dikendalikan, berdasarkan cara kerja, berdasarkan struktur
kimianya dan berdasarkan bentuknya.
Penggolongan pestisida berdasarkan sasaran yang akan dikendalikan yaitu
(Wudianto, 2001):
a. Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa
mematikan semua jenis serangga.
b. Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa
digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi/cendawan.
c. Bakterisida. Disebut bakterisida karena senyawa ini mengandung bahan aktif
beracun yang bisa membunuh bakteri.
d. Nematisida, digunakan untuk mengendalikan nematoda/cacing.
e. Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida adalah bahan yang
mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh
tungau, caplak, dan laba-laba.
f. Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang
digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus.
g. Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu siput telanjang,
siput setengah telanjang, sumpil, bekicot, serta trisipan yang banyak terdapat di
tambak.
h. Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk
membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma.
22
Sedangkan jika dilihat dari cara kerja pestisida tersebut dalam membunuh hama
dapat dibedakan lagi menjadi tiga golongan, yaitu (Ekha, 1988):
a. Racun perut
Pestisida yang termasuk golongan ini pada umumnya dipakai untuk
membasmi serangga-serangga pengunyah, penjilat dan penggigit. Daya
bunuhnya melalui perut.
b. Racun kontak
Pestisida jenis racun kontak, membunuh hewan sasaran dengan masuk ke
dalam tubuh melalui kulit, menembus saluran darah, atau dengan melalui
saluran nafas.
c. Racun gas
Jenis racun yang disebut juga fumigant ini digunakan terbatas pada
ruanganruangan tertutup.
Menurut Dep.Kes RI Dirjen P2M dan PL 2000 dalam Meliala 2005,
berdasarkan struktur kimianya pestisida dapat digolongkan menjadi :
a. Golongan organochlorin misalnya DDT, Dieldrin, Endrin dan lain-lain
Umumnya golongan ini mempunyai sifat: merupakan racun yang
universal, degradasinya berlangsung sangat lambat larut dalam lemak.
b. Golongan organophosfat misalnya diazonin dan basudin
Golongan ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : merupakan racun
yang tidak selektif degradasinya berlangsung lebih cepat atau kurang persisten
di lingkungan, menimbulkan resisten pada berbagai serangga dan
memusnahkan populasi predator dan serangga parasit, lebih toksik terhadap
manusia dari pada organokhlor.
c. Golongan carbamat termasuk baygon, bayrusil, dan lain-lain
Golongan ini mempunyai sifat sebagai berikut : mirip dengan sifat
pestisida organophosfat, tidak terakumulasi dalam sistem kehidupan, degradasi
tetap cepat diturunkan dan dieliminasi namun pestisida ini aman untuk hewan,
tetapi toksik yang kuat untuk tawon.
d. Senyawa dinitrofenol misalnya morocidho 40EC
Salah satu pernafasan dalam sel hidup melalui proses pengubahan
ADP(Adenesone-5-diphosphate) dengan bantuan energi sesuai dengan
kebutuhan dan diperoleh dari rangkaian pengaliran elektronik potensial tinggi
ke yang lebih rendah sampai dengan reaksi proton dengan oksigen dalam sel.
23
dalam
jangka
panjang
mungkin
menyebabkan
gangguan
kesehatan
(Djojosumarto, 2004).
2.3.3.3 Dampak Pestisida Terhadap Lingkungan
Dibalik manfaatnya yang besar, pestisida memiliki dampak yang cukup
merugikan pada pemakaiannya. Pestisida dapat merusak ekosistem air yang berada di
sekitar lahan pertanian. Jika pestisida digunakan, akan menghasilkan sisa-sisa air
yang mengandung pestisida. air yang mengandung pestisida ini akan mengalir
melalui sungai atau aliran irigasi (Dhavie, 2010).
Penggunaan pestisida oleh petani dapat tersebar di lingkungan sekitarnya; air
permukaan, air tanah, tanah dan tanaman. Sifat mobil yang dimiliki akan
berpengaruh terhadap kehidupan organisme non sasaran, kualitas air, kualitas tanah
dan udara. Pestisida sebagai salah satu agen pencemar ke dalam lingkungan baik
melalui udara, air maupun tanah dapat berakibat langsung terhadap komunitas
hewan, tumbuhan terlebih manusia.
Pestisida yang masuk ke dalam lingkungan melalui beberapa proses baik pada
tataran permukaan tanah maupun bawah permukaan tanah. Penurunan kualitas air
tanah serta kemungkinan terjangkitnya penyakit akibat pencemaran air merupakan
implikasi langsung dari masuknya pestisida ke dalam lingkungan. Aliran permukaan
27
seperti sungai, danau dan waduk yang tercemar pestisida akan mengalami proses
dekomposisi bahan pencemar. Dan pada tingkat tertentu, bahan pencemar tersebut
mampu terakumulasi.
Pestisida di udara terjadi melalui proses penguapan oleh foto-dekomposisi
sinar matahari terhadap badan air dan tumbuhan. Selain pada itu masuknya pestisida
diudara disebabkan oleh driff yaitu proses penyebaran pestisida ke udara melalui
penyemprotan oleh petani yang terbawa angin. Akumulasi pestisida yang terlalu
berat di udara pada akhirnya akan menambah parah pencemaran udara.
Gangguan pestisida oleh residunya terhadap tanah biasanya terlihat pada
tingkat kejenuhan karena tingginya kandungan pestisida persatuan volume tanah.
Unsurunsur hara alami pada tanah makin terdesak dan sulit melakukan regenerasi
hingga mengakibatkan tanah-tanah masam dan tidak produktif (Sulistiyono, 2004).
2.4
2.4.1
Tanah
: Pestisida yang tidak dapat terurai akan terbawa aliran air dan
masuk ke dalam sistem biota air (kehidupan air). Konsentrasi pestisida yang tinggi
dalam air dapat membunuh organisme air diantaranya ikan dan udang. Sementara
dalam kadar rendah dapat meracuni organisme kecil seperti plankton. Bila
plankton ini termakan oleh ikan maka ia akan terakumulasi dalam tubuh ikan.
Tentu saja akan sangat berbahaya bila ikan tersebut termakan oleh burung-burung
atau manusia.
Dampak
komponen biotik dan akan meracuni seluruh organisme terkait yang ada dalam
rantai makanan. Setelah teracuni maka keselamatan organisme tersebut akan
terancam bahkan dapat menebabkan kematian. Selain itu senyawa berbahaya
28
sebagai
tindakan
prepentif
maka
pemeritah
harus
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Theresia (1993) sudah tercemar
pestisida. Di daerah Lembang, contoh tanah yang diambil dari sekitar ladang
tomat, kubis, buncis dan wortel, mengandung residu organoklorin yang cukup
tinggi. Penggunaan pestisida dan tertinggalnya residu dapat sangat menurunkan
populasi hewan tanah.
Residu pestisida terdapat pula pada daging dan susu berasal dari ternak
yang diberi makan rumput dan limbah pertanian yang telah tercemar pestisida. Di
Pengalengan, Jawa Barat tahun 1987, susu sapi yang dipelihara petani mempunyai
kandungan turunan DDT sebanyak 0,0162 ppm. (Kompas, Mei 1993)
2.4.1.2 Pencemaran Tanah oleh Logam Berat
Sumber
Jenis Polutan
Proses
bahan pemisah antara emas dengan logam lainnya. Air yang digunakan untuk
proses itu terkontaminasi Hg dengan kadar tak wajar sehingga mencemari
perairan dan tanah di daerah sekitar Pertambangan.
Hg yang mudah tersedia adalah yang bervalensi dua, yaitu Hg++. Mulamula Hg dalam bentuk anorganik yamg sukar larut dan tak tersedia bagi
organisme,
kemudian
berubah
menjadi
bentuk
organic
yang
mudah
29
diasimilasikan. Hg++ oleh mikrobia diubah menjadi ion methyl merkuri yang
kemudian berubah menjadi dimethyl merkuri.
Hg++ CH3Hg+ dapat berlangsung dalam suasana aerobik
CH3Hg+ CH3HgCH3,
maupun anaerobic.
Methyl air raksa dapat tertimbun dalam tubuh tanaman melalui akar tanama dan
dapat mencapai tingkat racun bagi manusia jika mengkonsumsi produk dari
tanaman tersebut.
Dampak
yang sudah tercemar, jumlah polusi metil merkuri yang diserap oleh cacing bisa
dikurangi hingga lebih dari 90%. Teknologi ini memberikan cara baru guna
mengurangi pencemaran merkuri pada tanah yang mampu mengurangi
kerusakan lingkungan akibat penggalian atau pengerukan.
30
Contoh Kasus
restaurant dll.
Jenis Polutan
mikroorganisme baik itu aerob maupun anaerob sehingga menghasilkan senyawasenyawa baru (nitrat, amoniak, logam berat, metana, etanol, dll) yang tidak
terkontrol jumlahnya sehingga membahayakan lingkungan.
Dampak
dan senyawa racun anorganik yang cukup besar. Selain itu aktivitas mikroba dapat
merubah pH tanah.
Solusi
tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Leuwigajah longsor dan mengubur 143
orang tewas seketika. Sekitar 137 rumah di Desa Batujajar Timur, Kecamatan
31
Jenis Polutan
Proses
nuklir yang berbahaya biasanya akan terjadi mutasi gen karena terjadi perubahan
struktur zat serta pola reaksi kimia yang merusak sel-sel tubuh makhluk hidup
baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan atau binatang. Selain itu berbagai jenis
kangker dapat diderita akibat radiasi radioaktif seperti kangker kulit, tulang, dll.
Solusi
Contoh Kasus
akibat langsung dari bencana ini, 47 orang di antaranya adalah pekerja reaktor
nuklir tersebut, sedangkan 9 lainnya adalah anak-anak yang mengidap kanker
thyroid. Sedangkan diperkirakan 4.000 korban meninggal dunia akibat efek
radiasi jangka panjang. Tetapi dikarenakan saat itu Uni Soviet berusaha menutupnutupi jumlah korban sebenarnya, jumlah yang pasti tidaklah bisa diketahui, tetapi
WHO me-release korban yang meninggal dunia sebagai akibat tidak langsung
sebesar 9.000 orang.
Pada 2011 lalu terjadi gempa yang sangat dahsyat dan menimbulkan
tsunami yang melanda Jepang. Pada saat terjadi tsunami tersebut kira-kira 220 ton
air dalam instalasi nuklir PLTN Fukushima bocor. Dalam insiden ini pemburu
32
Air Tanah
endrin
Proses
air tanah.
Solusi
Akibat bocornya pabrik tersebut, ribuan ton pestisida (endrin) terbuang percuma
ke sungai Mississipi dan ribuan ton ikan, yang diperkirakan 150 juta ekor ikan
mati sia-sia. Nasib sengsara bagi masyarakat sekitarnya. Kebutuhan ikan
masyarakat Mississipi sekarang tidak dapat lagi terpenuhi. Timbul bau busuk yang
dihasilkan.
33
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan paparan materi, ragam masalah dan contoh kasus diatas dapat
disimpulkan bahwa:
1. Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, berdimensi tiga, menduduki sebagian
(besar) permukaan bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat
sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk
pada kondisi topografi/relief tertentu dan selama waktu tertentu.
2. Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam ruang antar
butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan
tanah yang disebut akifer
3. Pestisida adalah semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk
mengendalikan, mencegah, atau menangkis gangguan serangga, binatang pengerat,
nematoda, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama, kecuali virus,
bakteri atau jasad renik lainnya yang terdapat pada manusia dan binatang.
4. Pencemaran tanah, air tanah dapat diakibatkan oleh faktor alam (gempa bumi,
tornado, dll) yang menyebabkan kebocoran pada penampung senyawa kimia yang
seharusnya tidak berada di lingkungan bebas. Pencemaran tanah, air tanah pula dapat
diakibatkan oleh kecerobohan manusia ataupun ketidakpedulian manusia terhadap
lingkungan.
5. Penggunaan pestisida sintetis dapat mengakibatkan beberapa dampak negatif bagi
kehidupan makhluk hidup di bumi seperti akumulasi DDT mengingat adanya
keterkaitan (interaksi) antara komponen biotik dan abiotik.
3.2 Saran
Setelah menyusun makalah tanah, air tanah dan pestisida penulis mengalami
berbagai peristiwa sehingga penulis mengajukan beberapa saran guna meningkatkan proses
penulisan hal sejenis untuk kedepannya. Saran penulis diantaranya :
1. Alangkah lebih baik jika dalam penulisan makalah terjadi interaksi yang baik antara
pembimbing dengan mahasiswanya sehingga dapat idapatkan hasil yang presisi
dalam penulisan.
34
35
DAFTAR PUSTAKA
Brady, Hopkins. 2007.US Environmental. Columbia. University of Columbia
Pandunata, Martinus dkk. 2008. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jember.Universitas Jember.
36